Main Cast :
– Kim Namjoon as Appa
– Kim Naeun as Naeun
Support Cast :
– Son Naeun Apink as Naeun
Genre : Family
Rating : T
Length : Chaptered
Disclaimer:
Annyeong ^^ Author is back dengan ff di chapter ketiga sekaligus terakhir untuk ff ini
Jujur, author terharu sama respond kalian di ff author yang sebelumnya :’) Maaf ya
nunggunya kelamaan ؽbtw, mian ya kalo tiap chapter ceritanya kependekan ؽtadinya
author mau ngirim jadi oneshoot tapi author pikir bakalan kepanjangan jadinya chapter
deh ؽdan maaf juga kalo endingnya udah ketebak ؽ
Namjoon & Naeun are belong to God, their management, parents & fans. But this storyline
is belong to me! I hate plagiarism! If you want take or re-post this ff, please add the credit.
Summary:
Appa, siapa eommaku?
Pertanyaan sederhana itu keluar dari bibir Kim Naeun, anak dari Kim Namjoon. Namun,
pertanyaan sederhana itu mengiris hati Namjoon sampai dalam dan menguak memori
masa lalunya.
Naeun POV
Perlahan air mataku jatuh mengaliri kedua pipiku. Jadi, ini rahasia yang selama ini
berusaha appa sembunyikan dariku? Kenapa? Kenapa hidupku dan appa ditakdirkan
seperti ini? Kenapa aku lahir sebagai anak yang orang bilang ‘haram’? Kenapa appa mau
membesarkanku? Apakah sebegitu cintanya appa pada eomma? Ah ya, pasti appa sangat
mencintai eommaku. Kalau tidak, dia pasti sudah meninggalkan eomma dan aku tidak
akan pernah mengenalinya sebagai sosok ‘appa’.
Tiba – tiba hp ku berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Kuperhatikan nomor yang
ada di layar hp ku. Sebuah nomor asing yang sama sekali tidak ku kenal. Awalnya aku
berniat untuk membiarkannya saja, namun hati nuraniku mengirim sinyal ke otakku
untuk menyuruh jemariku menerima telepon itu.
“Halo?”
“….”
“Iya, betul. Ini siapa ya?”
“….”
“Apa?! Tidak, engga mungkin! Anda bohong, kan?”
“….”
“Tidak, tidak mungkin…. Andwae….”
Tut
Sambungan kuputus. Telepon tidak penting yang mengatakan bahwa appaku meninggal
karena kecelakaan. Ya, aku anggap itu hanya telepon orang iseng belaka. Tidak mungkin
appaku meninggal, dia masih di rumah ini pagi ini, tersenyum cerah ke arahku. Appaku
tidak mungkin meninggal…. Tidak mungkin…..
Perlahan perasaanku mulai cemas. Bagaimana kalau appaku benar kecelakaan? Nyatanya
dia tidak ada di rumah sekarang. Dia pergi entah kemana tanpa sepengetahuanku. Dia
pergi meninggalkanku di rumah ini sendirian. Bagaimana kalau itu benar – benar terjadi?
Kuraih handphone ku dan berniat untuk meneleponnya dan ternyata handphone ku mati
karena lowbat setelah menerima panggilan telepon tadi. Ah, sial.
Lalu aku beranjak ke ruang tengah untuk menonton TV, sembari menunggu Appa pulang.
Siapa tahu dia akan pulang nanti dan membawa kado kejutan ulang tahun untukku. Siapa
tahu dia kembali dengan senyum cerahnya seperti biasa dan menyanyikan lagu “Selamat
ulang tahun” untukku. Atau mungkin, dia tengah menjemput teman – temanku untuk
mengadakan pesta kecil – kecilan di rumah. Yah, siapa tahu.
Kunyalakan TV dan mulai menonton. Kuganti – ganti channel karena tidak ada yang
menarik, sampai jariku berhenti pada satu channel. Berita. Jarang sekali aku menonton
acara itu. Namun, ada yang menarik pada headline berita ini. “KECELAKAAN MAUT LALU
LINTAS” begitu bunyi headline nya. Terdengar biasa, karena kecelakaan lalu lintas sudah
sering terjadi di negeri ini. Hanya saja, hatiku bergetar untuk mengetahui lebih lanjut soal
berita itu.
