Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dengan izin dan

kuasanyalah sehingga makalah ini yg berjudul “ SEJARAHBERDIRINYA

ALKHAIRAAT“dari mata kuliah “KEALKHAIRATAAN. dapat diselesaikan

dengan baik.

Shalawat dan salam kita persembahkan kepada Nabi kita yakni Nabi

besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari alam kejahilan

menuju kealam ilmu pengetahuan dan dari alam kegelapan menuju kealam

yang terang benderang

Kemudian dalam penyusunan ini tentunya banyak kesulitan-kesulitan

yang saya temui, namun saya berusaha dengan semaksimal mungkin

sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Ucapan terimah kasih kepada dosen mata kuliah kealkhairaatan yang

telah banyak memberikan ilmu baik secara langsung maupun secara tidak

langsung, semoga apa yang telahdiberikan menjadi penerang masa depan

dihari esok.

1
BAB I
PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang Berdirinya Al-khairaat


Al-Habib Sayed Idrus Bin Salim Al-Djufri yang populer dikalangan
masyarakat dengan sebutan Guru Tua adalah pendiri dari perguruan islam
Al-Khairaat. Beliau dapat digolongkan sebagai seorang tokoh dan pejuang
dimana dalam penampilannya tetap sederhana, bersikap toleran dan
berwibawa. Dijadikannya perasaan umat manusia untuk dapat simpatik dan
bisa menjalankan ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist
Arti perkataan Alkhairaat adalah serumpun maknanya dengan kata-kata
Al Birro, Al-Khasanah, Al-Ishlah, Al-Kautsar, Al-Ma’ruuf, dan Al-Thayyib.
Kata Alkhairaat terdiri atas 7 (tujuh) huruf : (Alif, Lam, Kha, Ya, Ra, Alif, Ta).
Kata ini berasal dari perkataan arab asli dan bukan pinjaman dari bahasa
asing.
Setiap tahun setelah hari raya Iedul Fitri, persisnya 12 Syawwal, ribuan
umat Islam dari berbagai daerah di kawasan Indonesia timur berbondong-
bondong datang ke Palu, Sulawesi Tengah. Tujuannya, menghadiri acara
haul (peringatan wafat) tokoh dan tonggak Islam di kawasan Indonesia
Timur, Guru Tua Al-Alimul ‘Allamah HS Idrus bin Salim Al Djufri. Di sanalah,
penebar Islam asal Hadramaut yang menghabiskan separuh usianya di
Indonesia itu, dimakamkan.

1.2 Tujuan Berdirinya Al-khairaat


Untuk mencerdaskan umat manusia. Dengan melalui pendidikan, maka
manusia bisa lepas dari kebodohan dan kemelaratan sehingga
kesejahteraan dan kebahagiaan akan diperoleh dan sekaligus akan
terwujud masyarakat yang maju dan bertanggungjawab atas terlaksananya
cita-cita bangsa. Melalui pendidikan ini pulalah akan dibentuk jiwa dan
semangat keagamaan bagi seiap umat sehingga perilaku setiap insan akan
mewarnai kepribadiannya yang sesuai ajaran agama islam.

2
1.3 Sistem Pendidikan Yang Dianut Alkhairaat
Dalam kegiatan pendidikan Alkhairaat yang mengutamakan dakwah dan
pendidikan, maka sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara
belajar aktif. Artinya, para murid dapat belajar sendiri yakni memilih
pelajaran apa yang diminatinya dengan bimbingan guru.

1.4 Riwayat Hidup Pendiri Alkhairaat


Al-Habib Sayed Idrus Bin Salim Al-Djufri, yaitu lahir di hadhramaut
merupakan negeri yang indah. Di negeri inilah asal-usul tumpah darah
leluhur Habib Idrus yang mulai dan ternama itu (taris, sebuah daerah yang
sederhana yang letaknya kira-kira ±3 km dari saiywun di wilayah
hadhramaut. Habib Idrus lahir pada hari Senin, 15 sya’ban 1309 H,
bertepatan dengan tahun 1880 M.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat Kepemimpinan dan Kepribadian Al-Habib Sayed Idrus Bin Salim Al-
Djufri.
Habib Idrus yang dilahirkan pada pertengahan bulan sya’ban, dari kecil
sudah memperlihatkan bakat dan kepemimpinan pada dirinya. Hal itu
diperlihatkan atau tergambar dalam tingkah lakunya terutama dalam
pergaulan. Dalam pergaulan beliau tidak tampak menbedakan orang yang
menjadi temannya. Kepada yang lebih tua atau kedudukannya terhormat,
diberikannya penghormatan dan penghargaan, sedangkan bagi yang
sebayanya ditunjukkannya sifat pengayom.
Guru tua dalam kehidupannya tidak ego, tidak menang sendiri, contohnya
yaitu “guru tua setiap perjalanan da’wah beliau selalu disertai barang
dagangannya, terutama tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dalam
membiayai madrasah dan pelajar selain untuk pedekatan dengan semua
orang.

2.2 Beberapa yang bisa diteladani dari kehidupan Al-Habib Sayed Idrus Bin
Salim Al-Djufri
2.2.1 Keihlasan hati dan bertaqwa
Menghadapi masyarakat yang masih banyak dipengaruhi keadaan
lingkungannya. Habib Idrus selalu menunjukkan sifat yang bijaksana
dangan cara menuntun dan membimbing masyarakat kejalan yang
sesuai dengan ajaran agama. Keihlasan dan tingkah laku yang
peramah sehingga membawa orang menjadi simpatik. Kesimpatisan
inilah yang banyak mendukung sehingga apa yang menjadi cita-cita
beliau bisa terlaksanan.
2.2.2 Sifat patuh menerima perintah Allah SWT
Dalam memberikan petunjuk dan perintah atau tugasnya kepada
muridnya, Guru tua selalu berdasarkan peraturan yang telah

4
digarisakan dalam Al-Quran dan hadist. Itulah sebabnya para muridnya
dengan patuh memenuhi apa yang ditugaskan kepadanya
2.2.3 Satu kata dengan perbuatan
Selama dalam pergaulan antara guru tua dengan masyarakat dari
tingkat atas sampai kepada rakyat biasa, beliau selalu menunjukkan
sikap yang merakyat artinya dapat memahami apa keinginan orang
banyak itu. Apabila guru tua memberikan petunjuknya, diusahakannya
ditepatinya.
2.2.4 Dapat mengendalikan hawa nafsu
Sebagai seorang manusia, guru tua banyak mendapat cobaan dan
godaan dari berbagai pihak. Tetapi semua itu dikendalikannya dengan
usaha menguatkan keimanan dan keteguhan pendirian, bahwa
semuanya itu adalah kehendak maha pencipta, Allah SWT.
2.2.5 Teguh pendirian dan berani
Sifat teguh pendirian, kuat keyakinan dan percaya pada diri sendiri
adalah prinsip yang dianut guru tua, pengaruh dan bujukan untuk
merubah pendirian tidak menggoyahkan, maupun ancaman dan
tekanan yang diberikan untuk daoat merubah pendirian tidak
menurunkan semangat dalam perjuangannya terutama dalam
menegakkan yang benar.
2.2.6 Mengagumkan ilmu pengetahuan
Banyak orang mengatakan selama hidupnya guru tua menghabiskan
waktunya untuk belajar, bekerja, dan beribadah yang banyak
melaluinya adalah murid-muridnya yang biasa menyertainya apabila
guru tua berkunjung ke lembaga-lembaga Al-Khairaat.

