ir'l:,
i'f A'n.1 FB Ea'A R',:'g I g' :'.' berulang, (3) varises; dan ( ) sindrompascatrombotik.
Patofisiologi trombofl ebitis superfisial dan trombosis
vena profunda akan dibahas dalam topik penyakit
PENYAKIT PEMBULUH OANNH ARTERI, 656 tromboembolikvena.
Ahatomi,656
Etiologi dan Patologi, 658
,,,,.:,,=Jr0.pqdUr:Diagnostik;''659,, ,..r.:.:i::: ,. ,
656
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 657
Aorta dan Cabang-Cabang Utamanya Aorta torasika desendens berawal dari bagian dis-
tal arteria subklavia kiri dan berlanjut ke diafragma.
Aorta berjalan melintasi rongga toraks dan abdomen, Aortn abdominalis bermula dari bagian bawah dia-
dan segfien-segmen aorta dib'eri nama sesuai dengan fragma dan bercabang-cabang setelah berjalan bebe-
lokasinya. Aorta torasika terbagi menjadi beberapa rapa sentimeter untuk menyuplai organ-organ abdo-
segmen anatomi berikut: (1) aorta torasika asendens, men. Bagian aorta ini berjalan posterior ke arah paru-
(2) arkus aorta tranversal, dan (3) aorta torasika paru, diafragma, usus halus, limpa, lambung, dan
desendens. Aorta asendens dimulai dari katup aorta usus. Cabang-cabang viseral utama dari aorta abdo-
dan meluas ke muara beberapa pembuluh darah yang minalis diilustrasikan dalam Gbr. 34-1, termasuk juga
memasok kepala, leher, dan ekstremitas atas. Pem- sumbu seliaka, arteria mesenterika superior, dan arteria
buluh-pembuluh ini, secara kolektif disebut pembuluh renalis. Arteria mesenterika inferior dicabangkan dari
darah brakiosefalika, yang berasal dari arkus aorta. aorta sedikit di bawah arteria renalis. Aorta abdo-
Seperti yang digambarkan pada Gbr. 34-1, pembuluh- minalis berlanjut sebagai bifurkasio aorta hingga
pembuluh brakiosefalika termasuk arteri inominata setinggi pelvis. Aorta terminslis adalah bagian aorta
(trunkus brakiosefalika), arteria karotis komunis kiri, antara arteria renalis dan bifurkasio; arteria mesen-
dan arteria subklavia kiri. Arteria inominata terbagi terika inferior adalah cabang utama dari aorta
menjadi arteria karotis komunis dan subklavia kanan. terminalis.
Arteria aksilaris berasal dari arteria subklavia dan Aorta bercabang menjadi arteria iliaka komunis'
berlanjut menjadi arteria brakialis, yang kemudian Arteria iliaka komunis bercabang lagi menjadi arteria
bercabang menjadi arteria radialis dan ulnaris. Arte- iliaka eksterna dan arteria hipogastrika atau iliaka
ria vertebralis berasal dari arteria subklavia bilateral.
Karotis
interna
kanan Karotis eksterna
kanan
Karotis
Vertebra
komunis kiri
Karotis
komunis
kanan Subklavia kiri
Femoralis
lnominata
Femoralis
profunda
supenor
Renalis
kanan inferior Popliteal
1
lliaka komunis
\t
lliaka eksterna
Arteria
\ tibialis
posterior
Femoralis
I
Femoralis
profunda
I
Arteria
tibialis
anterior
Arteria
dorsalis pedis
ternns atarpenyakit Buerger, adalah penyakit oklusif ditujukan untuk menghilangkan faktor pencetus,
kronik pada arteri dan vena berukuran kecil dan seperti rangsangan dingin atau merokok. Vasodilatasi
sedang. Peradangan dan proses penyembuhannya dengan obat-obat yang menyekat saluran kalsium
serta tr6mbosis lesi-lesi menyebabkan obstruksi (seperti nifedipin) dapat memberikan perbaikan pada
vaskular. Sering juga ditemukan tromboflebitis pasien-pasien tertentu.
superfisial dengan pola migrasi berulang. Merokok
tampaknya berhubungan langsung dengan etiologi D ispl asi a F ibr o muskul ar
dan perialanan penyakit ini. Nyeri saat istirahat dan
ulserasi iskemik adalah gejala yang teramati paling Displasia fibromuskular ditandai oleh jaringan ikat
dini Arteritis sel raksasa paling sering melibatkan fibrosa dinding arteri yang abnormal. Gangguan ini
cabang arteria karotis eksterna, namun dapat juga paling sering terjadi pada arteri-arteri ginjal perem-
melibatkan aorta dan cabang-cabangnya. Arteritis puan usia kurang dari 40 tahun dan mengakibatkan
Taknyasu paling sering menyerang perempuan muda hipertensi renovaskular (lihat Gbr. 45-11 dan 46-11)'
oriental. Peradangan aorta dan cabang-cabangnya Pada kebanyakan pasien, gangguan angiografi ini
menyebabkan stenosis dan oklusi serta berakibat pada terlihat seperti "rangkaian tasbih" yang disebabkan
sistem kardiovaskular maupun sistem neurologis. oleh fibroplasia medial. Keadaan ini dapat diobati
Pada arteritis temporal, oklusi dan peradangan arteri dengan terapibedah.
temporalis dapat menyebabkan gejala yang bersifat
umum seperti, sakit kepala dan malese. Penyakit ini Sebab Lain
biasanya ditemukan pada perempuan yang berusia
infeksi arteri biasanya terjadi akibat septikemia.
50 tahirn keatas. Kebutaan akibat iskemia neuritis Sumber-sumber infeksi mencakup endokarditis
optikus atau oklusi retina sentral dapat timbul, bakterialis, gastroenteritis (terutama yang disebabkan
(Graham, Ford, 1,999). Poliartritis nodosa adalah
oleh spesies Salmonella), dan infeksi pembuluh darah
penyakit sistemik yang tidak diketahui penyebabnya akibat penyalahgunaan obat intravena. Infeksi arteri
din paling sering muncul pada laki-laki dewasa. cenderung terlokalisasi pada permukaan endotel yang
kasar, seperti plak aterosklerotik. Trauma vaskular dan
Kondisi Vasospastik anomali kongenital (seperti koarktasio aorta) juga
merupakan penyebab nonaterosklerosis utama pada
Kondisi vasospastik dapat juga menyebabkan oklusi kelainan pembuluh darah. Sindrom kompartemen
arteri sementara. Sindrom Raynaud disebabkan oleh disebabkan oleh meningkatnya tekanan akibat
vasospasme dari arteri dan arteriola kecil pada kulit
pembengkakan dalam kompartemen osteofasial
dan subkutan. Ada dua bentuk sindrom Raynaud: (1)
ekstremitas atas atau bawah. Peningkatan tekanan
primer atau idiopatik (Raynaud spastik) dan, (2) intrakompartemen menyebabkan penurunan perfu si
sekunder (Raynaud obstruktifl. Tidak diketahui vaskular dan nekrosis jaringan yang terkena. Dua
penyebab penyakitRaynaud primer, dan tidak terjadi
penyebab utama adalah revaskularisasi dan trauma
obstruksi vaskular. Terjadinya vasospasme tampaknya
akut atau kronik, yang sering terjadi akibat cedera
berkaitan dengan dinamika lokal dinding arteri. olahraga. Terapi adalah fasiotomi. Sindrom kompresi
Keadaan ini disebut jugapenyakit Raynaud. Sindroma
disebabkan oleh kompresi arteri pada otot yang tidak
Raynaud sekunder terjadi akibat penyakit obstruktif normal. Sindrom tersering adalah thoracic outlet syn'
difus yang disebabkan kondisi-kondisi penyerta seperti drome dan popliteal artery entrapment.
skleroderma.
Vasospasme pada sindrom Raynaud terjadi pada
jari-jari tangan dan, yang lebih jarang, terjadi pada
Prosedur Diagnostik
kaki dan jari kaki. Sindrom ini ditandai oleh perubahan
fasik warna kulit, yang biasanya dicetuskan oleh Teknik Pemeriksaan Fisik
rangsangan dingin atau emosi. Mula-mula terjadi fase
kulit pucat yang disebabkan oleh vasokonstriksi, Pemeriksaan fuik memberikan banyak data-data relatif
diikuti oleh fase sianotik, dan akhirnya fase merah tentang derajat penyakit arteri. krspeksi visual pertama
akibat vasodilatasi reaktif . Selama episode vasospastik, kali dilakukan untuk melihat wama, distribusi rambut,
dapat dicatat adanya perasaan baal atau kesukaran edema, atrofi, varises, ulserasi, keadaan kuku, dan
gerakan motorik halus dan sensasi dingin. Perjalanan integritas kulit. Palpasi dimulai dengan memerikla
klinis sindrom Raynaud primerbiasanya jinak karena suhu kulit semua bagian. Kemudian diikuti oleh aus-
sifat vasospasme yang intermiten. Pengobatan kultasi untuk mendengar bising. Dilakukan perabaan
660 BAGTAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
deny'ut nadi pada berbagai tempat, untuk mengetahui patan pergerakan sel. Perbedaan antara frekuensi y*g
adanya denyut, kekuatan, dan kesamaan diban- dipancarkan dan frekuensi yang dipantulkan
ding,kan secara relatif terhadap sisi kontralateral diketahui sebagai pergeseran Doppler. Perubahan
ekstiemitas tersebut. Derajat kekuatan denyut nadi frekuensi dapat digunakan untuk menginter-
bersifat subjektif dan bervariasi antar institusi. (Tiga pretasikan arah aliran. Aliran yang bergerak ke arah
sistem yang saat ini dipakai untuk menentukan derajat sonde memiliki frekuensi lebih tinggi daripada aliran
denyut nadi terdaftar dalam Kotak 34-1.) Deny-r-rt nadi yang dipancarkan dari sel-sel darah merah yang
dapat dibandingkan sebelum dan sesudah berolah raga; menjauh dari sonde.
secara khas, deny.ut nadi pada bagian distal suatu lesi Ada dua tipe dasar ultrasound Doppler yang
obstruksi akan menghilang setelah berolahraga. dipakai. Alat pemancar gelombang ultrasound kontinu
Tes menggantung dan mengangkat kaki sangat biasanya kecil, dan dapat dipindahkan. Pada tipe ini,
berguna untuk evaluasi penyakit oklusif pada arteri, sinyal kontinu berasal dari satu kristal pada sonde
karena aliranyang melintasi lesi obstruktif berganlung dan frekuensi yang dipantulkan diterima dengan
pada tekanan dan sangat peka terhadap pengaruh kristal lain dalam sonde. Tipe kedua, gelombang ultra-
gravitasi. Mengangkat ekstremitas akan menyebabkan sound berdenyut,lebil:. sering ditemukan pada alat
timbulnya warna pucat yang diikuti oleh kemerahan dalam laboratorium yang bekerja berdasarkan ultrs-
atau ruborbila kaki dibiarkan menggantung (terjuntai). sound. Sinyal kristal dapat mengirim dan menerima
Pucat setelah pengangkatan ekstremitas timbul akibat sinyal dalam bentuk deny-ut. Keterlambatan waktu dari
efek gravitasi yang mengurangi tekanan arteri dan saat pemancaran hingga saat sinyal diterima dapat
akibatnya menurunkan volume darah dalam jaringan dipakai unluk contoh perhitungan kedalaman.spesifik,
kapiler. Apabila ekstremitas berada lebih rendah dari dan menambah informasi ke sinyal. Sinyal Doppler
jantung dan tekanan perfusi meningkat, warna akan dapat diinterpretasikan dengan cara didengar dan
kembali seperti semula. Rubor disebabkan oleh melalui teknik analisis spektrum. Sebuah alat analisis
hiperemia reaktif atau dilatasi maksimal pembuluh spektrum memperlihatkan semua frekuensi sinyal
darah sebagai respons terhadap hipoksia jaringan. yang menyebar balik. Waktu diperlihatkan dalam
Perkiraan derajat oklusi bergantung pada lama sumbu horizontal dan frekuensi dalam sumbr4 vertikal.
waktu timbulnya pucat setelah pengangkatan, dan ru- Analisis ini memungkinkan lebih sedikit subjektivitas
bor karena menggantung; pada keadaannormal, tidak dibandingkan dengan analisis yang hanya mengguna-
terlihat wama pucat dalam 60 detik mengangkat kaki, kan pendengaran.
dan wama kembali seperti semula dalam 10 detik.
