Anda di halaman 1dari 40

PRESENTASI KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG PADA


ANAK PEREMPUAN UMUR 1 TAHUN

Oleh:
Pupus Ledysta G99141056
Surya Dewi P G99141058

Pembimbing:
dr. Sunu Rachmat, Sp.A, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD
Pandanarang Boyolali. Presentasi kasus dengan judul :

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG PADA


ANAK PEREMPUAN UMUR 1 TAHUN

Hari/tanggal :
Kamis, 16 Juli 2015

Oleh :
Pupus Ledysta G99141056
Surya Dewi P G99141058

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Sunu Rachmat, Sp.A, M. Kes


BAB I
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : An.S
Umur : 1 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 7,8 kg
Tinggi Badan : 75 cm
Agama : Islam
Alamat : Gondangsari, Kembangsari, Musuk, Boyolali
Tanggal masuk : 11 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan : 11 –15 Juli 2015
No. RM : 19494785

2. Anamnesis
Alloanamnesis dari orang tua pasien pada tanggal 11 Juli 2015.

A. Keluhan Utama
Diare

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Pandan Arang dengan keluhan diare.
Keluhan dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien BAB
cair lebih dari 10 kali sehari. BAB dengan cairan lebih banyak dari
ampasnya tidak disertai dengan lendir dan darah. Jumlah setiap kali BAB
sekitar ¼ gelas belimbing. BAB berwarna kuning dengan berbau. Pasien
terlihat rewel, pasien masih mau minum 400 cc sehari susu formula dan air
putih serta ASI lebih dari 4x sehari.
Sehari sebelum sampai saat masuk rumah sakit pasien mengalami
demam. Pada pasien didapatkan muntah, 1 kali, isi sesuai makanan
sebanyak ¼ gelass belimbing, Pada pasien tidak didapatkan sesak, kejang,
dan kembung. Buang air kecil terakhir 4 jam SMRS. Ibu pasien tidak
mengeluhkan adanya penurunan berat badan pada pasien. Pasien belum
mendapatkan pengobatan sebelumnya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa/diare : disangkal
Riwayat ganti susu formula : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat mondok : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat sakit serupa di keluarga : disangkal
Riwayat sakit serupa di lingkungan sekitar : disangkal
Sumber air minum : PDAM

E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan ibu cuci tangan sebelum kontak dengan pasien:
disangkal
Riwayat kebiasaan ibu merawat puting susu : disangkal

F. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dari seorang ibu 27 tahun dengan
paritas P1A0. Riwayat pemeriksaan kehamilan teratur di bidan puskesmas
sebanyak 5 kali. Selama hamil ibu rutin mengkonsumsi vitamin dan tablet
besi. Riwayat sakit selama kehamilan disangkal.

G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir normal dengan bantuan bidan di rumah. Bayi lahir
cukup bulan sesuai masa kehamilan. Berat bayi lahir 3200 gram, panjang
badan 48 cm, langsung menangis kuat, dan tidak biru.
H. Riwayat Imunisasi
Hb 0 : 0 bulan
BCG, Polio 1 : 1 bulan
DPT/Hb 1, Polio 2 : 2 bulan
DPT/Hb 2, Polio 3 : 3 bulan
DPT/Hb 3, Polio 4 : 4 bulan
Campak : 9 bulan
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.

I. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


a. Pertumbuhan
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3200 gram dan
panjang 47 cm. Menurut ibu pasien, saat pasien diperiksa di posyandu
berat badan dan tinggi badan pasien selalu meningkat. Saat ini pasien
berusia 1 tahun dengan berat badan 7,8 kg dan tinggi badan 66 cm.
Kesan : Pertumbuhan sesuai usia.