2.3 Perkembangan Al-Khairat Dari Tahun ke Tahun


2.3.1. Masa Perintisan (sampai dengan 1933)
2.3.1.1. Usaha dan Jalan yang Ditempuh
SetibaAl-Habib Sayed Idrus Bin Salim Al-Djufri di Indonesia, beliau
mengadakan perjalanan ke Menado dengan maksud mengunjungi

5
keluarga. Telah menjadi kebiasaan beliau selalu berjalan dengan
disertai barang-barang dagangan.Karena membawa barang
dagangan tersebut, beliau harus singgah ke beberapa pelabuhan,
seperti Makassar, Donggala, dan terus ke Menado.
Kedatangan di daerah Donggala dan Wani lebih mendorong beliau
untuk sekiranya menetap oleh desakan umat islam. Semua usul
dan permintaan dari tokoh-tokoh islam diterimanya. Setelah
beberapa pertimbangan dengan bijaksana, diputuskanya di Palu
akan didirikan sebuah Madrasah Islamiyah. Ini juga diputuskanya
setelah kedatangan utusan masyarakat Arab Wani di
Pekalongan.Diperkirakan Beliau menjadi guru di Wani pada tahun
1929. Karena beberapa hal yang sulit diatur dan pengawasan
Belanda sangat ketat,maka kegiatan dialihkan ke Palu.
Awalnya kegiatan beliau di Palu yakni melalui jalan pendekatan dan
penyesuaian. Dengan tokoh masyarakat, kelompok orang Arab
penguasa dan pemerintah dengan cara mendatangi kediaman atau
rumah raja dan keluarganya atau juga tokoh masyarakat. Semua
undangan beliau penuhi,karena itu merupakan tempat untuk
menjalin komunikasi saling mengenal sesamanya dan selalu
menyempatkan waktu untuk member ceramah, terutama agama
yang dikaitkan dengan kebutuhan kemasyarakatan.
Demikian halnya saat beliau melaksanakan shalat di masjid selalu
digunakan kesempatan untuk memberikan ceramah-ceramah yang
banyak mengajak, menggerakkan dan mendorong masyarakat
untuk lebih maju.
Rencana beliau untuk mendirikan Madrasah Islamiyah pun
disampaikan dengan dasar pemikiran dengan melalui pendidikan
masyarakat akan lebih cepat dan maju cara berpikir dan bertindak
selalu teliti,karena pertimbangan pikiran disertai ilmu yang selalu
menyertainya. Tindakan pikiran yang tidak masuk akal akan sulit
terjadi.

6
Dari hasil pendekatan melalui kunjungan, ceramah, dan cara lain
telah diperoleh buahnya, antara lain:
1. Adanya masyarakat/orang tua yang telah simpatik terhadap
rencana pendirian madrasah ini. Dukungan diwujudkan dengan
memasukkan anaknya ke madrasah untuk menjadi murid. Lama
kelamaan jumlah siswa semakin banyak dan meningkat bukan
hanya di kota Palu, tapi juga di berbagai lembah di kota Palu,
seperti Donggala,Wani,Kalukubula,Dolo,Biromaru,dan lain-lain.
2. Untuk tempat belajar pertama tuan haji Quraiys (orang Bugis
Donggala) telah menyediakan tokonya untuk menjadi tempat
belajar (letak took tersebut sekarang berada di kelurahan
Ujuna) tanpa memungut biaya sewa. Tidak lama belajar di took
tersebut, pindah lagi ke rumah Hj.dg.Marotja yang berhadapan
dengan masjid jami Palu. Rumah itu juga dijadikan sebagai
tempat tinggal Guru Tua juga dijadikan sebagai tempat belajar
dan sekaligus asrama bagi para murid.
3. Kegiatan da’wah dan ceramah beliau juga banyak dibantu oleh
Magau Idjazah, Abd.Rahim Pakamundi (khatib Mesjid
dikampung Baru) dan beberapa simpatisan orang Arab yang
ada di Palu,Donggala,Wani dan sekitarnya.
4. Dari hasil kunjungan beliau di Biromaru ,Sigi Dolo, maka Magau
Biromaru dan tokoh masyarakat disana member mandat
kepada beliau untuk member petunjuk fatwah yang erat dengan
agama dan kemasyarakatan kepada masyarakat didaerah itu.
5. Sambil berdakwah beliau menggunakan waktunya untuk
menjual barang dagangan untuk bisa mendapatkan dana untuk
membiayai seperti: membeli tanah dan membangun gedung
sekolah walaupun sederhana.
6. Karena banyak penduduk kota Palu yang telah simpatik
terhadap beliau maka ada beberapa tokoh masyarakat yang
berupaya menjodohkan beliau dengan seorang puteri

7
bangsawan kaili bernama “Intje Aminah Daeng Sute” yang
dalam silsilahnya masih ada hubungan kekeluargaan dengan
Magau Ijazah dan Madika Malolo Daeng Malindu.
Dalam pernikahan beliau dengan Intje Aminah Daeng Sute, Guru
Tua selalu berdialog dengan Hi.Jato Paminda untuk perbaikan
orang banyak. Itulah sebabnya keluarga Intje Aminah banyak
membantu dalam pengembangan Al-Khairaat untuk menjadi maju
dan pesat melalui tanah,dana,dan dorongan kepada Sayed Idrus
sampai Al-Khairaat berkembang di Indonesia bagian Timur dan
dikenal sampai daerah Jazirah Arab.
2.3.1.2. Hambatan dan Tantangan yang Diperoleh:
Diketahui bahwa saat Sayed Idrus dating ke kota Palu, daerah ini
masih dibawah kekuasaan Belanda. Belanda terus melakukan
pengawasan dan pengamatan dalam seluruh kegiatan Al-
Khairat.Belanda sangat waspada dan curiga terhadap beliau karena
dianggap kegiatan Al-khairat yang bertitik berat pada da’wah dan
pendidikan berselubung dengan politik yang nadanya mendorong
masyarakat untuk bisa menentang penjajah Belanda.
1. Masyarakat kota Palu memang telah lama memeluk agama
Islam, hanya masih dipengaruhi oleh beberapa faham, seperti
kepercayaan animisme yang masih berkembang dimasyarakat.
2. Masih kurangnya anggota masyarakat yang bisa menjadi
Mubaliq,karena sekolahMadrasah islam belum ada didaerah
tersebut.
2.3.1.3. Hasil-Hasil yang Dicapai
Dalam periode masa perintisan,sangat banyak tantangan dan
cobaan yang dihadapi Habib Idrus,seperti kebiasaan orang-orang
yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam,maupun tantangan
langsung dari orang-orang yang tidak menyukai ajaran agama Islam
yang dibuat oleh Al-Khairat.