Waklu pengisian vena pada posisi menggantung juga
ditentukan karena pengisian vena-vena pada anggota
Penapisan Ganda
gerak yang menggantung juga memerlukan waktu lebih Teknik Doppler berdenyut dan analisis spektrum yang
lama akibat pengaruh aliran arteri. Waktu pengisian telah dikombinasikan dengan pencitraan ultrasound
vena yang noimal adalah kurang dari 15 detik, B-mode, dalam suatu sistem yang disebut penapisan
Sensasi, kekuatan otot dan suhu kulit juga dieva- ganda. B-mode alau brightness mode ultrasound,
luasi. Bising dan perubahan-perubahan trofik juga digunakan untuk memberi gambaran sebenarnya
dicatat. Hasil pemeriksaan fisik ini bersifat subjektif; pembuluh darah dalam dua-dimensi. Kontras antara
kErena itu, tes noninvasif dapat diindikasikan untuk dinding pembuluh yang lebih cerah dan lumen
eValuasi lebih lanjut. Pembahasan mengenai tanda dan pembuluh darah yang terisi darah, memampukan
gejala yang lebih lengkap terdapat dalam bagian pemeriksa untuk menggambarkan morfologi pem-
selanjutnya. buluh darah, termasuk kelainan lumen pembuluh
darah yang disebabkan plak aterosklerosis dan dilatasi
aneurisma (Gbr. 3 -3). Dinding pembuluh darah dan
Ultrasound Doppler lumen dapat divisualisasikan, dan digunakan untuk
Studi-studi Doppler pada pembuluh darah menentukan presentase diameter reduksi atau oklusi
menggunakan ultrasound sebagai medium pemeriksaan total. PenapiJan ganda digunakan pemeriksa untuk
(lihat Bab 30). Sebuah sonde Doppler berisi kristal menempatkan sinyal Doppler berdenyut pada aliran
piezoelektrik yang memancarkan gelomb ang ultr nsound tengah pembuluh darah yang tervisualisasi. Frekuensi
dalam frekuensi tertentu. Ketika diletakkan di atas yang diterima selanjutnya dianalisis secara spe\trum
segmen arteri atau vena, sinarnya mengenai sel-sel (Gbr. 3a-4). Tampilan berwarna kecepatan aliran
darah merah yang secara bergantian menyebar balik darah digunakan untuk memperlihatkan gambaran
atau dipantulkan, bergantung pada arah dan kece- sesungguhnya kecepatan aliran dalam lumen
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 661
sk6fii,{e.nyul
o'.,;, dak'a{a,d$nyut 1:.,i,
1 = Ada denvut tapi femah
-Penilaian denyut nadi ini subjektit, dan sistem skor untuk mengevaluasi kekuatan denyut nadi ini berbeda di setiap institusi
pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah arteri darah dan aliran frekuensi yang lebih rendah
menimbulkan kelainan kecepatan aliran dan pola (kecepatan rendah) sepanjang dinding pembuluh
aliran. Warna ganda atau tampilan gambarnn nliran darah (Gbr. 3 -5). Pada daerah yang menyempit,
memperlihatkan aliran pembuluh darah dalam kecepatan akan meningkat saat melalui segmen yang
keadaan berwama dan sekaligus menganalisis bentuk paling sempit. Aliran distal dan proksimal yang
gelombang suara. Aliran yang mengarah ke transduser mengarah ke segmen yang stenosis mengalami
biasanya berwarna merah; aliran yang menjauhi turbulensi, dengan banyak frekuensi yang ditampilkan
transduser berwama biru. Pada daerah stenosis, wama pada analisis spektrum. Frekuensi dan turbulensi
akan lebih terang. Aliran arteri normal adalah aliran meningkat seiring dengan derajat stenosis, sebaliknya
yang lancar dengan frekuensi yang lebih tinggi pembuluh darah yang teroklusi total tidak mendapat-
(kecepatan lebih tinggi) pada bagian tengah pembuluh kan sinyal aliran.
Gbr.3rt--3 Gambaran B-modedari arteria ilaka eksterna distal, bifurkasio arteria femoralis komunis (CFA), arteria femoralis superfisialis,
dan arteria poplitea dari seorang sukarelawan yang sehat. Ditampilkan pula sumbu dari sinar Doppler, sudut pengambilan, dan penempatan
volume sampel. (Dari Bernstein EF Vascular diagnosis, ed 4, St Louis, 1993, Mosby.)
662 BAGIAN ENAM GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
iiiriitiiie,::es.tg fE $liii
fil$b
Gbr. 3tl-4 Sinyal Doppler dianalisis dengan alat analisis spektrum reallime FFT dan ditampilkan dengan waktu pada sumbu horizontal,
kecepatan (cm/det) pada sumbu vertikal, dan amplitudo sebagai bayangan kelabu. A, pengukuran waktu: waktu aliran ke depan sistolik,
(0,25 det); B, parameter kecepatan: kecepatan puncak sistolik (53 cm/det); C, slope: perlambatan = kecepatan sistolik puncak dibagi
dengan waktu luruh denyut = 412,1 cm/det2. (Dari Bernstein EF Vascular Diagnosis, ed 4 St Louis, 1993, Mosby.)
Sinyal
Aliran lancar Doppler
N-_r,\
Aliran turbulen atau terganggu
Sedang
terlokalisir, dan perluasan terjadi bersamaan dengan pecahan kolesterol dapat juga terjadi, sehingga
berkembangnya sirkulasi kolateral. Pada lesi-lesi y*g menimbulkan oklusi akut pada salah satu jari.
terlokalisir, bagian distal arteri ini tetap paten; sehingga
jalur aTternatif dapat memintas lesi untuk
mempertahankan perfusi jaringan di belakang lesi
Gambaran Klinis
tersebut. Dengan meningkabrya resistensi aliran pada Manifestasi klinis penyakit oklusif arteri kronik
tempat obstruksi, tekanan pada bagian proksimal lesi berkembang lambat selama bertahun-tahr.rn. Tanda dan
meningkat sepadan dengan penurunan tekanan pada gejala timbul akibat kurangnya perfusi jaringan dan
bagian distal lesi. Perbedaan tekanan ini akan iskemia. Gejala primer adalah klaudiknsio intermiten
rnelewati obstruksi dan mempermudah aliran melalui yang disebabkan oleh iskemia otot dan iskemia yang
pembuluh darah kolateral. Pembuluh darah kolateral menimbulkan nyeri saat istirahat. Secara khas,
ini secara bertahap akan membesar. Meningkatnya klaudikasio intermiten terjadi bersamaan dengan
kecepatan aliran melalui pembuluh darah kolateral aktivitas fisik, yaitu saat kebutuhan metabolisme
juga merangsang perkembangan kolateral. Oklusi akut meningkat, dan mereda setelah beristirahat beberapa
dapat menyebabkan iskemia yang berat, karena tidak menit. Lokasi nyeri berhubungan erat dengan lokasi
cukup waktu untuk membenluk jaringan kolateral. penyakit arteri; segmen arteri yang terserang selalu
Kecukupan aliran kolateral juga akan terganggu pada terletak di sebelah proksimal dari daerah otot yang
penyakit yang menyerang pembuluh kolateral tersebut. iskemik. Misalnya, klaudikasio intermiten pada
Oklusi arteri akut adalah komplikasi primer dari panggul dapat berhubungan dengan penyakit
proses penyakit lain. Oklusi ihi paling sering timbul aortoiliaka, sementara penyakit iliaka ekstema atau
pada ekstremitas bawah, tapi ekstremitas atas juga pembuluh darah femoralis komunis akan berkaitan
dapat terserang. Oklusi arteri akut dapat disebabkan dengan nyeri paha atau betis. Klaudikasio bilateral
oleh trombosis atau emb oli.Trombosis adalah pemben- konsisten dengan oklusi pada atau di atas bifurkasio
tukan bekuan darah atau trombus di dalam sistem aorta.
peimbuluh darah. Trombosis arteri biasanya terjadi Ny eri y ang timbul saat istirahat menvnjukkan adanya
pada tempat yang memiliki plak aterosklerotik atau penyakit oklusif yang lanjut. Nyeri iskemik Bada
dalam aneurisma arteri. Terlepasnya trombus ke waktu istirahat secara khas timbul di bagian distal
dalam aliran darah disebut sebagai embolisasi. Embo- kaki dan jari-jari kaki dan dirasakan sebagai gabungan
lus ini didorong mengikuti arus aliran darah untuk parestesia dan rasa tidak enak. Tetapi, nyeri ini dapat
masuk ke cabang-cabang sistem arteri yang lebih kecil, memburuk dan terus-menerus. Nyeri biasanya timbul
dan menyumbat lumen pembuluh darah tersebut. pada posisi telentang dan akan memburuk terutama
Sebagian besar emboli arteri berasal dari jantung pada malam hari sehingga dapal membangunkan
sebelah kiri. Stenosis mitralis dan fibrilasi atrium pasien. Peningkatan nyeri ini terjadi karena aliran
mengganggu pengosongan atrium kiri yang merupa- darah yang melewati lesi ini bergantung pada tekanan,
kan faktor predisposisi terbentuknya trombus arteri. oleh sebab itu, sangat sensitif terhadap pengaruh
Infark miokardium transmural membuat permukaan gravitasi, Alir balik vena juga membaik jika kaki
endotelial menjadi kasar, sehingga meningkatkan diangkat, dengan demikian melrgurangi waktu
potensi terbentuknya trombus ventrikel mural. penarikan oksigen dari darah dalam jalinan kapiler
Embolisasi dapat juga berasal dari lepasnya trombus ekstremitas bawah. Selain itu, pengurangan tonus
suatu aneurisma ventrikel. Terlepasnya trombus dari simpatik pada waktu tidur menurunkan frekuensi
ruangan jantung (bergantung pada ukuran dan arah denyut jantung dan tekanan arteri, yang akan
perjalanan bekuan) berpotensi membahayakan. Em- memperburuk perfusi perifer. Menggantung kaki atau
boli cenderung tersangkut pada daerah-daerah berjalan dapat memberikan sedikit penyembuhan.
bifurkasio dan percabangan, Istilah snddle embolus Peningkatan tekanan hidrostatik pada posisi
mengarahpada oklusi akutbifurkasio aorta dan arteria menggantung dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
iliaka. darah kolateral dan menambah aliran darah ke distal.