b. Perkembangan
1 bulan : tersenyum
2 bulan : mengangkat kepala
3 bulan : tengkurap sendiri
4 bulan : meraih benda, berteriak
6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh
9 bulan : merangkak, bicara penggal kata
Saat ini pasien berusia 1 tahun, pasien dapat berdiri sendiri, bicara1-2
kata, memegang dengan ibu jari dan jari, mencoret-coret, dan sudah
dapat minum dengan cangkir.
Kesan : Perkembangan sesuai usia.
J. Riwayat Nutrisi
1. ASI diberikan sejak lahir, diberikan tiap kali menangis, lama
menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri.
2. Buah dan sayur : pisang sejak umur 6 bulan, sayur bayam,wortel,
lauk ati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan.
3. Makanan padat dan bubur :
a. Bubur susu : sejak usia 6 bulan
b. Nasi tim : sejak usia 9 bulan
4. Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga.
Makanan beraneka ragam nasi disertai lauk pauk seperti tahu, tempe,
telur, daging dan disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1
piring nasi setiap makan, dan selalu menghabiskan makanannya.

K. Pohon Keluarga
I

II
Bp T, 28 th Ibu S, 27 th

III
An. S, 1 tahun

3. Pemeriksaan Fisik (11 Juli 2015)


A. Keadaan umum:sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan baik
B. Tanda vital:
Nadi : 104 x/ menit, reguler, isi,dan tegangan kurang
Laju nafas : 20 x/ menit
Suhu : 37,9ºC (aksila)
C. Kepala : mesocephal, rambut hitam, sukar dicabut
D. Mata :palpebra edema (-/-), mata cekung (-/-),air mata
(+/+)berkurang, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-
/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
E. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
F. Telinga : sekret (-/-), normotia
G. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah
H. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
I. Leher : trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar
J. Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
K. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+)meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali melambat, pekak alih (-), undulasi (-)
L. Ekstremitas
Akral Dingin Oedem
- - - -
- - - -

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat

4. Perhitungan Status Gizi


A. Secara Klinis
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
Secara Antropometris
BB : 7,8 kg
Umur : 1 tahun
TB : 75 cm
BB/U = 7,8/9,6 x 100% = 81,25% -2SD< Z score< 0SD
TB/U = 75/76 x 100% = 98,68 % -2SD< Z score< 0SD
BB/TB = 7,8/9,5 x 100% = 82,11% -2SD< Z score< 2SD
(WHO)
Kesan Status gizi secara antropometris : gizi baik, normoweight,
normoheight

5. Daftar Masalah
a. BAB cair lebih dari 10 kali per hari
b. Demam 2 hari
c. Anak rewel dan tampak kehausan
d. Bising usus (+) meningkat
e. Turgor kulit sedikit melambat
6. Diagnosis Banding
Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus dd bakterial dd GEA
7. Diagnosis Kerja
a. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus
b. Gizi baik secara klinis

8. Penatalaksanaan
a. Rawat inap bangsal anak
b. IVFD RL 20 tpm makro 1 flabot lanjut KAEN 8 tpm
c. Injeksi antrain 80 mg/ 8 jam
d. Injeksi invomit 1 mg/12 jam
e. Interzinc syrup 1 x 1 cth
f. L-Bio 2 x 1

9. Planning
1. DL 2, elektrolit
2. Pemeriksaan feses rutin

10. Monitoring
1. KUVS 8 jam
2. Status hidrasi/8jam
3. BCD/8 jam

11. Edukasi
Edukasi yang diberikan terhadap pasien dan keluarga pasien adalah
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
12. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
FOLLOW UP PASIEN

A. TANGGAL 12 Juli 2015 (DPH 1)


S: BAB cair 10x dengan air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning,
lendir (-), darah (-), muntah (-), BAK (+), makan (-), minum ASI (+)
O : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, gizi baik
Tanda vital : HR: 132x/menit RR: 40x/menit
T: 37,5o C
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor, mata cekung (-/-),air mata (+/+) berkurang
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal, reguler,
bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit kembali melambat

Ekstremitas :
Akral Dingin Oedem
- - - -
- - - -
Capillary refill time < 2“
Arteri dorsalis pedis teraba kuat

Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 12 Juli 2015


Pemeriksaan 12/07/15 Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 11.4 g/dl 11.3 - 14.1
Hematokrit 36 % 33 – 45
Leukosit 3500 ribu/ul 6000-17500
Eritrosit 4.77 juta/ul 4.1 - 5.3
Trombosit 474 ribu/ul 150 – 450
INDEX ERITROSIT
MCV 76 /um 80.0 - 100.0
MCH 24 Pg 27.0 - 32.0
MCHC 31 g/dl 33.0 - 36.0
RDW 13 % 11.6 - 14.6
HITUNG JENIS
Eosinofil 0 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
Neutrofil batang 0 % 1–6
Neutrofil segmen 40 % 50 – 70
Limfosit 38 % 20 – 40
Monosit 22 % 2–8
ELEKTROLIT
Natrium 145 mmol/L 135-148
Kalium 3.62 mmol/L 3.5-5.3
Chloride 113 mmol/L 98-107
Pemeriksaan laboratorium feces rutin tanggal 12 Juli 2015
Pemeriksaan 12/07/15 Satuan Rujukan
FECES RUTIN
Warna Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Lendir Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Amoeba vegetatif Negatif Negatif
Amoeba kista Negatif Negatif
Bakteri Positif 2 Negatif
Lemak Negatif Negatif
Sisa-sisa makanan Negatif Negatif

Assesment:
a. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus
b. Gizi baik secara klinis

Terapi:
1. Infus KAEN 3A 8 tpm
2. Injeksi antrain 80 mg/8 jam IV (k/p)
3. Injeksi invomit 1 mg/12 jam IV
4. L bio 2x1 sachet per oral
5. Inter zink syr 1x1 cth
6. Oralit 80 ml/diare, 40 ml/muntah
7. Paracetamol 3x ¾ cth per oral
8. Susu formula low lactose

Monitoring:
1. KUVS per 8 jam
2. Balance cairan dan diuresis per 8 jam
3. Status hidrasi per 8 jam
Monitoring:

Penilaian 06.00 14.00 22.00


Pemeriksaan subjektif
Haus + + +
Diare + + +
Muntah - - -
Pemeriksaan objektif
KU Rewel Rewel Rewel

HR (x/menit) 110 104 100


RR (x/menit) 40 36 32
t (0C) 37,6 36,8 36,9
Kesadaran CM CM CM
UUB cekung - - -
Mata cekung -/- -/- -/-
Air mata +/+ +/+ +/+
Mukosa + + +
basah
Turgor Kembali kembali kembali
abdomen lambat lambat lambat
CRT < 2” < 2” < 2”
ADP Teraba Teraba Teraba
kuat kuat kuat
BCD
IWL 104 104 104
BC +84,7 +104,7 +97,4
D 3,6 4 3,3
diare akut Tetap Tetap Tetap
dehidrasi
sedang
B. TANGGAL 13 JULI 2015 (DPH 2)
S: BAB cair 8x dengan air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning,
lendir (-), darah (-), muntah (-), BAK (+), makan (-), minum ASI (+)
O : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, gizi baik
Tanda vital : HR: 110x/menit RR: 32x/menit
T: 37,0o C
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor, mata cekung (-/-),air mata (+/+) berkurang
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit kembali melambat
Ekstremitas :
Akral Dingin Oedem
- - - -
- - - -
Capillary refill time < 2“
Arteri dorsalis pedis teraba kuat

Assesment:
c. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus
d. Gizi baik secara klinis

Terapi:
1. Infus KAEN 3A 8 tpm
2. Injeksi antrain 80 mg/8 jam IV (k/p)
3. Injeksi invomit 1 mg/12 jam IV
4. L bio 2x1 sachet per oral
5. Inter zink syr 1x1 cth
6. Oralit 80 ml/diare, 40 ml/muntah
7. Paracetamol 3x ¾ cth per oral
8. Susu formula low lactose

Monitoring:
1. KUVS per 8 jam
2. Balance cairan dan diuresis per 8 jam
3. Status hidrasi per 8 jam
Monitoring:

Penilaian 06.00 14.00 22.00


Pemeriksaan subjektif
Haus + + +
Diare + + +
Muntah - - -
Pemeriksaan objektif
KU Rewel Rewel Rewel

