Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERAN : CLINICAL CASE MANAGER ( CCM )

Disusun Oleh :
Setiyo Wijayanti
N1. 11. 033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO


PROGRAM STUDI S1 PROFESI ILMU KEPERAWATAN
SEMARANG
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERAN : CLINICAL CASE MANAGER (CCM)

A. Pengertian
Manajer asuhan klinik adalah seorang yang bergelar sarjana keperawatan atau Ners dan
yang lebih diutamakan bergelar master, kemampuan CCM meliputi kemampuan sebagai
perawat primer (PP) disertai kemampuan manajemen dan kepemimpinan serta
pengetahuan keperawatan klinik tindak lanjut (Sitorus, 2006).

Clinical Case Manajer (CCM) adalah Skep atau Ners dengan pengalaman dan MPKP
tingkat I adalah seorang Ners spesialis.

Clinical Case Manajer (CCM) bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya
Clinical Case Manajer (CCM) sudah mempunyai pengalaman sebagai perawat primer
(PP) minimal 6 bulan.

Pengertian lebih jelas dari CCM atau supervisor adalah sebagai suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para tenaga perawat dan staf lain dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif (PPKC, 2009).

B. Peran Manajer Asuhan Klinik


1. Mengelola layanan sejumlah klien (10-12 klien) melalui koordinasi dengan dokter
staf keperawatan dan anggota tim lainnya.
2. Meyakinkan bahwa hasil asuhan klien dicapai sesuai dengan kerangka waktu.
3. Melengkapi pengkajian kebutuhan klien atau keluarga secara lebih detail.
4. Menjadi model peran (role model) dan memberikan bimbingan pada perawat primer.
5. Menilai perkembangan kondisi klien, mengelola pemanfaatan sumber-sumber.
6. Bertanggung jawab selama 24 jam untuk sejumlah klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
7. Merencanakan dan memfasilitasi pendidikan untuk rencana pemulangan klien
(Sitorus, 2006, hlm. 59).
C. Tujuan Pokok dalam Supervisi
1. Meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan, yang dilakukan
melalui pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahannya untuk kemudian,
apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk.
2. Pelaksanaan supervisi harus memiliki sikap edukatif, suportif bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala, supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dilakukan secara fleksibel dan selalu disesuaikan perkembangannya
(Suarli, 2009, hlm. 81-82).

D. Proses Supervisi Praktek Keperawatan


1. Standar keperawatan sebagai asuhan.
2. Pelaksanaan sebagai pembanding pencapaian.
3. Tindak lanjut untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas.

E. Area yang di Supervisi


1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Sikap

F. Cara Supervisi
Pengamatan langsung (direct observation)
1. Sasaran pengamatan, hanya difokuskan pada sesuatu yang bersifat pokok dan
strategis saja (selective supervision).
2. Obyektifitas pengamatan, pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat
menggangu obyektifitas, untuk mencegah keadaan tersebut perlu dibantu dengan
suatu daftar isi (check list) yang telah disiapkan, ditujukan untuk setiap sasaran
pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
3. Pendekatan pengamatan, sangat dianjurkan dalam pengamatan dilakukan secara
edukatif dan suportif.
G. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah proses untuk menyediakan informasi tentang :
1. Sejauhmana suatu kegiatan tertentu telah dicapai
2. Bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu, untuk
mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya.
3. Serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan
harapan-harapan yang ingin diperoleh.

H. Perencanaan Clinical Case Manajer (CCM)


Hari, tanggal : Senin, 27 Februari 2012
1. Membuat rencana kegiatan supervisi bagi semua pasien dan bimbingan bagi perawat.
Supervisi pada pasien akan dilakukan antara kepala ruang, CCM dan ketua tim,
mulai dari pasien kelolaan yang berada di tim I kemudian dilanjutkan di tim II. Area
yang disupervisi meliputi : pengetahuan perawat tentang pasien yang dikelola,
ketrampilan tindakan apakah sudah sesuai dengan SOP, dan bagaimana sikap
perawat dalam memberi asuhan keperawatan. Tanpa terkecuali dengan perawat
pelaksana. Melakukan bimbingan mengenai masalah yang ditemukan saat supervisi.

2. Menyusun rencana dan tujuan kegiatan supervisi asuhan keperawatan dan bimbingan
setelah melakukan supervisi pada semua pasien dilanjutkan dengan supervisi asuhan
keperawatan yang telah dibuat oleh para perawat.
Mengoreksi apakah pengkajian sudah lengkap, diagnosa yang ditegakkan sudah
tepat, implementasi yang dilakukan harus sesuai dengan program dan bagaimana
evaluasinya.

3. Membuat rencana kegiatan siang klinik.


Setelah melakukan supervisi bagi pasien dan asuhan keperawatan, muncul masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengelolaan. Masalah tersebut kemudian akan
diangkat sebagai topik dalam siang klinik.

4. Membuat rencana pengembangan bagi tenaga keperawatan di unit.


Berdasarkan masalah yang terjadi tadi, Clinical Case Manajer (CCM) akan
mengidentifikasi apakah perawat hanya perlu diajarkan pada siang klinik atau butuh
seperti pelatihan-pelatihan.
Rencana Kegiatan
No Waktu Kegiatan
1. 06.45 Renungan pagi dan berdoa bersama
2. 07.15 Mengikuti pre conference bersama dengan kepala ruang, ketua tim
dan perawat primer (PP).
3. 08.45 Melakukan ronde keperawatan dengan kepala ruang dan ketua tim I
diruang 204 dan dengan ketua tim II diruang 205.
4. 10.00 Mengadakan supervisi bagi semua pasien diruang 204 dan 205 dan
bimbingan bagi tenaga keperawatan.
5. 12.00 Istirahat
6. 13.00 Mengadakan supervisi asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh
pelaksana dan ketua tim.
7. 13.30 Mengikuti post conference
Mengadakan siang klinik, materi yang diberikan tergantung dari
permasalahan yang muncul.
Mendengarkan laporan shift dari ketua tim
Memberikan masukan untuk ketua tim serta perawat pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2006. Model praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit. Jakarta :
EGC
Suarli, Yayan Bachtiar. 2009. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik.
Jakarta: Erlangga
Pusat Pelayanan Kesehatan Carolus. 2009. Manajemen bangsal keperawatan

Anda mungkin juga menyukai