Suatu keadaan yang disebul atero emb olisme spontan Neuropati iskemik jarang terjadi, terutama pada pasien
semakin dikenal dengan makin meningkatnya diabetes, yang menimbulkan nyeri mirip-syok pada
frekuensi penyakit ini. Trombus yang berasai dari kaki dan anggota gerak.
sebuah plak aterosklerotik dapat terlepas dan Denyut nadi di bawah oklusi berkurang atarr
menyebar ke distal. Emboli ini dapat mengandung sisa- menghilang. Perubahan denyut diperbesar dengan
sisa plak ateromatosa serta trombus. Mikroemboli, berolahraga karena vasodilatasi yang diinduksi oleh
yang terdiri dari agregasi trombosit atau pecahan- olahraga dan iskemia, meningkatkan perbedaan
666 BAG IAN ENAM GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
G ab ungnn p eny akit aor t oiliaka dan memerlukan tindakan bedah. Cangkok pintas biasanya
femor op oplitea
meme-rlukan tindakan kombinasi. Pada penyakit ini, lebih disukai daripada endarterektomi; tetapi endar-
pembedahan biasanya diindikasikan untuk menye- terektomi dapat dilakukan bersamaan dengan cangkok
lam?tkan anggota gerak karena luasnya penyakit dan pada penyakit yang terlokalisasi. Cangkok yang dipilih
beratnya iskemia. Lesi aortoiliaka proksimal harus biasanya dari vena safena pasien sendiri karena
dikoreksi lebih dahulu untuk memastikan aliran darah tingkat kegagalan pencangkokan anggota gerak bawah
arteri yang cukup ke daerah femoropoplitea. Biasanya cukup tinggi bila menggunakan bahan-bahan buatan
terdapat pula indikasi cangkok aortobifemoral. seperti Dacron. Tunika endotel dari vena asli ini
Cangkok pintas dari femoral ke femoral untuk memiliki permukaan yang bersifat antitrombogenik,
menghubungkan dua arteria femoralis dapat dilaku- sehingga mengurangi insiden kegagalan cangkok.
kan bila satu arteria iliaka normal dan yang lainnya Terdapat dua teknik bedah yang digunakan. Pada
berpenyakit atau bila satu bagian dari pintas teknik pertama, satu segmenvena diambildari anggota
aortobifemoral rusak. Cangkok pintas aksilaris- gerak, dan vena tersebut dibalik sebelum dianastomosis
bifemoral dapat juga dilakukan untuk memberikan ke arteri, sehingga katup-katup vena itu tidak meng-
suplai darah ke ekstremitas bawah yang berpenyakit. hambat aliran darah yang akan mengalir di dalamnya.
Keuntungan teknik ini adalah dapat menghindari Ujung proksimal dari cangkok vena yang dibalik ini
pembedahan intraabdominal. Selanjutnya, penyakit dianastomosis pada arteria femoralis komunis (Gbr.
di distal femoropoplitea memerlukan endarterektomi 34-10, A) dan ujung distalnya pada pembuluh darah
atau cangkok pintas untuk mendapatkan aliran darah di luar dari daerah yang terobstruksi, idealnya pada
yangbaik ke pembuluh-pembuluh darah distal. salah satu cabang arteria poplitea. Tindakan ini disebut
'Kendati terdapat kontroversi tentang manfaat sebagai teknfk uena safenn terbnlik.
simpatektomi, prosedur ini mungkin dapat dilakukan Teknt*. n situmenggunakan satu segmen vena pad a
secara bersamaan untuk mengurangi tonus simpatis tempatnya. Vena tersebut lebih besar dari pembuluh
ke ekstremitas bawah dan menimbulkan vasodilatasi darah aslinya, katup-katup vena dibuang dan segmen
perifer. Dengan demikian diharapkan aliran darah vena ini dijahitkan pada bagian proksimal dan distal
melalui cangkok akan menjadi lebih baik. arteri di dekatrya, untuk menggantikan segmen arteri
Pada sebagian besar pasiery dapat dicoba angio- yang sakit. Teknikvena in situ ini lebih disukai karena
plasti transluminal untuk mendilatasi pembuluh- trauma yang-terjadi pada vena lebih sedikit, sehingga
pembuluh darah iliaka. A ngioplasti transluminsl adalah memelihara integritas endotel vena. Evaluasi
satu teknik yang digunakan untuk memperbaiki praoperatif segmen vena safena secara noninvasif
segmen stenosis yang lebih pendek pada aortoiliaka dengan teknik B-mode ultrasound perlu dilakukan,
atau pembuluh darah femoropopliteal. Pada beberapa untuk mengetahui apakah se gmen vena tersebut dapat
pasien, angioplasti dilakukan bersamaan dengan dipakai untuk menyalurkan darah.
terapi bedah untuk mendilatasi aliran arteri-arteri yang Cangkok pintas femoral-tibinl-peroneal dapat
mengalami stenosis sebelum dilakukan rekonstruksi dilakukan bila timbul obstruksi aliran darah pada
distal. Sebuah kateter berujung balon dimasukkan ke cabang arteria tibialis, Arteria tibialis yang terbesar
dalam sistem iliaka melalui arteria femoralis dengan lebih disukai untuk anastomosis. Kemajuan dalam
tunfunan fluoroskopi dan tekanan. Balon dikembang- intervensi dan teknik bedah telah memperlihatkan
kan dalam segmen yang sakit untuk menekan lesi dan peningkatan angka keberhasilan cangkok pintas ke
melebarkan pembuluh darah. Balon yang mengembang arteria plantaris dan dorsalis pedis, serta ke arteria
menyebabkan kerusakan tunika intima, memisahkan tibialis. Bila tidak ada pembuluh darah lain yang
plak dari tunika media dengan peregangan dan berhubungan dengan kaki, cangkok pada kaki dapat
rusaknya serat otot, dan juga peregangan tunika berhasjl untuk menyelamatkan anggota gerak.
adventisia. Kerusakan tunika intima akan sembuh Walaupun vena safena merupakan pembuluh darah
dalam beberapa jam. Peran angioplasti dalam penyakit pilihan tetap, venapada lengan pasien itu sendiri juga
vaskular masih belum dipastikan. Angioplasti akan dapat digunakan (Akbari, LoGerfo, 1999).
menjadi sangat penting apabila tindakan bedah Jika vena safena tidak cukup panjang untuk
meriipakan kontraindikasi atau jika obstruksi hanya melingkari segmen yang sakit, maka dapat dipakai
terbatas pada segmen-segmen arteri yang pendek dan gabungan antara cangkok vena dengan bahan buatan
terisolasi. (Gbr. 34-10, B). Rangkaian cangkok dapat dilakukan
Rekonstruksi arteri p ada peny akit femoropoplitea untuk menyediakin aliran pada b-erbagai titik
biasanya dilakukan untuk menyelamatkan anggota percabangan suatu segmen yang terobstruksi secara
gerak. Kadangkala, klaudikasio intermiten yang berat luas. (lihat Gbr. 34-L0, C).
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 669
L
Old usi aor t o ilinka aku t rnemerlukan intervensi se gera. I
v
Antikoagulasi mulai digunakan untuk mencegah
hilangnya sirkulasi kolateral dan mencegah perluasan
emboli. Obat trombolitik inlraarterial (seperti streptoki-
nase atau aktivator plasminogen jaringan) dapat
diberikan. Pasien yang menerima terapi model ini
fl
membutuhkan perawatan yang intensif karena
terdapat risiko perdarahan yang serius atau terjadi
embolisasi l.agi. Trombektomi melalui arteriotomi
femoralip merupakan metode terapi lain.
Aneurisma adalah suatu dilatasi dinding arteri yang Gbr. 34-11 Jenis aneurisma. A, Aneurisma fusiformis sejati. B,
terlokalisasi (Gbr. 34-11). Aneurisma sejafl timbul akibat Aneurima sakular sejati. C, Aneurisma palsu.
670 BAGTAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
distal lesi; dilatasi pascastenosis ini melemahkan desendens pada ligamentum arteriosus. Ligamentum
dinding arteri. titik tertentu,
arteriosus mengikat aorta pada suatu
Selain sebab-sebab yang diketahui ini, interaksi sehingga pada saat laju kendaraan berhenti
darfbanyak faktor lain dapat menjadi predisposisi mendadak, struktur-struktur dalam toraks masih
pembentukan aneurisma pada dinding arteri. Aliran bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh
turbulen pada daerah bifurkasio dapat ikut mening- ligamentum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini
katkan insiden aneurisma di tempat-tempat tertentu. dap at menyebabkan terj adinya robekan pada tunika-
$trplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini
diduga dapat terganggu pada usia lanjut, memper- dikenal sebagai trauma knrena peilambatan Tunika
lemah tunika media dan menjadi faktor predisposisi adventisia dapat tetap utuh, walaupun dapat pula
terbentuknya aneurisma. terl'adi ruptur atau berkembang aneurisma palsu.
Apapun penyebabnya, aneurisma akan menjadi Penyakit pada arkus biasanya disebabkan oleh atero-
semakin besar menurut hukum Laplace. Tegangan sklerosis. Nekrosis media kistik seperti pada sindroma
atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan Marfan, paling berat pada aorta asendens dan sering
radius pembuluh darah dan tekanan intraarteri. kali menyebabkan pembentukan aneurisma.
Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh Aneurisma majemuk sering terjadi dan dapat
darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga menyerang arteri-arteri peri-fer maupun viseral. Arteria
menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah. poplitea merupakan arteri perifer yang paling sering
Sehingga angka kejadian ruptur aneurisma juga terserang; namun jarang terjadi aneurisma viseral.
meningkat seiring meningkatnya ukuran aneurisma. Kebanyakan aneurisma perifer danviseral berasal dari
Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami aterosklerotik; tetapi trauma dan infeksi juga meru-
aneurisma juga menderita hipertensi sehingga pakan faktor etiologi.
menambah tekanan dinding dan pembesaran
aneurisma.
Kontribusi potensial dari ukuran arteri terhadap Gambaran Klinis
pembentukan aneurisma juga sudah dipikirkan. Aneurisma seringkali asimtomatik. Tanda,pertama
Individu-individu dengan arteri-arteri utama yang penyakit ini dapit berupa komplikasi gawat yang
besar, atau arteriomegali, dan permukaan tubuh yang mengancarn jiwa, sepertiruptura, trombosis akut, atau
luas cenderung memiliki insiden aneurisma yang lebih embolisasi. Aneurisma abdominalis mungkin
tinggi. Peningkatan aliran darah aorta dapat terdeteksi sewaktu pemeriksaan abdomen sebagai
berpengaruh pada perkembangan aneurisma. suatu massa yang biasanya berlokasi di regio umbili-
Aneurisma biasanya membentuk lapisan bekuan kalis sebelah kiri dari garis tengah. Gejala-gejalanya
darah di sepanjang dinding akibat aliran yang lambat. yang terlihat biasanya buruk, menandakan adanya
Trombi mural merupakan surnber emboli dan trombosis perluasan aneurisma, perdarahan retroperitoneal
aneurisma spontan yang potensial. kronik, atau ancaman ruptura. Dapat juga ditemukan
nyeri punggung atau abdomen yang berat. Obstruksi
duodenum akibat aneurisma yang besar dapat
Etiologi dan Lokasi Tersering
dirasakan sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium
Tempat terbentuknya aneurisma yang paling sering atau kesulitan pencelnaan makanan. Jika orifisium
adalah aorta abdominalis. Aneurisma aorta sbdominalis cabang-cabang viseral mayor juga terserang, impotensi
biasanya mulai dari bawah arteria renalis dan meluas dapat dilaporkan dan kadang-kadang ditemukan
ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arte- disfungsi viseral. Dapat pula terdengar bising tetapi
ria iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteria nilai diagnostiknya kecil. Pada beberapa pasien,
renalis untuk melibatkan cabang-cabang viseral mayor denyut nadi arteria femoralis menghilang.
aorta. Sebagian besar aneurisma abdominalis berasal Aneurisma torasikaharus cukup besar r-rntuk dapat
dari proses aterosklerotik. menimbulkan gejala; akibatnya, aneurisma mungkin
Aneurisma torasikn dapat menyerang aorta torasika baru ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
desendens di luar arteria subklavia kiri, aorta asendens radiogram dada. jika benar-benar timbul gejala,
di atas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desendens biasanya disebabkan oleh perluasan dan kompresi
paling sering terserang. Aterosklerosis dan trauma pada struktur-struktur yang berdekatan. Kompresi
adalah penyebab yang paling sering. Trauma dada, esofagus, walaupun jarang, menimbulkan disfagia;
biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat kompresi saraf laringeus rekuren menyebabkan suara
menyebabkan ruptur tunika intima dan media aorta serak; distensi vena di leher dan edema kepala dan
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 671
daerah aneurisma (Kalman, 1999). Pengembangan Aneurisma torasika memerlukan koreksi bedah.
balonstmt pada tunika intima aorta normal mencegah Jika aneurisma besar atau menekan strukfur-struktur
masuknya aneurisma ke dalam sirkulasi (Giesecke, sekitar, operasi dianggap darurat. Teknik cangkok
1,99q). Pendekatan inteivensi untuk mengoreksi serupa dengan perbaikan aneurisma abdominalis,
aneurisma ini mencegah risiko dan komplikasi bedah melibatkan reseksi aneurisma dan penggantian dengan
abdominal mayor, dan untuk mengembalikan dan sebuah cangkok berupa tabung yang ditempatkan
menurunkan kehilangan darah. Namun, teknik pada dinding aneurisma. Terserangnya arkus
tersebut dibatasi oleh keefektifan dan berliku-likunya memerlukan implantasi ulang dari pembuluh darah
arteria femoralis daniliaka, serta efek jangka panjang brakiosefalika ke cangkok atau memakai cangkok
yang sudah dipastikan. Komplikasi pendekatan ini tempel aorta. Aneurisma aorta asendens dapat
adalah kegagalan cangkok, kebocoran di sekitar sfenf, menyerang katup aorta, memerlukan penggantian atau
dan migrasi cangkok. Akhir-akhir ini dianjurkan resuspensi dari katup aorta. Perfusi perifer diper-
pemeriksaan lanjutan yang teratur dengan CT scan tahankan selama reseksi aneurisma torakalis melalui
setiap 6 bulan sekali. pintas kardiopulmonar, pintas sisi kiri jantung, atau
pirau vaskular (Gbr. 34-14).
