Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF

“MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PALIATIF”

Dosen Pengampu : Siti Mulidah S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh:

Novita Aditama (P1337420216048)


Mahfiro Fitri Maulani (P1337420216062)
Fita Pramesti Waluyani (P1337420216077)
TINGKAT 3B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami berada dalam keadaan sehat walafiat dan mendapat
kesempatan untuk menyusun makalah yang berjudul “Manajemen Nyeri pada
Pasien Paliatif” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan,
ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang selalu
memberikan motivasi dan dorongan dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki berbagai


kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan kepada
penulis guna penyempurnaan masalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa keperawatan.

Purwokerto, 3 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Konsep Perawatan Paliatif ..................................................................... 3

1. Definisi Perawatan Paliatif ............................................................... 3

2. Tujuan Perawatan Paliatif ................................................................ 4

3. Prinsip Pelayanan Perawatan Paliatif ............................................... 4

4. Masalah Keperawatan Pasien Paliatif .............................................. 5

B. Konsep Nyeri ......................................................................................... 5

1. Definisi Nyeri ................................................................................... 5

2. Patofisiologi Nyeri ........................................................................... 6

3. Sifat Nyeri ........................................................................................ 7


4. Teori Nyeri ....................................................................................... 7

5. Klasifikasi Nyeri .............................................................................. 8

6. Pengukuran Intensitas Nyeri ............................................................ 10

C. Manajemen Nyeri pada Pasien Paliatif .................................................. 13

1. Tindakan Farmakologis .................................................................... 13

2. Tindakan Nonfarmakologis .............................................................. 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 19

A. Kesimpulan ............................................................................................ 19

B. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC …………………………….. 12


DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana ……………………… 9

Gambar 1.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik ………………………………….. 10

Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale ……………………… 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri meskipun dalam

tingkatan yang berbeda. Nyeri yang bersifat akut maupun kronis

merupakan salah satu alasan yang paling sering bagi seseorang untuk

mencari pertolongan kesehatan untuk menghilangkan nyeri. Nyeri adalah

sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Perawat tidak

dapat melihat nyeri yang dirasakan oleh pasien, karena nyeri bersifat

subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau

isyarat perilaku. Perawat sebagai salah satu petugas kesehatan

menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau

mengembalikan kenyamanan. Intervensi keperawatan bertujuan untuk

meningkatkan kenyamanan pasien melalui tindakan farmakologi dan non

farmakologi.

Intervensi farmakologi merupakan tindakan kolaborasi dengan

dokter menggunakan obat-obatan. Tim keperawatan berkolaborasi untuk

menemukan kombinasi terapi yang paling baik untuk mengurangi nyeri

yang dirasakan oleh pasien, seperti analgesik. Walaupun analgesik

dipercaya dapat menghilangkan nyeri secara efektif, namun petugas

kesehatan masih cenderung tidak menggunakan upaya farmakologi karena

adanya kekhawatiran ketagihan obat, interaksi obat yang merugikan dan


kesalahan pasien dalam menggunakan analgesuk narkotik. Sedangkan,

intervensi non farmakologi yang dilakukan perawat sebagai strategi

pendekatan kesehatan holistik dengan memberdayakan kapasitas diri

individu mencapai kesembuhan dan mengembalikan tanggung jawab

kesehatan kepada individu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep keperawatan paliatif?

2. Bagaimana konsep nyeri?

3. Bagaimana manajemen nyeri pada pasien paliatif?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep keperawatan paliatif.

2. Mengetahui konsep nyeri.

3. Mengetahui manajemen nyeri pada pasien paliatif.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perawatan Paliatif

1. Definisi Perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan

meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan

keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan

cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini,

pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah

lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (WHO, 2016).

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada

pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan

mengatisipasi, mencegah dan menghilangkan penderitaan. Perawatan

paliatif mencakup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik,

intelektual, emosional, sosial dan kebutuhan spiritual serta untuk

memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi dan pilihan (Doyle

dan Woodruff, 2013).

Perawatan paliatif merupakan kolaborasi dari tim dokter,

perawat dan tenaga ahli lainnya untuk menyediakan dukungan.