8
Tetapi karena tekad dan niat yang kuat maka beliau berhasil
melewati semua itu demi kepentingan Agama Islam.Didapatkanlah
beberapa hasil seperti berikut:
1. Masyarakat mulai sadar bahwa agama islam adalah agama
dengan ajaran yang benar. Pengikut Habib Idrus mulai banyak
baik dari golongan masyarakat biasa,bangsawan maupun
pejabat didaerah ini.
2. Mulai terkumpulnya dana baik dari sumbangan para simpatisan,
dermawan maupun hasil dari usaha dagang Sayed Idrus.
3. Sudah dapat mendirikan gedung Madrasah sendiri utnuk
tempat belajar murid sekaligus sebagai tempat tinggal Guru Tua
dikompleks sekolah tersebut.
4. Dalam waktu singkat pembuatan gedung Madrasah selesai dan
diresmikan pada tanggal 30 Juni 1930, bertepatan 14
Muharram 1349 H. waktu ini dijadikan berdirinya Perguruan
Islam Al-khairat. Hadir juga beberapa tokoh dalam peresmiah
Madrasah ini sekaligus member nama lembaga ini dengan
nama “Madrasah Al-Khairaat Al Islamiyah”
5. Madrasah sudah dapat menamatkan 2 muridnya, yaitu Syach
Abd.Rahman Bin Syah Al-djufri dan Muhammad Gasim
Maragau dan keduanya dari Pekalongan

2.3.2. Masa Pembangunan


2.3.2.1. Usaha-Usaha yang Dilakukan
Pada masa ini Habib Idrus masih tetap melakukan da’wah dan
ceramah.Cara ini masih dilakukan karena masyarakat masih
memerlukan masa pendekatan. Daerah ceramah dan da’wah
semakin meluas seperti ke Poso-Ampana, Luwuk Banggai,
Tinombo, Parigi,Gorontalo,Menado,dan wilayah Ternate Juga
daerah Kalimantan dan pulau Jawa.

9
Pendekatan dilakukan melalui raja-raja atau kepala pemghulu
agama maupun tokoh-tokoh agama di daerah-daerah tersebut.
Karena pendekatan yang dilakukan melalui raja dan para pemuka-
pemuka agama maka masyarakat banyak yang mengikuti dan
mendukung apa yang diperintahkan.
Desakan yang paling besar adalah pembangunan gedung baru
karena gedung yang ada sudah tidak mampu menampung jumlah
murid Madrasa Islamiyah yang ada di lembaga Al-Khairat yang
masih membutuhkan pendidikan keagamaan.
2.3.2.2. Hambatan dan Tantangan yang di Hadapi
Guru Tua yang semakin terkenal di Masyarakat membuat para
penguasa merasa khawatir dan tidak senang dengan peranan Al-
Khairat yang dapat mempengaruhi masyarakat nantinya yang akan
berani menentang penjajah Belanda di daerah tersebut.
Kita mengalami 4 corak pemerintahan,yaitu masa
Belanda,Jepang,Nica dan Republik. Keempat corak ini
mempengaruhi masyarakat sehingga Al-Khairatpun ikut terseret.
Pada masa Belanda terjadi peristiwa yang dikenal Al-khairat
dengan sebutan : “Instruksi Peringatan” hal ini dimaksudkan bahwa
Belanda merasa curiga terhadap kegiatan yang dilakukan Al-Khairat
dan merupakan salah satu saingan dari pada Zending dalam
penyebaran agama Kristen yang didukung oleh pemerintah
Belanda.
Terdengar kabar bahwa Al-Khairat dalam menyajikan pengajaranya
melalui buku “Izdhatun Nasyi’in” karangan Mustafah Algalayin dari
Libanon setelah Inspektur pengajaran dari Menado mendatangi Al-
Kairat untuk melihat bagaimana jadwal dan buku pegangan di
Madrasah Islamiyah tersebut pada tahun 1939.
Hal ini semakin membuat Belanda khawatir dan geram, apalagi
setelah mengetahui sudah banyak lulusan yang ditamatkan oleh
Al-Khairat yang menjadi anggota dan pengurus serikat Islam di

10
daerah ini yang kokoh dalam menuntut kebebasan. Maka Belanda
melakukan tindakan terhadap beberapa tokoh Al-Khairat,yakni:
- Desember 1939, M.S.Patimbang dituduh mengadakan rapat
gelap didalam masjid kampoeng Soho kota Luwuk saat beliau
menjadi guru Al-Khairat di Ampana-Poso. M.S.Patimbang diberi
hukuman dan masjid tidak diperbolehkan untuk dipakai
sembahyang Jum’at oleh masyarakat.
- Tahun 1942, tentara Belanda yang keji menghukum kepada
Ustad Abdussamad (kepala madrasah cabang Dondo-Ampana)
beserta 5 karyawanya dibuang kelaut antara Tojo dan Poso
perairan Teluk Tomini.
Dijaman kekuasan Jepang terjadi persoalan,seperti:
- Jepang menuduh Guru Tua menyimpan radio. Karena apa yang
dituduhkan tidak benar,maka Belanda mengalihkan lagi
tindakanya
- Belanda memaksa Guru Tua secara mendadak untuk
meliburkan Madrasah dengan alasan gedungnya akan
dijadiakan gedung nantako oleh tentara Jepang. Dengan
terpaksa Guru Tua membuat instruksi sampai ke cabang bahwa
Al-Khairaat dalam unsure waktu yang tidak ditentukan”
Setelah proklamir kemerdekaan Guru Tua secara resmi membuka
dan mengaktifkan kembali Al-Khairat.Instruksi itu resmi pada 17
Desember 1945 dan mengaktifkan kembali pembelajaran dan Guru
Tua membuat syair tentang kemerdekaan RI.
Lepas dari Jepang, daerah ini dikuasai tentara NICA. Untuk
mematahkan semangat juang para kaum pergerakan, tentara NICA
melakukan penangkapan pada orang yang dicurigai,tanpa
pemeriksaan dimasukan dalam tahanan dengan alasan keamanan.
Ditahun 1950an keadaan tidak stabil karena gangguan gerombolan
Kahar Muzza kar/Rasjid.

11
2.3.2.3. Hasil-Hasil yang dicapai
Al-Khairat secara tetap telah menamatkan muridnya dari sejak
tahun 1934 sejumlah 2 orang.
Kemudian pada tahun 1935 menamatkan 12 orang lalu menyusul
lagi 19 orang lalu menyusul lagi 32 orang ditahun berikutnya. Para
tamatan Al-Khairat ditempatkan didaerah-daerah terpencil atas
permintaan kaum muslimin.
Tidak heran perkembangan Al-Khairat semakin pesat dan terkenal
karena peran daln lepasan Al-Khairat yang aktif dan menonjol
apakah mereka sebagai mubaliq atau sebagai tokoh pergerakan
ikut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sementara di masa transisi mengadakan gerakan yang pada
puncaknya melakukan demonstrasi dihadapan pemerintah NIT Palu
untuk menyampaikan maklmuat 6 Mei 1950 ini mendorong Al-
Khairat untuk aktif,maka 15 Juni 1951 diadakan konferensi . pokok
acaranya antara lain:
1. Menyatakan kebulatan pendapat dan tindakan mendukung
maklumat 6 Mei 1950 dan menentang setiap ancaman yang
merongrong pemerintah RI di Yogya
2. Membangun,membina,srta mengembangkan Al-Khairat sebagai
suatu wadah yang begerak untuk kepentingan umat islam
khususnya bangsa Indonesia umumnya.
Konferensi 1 hari dihadiri 100 orang yang hasiknya disimpulkan “
seoakat untuk merapatkan barisan untuk menentang segala bentuk
ancama dan terus membangun Al-Khairat dan RI. Usaha baru yang
dilakukan yakni menambah bangunan gedung untuk menampung
murid-murid yang semakin banyak dan ada yang dating dari luar
Palu.
Pada tahun 1953 Guru Tua sekembalinya dari mengunjungi
cabang-cabang Al-Khairat mendirikan gedung bertingkat dua yang