Gbr. 34-14 Perbaikan diseksi aorta. Panel atas menggarnbarkan perbaikan dari reseksi aorta distal. A, Diseksinya telah diisolasi. Satu
pirau {engan heparinisasi menghubungkan apeks ventrikel kiri langsung ke arteria femoralis untuk memintas segmen diseksi, dan untuk
mendukung sirkulasi distal selama perbaikan. B, Setelah reseksi segmen distal, ujung diseksi aorta dijahit dengan Teflon pada sisi dalam
dan luar aorta, baik di proksimal maupun di distal. C, Sebuah cangkok Dacron prioritas-rendah dijahitkan pada aorta torasika desendens.
Panel bawah menggambarkan perbaikan diseksi aorta proksimal. A, Pasien dengan pintas kardiopulmonar total. B, Menunjukkan diseksi
dan robekan tunika intima. C, Katup aorta dieksisi dan ostium koronaria dipindahkan. Sebuah cangkok Dacron gabungan plus katup Bjork-
Shiley dimasukkan karena penyakit proksimal. D, Cangkok dijahitkan ke anulus aorta pasien di sebelah proksimal, dan ke distal aorta.
Arteria koronaria ditempelkan ulang ke cangkok gabungan di atas katup palsu. (Dimodifikasi dari Eagle KA eI al'. The practice of
cardiology, ed 2, Boston, 1989, Little, Brown.)
Penyokit Pembuluh Doroh BAg 34 573
Proksimal
Gbr. 34-15 Diseksi aorta, A, Pemisahan tunika vaskular; B, Klasifikasi diseksi aorta
674 BAG IAN EHAM GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKU LAR
mendadak dan berat. Biasanya dialami nyeri yang PENYAKIT PEMBULUH DARAH VENA
sangat dan merobek-robek. Mula-mula nyeri terbatas
pada dada, abdomen, atau punggungi tetapi dengan
semakin meluasnya diseksi, nyeri menyebar ke pung- Anatomi
gung dan ke distal sampai ekstremitas bawah. Sering
ada tanda-tanda renjatan walaupun tekanan darah Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis
cenderung meninggi, hal ini disebabkan oleh hiper- dan mudah terdistensi. Kira-kira 70% volume darah
tensi yang sudah diderita sebelumnya terkandung dalam sirkuit vena dengan tekanan yang
Diseksi retrogr ad rr.erujtt katup aorta dapat menim- relatif rendah. Sirkuit vena bervolume tinggi dan
bulkan regurgitasi aorta dengan manifestasi bising bertekanan rendah ini berfungsi sebagai sirkuit
diastolik dan tanda-tanda gagal jantung kongestif. knpasitansi, berbeda dengan sirkuit arteri yang ber-
Dengan berkembangnya diseksi, cabang-cabang arteri tekanan tinggi danbervolume rendah. Kapasitas dan
menjadi teroklusi disertai hilangnya denyrrt nadi dan volume sirkuit vena merupakan faktor penting curah
tanda-tanda disfungsi organ; anuria dapat timbul jantung karena volume darah yang diejeksi oleh
akibat keterlibatan arteria renalis, atau timbul iskemia jantung bergantung pada aliran balik vena.
ekstremitasbawah akibat oklusi arteria iliaka. Ruptur Sistem vena pada ekstremitas bawah (Gbr.3+-77)
adalah penyebab kematian yang paling sering. terbagi menjadi tiga subsistem: (1) subsistem vena
superfisial, (2) subsistem vena profunda, dan (3)
subsistem penghubung (saling berhubungan). V ena
Pengobatan superfisinl terletak di jaringan subkutan anggota gerak
Intervensi bedah dini biasanya merupakan indikasi dan menerima aliran vena dari pembuluh-pembuluh
untuk diseksi proksimal yang berasal dari aorta darah yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan
asendens dan arkus aorta. Diseksi distal yangberasal subkutan, dan kaki. Sistem superfisial terdiri darivena
dan iirbatas hanya pada aorta desendens mula-mula safena magna dan vena safena parva. Vena safena
diobati secara medis untuk mengontrol diseksi dan magna adalah vena terpanjang di tubuh; be4alan dari
menstabilkan keadaan pasien. Pembedahan meru- maleolus di mata kaki, naik ke bagian medial-betis
pakan indikasi bila diseksinya berjalan terus atau jika dan paha, bermuara ke vena femoralis tepat di bawah
timbul komplikasi seperti oklusi arteri atau ketidak- selangkangan. Titik persambungan antara kedua vena
stabilanhemodinamik. tersebut, persambungan safena, merupakan patokan
Penyokii Pembuluh Dorch BAB 34 675
anatomi yang penting. Vena safena magna mengalir- Subsistem vena-vena profunda dan superfisialis
kan darahdari bagian antero-medial betis dan paha. dihubungkan oleh saluran-saluran pembuluh darah
Vena safena parva berjalan di sepanjang sisi lateral yang disebu t uena penghubung.Y ena-vena penghubung
dari mati kaki melalui betis menuju ke lutuf mendapatr menyusun subsistem penghubung ekstremitas bawah.
kan darah dari bagian posterolateral betis dan Aliranbiasanya dipirau dari vena superfisialis ke vena
mengalirkan darahke vena poplitea. Titik pertemuan profunda dan selanjutnya ke vena kava inferior.
antara vena safena dan poplitea disebut sebagai Katup-katup semilunaris satu arah menyebar ke
persambungan safenopoplitea. Di antara vena safena seluruh sistem vena ekstremitas bawah. Katup-katup
magna dan parva ini terdapat banyak anastomosis; ini adalah lipatan tunika intima yang terdiri dari
anastomosis ini merupakan rute aliran kolateral yang endotel dan kolagen. Katup-katup vena ini mencegah
memiliki potensi pentin g, bila terj adi obstruksi vena. terjadinya aliran',balik dan mengarahkan aliran ke
Sistem aena profunda mernbawa sebagian besar proksimal mulai dlriekstremitas bawah ke vena kava,
darah vena dari ekstremitas bawah dan terletak di dan dari sistem superfisial ke sistem profunda melalui
dalam kompartemen otot. Vena-vena profunda mene- penghubung. Kemampuan katup-katup ini untuk men-
rima aliran dari venula-venula kecil dan pembuluh jalankan fungsinya sangat penting sebab aliran darah
darah inhamuskular. Sistem vena profunda cenderung dari ekstremitas ke jantung berjalan melawan gravitasi.
berjalan paralel dengan pembuluh arteri anggota gerak Fisiologi aliran vena yang melawan kekuatan
bawah, dan diberi nama yang sama dengan arteri gravitasi ini melibatkanberbagai faktor yang dikenal
tersebut. Sebagai akibatnya, yang termasuk dalam sebagai pompa oena. P ompavena terdiri dari komponen
sistem vena ini adalah vena tibialis anterior dan pos- perifer dan sentral. Pompa vena perifer bergantung
terior, vena peroneus/ vena poplitea, vena femoralis, pada kompresi saluran vena selama kontraksi otot.
vena femoralis profunda, dan pembuluh-pembuluh Kontraksi otot mendorong aliran untuk maju di dalam
darah betis yang tidak diberi nama. Vena iliaka juga sistem vena profunda; katup-katup vena mencegah
termasuk dalam sistem vena profunda ekstremitas aliran retrograd atau refluks darah selama relaksasi
baivah karena aliran vena dari anggota gerak ke vena otot. Selain itu, sinus-sinus vena yang kecil dan tidak
kava bergantung pada patensi dan integritas pem- berkatup atavoenula yang terletak dalam otot sgleus
buluh-pembuluh ini.Vena iliaka komunis kiri melewati dan gastroknemius berfungsi sebagai penampung
bawah arteria iliaka komunis pada jalumya menuju darah danmengosongkan darahnya ke vena-vena pro-
vena kava, sehingga vena tersebut berpotensi tertekan funda selama kontraksi otot. Kontribusi saluran
arteri. Jumlah persilangan ini memiliki perbandingan intramuskular ini sangat penting untuk aliran balik
2 : 1 dalam menyebabkan trombosis vena profunda vena. Kekuatan-kekuatan sentral yang mendorong
kiri daripada trombosis vena profunda kanan. aliran balik vena adalah pengurangan tekanan
intratoraks sewaktu inspirasi dan penurunan tekanan
atrium kanan dan ventrikel kanan setelah ejeksi
ventrikel.
Prosedur Diagnostik
Tanda-tanda klinis penyakit pembuluh darah vena
tidak dapat dipercaya sehingga sangat penting
melakukan metode-rnetode evaluasi invasif dan
noninvasif. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mendeteksi dan mengevaluasi obstruksi atau refluks
vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik.
Pemeriksaan Fisik
Katup vena yang tidak berfurngsi baik dapat dievaluasi
secara klinis dengan menguji waktu pengisian vena.
T es Brodie-T rendelenbur g dilakukan dengan mengosong-
kan vena safena melalui peninggian anggota gerak
dan mengurangi aliran arteri melalui oklusi. Pada
Gbr. 34-17 Anatomi sistem vena tungkai. katup yang tidak berfungsi baik, terlihat pengisian
676 BAGIAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
vena yang cepat pada saat oklusi dilepas dan pengosongan vena ke ekstremitas. Teknik pletismo-
kemungkinan juga pada saatposisiberdiri. Teknik lain grafi yang umum mencakup (1) impedance plethysmog-
adalah tes kompresi manual, yaitu dengan melakukan raphy, (2) strain gauge plethysmography, (3) air plethys-
koriipresi di sebelah proksimal vena dan palpasi di mogr aphy, dan (a) photoplethy smogr aphy. Teknik-teknik
sebelah distal untuk mengevaluasi pengisian vena ini relatif berbeda dari metode yang dipakai untuk
retrograd karena refluks katup. mendeteksi perubahan dalam volume darah.