“Seorang pria berusia 35 tahun ditemukan tewas di perempatan XXX. Menurut keterangan”
saksi mata, korban tewas karena ditabrak oleh sebuah truk yang melintas dari jalan
YYY menuju jalan ZZZ. Korban yang diketahui bernama Kim Namjoon ini
tengah menyeberang di perempatan tersebut, lalu tiba – tiba sebuah truk melintas dari
sebelah
kanan korban. Disinyalir supir truk mengantuk dan tidak melihat lampu lalu lintas
“yang telah menyala merah. Kini, jenazah korban berada di Seoul Hospital untuk diotopsi”
Dan, aku merasakan hatiku bergetar, dan bulir air mata menjatuhi pipiku. Aku baru tahu,
bahwa sedih bisa jauh lebih sakit ketika penyebab sedih itu adalah kehilangan satu –
satunya keluargamu. Remote TV terjatuh dari tanganku yang mendadak lumpuh.
Tidak mungkin….
Tidak mungkin appa pergi secepat itu. Dia masih tersenyum padaku tadi pagi,
mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dengan senyumannya yang tulus. Senyuman
yang menandakan kasih sayangnya yang juga tulus kepadaku. Dan, tiba – tiba aku
dihadapkan kenyataan bahwa senyuman tulus itu untuk yang terakhir kalinya ada di
dunia. Sakit.
Tiba – tiba, aku mendengar suara pintu terbuka. Pintu kamar Appa terkuak lebar.
Kurasakan angin yang lembut menghembus di segala penjuru rumah ini. Sejujurnya, aku
masih tidak bisa bergerak karena shock. Namun, entah darimana aku mendapat kekuatan
untuk berdiri dan berjalan menghampiri kamar appa. Dan aku mendapati sesuatu
tergeletak di atas ranjang tempat tidur appa.
Namjoon POV
Kini, aku tengah berjalan dengan santai bersama sosok Son Naeun. Sosok yang masih
sama seperti dulu. Cantik, dengan wajah polosnya dan senyum yang menghiasi wajah
cantiknya. Hanya saja, kali ini wajahnya lebih bercahaya. Menambah cantik pada
wajahnya yang sempurna. “Naeun-ah, kita mau kemana sebenarnya?”, tanyaku
penasaran, karena jujur saja aku belum mengetahui kemana tujuan kami berdua. “Kamu
akan segera tahu, Namjoon. Sebentar lagi kita akan sampai.”, jawabnya sambil
memandangku. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya, membuatku menarik otot pipiku
dan menyunggingkan senyum yang sama.
“Kau cantik sekali, Naeun-ah.”, ucapku tulus. “Dan kau tampak semakin berwibawa,
Namjoon-ah. Dan, berapa umurmu?”, tanya Naeun. Aku terheran, untuk apa dia
menanyakan umur? “35 tahun. Wae?”, tanyaku heran. Yang kudapati selanjutnya adalah
Naeun tertawa dengan suara merdunya. “Hahaha aniya. Haruskah aku memanggilmu
oppa, atau ahjusshi? Karena kamu lebih tua 20 tahun dariku.”, ucap Naeun. Aku tertawa
mendengar jawabannya. Lalu aku berjalan mendekat ke arahnya, mengamati setiap inci
wajah cantk dan bercahayanya. Aku yakin, wajah itu merona merah karena kini aku dan
Naeun berjarak dekat sekali. Namun, cahaya itu menutupi rona merah di wajahnya.
“Kamu bisa memanggilku chagi kalau kamu mau. Seperti yang kamu lakukan dulu.”,
ucapku. Wajah malu – malu itu semakin salah tingkah. Namun, kamu berhasil menguasai
dirimu dan tersenyum ke arahku dan berkata, “Baiklah, chagiya.” Dan kini kamu sukses
membuatku tersipu malu dan hanya bisa menampilkan cengiran bodohku.
“Kenapa kamu bercahaya, Naeun-ah?”, tanyaku. Jujur, aku merasa penasaran sedari tadi.