Perawatan paliatif dapat diaplikasikan pada seluruh usia dan dilakukan

pada seruluruh stage penyakit serta dapat berdampingan dengan

perawatan kuratif. (Vadivelu, Kaye dan Berger, 2013; Pantilat et al.,

2015). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


perawatan paliatif adalah suatu pendekatan aktif yang diberikan untuk

mengatasi keluhan baik secara fisik, emosi maupun spiritual yang

dalam pengaplikasiannya dilakukan secara kolaborasi aantara dokter,

perawat dan juga tenaga medis lainnya untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang

mengancam jiwa.

2. Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuan utama perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup bagi pasien dan keluarganya (Vadivelu, Kaye dan

Berger, 2013; Pantilat et al., 2015)

3. Prinsip Pelayanan Perawatan Paliatif

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip

pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah

timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri,

menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses

normal, tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,

memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan

dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan

dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan

pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya

(Kemenkes RI, 2017)


4. Masalah Keperawatan Pasien Paliatif

Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu

kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah

yang seringkali dikeluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti

nyeri, masalah fisik, psikologi, sosial, kultural serta spiritual (Doyle

dan Woodruff, 2013). Sementara menurut Campbell (2013),

permasalahan yang sering muncul pada pasien yang menerima

perawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,

konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek

spiritual atau keagamaan.

B. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

International Association for Study of Pain (IASP)

mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalm kejadian-kejadian

dimana terjadi kerusakan (Potter dan Perry, 2007).

Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang, baik skala maupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan dan mengevakuasi rasa nyeri yang dialaminya

(Hidayat, 2008)
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berkaitandengan kerusakan jaringan aktual

dan potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana

jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti

emosi, perasaan takut dan mual (Potter, 2012).

2. Patofisiologi Nyeri

Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intensitas

tinggi maupun rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi

jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K+ dan protein

intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan menyebabkan

depolarisasi nociceptior, sedangkan protein pada beberapa keadaan

akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan

peradangan /inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti

leukotrien, prostaglandin E2, dan histamine yang akan merangsang

nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat

menyebabkan nyeri (hiperalgesia dan allodynia). Selain itu lesi juga

mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan

serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi

oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan

menyebabkan akumulasi K+ ekstraseluler dan H+ yang selanjutnya

mengaktifkan nosiseptor. Histamine, bradikinin, dan prostaglandin E2

memiliki evek fasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh


darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat

juga terjadi perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka

mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait

peptide (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga

menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh

darah. Vasokontriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi,

mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migraine.

Perangsangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri (Bahrudin,

M., 2017)

3. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual, ada empat

atribut untuk pengalaman nyeri, yaitu nyeri bersifat individual, tidak

menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat

tidak berkesudahan (Manuba, 2008)

4. Teori Nyeri

a. Teori Spesifitas (Specivicity Theory)

Teori Spesifitas ini diperkenalkan oleh Descrates, menjelaskan

bahwa nyeri berjalan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik

melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak

(Andarmoyo, 2013).

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989,

menjelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh berbagai reseptor


sensori yang dirangsang pada pola tertentu, dimana nyeri in

merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola

dari impuls saraf (Andarmoyo, 2013).

c. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori pengontrol nyeri dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan

bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme

pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat

saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).

d. Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan

bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alamai

dalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).

5. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan

berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Menurut Prasetyo (2010) nyeri akut berdurasi kurang lebih 6

bulan dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang

rusak pulih kembali.


2) Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang

menetap suatu periode waktu, nyeri ini berlangsung lama

dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung

lebih dari 6 bulan (Potter dan Perry, 2007)

b. Klasifiakasi Nyeri berdasarkan Asal

1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nesiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

aktiviatas atau sensitivitas nosiseptor yang merupakan reseptor

khusus yang mengantarkann stimulus naxious (Andarmoyo,

2013).

2) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun

sentral, nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

c. Klasifikasi Nyeri berdasarkan Lokasi

1) Supervicial atau kontaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

Karakteristik dari nyeri berlangung sebentar dan berlokalisasi

biasanya sebagai sensasi yang tajam (Sulistyo, 2013)

2) Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-

organ internal (Sulistyo, 2013).


3) Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral

karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri (Sulistyo,

2013).

4) Radiasi nyeri

Radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera ke bagian tubuh yang lain (Sulistyo, 2013)

6. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat

subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh

dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri,

namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007

dalam Andarmoyo, 2013).


Beberapa skala intensitas nyeri:

a. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Andarmoyo, S. (2013)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”

nyeri yang tidak tertahankan” (Andarmoyo, 2013).