Pada teknik yang paling sering dipakai, yaitu im-
pedance plethysmography (IPG), arus listrik lemah
lJlfuasoundDoppler ditransmisikan melalui ekstremitas, dan tahanan atau
Teknik Doppler dipakai untuk menenlukan kecepatan resistensi yang melewati arus ini diukur. Karena darah
aliran darah dan pola aliran dalam sistem vena adalah penghantar listrik yang baik, tahanan akan
superfisialis dan profunda. Aliran vena dapat turun bila volume darah di ekstremitas meningkat
dibedakan dari aliran arteri karena aliran vena tidak sewaktu pengisian vena. Elektroda-elektroda pada
berpulsasi dan berubah-ubah pada saat respirasi. Pola suatu sabuk yangmengelilingi anggota gerak diguna-
aliran vena normal ditandai dengan peningkatan kan untuk mengukur tahanan. Pada teknik s trnin gauge
aliran ekstremitas bawah selama ekspirasi dan me- pI ethy smo gr aphy (S GP ), perubahan d alam kete gangan
nurun selama inspirasi. Pada obstruksi vena, variasi mekanik pada elektroda menunjukkan perubahan
pernafasan fasik ini tidak terlihat. Pada vena-vena volume darah. Air plethysmography mendeteksi
dengan obstruksi lumen total karena tropbus, tidak perubahan volume melalui perubahan tekanan dalam
terdapat sinyal. Sedangkan pada vena trombosis seba- suatu manset berisi udara yang mengelilingi anggota
giary puncak sinyal lebih tinggi karena peningkatan gerak. Sewaktu volume vena bertambah, tekanan dalam
kecepatan aliran melalui segmen yang menyempit. manset akan bertambah juga. Photoplethysmography
(PPG) adalah teknik terbaru dan bergantung pada
Selain itu, trombosis akan menurunkan aliran fasik.
Teknik Doppler memungkinkan penilaian kualitatif deteksi pantulan cahaya dari sinar infra merah yang
terhadap kemampuan kahrp pada vena profunda, vena ditransmisikan ke sepanjang ekstremitas. Proporsi
penghubung, dan vena yang mengalami perforasi. cahaya tersebut yang akan dipantulkan kembali ke
Obstruksi vena profunda dan superfisialis dapat transduser bergantung pada volume darah vena dalam
dideteksi, meskipun Ultrasound Doppler lebih peka jaringan pembuluh darah kulit.
terhadap trombosis vena proksirnal daripada
trombosis venabetis. Teknik ini tidak mahal dan seder- Venografi
hana; tetapi memerlukan kemampuan teknik tingkat
tinggi dan perlu pengalaman untuk menjamin Pada penyakit vena (venografi, atauflebografi) adalah
keakuratan hasil pemeriksaan. teknik standar sebagai perbandingan untuk semua
teknik lain. Bahan kontras disuntikkan secara bolus
ke dalam sistem vena untuk memberikan gambaran
Pemindai Ultrasonik Dupleks opak pada vena-vena di ekstremitas bawah dan pel-
vis. Venografi desendens dengan suntikan bahan
Pemakaian pemindai dupleks ultrasonik aliran ber-
kontras ke dalam vena femoralis digunakan untuk
warna (seperti yang telah dijelaskan pada bagian
menunjukan adanya perluasan aliran retrograd pada
teknik diagnostik arteri) untuk mendapat gambaran
pasien dengan insufisiensi vena-vena kronis. Veno-
vena mulai banyak disukai. Dengan teknik ini, obstruk-
grafi dianggap sebagai teknik yang paling dipercaya
sivena danrefluks katup dapat dideteksi dan dilokali-
untuk mengevaluasi lokasi dan perluasan penyakit
sasi, dan dapat dilihat diagram vena-vena peng-
vena. Namun, kerugianujiinvasif tersebut relatif lebih
hubung yang tidak kompeten. Bila vena terlihat dalam
banyak daripada uji noninvasif, termasuk bi aya yang
keadaan sebenarnya, contoh yang dipakai penguji
lebih besar, ketidaknyamanan, dan risiko yang lebih
untuk aliran vena, akan melewati lumen pembuluh besar. Tingginya korelasi antara kombinasi pengukuran
darah.
obstruksi vena noninvasiJ-termasuk pemindai dupleks
: dengan aliran berwarna dan pletismografi-dengan
Pletismografi Vena teknik venografi invasif, menyebabkan uji nomnvasif
semakin sering digunakan. Venografi dapat tetap
Teknik pletismografi mendeteksi perubahan dalam digunakan pada kasus-kasus noninvasif yang tidak
volume darah vena di tungkai. Obstruksi vena dan jelas atau pada pembedahan vena kava yang diren-
refluks katup mengubah pola normal pengisian dan canakan dalam kasus emboli paru.
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34
distabilkan dalam derajat tertenbu (atau direkanalisasi) pembuluh darah vena profunda utama, dapat diindi-
denganretraksibekuan dan lisis melalui sistem fibrino- kasikan ligasi atau pemotongan vena superfisialis
litik endogen. Sebagian besar pasien memiliki lumen yang terserang pada persambungan safenofemoral.
yaft terbuka tapi dengdn daun katup terbuka dan
iaringan parut, yang menyebabkan aliran vena dua Trombosis Vena Profunda Akut
arah.
Trombosis vena proftrnda @VT) mengenai pembuluh-
pembuluh darah sistem vena profunda yang menye-
Tr'omb oflebiti s Superf isialis rang hampir 2 juta orang Amerika setiap tahunnya.
Tromboflebitis superfisialis menyerang pembuluh Serangan awalnya disebut DVT nkttt. Adanya riwayat
darah subktttan di ekstremitas atas dan bawah. DVT akut merupakan predisposisi untuk terjadinya
Penyebab tersering tromboflebitis pada eksLremitas atas DVT rekuren. Episode DVT dapat menimbulkan
adalah infus intravena, terutama jika memasukkan kecacatan untuk waktu yang lama karena kerusakan
larutan asam atau hipertonik. Tromboflebitis katup-katup vena profunda. Sindrom pascatrombosis
superfisialis pada ekstremitas bawah biasanya dibahas pada bagian selanjutnya. Emboli paru adalah
disebabkan oleh varises vena atau trauma. Jika tidak risiko yang cukup bermakna pada DVT, terjadi pada
diketahui penyebab pasti tromboflebitis superf isialis, 30% pasien DVT. Emboli paru menyebabkan 60.000
harus dipertimbangkan kemungkinan proses penyakit kematian setiap tahunnya di AS.
lain yang mendasari, seperti penyakit Buerger atau Kebanyakan trombus vena profunda berasal dari
keganasan. ekstremitas bawah; banyak yang sembuh spontan, dan
'
Perjalanan tromboflebitis superfisialis biasanya lainnya menjadi lebih luas atau membentuk emboli.
jinak dan swasirna. Emboli paru jarang terjadi; tetapi Penyakit ini dapat menyerang satu vena atau lebih;
dapat terjadi perluasan trombus ke sistem vena pro- vena-vena di betis adalah vena-vena yang paling
funda, terutama jika trombus berada dekat saluran sering terserang. Trombosis pada vena poplitea,
penghubung utama atau pada pertemuan antara vena femoralis superfisialis, dan segmen-segmen vena
safena dan poplitea atau vena femoralis. ileofemoralis juga sering terjadi. Amat banyak kasus
emboli paru-paru yang terjadi akibat DVT pada vena-
Manifestasi Klinis vena panggul dan ekstremitas bawah.
Faktor risiko utama adalah: (1) imobilitas nyata, (2)
Manifestasi khas dari tromboflebitis superfisialis
dehidrasi, (3) keganasan lanjut, (4) diskrasia darah,
adalah nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan
(5) riwayat DVT, (6) varises vena, dan (7) operasi atau
permukaan. Trombofl ebitis superfisialis biasanya lebih
trauma pada anggota gerak bawah atau pelvis. Faktor
nyeri daripada hombosis vena profunda karena ujr.rng-
predisposisi lain adalah pemakaian obat kontrasepsi
ujung saraf kulit berdekatan dengan letak proses
yang mengandung estrogen, kehamilan, gagal janlung
peradangannya. Kulit di sepanjang vena tersebut
kongestif kronik, dan obesitas.
mungkin menjadi eritematosa dan hangat. Mlrngkin
kulit jrrga terlihat sedikitbengkak. Vena tersebut dapat
teraba. Kekakuanvena ini kadang-kadang disebut fall Gambaran Klinis
sttbkutnn. Dapat timbul manifestasi sistemik dari
DVT merupakan masalah yang terutama tersembunyi
peradangan ini, berupa demam dan malese.
karena biasanya tanpa gejala; emboli paru-paru dapat
menjadi indikasi klinis pertama dari trombosis.
Pengobatan Pembentukan trombus pada sistem vena profunda
Pengobatan tromboflebitis superfisialis berupa dapat tidak nyata secara klinis karena besarnya
meninggikan ekstremitas yang terserang dan kapasitas sistem vena dan terbentuknya sirkulasi
mengompresnya dengan air hangat. Obat anti radang kolateral yang mengelilingi obstruksi. Diagnosis sulit
(seperti aspirin) dapat mengurangi rasa tidak nyaman ditegakkan karena tanda dan gejala klinis DVT tidak
dan meningkatkan kerja antitrombosis. Kaus kaki spesifik dan keparahan penyakit tidak berhubungan
peniikan atau pembalut elastik dapat mengurangi sta- langsung dengan luas penyakit.
sis dan meningkatkan aliran balik vena dari ekstre- Tanda yang paling dapat dipercaya adalah bengkak
mitas bawah. Kateter intravena apa pun pada daerah dan edema pada ekstremitas yang terkena. Pembeng-
yang terserang harus diambil apabila kateter tersebut kakan disebabkan oleh peningkatan volume intiavas-
berperan dalam terjadinya tromboflebitis superfisialis. kular akibatbendungan darah vena; edema menunjuk-
Bila terdapat kemungkinan perluasan penyakit ke kan adanya perembesan darah di sepanjang membran
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 679
kapiler memasuki jaringan interstisial yang terjadi penekan atau pembalut elastik) dianjurkan untttk
karena peningkatan tekanan hidrostatik. Vena super- mengurangi stasis vena. Tetapi, pemakaian kaus kaki
fisial dapat juga berdilatasi karena obstruksi aliran ke dan pembalut elastis ini harus selalu dilakukan dengan
sistemprofunda atau pirau aliran darah dari sistem berhati-hati, untuk menghindari efek torniket yang
profunda ke superfisial. Walaupun pembengkakan ditimbulkan oleh alat yang tidak pas atau pemakaian
yang terjadibiasanya unilateral, tetapi obstruksi pada yang ceroboh. Aliran balik vena ke jantung dapat juga
vena ileofemoralis dapat menimbulkan pembengkakan diperbaiki dengan melakukan latihan pada tungkai
bilateral. secara aktif dan pasif dan bergerak sedini mungkin
Nyeri adalah gejala tersering, biasanya dilukiskan pascaoperasi. Meninggikan bagian kaki tempat tidur
sebagai rasa sakit atau berdenyut dan mungkin berat. hingga lebih tinggi dari jantung adalah tindakan
Berjalan dapat memperberat nyeri. Nyeri tekan pada sederhana untuk mengurangi tekanan hidrostatik
ekstremitas yang terserang dapat ditemukan. Dua vena dan memudahkan pengosongan vena.
teknik untuk menimbulkan nyeri tekan adalah Ada juga alat-alat yang menirukan atatt unttrk
dorsofleksi kaki dan menggembungkan manset ttdara merangsang aksi pemompaan mekanis otot-otot betis.
di sekeliling ekstremitas tersebut. Nyeri tekan pada Kompresi pneumntik eksternnl pada ekstremitas bawah
betis sewaktu dorsofleksi kaki disebut tnnds Homnn dan dapat dicapai dengan menutupi betis menggunakan
dianggap sebagai tanda DVT yang tidak terlalu dapat sepatu berlaras tinggi yang dapat diisi udara, yang
dipercaya; nyeri di paha atau betis sewaktu secara periodik dikempiskan. Sepatu pneumalik sudah
pengembungan manset disebut tnndn Louenburg. banyak dipakai oleh sebagian besar pasien bedah saraf
Tanda yang lain adalah meningkatnya Lurgor jaringan dan pascaoperasi mayor abdomen. Terapi
disertai pembengkakan, kenaikan suhr-r kulit dengan antikoagulan dengan heparin dosis rendah atatt
dilatasi vena-vena superfisial, bintik-bintik dan enoksaparin (yaitu heparin dengan berat molekular
sianosis karena stagnasi aliran, peningkatan ekstraksi rendah ILMWHI) dianjurkan oleh beberapa ahli
oksigen, dan penurunan hemoglobin. sebagai profilaksis pada kelompok berisiko tinggi.