Naeun bahkan jauh lebih cantik dari yang terakhir aku ingat. Mengenakan gaun putih dan
tubuhnya bercahaya. Sedari tadi kami hanya berjalan dikelilingi cahaya putih tanpa tahu
arah. Sejujurnya aku merasa penasaran, kemana kami akan pergi? “Apakah kamu tidak
sadar, chagi?”, tanya Naeun. Dahiku berkerut penasaran mendengan pertanyaan itu.
“Sadar apa, chagiya?”, tanyaku. Dan lagi, Naeun melemparkan senyumnya sebelum
menjawab, “Dirimu juga bercahaya.”, jawabnya. Mendengar itu, aku jadi penasaran dan
mendapati kedua tanganku putih bercahaya. Selain itu, aku tidak ingat aku memakai
pakaian serba putih. “A.. ada apa ini?”, tanyaku kebingungan. Naeun menggenggam
tanganku dan berkata, “Jangan bingung, chagiya. Mereka yang bercahaya adalah mereka
yang akan berjalan melewati gerbang itu.”, dan dia menunjuk ke depan. Ke arah sebuah
gerbang lengkung emas yang indah. Aku bisa mendengar suara nyanyian merdu dari balik
gerbang lengkung itu dan juga aroma harum yang harumnya bahkan melebihi apapun
dari yang pernah aku hirup sebelumnya. “I..ini..” “Selamat datang di surga, Namjoon.
Tempat tinggal akhir untuk orang baik sepertimu.”, ucap Naeun.
Aku berjalan sedikit menjauh darinya dan menggeleng. Bagaimana mungkin tiba – tiba
aku bisa berada di surga padahal aku hanya berjalan beberapa meter dari rumah? Tidak,
ini pasti mimpi. “Kamu kecelekaan saat menyeberang jalan, Namjoon-ah. Kenapa kamu
kelihatan tidak senang seperti itu?”, tanya Naeun heran. “Bukannya aku tidak senang
masuk surga, dan bertemu lagi denganmu. Aku sungguh sangat senang. Tapi, bagaimana
dengan Naeun? Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian.”, jawabku. “Dia…. Umurnya
masih 17 tahun. Dia masih perlu belajar banyak hal dan dia butuh aku untuk itu, Naeun-
ah. Dan… dia hanya sendirian. Aku takut kalau… kalau”, ucapanku terhenti saat
mendengar suara tangis. Naeun, Naeun di hadapanku menangis. Mengeluarkan air mata
sebening kristal dari kedua matanya. “Naeun-ah, gwaenchana?”, tanyaku khawatir. Naeun
mengangguk dan menjawab “Gwaenchana, chagi. Aku hanya…. Terharu. Kamu begitu
mencintai anakku, padahal dia bukan anakmu. Aku merasa…. Pengorbananku tidak sia –
sia dengan melahirkannya ke dunia. Kamu membuat…. pengorbananku…. tidak sia – sia.
Gomawo, Namjoon-ah. Jeongmal gomawo….”, dan kalimat itu terhenti seiring tangis yang
melanda. Kurengkuh tubuhnya dan berusaha menenangkannya. Lalu aku berkata
“Gwaenchana, Naeun-ah. Tidak apa – apa. Memang pada awalnya aku mencintai dan
merawatnya hanya sebatas janjiku padamu. Namun, seiring berjalan waktu, hal itu
berubah. Aku mencintai seorang Kim Naeun….”
Author POV
Seorang yeoja berjalan mendekati sebuah tempat tidur. Dia melihat sebuah buku, yang
sepertinya sebuah album foto kalau melihat dari covernya, tergeletak di atas tempat tidur
itu. Kenapa album itu bisa berada di atas tempat tidur itu? Tidak ada yang tahu. Termasuk
yeoja itu. Yeoja yang bernama Kim Naeun.
Belum kering air matanya ketika rasa penasaran menyelimuti hati dan pikirannya. Album
foto siapa ini? Kenapa ada di atas tempat tidur appa? Pikirnya. Karena penasaran,
diraihnya album foto itu. Dia mendudukkan dirinya di atas tempat tidur itu dan membuka
album foto itu. Lembar demi lembar.