12
bermotif Arab dengan biaya dari sumbangan,bantuan kaum
muslimin dan juga usaha Guru Tua sendiri.
Tingkatan Madrasah juga ditingkatkan.Tidak hanya pada tingkatan
Ibtidauyah sekembalinya Hi. Rustam Arsjad atas restu Guru Tua
maka membuka Madrasah setingkat lebih tinggi ,yakni “Madrasah
Mualimin” waktu belajar 3 tahun.Mata pelajaran juga disajikan mata
pelajaran keguruan.Prinsip Hi.Arsjad bahwa bahasa Arab harus
dikasai oleh seluruh murid Al-Khairat sehingga Madrasah menjadi
dikenal mutunya.
Selain memajukan kegiatan belajar disekolah, Al-Khairat juga aktif
ikut dalam kegiatan diluar sekolah,seperyi kegiatan olahraga juga
mengaktifkan kegiatan kepanduang dengan nama “Pemuda Pelajar
Madrasah Al-Khairat Alislamiyah”. Lalu aktif juga dalam peringtan
keagamaan dan organisasi pelajar PPIA (Persatuan Pelajr Islam Al-
khairat) yang juga turut aktif.
2.3.3. Masa Koordinasi dan Integrasi (tahun 1956-sampai dengan…)
Al-Khairat mulai merubah cara kegiatan dan mulai menatanya dengan
mengkoordinasikan segala potensi yang ada melalui jalan pertemuan
antara siswa dengan pimpinanya. Kegiatan sesungguhnya mulau
dilakukan pada tahun 1951 tapi masih terbatas luang lingkupnya.
2.3.3.1. Pelaksanaan Muktamar I tahun 1956
Dibuatlah keputusan mengenai penentuan waktu,tempat,rencana
anggaran, dan penyusunan panitia muktamar. Lalu dilakukan
pembuatan muktamar yang ditujukan kepada umat islam agar
mempersiapkan diri menyambut hari akbar, kepada panitia dan
guru akan juga siap-siap menyambut hari akbar ini. Maklumat
disebarluaskan melalu selebaran,Koran,maupun studio lokal. Lalu
dibuatlah jadwal dan tata tertib muktamar, mengusahakan dana dan
tempat penampungan peserta, dan administrasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan Muktamar ini.

13
Lalu dibuatlah konsep naskah anggaran dasar yang terdiri atas 12
BAB.,susunan acara, tata tertib, undangan utusan istimewa, dll.
Acara berlangsung dari tanggal 21-25 Agustus 1959 bertempat di
Gasr Al-Khairat ruangan atas. 2 hari sebelum acara dimulai, para
panitia telah datang ke kota Palu melalui berbagai macam sarana
transportasi, darat dan laut,ada juga yang berjalan kaki atau naik
sepeda. Mereka ditampung dengan sukacita oleh masyarakat kota
Palu yang sangat antusias dalam menyambut acara ini sebagai
bentuk partisipasi penduduk terhadap Al-Khairat dalam
memperingati Muktamar dan hari ulang tahun Al-Khairat ke 25.
Pada pembukaan secara singkat panitia menyampaikan jalanya
acara. Acara dimulai tepat waktu sebagaimana ditentukan, yaitu
pada hari Sabtu siang jam 13.00. acara ini dihadiri oleh Guru Tua,
pendiri Al-Khairat Sayed Idrus bin Salin yang dibacakan secara
singkat riwayat hidupnya yang naskah bahasa Arabnya disusun
oleh H. Rustam Arsjad yang intinya mengenai mula-mula
kedatangan Sayed Idrus,usaha dan hambatan yang dihadapi
selama pengembangan Al-Khairat, dan bantuan para dermawan
hingga Al-Khairat bisa berkembang.
Jumlah undangan diperkirakan sekitar 500 orang dari unsure
pemerintah,masyarakat, para peserta Muktamar dan khalayak
ramai.Acara pembukaan didahului dengan pembacaan ayat suci Al-
Qur’an dan disusul dengan amanat dari Guru Tua.Setelah Guru Tua
selesai membaca Al-Fatihah beliau meninggalkan Muktamar dan
dilanjut oleh presidium secara bergilir lalu disusul dengan
pembacaan tata tertib. Dengan aklamasi tata tertib disetujui,maka
berakhirlah acara malam itu dan dilanjutkan keeseokan harinya.
Kegiatan Muktamar hari kedua, yakni pembahasan terutama materi
pokok.Banyak peserta yang menggunakan waktunya untuk
menyampaikan beberapa saran dan masukan.

14
Karena tujuan pokok muktamar ini adalah untuk mempertemukan
dan mengadakan musyawarah bagaimana cara meningkatkan,
memajukan lembaga pendidikan ini, maka semua persoalan dapat
diselesaikan melalui rapat komisi/seksi yang hasilnya disampaikan
melalui rapat pleno pada hari kempat, Jumat 24 Agustus 1956.
Pada hari kelima, sabtu 25 Agustus 1956, yakni menentukan posisi
dan personalia besar Al-khairat, maka peserta dan panitia
menentukan menyusun formatur yang terdiri dari 3 orang, yakni
Hi.Rustam Arsjad unsur dari Palu, Abas Palimuri unsure dari Palu
dan Sayed Thaha Alhabsji unsur dari Poso-Ampana menghadap
kepada guru tua dirumah kediaman beliau.
Ketiga formatur yang disaksikan Guru Tua menyusun komposisi
dan personalia dalam muktamar ini dinyatakan sebagai organisasi
terdiri atas 17 orang dalam bentuk komposisi yang sederhana.
Hasil Keputusan Tim perumus yang direstui oleh Guru Tuan,maka
Hi.Rustam Arsjad sebagai juru bicara formatur menyampaikan
kepada siding pleno tepat pada pukul 13.05 WITA maka semua
peserta secara bulat menerima susunan komposisi dan personalia
pengurus besar Al-Khairat untuk masa kerja sampai Muktamar
berikutnya.
Rencana Muktamar ke II telah disampaikan akan dilaksanakan di
Ampana-Poso.Selama Muktamar pertama ini berlangsung, semua
anggota panitianya bekerja keras menyelesaikan bahan-bahan
muktamar, dan keputusan-keputusan Muktamar akan diberikan
kepada semua peserta Muktamar sebagai bekal mereka pulang
sebagai bahan dalam melaksanakan tugas mereka di Madrasah
mereka masing-masing.
Resepsi penutupan dimulai jam 20.00 Undangan diperkirakan
berjumlah 1000 orang,sedangkan dihalaman diperkirakan berjumlah
1500 orang.Ruangan yang digunakan adalah lantai bawah gedung
Al-Khairat. Dengan ucapan salam kepada para hadirin, Abas

15
Palimuri sebagai protocol mempersilahkan Guru Tua untuk
membacakan Al-Fatihah dan dilanjutkan pembacaan Ayat-Ayat suci
Al-Qur;an dari pelajar Al-Khairat. Kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan semua keputusan Muktamar oleh Nwawian Abdullah
dengan suara yang lantang.Semua hadiri berdecak kagum
mendengar isi Muktamar tersebut.
Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari unsure
pemerintah yang diawali oleh sambutan dari Kepala Daerah
Kabupaten Donggala yang diwakili oleh Pua Tjatjo Idjazah lalu
disusul sambutan dari Kepala Polisi Kabupaten Donggala,
dibawakan oleh R.Daroedono, setelah itu dilanjutkan dengan
sambutan dari Kepala Jawatan Pengajaran Kabupaten Donggala
yang dibawakan oleh Supit,lalu disusul dengan sambutan dari
Kepala Kantor Pendidikan Agama Kabupaten Donggala yang
dibawakan oleh Z.A.Batalembah.
Setelah semua pejabat selesai member sambutanya, maka amanat
terakhir yang utama disampaikan oleh Guru Besar Sayed Idrus Bin
Salim Aldjufri yang menjadi butir-butir kemenangan yang dijadikan
pedoman untuk memacu,sehingga ketinggalan dapat dicapai dan
hasil tersebut akan dievaluasi pada Muktamar ke II. Pada
pembacaan hasil Muktamar juga dibacakan pernyataan kawat
kepada presiden Mesir, Djamal Abdunaser di Cairo yang isinya Al-
Khairat ikut berperan dalam perjuangan Mesir menasionalisasi
Teruz Suez.
Para wanita juga tidak ketinggalan dalam menyambut acara
Muktamar dan peringatan hari ulang tahun Al-Khairat yang ke 25
ini. Para wanita mengadakan rapa umum pada Senin 26 Agustus
1956 dibuka jam 22.00 selesai pada 23.00 undangan yang hadir
baik dari ribuan kaum wanita dari organisasi maupun perorangan
serta istri para pejabat sipil dan militer di kota Palu.