' Terdapat dua jenis trombosis vena yang jarang Terapi antikoagulan dengan heparin dosis rendah
terjadi tapi memiliki arti karena keparahannya. Jenis dianjurkan oleh beberapa ahli sebagai profilaksis pada
yang pertam a adalah phl e gms s is nlb n d o/ens, yai tu sua Llr kelompok berisiko tinggi. Heparin dosis rendah di-
bentuk trombosis iliofemoral. Trombosis ini anggap dapat mengurangi risiko komplikasi ber-
menyebabkan reaksi peradangan antarvena yang berat samaan dengan penggLrnaan antikoagulan yang
dan juga menyerang serat saraf antararteri, yang adekuat. Keefektifan pengobatan ini masih konhoversial'
menyebabkan spasme arteri distal. Akibat penurlrnan Tujuan pengobatan antikoagulan adalah untuk
aliran arteri, anggota gerak menjadi pircat, terlihat mencegah perluasan trombus, propagasi, atau
membengkak, dan deny-r,rt nadi pada sistem arteri tidak embolisasi. Antikoagr"rlan yang digunakan selama fase
teraba. Jenis kedua adalah phlegmasin cenilcn dolens, akut sekarang ini menggunakan heparin intravena
dan jenis ini merupakan oklusi iliofemoral yang lebih atau enoksaparin subkutan (Lovenox). Penggttnaan
serius. Pada kasus ini, oklusi mendadak pada aliran LMWHbiasanya diberikan pada pasien dengan DVT
vena anggota gerak menimbulkan kenaikan tekanan atau emboli parlt yang tersumbat aliran venanya, pada
dalam ekstremitas sehingga aliran arteri terhenti, dan pasien rawat jalan yang telah selesai menggunakan
dapat menyebabkan gangren pada ekstremitas. Gejala antikoagulan, atau pada wanita yang sedang hamil.
sisa ini dapat terlihat pada pasien-pasien yang dirawat Enoksaparin tersedia dalam dosis 1 mg/kg yang
karena sakit parah akibat keganasan. diberikan secara injeksi subkutan setiap 12 jam. Hcp-
arin diberikan secara infus intravena dengan dosis
Pengobatan pembebanan 80 unit/kg dan kemudian dilanjr"rtkan
dengan infus 18 unit/kg disesuaikan dengan keadaan
Berdasarkan morbiditas dan mortalitas akibat DVT dan pasien. Antikoagulan oral dengan warfarin
emboli paru, maka pengobatan ditekankan pada (Coumadin) diberikan sebelum penghentian heparin
pengenalan adanya risiko tinggi dan tindakan atau enoksaparin. Warfarin sering diberikan bersa-
pencegghan yang sesuai. Bila curiga adanya DVT, maan dengan antikoagulan intravena atau sttbkr-rtan.
tujuan-pengobatan adalah untuk menghindari Target pengobatan antikoagulasi adalah r'rntuk
perluasan bekuan dan embolisasi. mencapai Perbandingan Normal Intemasional (INR)
Metode-metode fisik untuk mengurangi stasis vena yaltu 2: 3. Pengobatan antikoagulasi oral berlanJut
sering dipakai untuk profilaksis pasien yang berisiko selama 3 hingga 6 bulan pada pasien dengan risiko
tinggi. Tekanan dari luar (misalnya dengan kaus kaki sementara (setelah operasi) atau dengan penyebab
680 BAGIAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
DVT yang idiopatik; pada pasien dengan DVT yang dengan kaus kaki atau pembalut dapat dipakai untuk
berula4g atau dengan faktor risiko yang terus-menerus, mengobati edema setelah hari pertama. Pergerakan
pengobatan dapat dilanjutkan selama 12 bulan atau secara bertahap dan kompresi dari luar dengan kaus
seurlturhidup. kaki dilakukan setelah tanda dan gejala berkurang.
Pernberian obat-obat fibrinolitik (seperti streptoki- Tindakan operasi pada DVT dapat berupa trombek-
nase dan urokinase) untuk melarutkan bekuan tomi atau pemotongan vena kava untuk mencegah
menjadi semakin disukai unbuk mengobati DVT. Obat- emboli paru. Trombektomi diindikasikan pada beberapa
obalini diberikan selama tahap awal DVT akut untuk kasus DVT ileofemoral masif atau DVT luas yang
mengaktifkan sistem fibrinolisis endogen. Sistem mengancam anggota gerak. Proses trombektomi
fibrinolitik berperan untuk memecahkan dan melarut- melibatkan insersi sebuah kateter Fogarty berujung
kan bekuan. Ideah:rya, pengobatan fibrinolitik harus balon melalui venotomi. Balon tersebut dikembang-
dimulai dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah awitan kan dan kateter ditarik untuk mengeluarkan bekuan.
DVT karena bekuan matur lebih sukar lisis. Kontra- Apabila pengobatan antikoagulan tidak dapat
indikasi pengobatan fibrinolitik bila baru mengalami digunakan atau mengalami kegagalary aliran vena
operasi atau perdarahan saluran cerna. melalui vena kava inferior dapat diputuskan total atau
Pengobatan DVT yang sudah menetap yaitu sebagian dengan jepitan yang dibuat khusus (Gbr. 34-
dengan menggabungkan prinsip-prinsip fisik yang 18, A) atau dengan jahitan (Gbr. 34-18, B). Pada
disebutkan sebelumnya dengan sedikit modifikasi. pemutusan total, alir balik vena akan dipirau mengitari
Tirah baring merupakan indikasi pada tahap awal obstruksi di vena kava melalui jaringan kolateral yang
untuk memberikan kesempatan terbentuk bekuan dan Iebih kecil; kecilnya diameter pembuluh darah mem-
menempel pada dinding pembuluh darah; tirah baring batasi ukuran emboli yang mencapai jantung. Jepitan
diharapkan akan meminimalkan risiko emboli paru dan jahitan di vena kava akan membagi pembuluh
seminimal mungkin. Kaki tempat tidurharus diangkat darah tersebut menjadi kompartemen yang lebih kecil,
sedikit untuk memaksimalkan pengosongan vena; sehingga mencegah lolosnya emboli besar. Rancangan
kompresi dari luar pada lutut atau selangkangan payung Modin-Uddin, filter Greenfield, dan balon
dengan bantal atau tempat tidur harus dihindari. Tirah Hunter, diilustrasikan dalam Gbr.34-18, C. Filter
baring biasanya dilanjutkan sampai tanda dan gejala Greenfield paling sering dipakai karena memiliki angka
(terutama edema) berkurang. Kompresi dari luar kejadian komplikasi yang paling rendah.
)l=' JI
c
l{A
,) \
Jr
r\
Filter
Balon
Gbr. 3rt-18 Teknik{eknik pemutusan vena kava. A, Jepitan. B, Jahitan. C, Alat-alat transvena. (Dimodif ikasi dari Moore WS: Vascular
surgery: a comprehensive review, ed 3, Philadelphia, 1991, Sanders.)
Penyokit Pembuluh Doroh BAB 34 681
Sindrom Pascatrombotik
Patofisiologi
Sindrom pascatrombofik (dahulu disebut insufisiensi
Gbr.34-19 Varises. vena kronik atau CVI) biasanya disebabkan olehDVT
682 BAGTAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
yang luas dan insufisiensi katup vena; keadaan ini dialis. Ekstremitas membengkak dan nyeri, terutama
dapat terjadi berbulan-bulan atatt bertahun-tahun setelah berdiri terlalu lama.
setelah episode awal. Derajat sindrom pascatrombotik
yanitebltr ringan dapat ierjadi pada varises akibat
berdiri lama yang disertai insufisiensi katup. Tanda
Pengobatan
tersering adalah stasis vena kronik dan peningkatan Seperti pada penyakit vena tromboembolik, pence-
tekanan vena. gahan lebih mudah dicapai daripada pengobatan
Peningkatan tekanan vena kronik menghasilkan sindrom pascatrombotik yang sudah menetap. Pence-
tanda-tanda kiinis yang khas dan progresif akibat sta- gahan ditujukan pada pengobatan adekuat trombo-
sis vena. Peningkatan tekanan hidrostatik pada flebitis akut, DVT, dan varises. Mengendalikan edema
tingkat kapiler menyebabkan transudasi cairan ke sangat penting karena edema menunjukkan
dalam interstisium dan membentuk edema. Selanjut- peningkatan tekanan vena. Pengobatan medis pada
nya akan terjadi pembahan patologik pada kulit dan sindrom pascatrombotik mencakttp metode-metode
jaringan subkutan mata kaki dan tungkai. Kira-kira fisik yang telah dijelaskan sebelumnya, termasuk
pada 25'h hingga 50% pasien DVT akan timbul penahan elastik, meninggikan tungkai, dan istirahat
masalah vena kronis. di tempat tidur. Selain itu, jaringan sangat mudah
terkena tranma; sel-ringga kaki harus dilindungi jika
Gambaran Klinis memungkinkan.
Salep antibiotik mungkin diperlukan untuk
Manifestasi awal adalah edema persisten pada ekstre-
mengobati dermatitis dan peradangan atall infeksi
mitas bawah. Selanjutnya, perubahan jaringan
lokal. Ulkr.rs stasis sangat sulit diobati; dapat diindi-
patologik menghasilkan timbulnya pigmentasi coklat
kasikan pemakaian kontinu sepatu boot Unna yang
yang disebabkan oleh deposisi hemosiderin, indurasi
sudah diberi obat. Pada beberapa keadaan, cangkok
akibat fibrosis sr-rbkutan, dermatitis dengan eksema,
kulit perlu dilakukan bersama dengan ligasi dan
dan kulit bersisik. Dapat pula terjadi ulserasi dan
pengangkatan vena. Pengobatan dan penatalak-
nekrosis jaringan, terutama di sekitar maleolus me-
sanaan dini akan memperbaiki prognosis. ,
.(oNrsrP KUNcr
Dinding arteri terdiri dari tiga lapisan: tunika Hubungan antara tekanan sistolik brakialis
adventisia yang merupakan lapisan terluar; tunika dengan tekanan sistolik pergelangan kaki (ABl)
media, yang merupakan lapisan tengah; dan adalah sama atau sedikit lebih besar dari 1,0
tunika intima, yang merupakan lapisan terdalam. pada tungkai normal. Perbandingan kurang dari
Penumpukan lipid pada tunika intima arteri 0,4 menunjukkan adanya penyakit arteriyang
adalah proses awal aterosklerosis. berat.
Manifestasi klinis penyakit pembuluh darah arteri Untuk menghasilkan penurunan aliran darah yang
disebabkan oleh stenosis atau penyumbatan lu- nyata, lesi tunggal atau penyempitan lumen
men dengan plak intima, embolisasiplak intima, pembuluh darah harus 50% dari diameter atau
atau akibat terbentuknya aneurisme akibat 7 5Y" dari potongan mel intang arteri.
Trombus adalah pembentukan bekuan darah di Sistem vena pada ekstremitas bawah dibagi
dalam sistem pembuluh darah. Trombosis arteri menjadi sistem profunda dan sistem super-
bimanya timbul pada sisi plak aterosklerosis. tisialis, serta sistem penghubung yang meng-
Embolisasi terjadi akibat pelepasan trombus ke hubungkan kedua sistem tersebut.
dalam pembuluh darah dan tersangkut pada Aliran darah ekstremitas bawah mengalir melalui
tempat yang jauh. vena superfisial ke vena profunda melaluivena
Klaudikasio interm iten te rjad i saat beraktivitas penghubung sebelum bermuara ke vena kava in-
bila kebutuhan oksigen metabolik meningkat, ferior.
dan bbrkurang dengan istirahat selama beberapa Aliran darah vena bergantung pada pompa vena-
-nit.:segmen arteri yang terkena adalah di kerja pemompaan otot melawan vena*dan pada
sebelah proksimal regio yang mengalami nyeri perubahan dan tekanan intratorakal saat inspirasi
klaudikasio. dan ekspirasi.
Enam gejala penyumbatan arteri akut adalah, DW menyerang 2 juta penduduk Amerika setiap
nyeri, pucat, parestesi, tak berdenyut, poikilo- tahun, dan embolisme paru timbul pada kira-kira
termia, dan paralisis. 30% pasien DVT.
Aneurisma aorta abdominal biasanya terjadi di Trias Virchow menunjukkan tiga faktor utama
bawah arteria renalis dan meluas ke percabangan yang berperan dalam pembentukan DW:stasis
aorloiliaka; aneurisma ini biasanya asimtomatik aliran darah, kerusakan endotelial, dan hiper-
dan terpalpasisaat pemeriksaan fisik rutin. koagulasidarah.
Fembedahan arteri adalah pemisahan lapisan Kira-kira 25% hingga 50% pasien DW akhirnya
dinding arteri oleh gumpalan darah, sehingga akan mengalami gejala insufisiensi vena kronik
membentuklumen palsu dalam pembuluh darah. ekstremitas bawah.
Tujuh puluh persen volume darah bertahan pada Tromboflebitis superfisial mengenai vena
sistem vena tekanan rendah. subkutan ekstremitas atas dan bawah.
6U BAGIAN ENAM GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
PrnrnruYmN
Beberapa contoh pertanyaan untuk bab ini tercantum di sini. Kunjungi http://www.mosby.com/MERLIN/PrieeWilsod untuk
pertanyaan tambahan.
Kolom A
Kolom B
10. _ Arteriografi
a. Tindakan noninvasif untuk mengukur
11. _ Pemindai dupleks dengan
-
kecepatan aliran di dalam pembuluh
aliran benruarna
12. _ Pletismograf i segmental
darah
b. Visualisasi anatomi arteri dengan
13. Pemindai fibrinogen
radioaktif
menyuntikkan bahan kontras langsung
ke dalam sebuah arteri
c. Mengukurdenyut nadi
d. Suntikan intravena isotop radioaktif, yang
dapat dideteksi oleh sebuah alat penerima
di tempat trombus sedang aktif terbentuk
Cacokkanlah tipe diseksi arteri pada kolom B dengan kategori yang sesuai menurut
klasifikasi DeBakey pada kolom A.
Kolom A Kolom B
14. _ Tipe I a. Aneurisma yang bermula setelah arteria
15. _ Tipe ll subklavia kiridan meluas ke distal.
16. _ Tipe lll b. Aneurisma yang terbatas pada aorta
asendens
c. Aneurisma yang berasal dari aorta
asendens di atas katup aorta dan meluas
ke distal
ACC/AHA Task Force Report: Guidelines for the evalua- American Heart Association Web Site: Statistics, available
tion and management o/hea ft f ailure, Circulntion 92:27 64- at ht fp ://wwzo.americanheart.org. Accessed December 2000.
2784, t995. Anderson OL et al: Plasma homocysteine predicts mortal-
Agneli G, Rossi R, Santamaria MG: Management of throm- ity independently of traditional risk factors and C-reac-
boembolism in the outpatient setting, Sem Hematol tive protein in patients with angiographically defined
37(3):23-26,2000. coronary artery disease, Ci r ailation 102:7227 -1232, 2000.
Akbari C; LoGerfo F: Diabetes and peripheral vascular dis- Ascher E et a1: Lessons learned from a 6-year clinical expe-
ease,1 Vasc Surg 30:373-384, 1999. rience with superior vena cava Greenfield fllters, I Vasc
Albert NM: Manipulating survival and life quality outcomes Sirrg 32(5):881 -887, 1999.
in heart failure through disease state management, Crit Austraiia-New Zealand Heart Failure Collaborative Grogp:
Care Nurs CIin North Am 11:121-141,1999. Randomized placebo-controlled trial of carvedilol in pa-
American Heart Association:2000 Henrt nnd stroke stntistical tients with congestive heart failure due to ischemic heart
up date, Dallas, 1999, The Association. disease, Lancet 349:375-380, 1997.
686 BAGIAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
Batista RJV et al: Partial left ventricuiectomy to improve left Clark RE, Zafirelis Z: Future devices and directions, Prog
ventricular function in end-stage heart disease, I Card Cardio-ansc Dls 1:95-i00, 2000.
Surg 11:96-97, 1996. Cohn JN: The management o/chronic heart failure, N Engl
Bauersachs J et al: Striking increase in natriuresis by low- I Me d 335 :490 - 498, I99 6.
dose spironolactone in congestive heart failure only in Cohn fN, Ferrari R, Sharpe N: Cardiac remodeling-con-
combina tion with ACE inhibition, Cir u il ation 102.,2325- cePts from an intemational forum on cardiac remodel-
2328,2000. lng, j Am Coll Cardiol35:569-682, 2000.
Bays RA et al: Validation of air plethysmography, Conover MB: Understanding electrocardiology, ed 7, St Louis,
p.hotoplethysmography, and duplex ultrasonography 1995, Mosby.
in the evaluation of severe venous stasis, J Vnsc Surg Cowie MR, Struthers AD, Wood DA: Value of natriuretic
20(5):721-727,1994. peptides in assessment of patients with possible new
Beattie S: Heart faiiurewith preserved IV function: patho- heart failure in primary car e, Inn cet 350t1349 -1353, 1.997 .
physiology, clinical presentation, treatment, and nurs- Dajani A et al: Prevention o/bacterial endocarditis: recom-
ing impiications, I Cnrdioansc Nurs 14(4):24-37,2000. mendations o/the American Heart Associa tion, Circula-
Beme RM, Levy MN: Cnrdioansculnr physiology, ed 8, Phila- tion 96:358-366,7997.
delphia,2000, Mosby. DaleJB: Group A streptococcal vaccines,Infect DisNorth Am
Bhatt Dl, Topol EJ: Current role of plateiet glycoprotein 73:227-243,1999.
Ilb/11la inhibitors in acute coronary syndromes,,i'4Md DeWall RA, Qasim N, Carr L: Evolution of mechanical heart
284:15491558,2000. valves, Ann Thornc S ur g 69:1612-7621, 2000.
Binder TM et al: Improved assessment of mitrai valve steno- Diaz MN et ai: Mechanisms of disease: antioxidants and
sis by volumetric real-time three-dimensional echo- atherosclerotic heart disease, N Engl I Med 337:408-416,
cardiography , Am Coll of Cnrdiol 36:1355-1.367,2000. L997.
Bonow RO et al: Guidelines for the management of patients The Digitalis Investigation Group: The effects of digoxin on
with valvular heart dlsease-executive summary: a re- mortality and morbidity in patients with heart failure,
port of the American College of Cardiology/American N EngI I Med 336:525-533,1997.
Heart Association Task Force on Practice Guidelines, Donovan CL, Starling MR: Role of echocardiography in the
C ir uil at ion 9819 49 -1984, 199 B. timing of surgical intervention for chronic mitral and
' Bonow RO et al: Serial long-term assessment of the natural aortic regurgitation. In Otto CM, editor: The practice of
history of asymptomatic patients with chronic aortic clinical echocar diography, Philadelphia, 1992 WB Saunders,
regurgitation and normai left ventricular systolic func- pp.327-354,
tion, Cirailntiotr 84:7625-7635, 1991. Doughty RN et al: Left ventricular remodeling with
Boon A et al: Cardiac valve calcification: characterisiics of carvedilol in patients with congestive heart failure due
patients with calcification o/the mitral annulus or aortic to ischemic heart disease, ,f ,4 m Coll Cardiol29:1060-1066,
v alv e, H e ar t 7 8:47 2-47 4, 7997 . 1997.
Borer JS et al: Prediction of indications for valve replace- The EPIC Investigators: Use of a monoclonal antibody di-
ment among asymptomatic or minimally symPtomatic rected againsi the platelet glycoprotein IIb/IIIa recep-
patients with chronic aortic regurgitation and normal tor in high risk angioplasty, N Engl I Med 330:965-971',
left ventricular performance, Cir culation 97 :525-534, 1997. 1994.
Braunwald E. Heart disease: a textbook of cardiounscula.r medi- The Epistent Investigators: Randomized placebo controlled
cine,volsL and 2, ed 5, Philadelphia, 1992 WB Saunders. balloon-angioplasty-controlled trial to assess safety of
Braunwald E et al: ACC/AHA guidelines for the manage- coronary stenting with the use of platelet glycoprotein
ment of patients with unstable angina and non-ST-seg- IIblIIIa blockade, Lancet 352:87-92, 1998.
ment elevation myocardial infarction: executive sum- Eskandari MK et al: Is color-flow duplex a good diagnostic
mary and recommenda tions, Cir culation 102:1193-1209, test for detection of isolated calf vein thrombosis in high
2000. risk patienis? Angiology 51(9):705-7L0, 2000.
Bridges EJ: Monitoring pulmonary artery pressures: just Fahey VA: Vasculnr nursing, ed 3, Philadelphia, 1999, WB
the facts, Crit Care Nurs 20:59-78,2000. Saunders.
Brown WV: Cholesterol lowering in atherosclerosis, Am j Faletra F, et ai: Measurement of mitral valve area in mitral
C ar d i o I 86 (swp pl) :29H-32H, 2000. stenosis: four echocardiographic methods compared to
Carabello BA, Crawford FA: Valvular heart disease, N Engl direct measurement of anatomic orifices, / Am Coll Cardiol
I Med337:32-41,1997. 28:1190-1197 , 1996.
Cheitiin MD et al: ACC/AHA guidelines for the clinical Feldman AM et al: The role of tumor necrosis factor in the
application of echocardiography: a report of the Ameri- pathophysiology of heart failure, J Am ColI Cnrdiol 35:537'
can College of Cardiology/American Heart Associa- 544,2000.
tion Task Force on Practice Guidelines developed in col- Frazier OH: Left ventricular assist, Adtt Cnrd StLrg 9:131-148,
laboration with the American Society of Echocardio- 1 997.
graphy, CiraLlation 95:1686-17 44, 1997. Garg R, Yusuf S: Overview"of randomized trials of angio-
Christensen DS: The ventricular assist devi ce,Nurs CIin Nortlt tensinconverting enzyme inhibitors on morbidity and
Am 35:945-959,2000. mortality in patients with heart failure: Collaborative
Penyckit Pembuluh Doroh BAB 34 687
Group on ACE-Inhibitor Trials, IAMA 273:1450-1456, Lincoff AM et al: Management of patients with acute coro-
1995. nary syndromes by platelet glycoprotein IIblIIIa inhi-
Giesecke N: Endovascular stent repair of abdominal aortic bition, Ciruilntion 102:1093-1100, 2000.
aneurfsms. http //wuw.nsnlq
: :or g/I'l ewsletters/1999 /0399 / The Long Term Intervention with Pravastatin in Ischemic
TOC0399.html Disease (LIPID) Study Group: Prevention of cardiovas-
Gilbert KB, Rogers GM: Utilization and outcomes of cular events and death with pravastatin in patients with
enoxaparin treatment for deep vein thrombosis in a coronary heart disease and a broad range of initial cho-
tertiary care hospital, Am I Hematol 65(4):285-288,2000 lesterol levels, N Engl J Med 339:1349-1357,1998.