Album foto itu sangat sederhana. Buatan tangan kalau melihat dari kertasnya yang terbuat
dari kertas buffalo, dan juga cover yang bertuliskan “Memorial Pict of Our Love” yang
ditulis dengan spidol berwarna pink, dengan cover berwarna biru laut. Hal itu dilengkapi
dengan 2 helai daun musim gugur yang keemasan yang ditempelkan kedua ujungnya
menjadi satu, sehingga membentuk lambing hati. Ditambahkan pita – pita kecil di
pinggirannya sebagai hiasan. Sungguh sederhana namun manis adanya.
Dibukalah lembaran pertama. Tampak foto seukuran post-card. Tampak seorang namja
dan yeoja yang tampak tersenyum ke arah Naeun. Naeun tersentak. Naeun mengenal, ah
bukan mengenal, melainkan sangat mengenal namja di foto itu. Dia adalah appanya versi
18 tahun yang lalu. Masih sangat muda, tampan, dan senyum manis menghiasi wajahnya.
Pandangan Naeun bergerak ke arah lain, lebih tepatnya ke samping kiri appanya. Naeun
tersentak karena mendapati dirinya memandangnya balik dari foto itu. Ah bukan, itu pasti
bukan aku! Pikirnya. Dia tidak pernah merasa dia pernah mengambil foto itu dengan
appanya. Lagipula, appanya tampak masih begitu muda, bahkan lebih muda dari dirinya
yang sekarang. Pandangannya beralih ke tulisan di bawah foto itu.
“Wow! Sudah tanggal 10 Februari 1996! Saengil chukka hamnida, Naeun chagi!^^ Umurmu
sudah 14 tahun sekarang! Dan, selamat hari jadi yang ke-1 tahun!^^ Wish we life happily
ever after! Mian kalau kue buatanku tidak enak ” ؽ
Naeun seperti ingin menangis melihat foto itu. Pada akhirnya, dia bisa melihat ibunya,
Naeun. Meskipun hanya melalui sebuah foto, namun dia sudah sangat bersyukur. Dan, dia
melihat kemiripan di antara mereka. Bukan, bukan mirip, melainkan sama persis.
Sekarang dia mengerti, kenapa appa sangat mencintai eommanya. Eommanya memang
sangat cantik, dan dari wajahnya, dia adalah orang yang baik hati.
Di sisi lain, dia merasa berduka atas kedua orang di dalam foto itu. Kue ulang tahun yang
terletak di antara mereka ternyata adalah kue ulang tahun terakhir yang Namjoon buat
untuk Naeun karena Kim Naeun tahu, dari surat appanya, bahwa tepat setahun setelah
foto ini diabadikan, seorang Son Naeun meninggal dunia dan digantikan oleh hadirnya
dirinya.
Naeun menangis sejadi – jadinya. Andaikan dia tidak pernah diciptakan…. Andaikan dia
tidak pernah bersemayam di dalam rahim eommanya…. Tentu akhirnya tidak akan seperti
ini. Kemungkinan seorang Kim Namjoon dan Son Naeun akan hidup bahagia sampai
sekarang, dan kebahagiaan yang terpancar dari foto itu tidak akan pernah rusak.
Naeun menutup album foto itu dan memeluknya. Menangisi semuanya dan menyalahi
dirinya karena dia merasa telah menjadi penyebab rusaknya kebahagiaan appa dan
eommanya. Appa… Eomma… Jeongmal… Jeongmal Mianhae…
Tiba – tiba, dia merasa seseorang memeluknya dari samping dan dia mendengar seseorang
berkata, “Jebal…. Jangan menangis, Naeun-ah”.