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien

untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini

memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk

mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 1.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik

Andarmoyo, S. (2013)
Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal

ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Andarmoyo, S. (2013)

Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis

lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan

memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya

(Andarmoyo, 2013).

d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada ekspresi Wajah Sering dahi
atau senyuman cemberut, dahi tidak konstan,
tertentu, tidak mengkerut, rahan
menjadi perhatian menyendiri menegang, dagu
gemetar
Kaki Tidak ada posisi atau Gelisah, resah menendang
rileks dan menegang
Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku
normal, mudah menaikkan atau
bergerak punggung dan menghentak
maju, menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
merengek, sedu sedan,
kadang-kadang sering mengeluh
mengeluh
Hiburan Rileks Kadang-kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan kenyamanan
sentuhan,
memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total Skor 0-10

Tabel 2.1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Andarmoyo, S. (2013)

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan

pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan

nyerinya (Judha, 2012). Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima

dengan menggunakan skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri

2. 1-2 : Nyeri Ringan

3. 3-5 : Nyeri Sedang

4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).


C. Manajemen Nyeri pada Pasien Paliatif

1. Tindakan Farmakologis

Tindakan farmakologis menurut Smeltzer et al. (2010) dibagi menjadi

tiga kategori umum, yaitu anestesi lokal, agen analgesik opioid, dan

Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).

1) Anestesi local

Anestesi lokal bekerja dengan memblok konduksi saraf saat

diberikan langsung ke serabut saraf. Anestesi lokal dapat

memberikan langsung ke tempat yang cedera (misalnya, anestesi

topikal dalam bentuk semprot untuk luka bakar akibat sinar

matahari) atau cedera langsung ke serabut saraf melalui suntikan

atau saat pembedahan.

2) Opioid

Tujuan dari pemberian opioid adalah untuk mengurangi nyeri dan

meningkatkan kualitas hidup, karena itu, rute, dosis dan frekuensi

pemberian ditentukan secara individual. Faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam menentukan rute, dosis, dan frekuensi

pengobatan mencakup karakteristik nyeri (misalnya, durasi dan

tingkat keparahan), status keseluruhan pasien, respon pasien

terhadap pengobatan analgesik, dan laporan pasien nyeri. Opioid

dapat diberikan melalui berbagai rute: oral, intravena, subkutan,

intraspinal, intranasal, rektal, dan transdermal.


3) Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)

Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) diduga dapat

menurunkan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin

dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi, yang

menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap

stimulus menyakitkan sebelumnya.

2. Tindakan nonfarmakologis

Tindakan nonfarmakologis menurut Smeltzer et al. (2010) meliputi

masase, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, teknik

relaksasi, distraksi, hipnosis, guided imagery dan musik.

1) Massage ( Hand massage )

Massage adalah tindakan kenyamanan yang dapat membantu

relaksasi, menurunkan ketegangan otot, dan dapat menurunkan

ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian.

Masase juga dapat menurunkan intensitas nyeri dengan

meningkatkan sirkulasi superfisial ke area nyeri. Masase dapat

dilakukan di leher, punggung, tangan dan lengan, atau kaki. Hand

massage merupakan salah satu teknik untuk menurunkan nyeri

dengan cara memberikan sentuhan dan tekanan yang lembut

dibawah jaringan kulit. Hasil penelitian Fadilah, Astuty, & Santy

(2016) menunjukkan bahwa sebelum diberikan teknik relaksasi

hand massage pasien kanker payudara memiliki respon nyeri


setelah diberikan teknik relaksasi hand massage pasien payudara

mengalami penurunan tingkat nyeri.

2) Terapi es dan panas

Menurut penelitian Queen Syafaati Haqiqi (2018) terapi es dapat

menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor

nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat

proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan

meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat

menurunkan nyeri. Sebelum dan sesudah pemberian kompres (es

dan hangat) dilakukan pengukuran skala nyeri. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kompres es dan kompres hangat dapat

mengurangi nyeri.

3) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Menurut penelitian Balmar, Ika, dan Laily (2014) TENS adalah

salah satu intervensi yang bisa di lakukan oleh perawat dimana

terapi menggunakan voltase listrik yang rendah untuk mengurangi

nyeri. Sedangkan menurut Irfan dan Gahara (2012) TENS

dilakukan untuk merangsang sistem saraf dan periperal motor yang

berhubngan dengan perasaan melalui permukaan kulit dengan

penggunaan energi listrik. TENS mengubah mekanisme nyeri dan

melepaskan hormone endorphin untuk mengurangi nyeri.