16
Walaupun situasi di daerah dalam keadaan genting, Al-Khairat tetap
melaksanakan programnya terutama dalam pelayanan di sekolah-
sekolah dan membuka cabagng-cabangnya di daerah yang
membutuhkan. Pada masa ini jumlah Madrasah bertambah 45 buah
sedangkan guru bertambah menjadi 100 orang.
Dengan usaha keras disertai keyakinan, ada beberapa langkah
maju yang dicapai Al-Khairat, yakni:
1. Al-Khairat sebagai satu wadah, mulai membenahi diri mengatir
administrasi dan perkantorang serta kepemimpinan Al-Khairat
tidak lagi dibebankan hanya melalui Guru Tua tetapi telah
terbagi melalui pengurus besar
2. Sebagai realisasi dari kunjungan tokoh Al-Khairat M.S
Patimbang ke Departemen Agama di Jakarta tahun 1953, maka
September 1956 Menteri Agama mengirim surat kepada kepala
kantor Pendidikan Agama Sulawesi di Makassar yang isi
instruksinya untuk memperhatikan perkembangan dan
membantu Al-Khairat. Ini menujukan perhatian khusus dari
pemerintah pusat terhadap kehadiran Al-Khairat di tanah air RI
ini.
3. Untuk peningkatan mutu pendidik, sebagai langkah awal dalam
persiapan berdirinya Universitas Islam Al-Khairat di Sulawesi
Tengah diadakan kuliah hokum-hukum islam dan bahasa Arab.
Guru tua sebagai pemberi materi sendiri karena lebih dianggap
dan dipercaya. Al-Khairat telah mengadakan hubungan
administrasi dengan Departemen untuk mendapatkan restu.
Diurusi oleh bagian Perguruan Tinggi Pengurus Besar Al-
Khairat. Semua mualimin diharuskan mengikuti seluruh syarat
mahasiswa yakni harus menempuh pendidikan selama 3 tahun
ditambah 1 tahun telah mengikuti pelajaran khusus dari Guru
Tua

17
4. Al-Khairat telah menjadi organisasi lalu ditunuklah Z.A
Batalembah dan M.Nawawian Abdullah sebagai ketua dan
sekertaris dalam pembuatan akte yayasan Al-Khairat ini (tahun
1958). Keduanya menghadap Bupati , Bidin sebagai kuasa
pembuat akte
5. Telah memberikan harapan dan dorongan kepada Massa Al-
Kairat untuk memulai usaha dibidang agama didaerah ini.
Dengan adanya akte yayasan 22 Agustus 1959, dan dimuat
dalam berita resmi berita Negara RI no.84 tanggal 20 Oktober
1959, maka secara formil Al-Kairat telah kuat kedudukanya dan
lebih leluasa bergerak dalam pengembanganya. Lalu menyusul
surat berita tanggal 30 Agustus 1958 yang memuat daftar
pembagian jatah mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan
studi ke perguruan tinggi Islam “Al-Azhar” di Cairo-Mesir dan
terpilihlah Sagaf bin Muhammad Idrus Aldjufri dan Abd.Hamid
Mahmudi sebagai perwakilan sulawei tengah yang berangkat
bersama 13 orang mahasiswa Indonesia menuju Mesir pada
tanggal 3 Oktober 1959
6. Mahfud Godal (seorang pengurus besar Al-Khairat) mendatangi
Singapura lalu memperkenalkan Al-Khairat .kedatangan dan
kegiatan yang dilaksanakan Mahfud Godal ini menjadi berita
utama dalam majalah “Qalam” terbitan Singapura, Juli 1959.
7. Pada tahun 1960 Guru Tua membangun Masjid Al-Khairat yang
letaknya di kompleks perguruan Islam Al-Khairat berdampingan
dengan rumah kediaman beliau untuk kepentingan pelajar
melaksanakan ibadah
8. Secara nyata, Al-Kairat mendorong dan membantu secara
positive kepada para delegasi penuntut daerah propinsi untuk
menghadap menteri dalam negeri.
9. Pemerintah memberikan beberapa bantuan berupa kesempatan
kepada guru-guru tamatan Al-Khairat untuk mengikuti ujian guru

18
agama yang memberikan kesempatan nantinya bagi mereka
untuk menjadi guru tetap melalui Departemen Agama.
10. Al-Khairat mendapat kesempatan untuk menghadiri
musyawarah di Menado pada bulan Desember 1962 untuk
meningkatkan solidaritas ukhuwah Islamiyah untuk memajukan
bangsa dan menjamin kestabilan keamanan. Guru Tua diberi
kesempatan memberikan pandangan dan petunjuk serta buah
pikiran terutama dalam masalah keagamaan yang erat
hubunganya dengan pembangunan bangsa. Pada saat itu,
diangkatlah Guru Tua sebagai “Penasihat Ahli”.
11. Pembangunan Asrama untuk pemenuhan tempat tinggal bagi
murid-murid Al-Khairat yang berasal dari luar kota Palu. Lokasi
pembangunan tersebut direncanakan di wilayah kompleks
persawahan jurusan jala Bayoge yang biaya tanahnya berasala
dari usaha Guru Tua sendiri juga sumbangan dari para
dermawan.
Tahun 1663 dimulailah pekerjaan bangunan tersebut dengan
gotong royong masyarakat yang berasala dari
Biromaru,Dolo,kalukubula,Palu serta beberapa desa sekitar
kota Palu

2.3.3.2. Pelaksanaan Muktamar II, tahun 1963


Telah menjadi keputusan Muktamar I pada tahun 1956 bahwa
Muktamar II akan dilaksanakan di Ampana-Poso, mengahadapi ini
maka dilakukan:
1. Persiapan menjelang Muktamar
2. Pelaksanaan Muktamar
3. Hasil Muktamar
Direncanakan pada Agustus 1963 dan membuahkan sambutan dari
semua pihak yang ingin menyukseskan acara tersebut. Lalu
dibuatlah mandate pada S.M.Almahdaly dan M.S.Panjili sebagai