Namjoon POV
“Gwaenchana, Naeun-ah. Jeongmal gwaenchana. Kamu belum melihat sebuah foto yang
justru harusnya kamu lihat.”, ucapku. Naeun bangkit dari dekapanku dan aku meraih
album foto dalam genggamannya. Di halaman tengah album foto itu, aku mengingat aku
telah menulis “A New Day of My Life.” Dan ternyata tulisan itu masih ada. Naeun
memperhatikan album foto itu dengan serius. Lalu, kubuka halaman selanjutnya dan
kupalingkan wajahku ke arah Naeun untuk melihat reaksinya. “Appa, ini foto siapa?”,
tanya dia. Aku tersenyum dan membuka halaman selanjutnya. 5 detik kemudian Naeun
kembali menangis dan memelukku. “Appa… gomawo….” “Sama – sama Naeun-ah. Tolong
jangan menangis lagi. Kalau kamu mau tahu foto siapa itu, itu adalah fotomu. Tepat
setelah kau lahir di tanggal 10 Februari 1997. Dan, seperti yang tertulis di sini ‘A New Day
of My Life! Meskipun aku masih muda, tapi aku berusaha akan menjadi appa yang baik
untukmu, Naeun.’ Appa selalu berusaha menjadi appa yang baik untukmu. Namun, sayang
waktu Appa sudah habis.”, ucapku. Jujur, aku sedih harus meninggalkannya seperti ini.
Mendengar hal itu, Naeun semakin mengeratkan pelukannya dan menangis sejadi –
jadinya. Aku tahu, meskipun dia tidak mengucapkannya, dia tidak rela aku pergi begitu
saja.
“Naeun-ah.”
Tiba – tiba aku mendengar sebuah suara di sampingku. Ya, Son Naeun telah bergabung
dengan kami. Naeun bangun dari pelukanku dan bola mata nya semakin membuka lebar
tidak percaya mendapati Son Naeun, eomma yang dia pertanyakan keberadaannya selama
12 tahun ini, akhirnya muncul di hadapannya dengan senyuman cantiknya. “Eo…
eomma?”, tanyanya. Naeun mengangguk dan duduk di sisi lain Naeun anaknya. Naeun
berkata, “Terima kasih, kamu telah menjadi anak yang baik untuk appa mu. Telah
memberi appa mu kebahagiaan di sepanjang hidupnya. Sekarang, biarkan appa mu
tinggal bersama eomma, ne? Kami akan hidup bahagia dan suatu saat, kamu akan
menyusul kami.”, ucapnya. Naeun memandangi wajah ibunya sesaat dan aku memandang
wajah mereka yang layaknya sepasang yeoja kembar itu. Dengan kemiripan dan
kecantikan wajah yang persis sama. Akhirnya, Naeun angkat bicara. “Appa, eomma. Kalian
pantas untuk hidup bahagia. Jeongmal mianhae, aku telah menjadi perusak kebahagiaan
kalian. Sekarang, aku mengikhlaskan kalian untuk pergi. Berbahagialah kalian di surga
sana.”, ucapnya sambil tersenyum dan memandangi kami berdua. Aku dan Naeun pun
ikut tersenyum mendengarnya. “Sebelum kami pergi, appa ingin kamu berjanji satu hal.”,
ucapku. “Apa itu, appa?”, tanya Naeun. “Jadilah kamu anak baik – baik, supaya kita bisa
berkumpul lagi nantinya.”, ucapku yang dijawab dengan anggukan Naeun.
“Dan, jangan merasa kehilangan. Kami akan terus menjagamu, Naeun.”, ucap Naeun yang
disambut dengan senyuman anaknya. “Sebelum kalian pergi, bolehkah aku meminta 2 hal
pada kalian?”, tanya Naeun. “Apa itu, Sayang?”, tanya Naeun. “Aku ingin menyampaikan
ini pada kalian, selagi aku masih punya kesempatan…” dan dia menghela nafas sebelum
melanjutkan “Eomma, terima kasih telah melahirkanku. Eomma telah mengorbankan hal
yang paling berharga di dunia ini hanya untuk melahirkanku, anak yang tidak seharusnya
ada di dunia ini…”, dan tangan Naeun yang ku genggam bergetar hebat. Kedua Naeun
menangis di saat yang bersamaan. “Dan… Appa.”, dia menoleh ke arahku. “Terima kasih,
telah menjadi appa yang sangat luar biasa. Yang mengorbankan perasaannya hanya untuk
menjaga perasaanku. Mianhae kalau aku belum menjadi anak yang baik untukmu. Kam…
kamsahamnida. Mianhae, hanya itu yang bisa aku ucapkan.”, ucapnya. Aku mengeratkan
genggamanku pada tangan kiri Naeun sebagai balasanku atas ucapannya. “Dan yang
terakhir…. Bisakah aku mendapatkan pelukan dari kedua orang tuaku? Aku ingin…
seumur hidupku setidaknya satu kali aku dipeluk oleh kalian.”, ucap Naeun. Mendengar
itu, aku langsung menggerakkan kedua tanganku untuk memeluk Naeun. Dan dapat
kurasakan Son Naeun pun melakukan hal yang sama. Itulah yang ingin kami lakukan,
memeluk anak kami selagi kami masih punya kesempatan.