HR (x/menit) 110 100 100


RR (x/menit) 32 32 36
t (0C) 37,4 37.0 36,7
Kesadaran CM CM CM
UUB cekung - - -
Mata cekung -/- -/- -/-
Air mata +/+ +/+ +/+
Mukosa + + +
basah
Turgor Kembali kembali kembali
abdomen lambat lambat lambat
CRT < 2” < 2” < 2”
ADP Teraba Teraba Teraba
kuat kuat kuat
BCD
IWL 104 104 104
BC +90,7 +100,7 +70,4
D 3 4 3
diare akut Tetap Tetap Tetap
dehidrasi
sedang
C. TANGGAL 14 JULI 2015 (DPH 3)
S: BAB cair 10x dengan air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning,
lendir (-), darah (-), muntah (-), BAK (+), makan (-), minum ASI (+)
O : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, gizi baik
Tanda vital : HR: 100x/menit RR: 32x/menit
T: 37,0o C
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor, mata cekung (-/-),air mata (+/+) berkurang
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin Oedem
- - - -
- - - -
Capillary refill time < 2“
Arteri dorsalis pedis teraba kuat

Assesment:
a. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus
b. Gizi baik secara klinis

Terapi:
1. Infus KAEN 3A 8 tpm
2. Injeksi antrain 80 mg/8 jam IV (k/p)
3. Injeksi invomit 1 mg/12 jam IV
4. L bio 2x1 sachet per oral
5. Inter zink syr 1x1 cth
6. Oralit 80 ml/diare, 40 ml/muntah
7. Paracetamol 3x ¾ cth per oral
8. Susu formula low lactose

Monitoring:
1. KUVS per 8 jam
2. Balance cairan dan diuresis per 8 jam
3. Status hidrasi per 8 jam

Monitoring:

Penilaian 06.00 14.00 22.00


Pemeriksaan subjektif
Haus + + +
Diare + + +
Muntah - - -
Pemeriksaan objektif
KU Rewel Rewel Rewel

HR (x/menit) 100 104 104


RR (x/menit) 32 28 32
t (0C) 37,0 36,0 36,5
Kesadaran CM CM CM
UUB cekung - - -
Mata cekung -/- -/- -/-
Air mata +/+ +/+ +/+
Mukosa + + +
basah
Turgor Kembali kembali kembali
abdomen lambat lambat lambat
CRT < 2” < 2” < 2”
ADP Teraba Teraba Teraba
kuat kuat kuat
BCD
IWL 104 104 104
BC +84,7 +104,7 +97,4
D 3 3 2
diare akut teratasi teratasi teratasi
dehidrasi
sedang

D. TANGGAL 15 JULI 2015 (DPH 4)


S: BAB cair 8x dengan ampas lebih banyak dari air, berwarna kuning,
lendir (-), darah (-), muntah (-), BAK (+), makan (-), minum ASI (+)
O : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, gizi baik
Tanda vital : HR: 100x/menit RR: 32x/menit
T: 37,2o C
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor, mata cekung (-/-),air mata (+/+) berkurang
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal, reguler,
bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin Oedem
- - - -
- - - -
Capillary refill time < 2“
Arteri dorsalis pedis teraba kuat

Assesment:
a. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c rotavirus
b. Gizi baik secara klinis