19
ketua dan sekertaris untuk segera membentuk panita dan
mempersiapkansegala sesuatu yang ada hubunganya dengan
pelaksanaan Muktamar.
Waktunya ditetapkan dari tanggal 10-15 Agustus 1963 pelaksanaan
Muktamar.
Tepat Pada waktunya pelaksanaan Muktamar dibuka oleh Guru
Tua dihadiri oleh pesarta dari cabang-cabang Al-Khairat,unsure
pemerintah, tokoh masyarakat, dan umat Islam di Ampana.
Bertambahnya 246 Madrasah dari 45 cabang Al-Khairat
menimbulkan masalah dalam tubuh Al-Khairat, seperti: mekanisme
pengurus besar belum memadai, nama Madrasah belum seragam,
gedung Madrasah masih banyak meminjam gedung sekolah rakyat
negeri (SDN) semua materinya dibocarakan dibahasa dan
disimpulkan selama 5 hari dalam Muktamar tersebut.
Pada acara pembahasan tentang organisasi menghasilkan:
1. Disempurnakan AD (Anggaran Dasar) menjadi 8 Bab yang
bermakna 8 pucuk bendera, jumal pasal 13,rukun Islam 5,
rukun iman 6 dan rukun ikhsan 2 skaligus melengkapkan ART
(Anggaran Rumah Tangga) dan menentukan logo bersama
penjelasan yang dibuat oleh Abdullah Sikopa dari Palu.
2. Perubahan struktur atau bagian organisasi
3. Komposisi pengurus besar berubah dan personalianya juga
diubah sesuai dengan keadaan.
Sebagai tanda ucapan terima kasih Muktamar diberikan kepada
Guru Tua maka Muktamar mengambil keputusan 15 Agustus 1963
yang menyatakan “member gelar kepada Al-Habib Sayed Idrus bin
Salim Aldjufri pendidik agung Al-Khairat dengan gelar “Al-Uztads-
Akbar”.
Lencana Al-Khairat

20
Lencana Al-Khairat yang ditetapkan pada Muktamar Al-Khairat ke II
di Ampana sebagimana termuat dalam Anggaran Rumah Tangga
Bab I pasal 2 dengan pencipta logonya adalah Abd.Sikopa.
1. Bentuk dasar adalah segitiga yang mengartikan kepada azas
ajaran agama Islam yang tiga, ialah Islam, Iman,Dan Ihsan.
2. Bulan sabit mengartikan bahwa perguruan islam Al-Khairat
hendak menuju ketaraf kesempurnaanya
3. Bintang yang kerkejora lima, mengartikan bahwa Al-Khairat
dibawah lindungan dasar Negara pancasila dan dasar agama
islam, rukum Islam.
4. Kuba melambangkan kemegahan Islam
5. Pintu Gerbang adalah gapura kebahagiaan
6. Dua buah kitab adalah dasar ide Islam Al-Qur’an dan Al-Hadis
7. Bulu ayam dan botol tinta adalah symbol pendidikan
8. Pita yang lengkunganya dibawah menunjukkan senyuman
warga Al-Khairat setiap saat
9. Garis melintang menunjukkan bahwa Al-Khairat dibangun dikota
khatulistiwa (Palu)
10. Garis kecil berjumlah 30 menunjukkan tahun berdirinya Al-
Khairat tahun 1930
11. Warna dasar kuning menunjukkan keluhuran budi Al-Khairat
dan warna merah adalah semangat yang tak kunjung padam
Dengan selesainya Muktamar, maka Guru Tua melaksanakan
perjalanan ke Utara Sulawesi dan Ternate. Dengan semangatnya,
pengurus besar hasil Muktamar 2 mengadakan beberapa kegiatan,
antara lain:
1. Diskusi 27 Desember 1963 dilanjutkan 29 Desember 1963 di
gedung Al-Khairat pusat Palu. Untuk membentuk Yayasan
Pendidikan Islam Al-Khairat Palu.
2. Gubernur Anwar Gelar Dato Madjo basah Nan Kuning secara
resmi pada tanggal 27 April 1964 melantik Guru Tua menjadi

21
Rektor Universitas Islam Al-Khairat Palu sebagai hasil kegiatan
perkuliahan Universitas Islam Al-Khairat yang dimulai sejak
tahun 1957
3. Pada tahun 1966 kondisi fisik guru tua agak mulai
menurun,namun beliau masih senantiasa aktif mengunjungi
cabang-cabang Al-Khairat di daerah-daerah yang tersebar
maupun memenuhi undangan-undangan
4. Z.Abidin Betalembah diganti oleh M.Gasim Maragau sebagai
Sekjen Al-Khairat dengan alasan kepentingan Al-khairat karena
beliau terlalu sibuk dengan jabatan institutionalnya di jajaran
pemerintah, yaitu sebagai kepala kantor inspeksi pendidikan
agama Sulawsi tengah dan wakil rakyat
5. Dengan selesainya tugas belajar S.Sagaf bin Muhammad
Aldjufri masyarakat kota Palu menyambutnya dengan suka cita.
Ia kembali dengan gelar Master of Arst (M.A) pada tahun 1967.
Hanya 2 minggu setelah kedatanganya, Guru Tua langsung
mengajaknya mengadakan perjalanan berkeliling untuk melihat
perkembangan Al-Khairat selama cucunya tersebut menempuh
pendidikan di Cairo,Mesir.
6. Untuk menjamin mutu pelajar/tamatan Al-Khairat maka dibentuk
Panitia Ujian Akhir untuk Madrasah Mualimin pada tahun 1968
yang diketuai H. Rustam Arsjad beserta sekertaris umum
S.B.Kambay
7. Sekembalinya rombongan Guru Tua beserta S.Sagaf cucunya
ada berita gembira bahwa melalui Umar Bin Alwi Idrus
(C.V.ALBA) bahwa keluarga Alidrus (almarhum) atas dasar niat
suci diatas namakan Mohammad Alidrus maka Guru Tua
bersama 3 murid pilihanya akan diberangkatkan ketanah suci
untuk beribadah Haji.Guru Tua tiba di Palu pada bulan Februari
1968 dan menentukkan ketiga murid pilihan yang akan naik haji
bersamanya. Terpilihlah Mahfud Godal yang dianggap lurah

22
bicara, Hasbullah Arsjad yang membacanya baik, dan Sjakir
yang kuat untuk berurusan termasuk menjunjung Guru Tua.
Sampai di Jakarta rombongan Guru Tua disambut oleh Mentri
Agama RI dan sesampainya di Mekkah beliau diundang dan
dijamu bersama ulama-ulama besar.Setelah selesai
menunaikan ibadah Haji, rombongan kembali ke tanah air.
Rombongan disambut oleh M. Gasim Maragau di Jakarta dan
setibanya di Palu disambut dengan meriah oleh para jemaah
dan umat Islam Al-Khairat Palu.
8. Guru Tua terus ke pulau Jawa untuk melanjutkan pengobatanya
karena kondisi Guru Tua semakin menurun. Mei 1969
menganjurkan kepada murid-muridnya untuk membuat kamar
khusus diantara rumah Awad Basalamah dengan kubur Sjarifah
yang berdempetan dengan dinding masji Al-Khairat Palu.
Pertengahan bulan Juni 1969 kamar selesai. Beliau terus
menerus menempati maker tersebut sejak kepulanganya
berobat dari Jawa dan dengan tenangnya beliau
menghembuskan napas terakhir sesudah lebaran puasa pada
hari Senin 22 Desember 1969 atau 12 Sjawal 1389 pukul 02.40
2.3.3.3. Pelaksanaan Muktamar III, Tahun 1979
Pelaksanaan tertunda karena beberapa hal, antara lain:
1. Kesibukan Al-Khairat dalam menyambut kedatangan S.Sagaf
disusul dengan keberangkatan Guru Tua bersama rombongan
untuk ibadah Haji
2. Keadaan yang kurang aman karena pemberontakan G 30 S/PKI
3. Dana yang belum memungkinkan untuk pelaksanaaan
Muktamar tersebut
Dalam waktu singkat muktamar akan dilaksanakan pada tahun
1970.Setelah pembentukan panitia,maka diputuskan Muktamar
dilaksanakan pada tanggal 1-5 Agustus 1969.Muktamar ini tidak
lagi dihadiri oleh Guru Tuakarena beliau telah wafat.Itulah sebabnya

23
sehingga pelaksanaan Muktamar disertai dengan perayaan HUT Al-
Khairat ke 40 dan Hould Guru Besar.
Selama Muktamar Banyak masalah yang dibahas terutama
masalah kepemimpinan program kerja dari Al-Khairat. Walaupun
selama berjalan, Muktamar nampaknya ada hal-hal yang
menegangkan tetapi semua mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk memajukan Al-Khairat. Hasil keputusan itu dilengkapi dengan
saran dan pendapat dari peserta maupun dari pejabat
pemerintah.Mereka juga datang untuk menziarahi makam Guru
Tua.
Semua masalah tiap seksi telah dibicarakan melalui siding komisi
dan diselesaikan melalui keputusan tentang AD/ART ada beberapa
perubahan sekaligus merubah logo yang berbentuk segitiga
menjadi segilima, menyusun program kerja,umum dan khusus di
bidang pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan,lingkungan
dan dukungan dana Al-Khairat juga membuat pernyataan
“kebulatan tekad” dalam meneruskan perjuangan Al-Khairat.
Komposisi personalia pengurus besar terakhir deselesaikan malam
tanggal 5 Agustus 1970 jam 24.00 tim perumus yang diketuai oleh
Zainuddin Abd. Rauf secara khusu mengambil tempat di “kamar
husus”: Guru Tua dan hasilnya dapat dibicarakan pada tanggal 6
Agustus 1970
Lencana Al-Khairat
Lencana Al-Khairat yang ditetapkan pada Muktamar Al-Khairat ke III
pada tanggal 6 Agustus 1970.
1. Bentuk dasar adalah segilima sudut yang mengartikan kepada
lima rukun islam
2. Bulan sabit mengartikan bahwa perguruan islam Al-Khairat
hendak menuju ketaraf kesempurnaanya

24
3. Bintang yang kerkejora lima, mengartikan bahwa Al-Khairat
dibawah lindungan dasar Negara pancasila dan dasar agama
islam, rukum Islam.
4. Kuba melambangkan kemegahan Islam
5. Pintu Gerbang adalah gapura kebahagiaan
6. Dua buah kitab adalah dasar ide Islam Al-Qur’an dan Al-Hadis
7. Bulu ayam dan botol tinta adalah symbol pendidikan
8. Pita yang lengkunganya dibawah menunjukkan senyuman
warga Al-Khairat setiap saat
9. Garis melintang menunjukkan bahwa Al-Khairat dibangun dikota
khatulistiwa (Palu)
10. Garis kecil berjumlah 30 menunjukkan tahun berdirinya Al-
Khairat tahun 1930 (muharram 1349 H)
11. Warna dasar kuning menunjukkan keluhuran budi dan
melambangkan cinta yang tidak terbatas
Usaha-Usaha dan keberhasilan Al-khairat dalam hal mengendalikan
organisasi maupun masyarakat dibidang Agama dapat
dicatat,antara lain:
1. Setelah termepasnya G 30 S/PKI dengan sukses, pemerintah
menata system ketata negaraan melalui system pemilihan
umum )pemilu). Al-Khairat banyak menunjukan partisipasi
dalam kegiatan pemilu’
2. Terobosan baru yang ditempuh ketua umum P.B.Al-Khairat
Palu S.Sagaf bin Moh.Aldjufri mengunjungi Negara-negara
diTimur Tengah hadilnya adalah member beasiswa kepada
murid-murid Al-Khairat untuk belajar kenegara tersebut dan ada
pula presiden RI membantu dana berupa uang untuk
pembangunan Al-Khairat
3. Menelusuri dengan teliti perkembangan Al-Khairat, ditemukan
bahwa selama ini agak kurang lancer terutama dalam kegiatan
administrasi, maka ketua mangamibil kebijakan dengan

25
memberhentikan Lukman makmur secara hormat sebagai
Sekjen dan diganti oleh Moh.Idris Siara.
Tanggal 26 September 1973 atas wewenang ketua utama
mengeluarkan SK tentang komposisi dan personalianya.
Dengan wajah baru hasil SK inilah, PB mulai mmenata,nekerja
keras terutama di bidang administrasi, lalu diadakan juga Rapat
kerja GUPPI yang pertama tingkat propinsi Sulawesi Tengah
dimana Al-Khairat menjadi pelaksananya.
4. Dimasa orde baru banyak mendapat perhatian dari pemerintah
sehingga pada tahun 1975 , menteri agama secara khusus
ditunjuk oleh presiden mewakili pemerintah untuk untuk
meresmikan gedung pesantren Al-Khairat yang biayanya dari
bantuan presiden dengan wewenang P.B. Al-Khairat Hi.Rustam
Arsjad menjadi pemimpinya. Lalu diberikan sebuah mobil
Toyota yang digunakan untuk kegiatan oprasional.
5. Pada tahun 1976 wakil presiden RI bapak Hamengkubowono IX
dan beberapa mentri Negara mengadakan kunjungan ke
Sulawesi Tengah di Palu dan juga berkunjung ke keluarga
besar Al-Khairat untuk bersilaturahmi.
6. Telah jadi ketetapan bahwa setiap 5 tahun diadakan pemilu
untuk pemilihan wakil-wakil rakyat. Tahun 1977 Al-Khairat juga
ikut aktif dalam kegiatan ini
7. Diantara 1866 dan 1975 juga telah membuka sekolah umum
seperti TK, SD,SMP,SMA, dan Perguruan Tinggi.
8. Beberapa para pengurus besar dan tokoh-tokoh Al-Khairat telah
banyak yang wafat, maka disinilah ditemukan beberapa
gambarang pasang surutnya Al-Khairat pada periode Majelis ke
II.
2.3.3.4. Pelaksanaan Muktamar IV tahun 1980
Dua kali warga Indonesia selesai melaksanakan pesta demokrasi
dengan hasil yang sukses.Al-Khairat sebagi salah satu lembaga

26
kemasyarakatan yang ikut aktif dengan kekuatan social lainya
dimasyarakat ikut bergandengan tangan dalam kegiatan ini.
Walaupun dalam ukuranya, sepuluh tahun merupakan waktu yang
lama untuk mengevaluasi kegiatan suatu organisasi.Demikian pula
yang terjadi di Al+khairat mengakibatkan banyak rencana selalu
tertunda pelaksanaanya. Ada beberapa hal yang mengakibatkanya:
1. Dalam mengsukseskan pemilu, Al-Khairat secara aktif ikut serta
sehingga member peluang untuk dapat bermuktamar walaupun
waktunya tertunda
2. Beberapa orang tamu Negara berkunjung ke Al-Khairat
sehingga massa Al-Khairat memusatkan kegiatanya pada
kedatangan tamu-tamu tersebut.
3. Beberapa pendukung dan tokoh Al-Khairat meninggal dunia
sehingga Al-Khairat menyatakan berkabung. Banyak jabatan di
Al-Khairat turut menjadi kosong
4. Masalah interen B.P sehingga membawa ke kancah
pertentangan pendapat
5. Kondisi dana yang belum memungkinkan melaksanakan
kegiatan Muktamar tersebut.
Dengan tekad dan usaha pengurus besa r Al-Khairat tanggal 11 Mei
1980 membentuk panitia muktamar yang direncanakan Julia tau
Juni 1980 sekaligus memperingati HUT Al-Khairat ke 50 tahun. Ini
berarti panitia harus matang dalam mempertimbangkan segala
sesuatunya.Mengadakan konsultasi dengan pemerintah dari tingkat
daerah sampai tingkat pusat. Dengan usaha keras maka npada 30
juni 1980 terlaksanakanlah Muktamar IVsekaligus memperingati
HUT ke 50 Al-Khairat yang dibuka oleh mentri penerangan RI, Ali
Murtopo,
Muktamar ini dihadiri hampir semua cabangnya yang berjumlah 555
dari pengurus sampai guru-guru. Dari hasil Muktamar diputuskan
tersebut banyak bersumber dari masukan peserta Muktamar