Author POV
Eomma, kamsahamnida….
Berkat pengorbananmu yang tak terkira, aku terlahir di dunia….
Mianhae, jeongmal mianhae telah merebut kebahagiaanmu…..
Semoga aku bisa bertemu dan hidup bahagia denganmu…..
Merasakan hangatnya kasih sayangmu suatu hari nanti….
END
Namja : Dancer
Yeoja : Member girlband
Bagi yang ingin menebak silahkan post jawaban kalian di kolom comment ^^ jawabannya
akan kalian ketahui ketika ff selanjutnya di post
ku kira dari judulnya ini bakalan ada lucu2nya sedikit, ech taunya sad. sedih sedih
bacanya.
pokoknya bagus dech. and beneran nich authornya cowo. klo bener, wah…daebak !!!
punya ff lain punya kmu gak thor, klo ada kasih tahu ya…
^_^ Fighting!!!
Like
Like
1. gazehayu says:
FEBRUARY 12, 2015 AT 2:21 PM
Hehe bener kok ini authornya namja gomawo ne udah meninggalkan jejak
author cuma post ff di wp ini aja kok kalo mau search aja judulnya “Forgive”,
“The Blind and The Dumb”, “Bloody Hill”, “Divine” Yang “Divine” masih fresh kok
hehe sekali lagi gomawo ya
Like
Like
2. 2hicho says:
JANUARY 23, 2015 AT 3:13 AM
astaga , ff nya kok nyesek bgini sih jadinya x_x ah .. gakebayang deh jadi naeun
dua2nya /?
cast cowo : jeon jung kook / park ji min / jung ho seok . antara tiga ini, tp aku lebih ke
park ji min sih
kalo cewenya : salah satu personel lovelyz. siapa ya? mungkin jung ye in atau kei? aku
lebih milih kei ^^ soalnya dia lbh dipake di ff manapun, yah, wlopun aku di kenyataan
lebih suka ye in ._.
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 23, 2015 AT 11:20 AM
Gomawo sudah mau meninggalkan jejak chingu^^ author pun ga bisa ngebayangin
gimana jadinya kalo author ada di posisi kim naeun
Tebakannya hampir bener chingu^^
Like
Like
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 8:31 PM
Loh? Jadi…. suga itu eomma kamu?.__. btw gomawo sudah mau baca dan comment
well, tebakanmu hampir tepat chingu^^
Like
Like
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 5:04 PM
Hehehe kalo clue buat pair nya lengkap bakalan ketebak chingu^^ btw thanks udah
mau comment mian kalo endingnya terlalu ketebak
Like
Like
5. jayanthi says:
JANUARY 22, 2015 AT 11:08 AM
Inii.. Ff daebakk… Uuuhhh sumpahh akuu pngen nangiss ohmegoott (╥﹏╥) sering sring
aja ada ff gni fighting ☆L(´▽`L )♪
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 5:05 PM
Gomawo ne udah mau comment
Like
Like
6. chacha says:
JANUARY 22, 2015 AT 1:21 AM
duh nangis dah..
bgs
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 7:06 PM
Gomawo ne udah mau comment
Like
Like
maaf thor baru ninggalin jejak wkwk, ff nya bagus thor hehe
Fighting!! buat ff selanjutnya
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 7:09 PM
Gwaenchana, gomawo sudah mau meninggalkan jejak mian ne udah bikin uri
leader meninggal di sini
Like
Like
Like
Like
1. gazehayu says:
JANUARY 22, 2015 AT 7:21 PM
Ahh gomawo noon :’D well, tebakan noona hampir benar, tunggu next ff ya noon
masih dalam proses pembuatan
Like
Like