Terapi:
1. Infus KAEN 3A 8 tpm
2. Injeksi antrain 80 mg/8 jam IV (k/p)
3. Injeksi invomit 1 mg/12 jam IV
4. L bio 2x1 sachet per oral
5. Inter zink syr 1x1 cth
6. Oralit 80 ml/diare, 40 ml/muntah
7. Paracetamol 3x ¾ cth per oral
8. Susu formula low lactose
9. Boleh pulang, pasien kontrol kembali di Poli anak
BAB II
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
ditegakkan berdasarkan:
A. Anamnesis
BAB cair lebih dari 10 kali sehari. BAB dengan cairan lebih banyak
dari ampasnya tanpa disertai dengan lendir dan darah. Jumlah setiap kali BAB
sekitar ¼ gelas belimbing. BAB berwarna kuning dengan berbau. Pasien
terlihat rewel, menangis kuat, dan bergerak aktif. Pasien masih mau minum
400 cc sehari susu formula dan air putih serta ASI lebih dari 4x sehari.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 104 kali permenit, reguler, isi dan
tegangan kurang; frekuensi pernafasan 20 kali permenit; suhu tubuh pada
saat itu adalah 37,9°C per aksiler.
3. UUB cekung (-), mata cekung (-/-), air mata (+/+) sedikit menurun,
bising usus (+) sedikit meningkat, turgor kulit kembali sedikit melambat,
CRT <2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses rutin
a) Makroskopis:
- Konsistensi cair, cair lebih banyak daripada ampas
- Warna coklat
b) Lendir (-)
c) Pus (-)
d) Darah (-)
Kesimpulan: Tinja warna coklat berbau, lendir darah (-), ditemukan
bakteri (+), leukosit (-).
Berdasarkan kriteria diagnosis dari IDAI tahun 2004, pasien dapat
didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang berdasarkan
penemuan klinis sebagai berikut :
1. BAB cair 10 kali per hari, lendir (+), darah (+) sejak 1 hari MRS
2. Anak rewel dan tampak kehausan
3. Air mata sedikit berkurang (+/+)
4. Mata cekung (-/-)
5. Turgor kulit sedikit menurun
Pada pasien ini dapatkan 2 gejala mayor dan lebih dari 2 gejala minor
pada diare berdasarkan IDAI 2004. Dengan demikian dapat di tegakkan
diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang.
Tatalaksana lintas diare, terdiri dari
1. Cairan
Pada pasien dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, diberikan cairan
rehidrasi infus RL 20 tpm/ jam (mengganti kehilangan cairan yang sudah
terjadi). Rehidrasi ini dilakukan dalam waktu 24 jam, kemudian dievaluasi.
Apabila dehidrasi sudah teratasi maka dilanjutkan terapi maintenance
dengan KAEN 3A. Kandungan dari KAEN 3A sendiri terdiri dari Dextrosa
27 g/L, Na 60 mEq/L, K 10 mEq/L, Cl 50 mEq/L, Lak 20, Kalori 108
Kcal/L, T. Osm 290 mOsm/L. Menggunakan rumus Darrow sebanyak 800
ml/24 jam ~8 tpm makro. Apabila pasien sudah tidak rewel dan dapat
diberikan cairan melalui oral, maka terapi cairan diberikan secara CRO
(Cairan Rehidrasi Oral) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB
dalam 3 jam untk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5 – 10 mL/ kgBB setiap diare cair.
2. Seng (Zinc)
Seng digunakan untuk menurunkan frekuensi BAB dan volum tinja.
Diberikaan interzinc dengan dosis Interzinc syrup 1 x ½ cth untuk usia < 6
bulan. Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak. Mekanisme yang menjelaskan pengaruh
zink terhadapt diare kemungkinan adalah sebagai berikut. Diare akut pada
anak negara berkembang umumnya diare infeksius. Zink mempunyai efek
terhadap enterosit dan sel – sel imun yang berinteraksi dengan agen
infeksius pada diare. Zink terutama bekerja pada jaringan dengan kecepatan
turnover yang tinggi seperti saluran cerna dan sistem imun dimana zink
dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein.
Zink bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya
permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamin oleh sel mast dan respon
kontraksi serta sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan
mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNFα yang
juga merangsang permeabilitas usus.
Zink menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi
membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur
makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zink melindungi
membran dari efek agen infeksius dan dari peroksidase lemak. Seng/Zink
elemental diberikan selama 10- 14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis : umur dibawah 6 bulan : 10 mg per hari;
umur diatas 6 bulan : 20 mg per hari
3. Nutrisi
Makanan dengan menu yang sama saat anak sehat tetap diberikan,
dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering. Pasien diberikan ASI 8x10-
20ml/hari. Nutrisi yang diberikan bertujuan untuk mencegah kehilangan
berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan,
makanan diberikan sedikit – sedikit tapi sering ( lebih kurang 6 x sehari ).
Pada pasien juga diberikan susu formula rendah lakotosa atau susu formula
yang diencerkan. Tujuan dari pemberian nutrisi ini adalah untuk
mengurangi dari kerja usus yang terluka akibat infeksi bakteri. Laktosa yang
tidak tercerna juga dapat menyebabkan diare.
4. Medikamentosa
Pada 5 langkah pilar penatalaksanaan diare akut, tidak boleh diberikan
obat anti diare. Antibiotik diberikan bila ada indikasi seperti disentri atau
kolera. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya lendir maupun darah pada
tinjanya sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding diare yang
disebabkan oleh amoeba dan basiler.
5. Edukasi
Edukasi pada orang tua pasien ini antara lain:
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian ASI yang baik dan optimal
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT
1. Pengertian Umum
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1 Ada juga yang memberi
batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu2.
Diare akut diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari. 1

2. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5
% daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi
berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
a. Faktor lingkungan
b. Gizi
c. Kependudukan
d. Pendidikan
e. Keadaan sosial ekonomi
f. Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan
menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja
anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga.2

3. Etiologi
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus,
bakteri, dan parasit. 1
Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit
yang telah dikenal sebagai penyebab enteritis sbb:
a. Bakteri
Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
perfringens, Clostridium difficile, Escherichia coli, Plesiomonas
shigelloides, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae
01 and 0139, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia enterocolitica.
b. Virus
Astroviruses, Caliciviruses, Norovirus, Enteric adenoviruses, Rotavirus,
Cytomegalovirus, Herpes simplex viruses.
c. Parasit
Balantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum,
Cyclospora cayetanensis, Encephalitozoon intestinalis, Entamoeba
histolytica, Enterocytozoon bieneusi, Giardia lamblia, Isospora belli,
Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura.
Juga ada penyebab diare noninfeksi sbb:
a. Defek Anatomik
Malrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirschsprung, impaksi fecal,
sindrom usus pendek, atrofi microvillus, striktur.
b. Malabsorpsi
Defisiensi disakaridase, malabsorsi glukosa-galaktosa, insuffisiensi
pancreas, fibrosis kistik, Sindrom Shwachman, penurunan garam empedu
intraluminal, cholestasis, Penyakit Hartnup, abetalipoproteinemia,
Penyakit Celiac.
c. Endokrinopati
Thyrotoxicosis,Penyakit Addison,Sindrom Adrenogenital.
d. Keracunan
Logam berat, Scombroid, Ciguatera, jamur.
e. Neoplasma
Neuroblastomas, Ganglioneuromas, feokromositomas, Karsinoid, Sindrom
Zollinger-Ellison, Sindrom vasoaktif invasif intestinal.
f. Lain-Lain
Infeksi Nongastrointestinal, Alergi susu, Penyakit Crohn (regional
enteritis), Familial Dysautonomia, Penyakit defisiensi imun, Protein-
Losing Enteropati, Kolitis Ulseratif , Enteropatika Acrodermatitis,
Penyalahgunaan Laxative, Gangguan Motilitas, Pellagra (kekurangan
vitamin B kompleks).

Diare kronik atau persisten lebih dari 14 hari dapat karena :


(1) Agen infeksiosa seperti Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,
enteropatogenik Escherichia coli;
(2) Setiap enteropatogen yang menginfeksi pejamu yang
immunocompromised ; atau
(3) Gejala residual setelah kerusakan intestinal setelah infeksi akut.6
4. Patogenesis
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan
invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri
dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai
keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis
didapati sel leukosit polimorfonuklear. 1
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala
dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit. 1
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif, dan gangguan motilitas.
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolalitas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau
akibat garam magnesium. 1
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga
dapat menyebabkan diare sekretorik. 1
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. 1
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu transit usus menjadi lebih cepar. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. 1
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang
invansif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit damam feses. 1
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat
mengatasi pertahanan mukosa usus. 1
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin/toksin diaregenik).
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan
sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat masukan makanan kurang dan pengeluaran
bertambah.
c. Hipoglikemia.
d. Gangguan sirkulasi darah.5

Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel
vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,
menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus
halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus.
Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera. Pada
beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan
epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan.
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang
sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan
Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan
sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum.
Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.
Parasit
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara
menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses
dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi
penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika
itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan
klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, polmiksin, dan neomisin.3

5. Manifestasi Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering.5
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
a. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan
kurang.
b. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
d. Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin.4

6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang:
a) Sudah berapa lama diare berlangsung
b) Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
c) Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
d) Muntah (frekuensi dan jumlah)
e) Demam
f) Buang air kecil terakhir
g) Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
h) Jumlah cairan yang masuk selama diare
i) Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan,
obat,oralit)
j) Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
2) Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa.3

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi menurut IDAI (2004) dilakukan sesuai
dengan kriteria berikut :
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
a) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b) Keadaan umum baik dan sadar
c) Tanda vital dalam batas normal
d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
e) Turgor abdomen baik, bising usus normal
f) Akral hangat
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda
Tambahan
b) Keadaan umum gelisah dan cengeng
c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir kering
d) Turgor kurang
e) Akral hangat
f) Pasien harus rawat inap

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)


a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d) Turgor buruk
e) Akral dingin
f) Pasien harus rawat inap. 3

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas Dehidrasi berat
minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut
ini:
 Gelisah, rewel
 Mata cekung Dehidrasi ringan/sedang
 Haus, minum dengan lahap
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan dehidrasi berat atau Tanpa dehidrasi
ringan/sedang

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja
1) makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi
2) mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
3) kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
4) biakan dan uji sensitivitas3

Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari


pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitivitas leukosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella, dan Campylobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung dari jenis patogennya. 1
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan
cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah, dan pemeriksaan darah lengkap. 1
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi. 1

7. Pengobatan
a. Atasi dehidrasi
1) Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
 <1 tahun : 50-100 cc
 1-5 tahun : 100-200 cc
 5 tahun : semaunya
2) Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
sepeti yang di atas setiap kali buang air besar.
Bisa juga dengan kriteria :
 Dehidrasi Ringan (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
 Rehidrasi dengan CRT/ORALIT 30-50 ml/kgBB/3-4 jam jika
ada perbaikan lalu maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam
 Dehidrasi Sedang (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.
Apabila pasien susah untuk minum, maka dapat diberikan secara
parenteral :
 BB < 10 kg = 200 cc/kgBB/24jam
 BB 10 – 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam
 BB > 15 kg = 135 cc/kgBB/24jam
3) Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
 < 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
b. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
c. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
d. Jangan menggunakan spasmolitika
e. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
f. Probiotik
g. Vitamin A
 6 bulan- 1 tahun : 100.000 IU
 > 1 tahun : 200.000 IU
Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare.3

8. Pemantauan
a. Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, barat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan dehidrasinya. Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
b. Tumbuh Kembang
c. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk. 3

9. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Syok hipovolemik
c. Hipokelemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemeh,
bradikardi, perubahan pada EKG).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan. 5

10. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.6

11. Pencegahan
a. Upayakan ASI tetap diberikan.
b. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan.
c. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban.
d. Imunisasi campak.
e. Memberikan makanan penyapihan yang benar.
f. Penyediaan air minum yang bersih
g. Selalu memasak makanan. 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Soebagyo B. (2008). Diare Akut Pada Anak. UNS Press. Surakarta.


2. Umar Z., Khalid H.S., dan Josia G. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf
3. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.

4. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.


Hal :49-52
5. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to
Health.

6. Rusepno H dan Husein A. (1988). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.


Infomedika. Jakarta.
7. Cahyadi E. (2006). Gastroenteritis. http://fkuii.org/tiki-
read_article.php?articleId=17&comzone=show

Anda mungkin juga menyukai