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan mulai dari tanggal 14 juni-


14 juli 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh pemberian TENS terhadap perubahan intensitas nyeri.

4) Teknik relaksasi

Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Nita dan Endang (2015) selama 2 m inggu, teknik

relaksasi yang digunakan adalah teknik relaksasi autogenic,

didapatkan hasil bahwa teknik relaksasi dapat menurunkan tingkat

nyeri pada pasien.

5) Distraksi

Menurut penelitian Nur, Monika, dan Srihesti (2014) distraksi

diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

sistem kontrol desendens yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli

nyeri yang ditransmisikan ke otak. Penelitian ini dilakukan pada

bulan September-Oktober 2014. Aziz dkk. (2012) menyebutkan

salah satu teknik distraksi yaitu dengan audio atau musik. Musik

yang dipilih sesuai keinginan pasien. Metode yang digunakan

adalah dengan cara pasien mendengarkan musik disaat nyeri itu

kuncul agar pasien tidak terfokus pada nyerinya. Hasil penelitian

ini adalah teknik distraksi dapat menurunkan nyeri, akan tetapi

metode ini tidak dapat menggantikan terapi farmakologi. Pada saat

penelitian responden seluruhnya masih mendapat terapi analgetik.


6) Hipnosis

Sakiyan (2014) menyebutkan bahwa hipnosis adalah keadaan

dimana fungsi analitis logis pikiran diredukasi sehingga

memungkinkan individu masuk kedalam kondisi bawah sadar,

dalam kondisi ini dimungkinkan untuk mengakses beragampotensi

internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan

kualitas hidup. Tahapan hipnoterapi meliputi persiapan pasien,

induksi dan deepening pasien, terapi, alerting dan diskusi post

hipnosis. Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan

jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.

Keefektifan hipnosis tergantung pada kemampuan hipnotik

individu. Menurut Penelitian Sakiyan (2014) bahwa hypnosis dapat

menurukna tingkatan nyeri pada pasien.

7) Imajinasi terbimbing (guided imagery)

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai

efek positif tertentu. Menurut Penelitian Sitti Maryam Bachtiar

(2017) instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengukuran nyeri Methode Numeric Rating Scale (NRS) dan

lembar observasi pelaksanaan guided imagery. Penelitian ini

menunjukkan bahwa metode guided imagery efektif terhadap

penurunan intensitas nyeri.


8) Terapi musik

Terapi musik merupakan terapi yang murah dan efektif untuk

mengurangi nyeri dan kecemasan. Menurut penelitan Hertanti,

Setiyarini, & Kristanti (2015) secara statistik maupun klinis,

intervensi terapi musik dengan self-selected individual music

berpengaruh terhadap tingkat nyeri pasien kanker paliatif.

Pengaruh tersebut berupa efektivitas self- selected individual music

dalam menurunkan nyeri pasien kanker paliatif.

9) Terapi Religius

Terapi religius khususnya pasien yang beragama islam untuk

mengurangi intensitas nyeri salah satunya yaitu dengan dzikir.

Menurut Puspasari dan Artyawati (2016) dzikir dapat mengurangi

intensitas nyeri pada pasien kanker. Didalam ajaran islam

pendekatan kepada Alloh SWT dapat dilakukan dengan mengingat

nama-nama Alloh beserta sifat-sifat dan kekuasan-Nya yang

dilakukan secara lisan, dalam hati maupun tercermin dalam

perbuatan manusia. Dzikir yang dilakukakan berupa mengucap

bacaan istighfar (Astaghfirullohaladzim), bacaan tahlil

(laillahailallah), bacaan tasbih (Subhanallah), bacaan takbir

(Allohu Akbar), bacaan tahmid (Alhamdulillah) masing-masing

sebanyak 7 kali. Kegiatan dzikir dilakukan sebanyak 2 kali sehari,

yaitu pagi hari dan malam hari dengan masing-masing kesempatan

dilakukan selama 20 menit. Dzikir dipagi hari dilaksanakan antara


pukul 05.30 WIB sampai 10.00 WIB. Dzikir malam hari

dilaksanakan antara pukul 17.30 WIB sampai 22.00 WIB. Dzikir

dapat dilakukan ketika nyeri muncul, setelah sholat wajib, dan

sebelum tidur. Saat nyeri datang pasien dianjurkan untuk dzikir

dengan tujuan berdoa kepada Alloh agar rasa sakit yang diderita

berkurang. Untuk pasien yang beragama atau keyakinan lain dapat

menggunakan terapi religius dengan berdoa kepada Tuhan, hal ini

mempunyai pengaruh positif terhadap rasa sakit yang dialami.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory,