Giovani€ et al: Arterial abnormalities in the offspring of Maclntyre K et al: Evidence of improving prognosis in heart
patients with premature myocardial infarction, N Engl/ failure: trends in case fatality tn66,547 patients hospital-
Med 343:840-846,2000. ized between 19 I 6-19 9 5, Cir u il ntion 102 :1126-11 31, 2000.
Goldstein JA et al: Multiple complex coronary plaques in Mahmood AK et al: Critical review of current left ventricu-
patients with acute myocardial infarction,N Engl J Med lar assist devices, P erfusion 1 5 39 9 -420, 2000.
:
343:915-922, 2000. Marston WA et al: Healing rates and cost efficacy of outpa-
Graham L, Ford M, Fahey VA: Arterial disease. In Fahey V, tient compression treatment for leg ulcers associated
edttor: Vnscular rutrsing, ed 3, Philadelphra, 1999, WB with venous insufficiency, .l Vnsc Surg 30(3):491-498,1999.
Saunders. Marzo K, Prigent FM, Steingart RM: Interventional therapy
Gronda E, Vitali E: Left ventricular assist systems: a Pos- in heart failure management, CIin Gerintr Med 16:549-
sible alternative to heart transplantation for patients? 566,2000.
Eur j Heart 4:319-325,1999. Matezky S et al: Elevated troponin I ievel on admissron is
Guy TS: Evolution and current status of the total artificial associated with adverse outcomes of primary angio-
heart: the search continues, ASAIO | 44:28-33,1998. plasty in acute myocardial infarction, Circulation
Guyton AC, Hall JE Textbook of medical physiology, ed 10, 102:L61L-1616,2000.
Philadelphia, 2000, WB Saunders. McCarthy PM, Hoercher K: Clinically available intracor-
Haimovici H: Vasculnr xrrgery, ed 4,Boston,1996, Blackwell poreal left ventricular assist devices, Prog Cardioansc Dis
Science. 43:47-54,2000.
Hamm CW, Braunwald E: A classification of unstable an- McMurray Stewart S: Epidemlology, aetiology, anci prog-
IJ,
gina revisited, Circulation 102:11 8 -122, 2000. nosis of heart failure, Heart 83:596-602,2000'
HochmanJS, Buller CE, Sleeper LA, et al: Cardiogenic shock Members of the Joint National Committee on Prevention,
complicating acute myocardial infarction-etiologies, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pres-
management and outcome: a rePort from the SHOCK sure: The sixth report of the Joint National Committee
Trial Registry, I Am CoIl Cnrdiol 36:L063-L070,2000' on Prevention, Evaluation and Treatment of High Blood
Hunt SA, Frazier OH: Mechanical circulatory support and Pressure, Arch Int Med 157:2413-2445,1997.
cardiac transplantation, Ciruilation 97 :2079-2090' 1998. Menon V et al: The clinical profile of patients with suspected
Jaffe AS et al: It is time for a change to a troponin standard, cardiogenic shock due to predominant left ventricular
Cir culation 1"02 :121 6 -1,220, 2000. failure: a report from the SHOCK TrtalRegistry, I Am
Jaski BE et al: Left ventricular assist device as a bridge to Coll Cnrdiol 36 :1071-107 6, 2000.
patient and myocardial recovery, Prog Cardioaasc Dis Menon V et a1: Outcome and profile of ventricular septal
43:5-18,2000. rupture with cardiogenic shock after myocardial infarc-
Kalman P: Stent-graft repair for abdominal aortic aneu- tion: a report from the SHOCK Trial Registry, i Am Coll
rysm, CMAI 11:1133, 1999. Cardiol 36 :1110 -1116, 2000.
Khand A et al: Is the prognosis for heart failure improving? Moheler E et al: Clinical utility of troponin levels and
J Am ColI Cardiol 36:2284-2286,2000.
echocardiography in the emergency room, Am Heart I
Konstam MA: Progress in heart failure management? Les- 135:253-260, 1998.
sons from the real world, Cirutlation 102 :107 6-107 8, 2000' Myer N: Using physiological and pharmacological stress
Korfer R et al: Temporary pulsatile ventricular assist de- testing in the evaluation of coronary artery disease, Nlrs
vices and biventricular assist device, Ann Tlnrac Surg Pract 24:70-76,1999.
68:67 8-683, 1999. Narula J et al, editors: Rhernnntic feuer, Washington, DC,
Kukin ML, Kalman J, Charney RH: Prospective, random- 1999, Armed Forces Institute of Pathoiogy, American
ized comparison of effect of long-term treatment with Registry of Pathology.
metoprolol or carvedilol on symPtoms, exercise, ejec- National Cholesterol Education Program: Second report of
tion fraction and oxidative stress in heart faihue, Circtr tlrc expert panel on detection, eaaluation, and treatment of
IationS9 :2645-2651, 1999. highblood cholesterol leaels in adults,NlH publication No.
Kusumoio FM Cnrdioansuilnr pathophysiology, ed 1, Madi- 93-3095, Washington, DC, 1993, NIH.
son, Conn, 1999,Fence Creek Publishing. Newsletter of the American College of Phlebotomy. http://
Labugger L et al: Extensive troponin I and T modification wunu.phlebology.com
detected in serum from patients with acute myocardial Nicholson A et al: Long-term follow-up of the Bird's nest
infarction, Circulation 102:1221-1226, 2000. IVC filter, Clin Radiol 5aQ\:759 -764, 1999.
688 BAGIAN ENAM GANGGUANSISTEMKARDIOVASKULAR
Otto CM: Textbook of clinicnl echocardiology, ed 2, Philadel- Schomig A et al: Coronary stenting plus platelet glycopro-
ptta, 1999, W B Saunders. tein Iib/llla blockade compared with tissue plasmino-
Otto CM: Timing of aortic valve surgery, Heart 84:211-218, gen activator in acute myocardial infarction, N Engl I
2000. Otto CM et al: Association of aortic valve sclerosis Med 343:391,2000.
with cardio-vascular mortality and morbidity in the Sheffield LT et al: Recommendations for standards of in-
elderlp N Engl I Med 341:142-147, 1999. strumentation and practice in the use of ambulatcry
Otto CM et al: A prospective study of asymptomatic valvu- electrocardiography, Ci r u ilo ti on 7 1:626, 1,995.
lar aortic stenosis: clinical echocardiographic and exer- Siedel HM: Mosby's guide to physicnl examination, ed 4, St
e*ise predictors of outcome, C irculation 95:2262-2270, 1997. Lovis, 1.999, Mosby.
Oxford JL et al: The comparative pathobiology of atheroscle- The Sixth Report of the Joint National Committee on De-
rosis and restenosis, Am I C ar dio I 86(swppl) :6H-1 1 H, 2000. tection, Evaluation and Diagnosis of High Blood Pres-
Packer M, Bristow MR, Cohn IN, for the US Carvedilol sure (JNC Yl): Arclt Int Med 157:2413,1997.
Heart Failure Study Group: The effect of carvedilol on Spann JC, Van Meter C: Cardiac transplantation, Surg CIin
morbidity and moriality in patients with chronic heart N or th Am 7 8:679 -690, 1998.
failure, N EngI I Med 334:1349-7355, 1996. Stewart BF et al: Clinical factors associated with calcific aortic
Pagani FD et a1: Extra corporeai life support to left ventricu- valve disease, Cardiovascular Health Study, / Am Coll
lar assist device bridge to optimize survival and resource Car d iol 29 :630-634, 1997.
utilization, Circulation 19(suppl):1 1206-11210, 1,999. Stone GW et al: Improved procedural results of coronary
Park SJ et al: Left ventricular assist device bridge therapy angioplasty with intravascular ultrasound-guided
for acute myocardial infarction, Ann Thornc Surg balloon sizing: the Clout pilot trial, Cirailation 95:2354,
69:1146-1151,2000. 1997.
Pearson JL et al: The lipid treatment assessment project (L- Streif MB: Vena cava filters: a comprehensivereview, Blood
.TAP), Arch Int Med 60:459-467,2000. I 5 (I2) :3669 -367 7, 2000.
Piccione W: Mechanical circulatory assistance: changing indi- Thompson CR et al: Cardiogenic shock due to acute severe
cations and options, I Heart Lung Trnnsplnnt 6:525-528, mitral regurgitation complicating acute myocardial inf-
1997. arction: a report from the SHOCK Trial Registry, / Arn
Pietro J et al: Accuracy of exercise echocardiography to Coll Car diol 36: 1 104-1 109, 2000.
detect coronary artery disease in left bundle branch biock Tischler MD et al: Mitral valve replacement versus mitral
unassociated with either acute or healed myocardial in- valve repair: a Doppler and quantitative stress echo-
farction, Am I Cardiol 85:890, 2000. cardiographic study, Circulation 89:132-1.37, 1994.
Pijls NH et al: FFR: a useful index to evaluate the influence Torre-Amione G et al: Decreased expression of tumor ne-
of an epicardial coronary stenosis on myocardial blood crosis factor-alpha in failing human myocytes: a poten-
fIow, Cir c ulnt io n 92:3783, 199 5. tial mechanism for cardiac recovery, Ciruilntion100:1189-
Rhodes J, Gloviczki P: Endoscopic perforating vein surgery, 1193, 1999.
Surg CIin North Am 79(3):667-679,1999. Tsutamoto T et al: Spironolactone inhibits the transcardiac
Rifkind BM: The Lipid Research Clinics Coronary Preven- extraction of aldosterone in patients with congestive
tion Trial, Am I Cardiol5a(5):30C-34C, 1984. heart failure, / Am Coll Cardiol36:838-844,2000.
Rogers KG: Cardiovascular shock, Emerg Med CIin North Vitale N: Mechanical cardiac assistance, lntensiae Care Med
Am 13:793-810,1995. 25:543-545,1999.
Ross R: Mechanisms of disease: atherosclerosis an inflam- Webb JG et al: Implications of the timing of onset of cardio-
matory disease, N Engl I Med 340:1.1.5-126, 1999. genic shock after acute myocardial infarction: a report
Rourke TK, Droogan MT, Ohler L: Heart transplantation: from the SHOCKTTiaI Registry,l AmColl Cardiol36:10&4-
state of the art, AACN Clin Issues 10:185-207,1999. 1090, 2000.
Rutherford RB, editor: Vasuilar stLrgery, Philadelphia, 1.999, West of Scotland Coronary Prevention Study Group: Influ-
WBSaunders. ence of pravastatin and plasma lipids on clinical events
Sanbom TA et al: Impact of thrombolysis, intra-aortic balloon in the West of Scotland Coronary Prevention Study
pump counterpulsation, and their combination in cardio- (WOSCOPS), Circulntion 97 :1440-1.445, 1998.
genic shock complicating acute myocardial infarction: a Westaby S: The artificial heart: current concepts, Hosp Med
report from the Shock Trial Registry, j Am Coll Cardiol 60:776-777, 1999.
36:1123-1129,2000. Westaby S: Non-transplant surgery for heart faih:re, Heart
San RomanJA et al: Selection of the optimal stress test for the 83:603-617,2000.
diagnosis of coronary artery disease, H e ar t 80:37 0, 1998. Wilson WR et al: Antibiotic treatment of adults with infec-
The Qcandinavian Simvastatin Survival Study Investigators: tive endocarditis due to streptococci, enterococci, sta-
RAndomized trial of cholesterol lowering in 4444 patients phylococci, and HACEK microorganisms: American
with coronary artery disease; the Scandinavian Heart Associa tion, I AMA 27 4:1706-1713, 1995.
Simvastatin Survival Study (4S), Lancet 344:1383-1389, Wong SC et al: Angiographic findings and clinical-corre-
1994. Vascular Disease. lates in patients with cardiogenic shock complicating
Schindler N, Vogelzang R: Superior vena cava syndrome, acute myocardial infarction: a report from the SHOCK
Surg Clin North Am 79(5):683-693,1999. Trial Registry, Am CoII Cardiol 36:1077 -1.083.