27
,prasarana pemerintah, dan evaluasi program kerja melalui pidato
pertanggung jawaban pengurus besar dihadapan Muktamar.
Setelah dikaji siding komisi, mukatamar mengambil keputusan
sebagai hasil kesepakatan Muktamar:
1. Tentang AD/ART
2. Tentang program kerja
3. Susunan pengurus besar tersusun juga komposisi dan
personalia 1980-1986 pada dewan pertimbangan dan dewan
ulama Al-Khairat

Kegitan madrasah kembali hidup pada tahun 1969 hingga 1974, sekolah Al-
Ma’rif dipimpin oleh Ustadz M. Said sedangkan Al-Ulum dipimpin oleh Ustadz
Aidid Palisando, keduanya sama-sama berasal dari Al-Khairaat Palu. Tahun
1974 Ustadz M. Said pindah ke Tarakan, Madrasah Al-Ma’rif tetap berjalan dan
diasuh oleh Ustadz Syahabuddin imam Mesjid Jami Al-Hidayah – sekarang
bernama mesjid Said Ahmad Al-Kaff,- sedangkan di Tanjung Palas sejak
Ustadz Aidid Palisando hijrah kembali ke Palu, madrasah ini di asuh oleh H.
Abd. Fatah.

Dikemudian hari nama Al-Ma’rif perlahan berubah menjadi nama Madrasah Al-
Khairaat sebagaimana mestinya, disinilah kurikulum pendidikan Al-Khairaat
disatukan. Gedung bangunan ini masih berdiri kokoh hingga sekarang walau
sudah diganti dengan bangunan kayu menjadi bangunan beton. Sedangkan Al-
Ulum tidak demikian, bangunan ini sempat dibongkar sebelum akhirnya
dibangun lagi menjadi sekolahTK..

Pada tahun 2003 secara resmi Pondok Pesantren Al-Khairaat Bulungan resmi
berdiri dibawah kepemimpinan Kepala Pondok Pesantrennya Drs. Sayyid
Muthahar Al-Jufri, seorang Ustadz kelahiran Kampung Arab Tanjung Selor
(Bulungan) yang lama mengenyam pendidikan dan kemudian menjadi pengajar

28
di Al-Khairaat Palu. Pesantren ini adalah bentuk manifestasi dari kurikulum Al-
Kahiraat dan dipadukan dengan pendidikan umum.

Untuk saat ini Pondok Pesantren Al-Khairaat memfokuskan untuk mendidik


santri ditingkat SMP dan Aliyah, sedangkan Madrasah Al-Khairaat yang
sebelumnya sudah lama berdiri memfokuskan diri untuk mendidik anak-anak
pada tingkatan Ibtidaiyah dengan kepala sekolahnya saat ini Ustadz Riduan L.
Labago yang juga merupakan pengajar tetap pada Ponpes Al-Khairaat
Bulungan.

Al-Khairaat memiliki struktur organisasi yang telah mapan.Di Bulungan saja saat
ini juga terdapat organisasi Wanita Islam Al-Khairaat (WIA) yang dipimpin oleh
Ustadzah Hj. Sy.Aminah Al-Jufri yang aktif menyokong Al-Khairaat dengan
berbagai kegiatan yang bermanfaat.Al-Khairaat bulungan juga memiliki
komisaris Daerah (KOMDA) dibawah tanggung jawab Drs. Alwi Al-Jufri.

Walaupun terbilang muda Pondok Pesantren Al-Khairaat antara rentang waktu


2003 hingga 2010 mencatat prestasi yang mengagumkan tak hanya pada
tingkat Kabupaten melainkan juga Provinsi. Para pelajar lulusan Al-Khairaat
yang berprestasi akan disekolahkan lagi ke luar negeri di antaranya di Yaman,
Mesir bahkan hingga sampai di Syiria. Pengiriman alumni Al-Khairaat ke
madrasah-madrasah ke luar negeri memang merupakan kebijakan yang telah
lama di jalankan oleh Al-Khairaat pusat, namun bagi Al-Khairaat di Bulungan,
pengiriman anak-anak Bulungan di madrasah-madrasah luar khususnya di
Yaman.

Sekolah ke Yaman bagi anak-anak bulungan merupakan bentuk rekatnya


kembali transper keilmuan dan poros dakwah Yaman-Bulungan yang telah lama
terputus bertahun-tahun lamanya, sekaligus melepas rasa rindu pada kampung
halaman yang Abi dan Uminya belum tentu menginjakkan kaki di tempat
tersebut. Sebagian dari pelajar tersebut memang merupakan keturunan Arab di

29
Bulungan yang jumlahnya memang tidak sedikit. Di kalimantan Timur
khususnya di Bulunganlah terdapat komunitas keturunan Arab yang beragam.

Dari lembah-lembah bebatuan yang dingin hingga ke perairan teduh yang


hangat, beribu-ribu Habaib hijrah dari tanah kelahirannya menuju kepulauan
Indonesia termasuk guru kita, Al-Alamah Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri
membawa cahaya kebenaran Agama Allah. Semoga Allah SWT menerima amal
ibadah mereka dalam istarahatnya yang panjang. Amin

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yg di rampung maka dapat disimpulkan bahwa Gaya


dakwah Habib Idrus sangat halus dan simpatik, sangat berbeda dengan gaya
gerak sejumlah ulama yang mengintroduksi gerakan di beberapa wilayah.
Kendati Indonesia adalah negeri keduanya ia memutuskan pergi dari negerinya
dan meluaskan dakwah ke Indonesia tahun 1920-an ia sangat menjunjung
tinggi negeri ini. Orang akan teringat betapa kecintaannya kepada negerinya
yang kedua ini dalam syairnya saat membuka kembali perguruan tinggi pada 17
Desember 1945 setelah Jepang bertekuk lutut, ia menggubah syair, Wahai
bendera kebangsaan berkibarlah di angkasa; Di atas bumi di gunung nan hijau,
Setiap bangsa punya lambang kemuliaan; Dan lambang kemuliaan kita adalah
merah putih.

B. SARAN

Di harapkan kepada dosen pengajar bahwasanya metode pembelajaran


kealkhairatan ini sangat bermanfaat sekali bagi yang menunutun ilmu dibawah
nanungan Alkhairaat.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah ketikan Dt. Mohd. Saleh gelar Dt. Perdana bin Alm Dt. Mansyur.
Risalah Riwayat Kesultanan Bulungan th 1503 M atau th 919 H”, t.th.

2. H.E. Mohd. Hasan dkk, “Sejarah masuknya agama Islam di Kabupaten


Bulungan” oleh Panitia Abad XV H. Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor.
26 November 1981 M / 29 Muharram 1402.

3. Sofian B. Kambay, “Perguruan Islam AlKhairaat Dari Masa Kemasa”.


Palu, April 1991.

4. Ali Amin Bilfaqih, H. Sayyid. 2006. “Sekilas Sejarah Kesultanan Bulungan


dari Masa ke Masa”. Tarakan : CV. Eka Jaya Mandiri.

5. Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, Dialog, “Khazanah Pemikiran


Ulama Melayu”, no. 64. Tahun XXX, November 2007.

6. Majalah Kisah Islami Alkisah, No.4 / Tahun VI / 11-24 Februari 2008.

32

Anda mungkin juga menyukai