emosional, kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah

mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. The IASP

dalam Parrot (2002) Managemen nyeri atau Pain management adalah

salah satu bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-

upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Strategi keperawatan utama

yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang sedang

mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan kita tentang manajemen nyeri. Kami selaku

penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, Terima

Kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Aftroh, F., Judha, M.dan Sudarti. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri

Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-

Ruzz.

Bachtiar, S. M. (2017). Pengaruh Distraksi Guided Imagery terhadap Penurunan

Intensitas Nyeri dan Tekanan Darah pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit

Ibnu Sina Makassar. 7 (1), 106-111.

Cahyono, S., B. (2011). Meraih kekuatan penyembuh diri yang tak terbatas.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions.

First. New York: McGraw-Hill Companies. Diakses secara online pada 5

Desember 2018. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov)

Doyle, D. and Woodruff, R. (2013). The IAHPC Manual of Palliative Care. 3rd

edition, Journal of Pain and Palliative Care Pharmacotherapy. 3rd edition.

(online). (http://www.researchgate.net diakses pada 4 Desember 2018)

Fadilah, P., N., Astuti, P., Santy, W., H. (2016). Pengaruh teknik relaksasi hand

massage terhadap nyeri pada pasien kanker payudara Di Yayasan Kanker

Indonesia Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2 (9) , 221 – 226.


http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/viewFile/109/97. Diakses

tanggal 5 Desember 2018

Hakiki, Q. S. (2018). Pengaruh Kompres Es dan Kompres Hangat terhadap

Penyembuhan Cedera Ankle Pasca Manipulasi Topurak pada Pemain Gps

Futsal Bantul. Skripsi unpublished. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Hayati, N. I., Ginting, M., Manan, S. (2014). Pengaruh Tehnik Distraksi dan

Relaksasi terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi. 8 (2), 325-336.

Hertanti, N., S., Setiyarini, S., Kristanti, M., S. (2015). Pengaruh self-selected

individual music therapy (SeLIMuT) terhadap tingkat nyeri pasien kanker

paliatif di RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesian Journal of Cancer, 4

(9), 159 – 165. https://media.neliti.com/media/publications/64300-ID-

pengaruh-self-selected-individual-music.pdf. Diakses tanggal 5 Desember

2018

Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan Indonesia. Diakses secara online pada 5

Desember 2018. (http://www.depkes.co.id)

Kozier, et al. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses &

praktik edisi 7. Jakarta : EGC.


Manuba, C. (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Social untuk Profesi

Bidan. Jakarta: EGC.

National Consensus Project for Quality Palliative Care. (2013). Clinical practice

guidelines for quality palliative care, third edition. USA: National

Consensus Project for Quality Palliative Care.

Nuach, B. M., Widyawati, I. Y., Hidayati, L. (2014). Pemberian Transcutaneous

Electrical Nerve Stimulation (Tens) Menurunkan Intensitas Nyeri pada

Pasien Bedah Urologi.

Potter, A. Dan Perry, A. G. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktik, edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Puspasari, I., Artiawati. (2016). Terapi Dzkir pada Pasien Kanker Stadium Lanjut.

Rosdianto, A. M., Hamzah, A., Sumbara. (2012). Pengaruh Teknik Distraksi

Audio terhadap Intensitas Nyeri selama Prosedur Ganti Balutan pada Pasien

Posoperasi Bedah Abdomen di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta

Tahun 2012. 2 (4).

Sakiyan. (2014). Action Research Hypnotherapi pada Penanganan Nyeri dan

Kecemasan Pasien Kanker Kolon. 1 (1), 1-12.


Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC.

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik

terhadap Tingkat Nyeri Akut pada Pasien Abdominal Pain. 3 (1), 1-17.

Vadivelu, N., Kaye, Al. D. and Berger, J. M. (eds) (2013) Essentia of Paliative

Care. New: Springer. Diakses pada 4 Desember 2018 secara online.

(http://www.springer.com)

World Health Organization.(2016). Definition of Palliative Care.

http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ diakses tanggal 4

Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai