Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka
kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan makin meningkat pula. Dalam bidang
kesehatan, pasien pun di era sekarang ini lebih dapat membandingkan karena mudah mengerti
banyak hal. Pelayanan kesehatan yang prima tentu akan banyak melahirkan kepercayaan-
kepercayaan dari masyarakat. Tidak ada kata tidak bagi segenap pelayanan kesehatan untuk terus
mempelajari mengenai konsep dan implementasi peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang
terkini.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan dirasakan suatu fenomena yang
harus direspon oleh perawat. Kualitas layanan yang prima akan menciptakan pelanggan yang
sesungguhnya (true customer) yaitu pelanggan yang puas, bangga memilih organisasi layanan
kesehatan bahkan dengan senang hati menjadi pelanggan layanan organisasi kesehatan tersebut,
setelah mereka merasakan pengalaman mutu layanan kesehatan yang mereka terima (Ghufron,
2007).

Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan
dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali
dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan
pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer ataupun perawat pelaksana,
konselor, kepala ruang, dan seluruh tim keperawatan beserta tenaga kesehatan lain seperti
fisioterapi, laboratorium, radiologi, ahli gizi, dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai
fokus kegiatan. Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam lagi masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktik keperawatan (Nursalam 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Donna Fabry pada tahun 2013 tentang “Hourly rounding:
perspectives and perceptions of the frontline nursing staff” menyatakan bahwa 13 perawat yang
hanya mampu memberikan inisiatif untuk melakukan ronde keperawatan per jam dan 12 perawat
yang memang menyatakan bahwa ronde keperawatan per jam yang dilakukan harus
didokumetasikan sehingga membuktikan bahwa ronde keperawatan memang telah dilakukan,
dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepemimpinan keperawatan dan
wawasan pendidik tentang bagaimana untuk memimpin dan mempertahankan inisiatif baru atau
praktek berbasis bukti.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Wiryawan (2012) di RSUD Kebumen bahwa
tiingkat pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan dalam kategori sedang dan pelaksanaan
ronde keperawatan oleh para perawat dalam kategori baik. Selain itu, terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan dengan pelaksanaan ronde
keperawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadina (2014) di RSUD Labuang Baji Makassar bahwa
penerapan ronde keparawatan di ruang rawat inap sudah diterapkan pada semua ruagan akan
tetapi belum berjalan dengan efekif. Selain itu, prosedur ronde keperawatan belum dilaksanakan
sesuai dengan prosedur dilihat dari 45 responden tidak sesuai pada pra ronde keperawatan, 51
responden menyatakan tidak sesuai pada tindakan ronde keperawatan dan 50 responden yang
menyatakan tidak sesuai pasca ronde keperawatan yaitu pada evaluasi dan kesimpulan.

Pada rumah sakit besar khususnya untuk rumah sakit pendidikan seperti Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo, Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar ronde keperawatan sudah biasa
dilakukan oleh petugas ruangan sebagai kegiatan rutin. Namun, di beberapa Rumah Sakit daerah
di Makassar ronde keperawatan belum dapat berjalan dengan baik. Selama ini ronde
keperawatan hanya dilakukan oleh mahasiswa yang praktik di ruangan untuk memenuhi tugas
studi mengambil jenjang pendidikan S1 program keperawatan. Diharapkan dengan menggunakan
metode ronde keperawatan tersebut dapat memberikan pelayanan yang efektif, efisien, bermutu
serta memberikan kepuasan bagi setiap klien. Perawat menganggap bahwa ronde keperawatan
identik dengan timbang terima yang merupakan salah satu kendala pelaksanaan ronde
keperawatan. Fenomena inilah yang menjadi pertanyaan dan menjadi salah satu alasan
dilakukannya role play ronde keperawatan dalam bentuk video sebagai salah satu tugas akhir
departemen manajemen keperawatan pada program studi profesi Ners UIN Alauddin Makassar.

1. Tujuan
2. Tujuan umum

Tujuan umum ronde keperawatan adalah menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berfikir kritis.

2. Tujuan khusus
3. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
4. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
5. Menentukan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
6. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
7. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
8. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
9. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
10. Manfaat

Manfaat dilakukannya ronde bagi pasien maupun perawat adalah masalah pasien dapat teratasi,
kebutuhan pasien dapat terpenuhi, terciptanya komunitas keperawatan yang profesional,
terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan serta perawat dapat melaksanakan model asuhan
keperawatan dengan tepat dan benar keperawatan (Nursalam 2011).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan
atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan tim kesehatan
(Nursalam 2011).

Kozier et al (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur di mana dua atau
lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencankan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah
diteriama pasien.

Beberapa pengertian tentang teori ronde keperawatan dapat diambil kesimpulan bahwa ronde
keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam diskusi dengan
membahas masalah keperawatan serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan.

1. Karakteristik Ronde keperawatan

Adapun karakteristik dalam ronde keperawatan yaitu pasien dilibatkan secara langsung, pasien
merupakan fokus kegiatan, perawat primer dan konselor melakukan diskusi bersama, konselor
memfasilitasi kreatifitas dan yang terakhir konselor membantu mengembangkan kemampuan
perawat primer dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah (Nursalam 2011).

1. Tujuan Ronde Keperawatan

Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bias dibagi dua yaitu : tujuan bagi perawat dan bagi
pasien.

1. Tujuan bagi perawat

1. Melihat kemampuan staf dan manajemen


2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus.
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat
6. Meningkatkan retensi perawat mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan.
2. Tujuan bagi pasien
7. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan dari hari ke hari
8. Untuk mengamati pekerjaan staf
9. Untuk membuat pengamatan khasus pasien dan memberikan laporan ke dokter mengenai,
misalnya: luka, drainase, pendarahan, dan sebagainya
10. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
11. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
12. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
13. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan diberikan pada pasien
14. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti ulkus decubitus, food
drop, dan sebagainya
15. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik
16. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan (Suryanto, 2009).
17. Kepemimpinan dalam Ronde Keperawatan

Setiap perawat tanpa kecuali harus mempunyai peran dan fungsi sebagai seorang pemimpin
(sebagai top manajer, sebagai low manajer atau sebagai perawat pelaksana yag akan memimpin
pasien dan keluarganya). Sebagai pelaksana keperawatan, perawat harus mampu berperan dan
berfungsi sebagai pemimpin terhadap pasien dan keluarganya. Sedangkan perawat yang duduk
sebagai kepala ruang harus mampu mengelola keperawatan di tingkat ruangan yang dipimpinnya
.

Kepala bidang keperawatan sebagai top manajer mempunyai peran dan fungsi sebagai pemimpin
di tingkat top manajer yang mempunyai perbedaan dengan kepala ruang sebagai low manajer
(manajer lini pertama). Kepala ruang sebagai low manajer, mampu menetapkan dirinya terhadap
peran dan fungsi manajemen yang diembannya. Menurut Maliya (2009), manajer lini pertama
adalah kepala ruang yang dalam fungsinya bertugas mengarahkan, mengkoordinasi, dan
mengevaluasi secara langsung pada staf keperawatan.

Hubungan yang efektif dan serasi dapat dilakukan oleh pimpinan apabila pimpinan mempunyai
keterampilan berkomunikasi yang efektif. Berdasarkan orientasi fungsi dan tugas pemimpin
tersebut, maka aktifitas kepemimpinan dapat di golongkan dalam 4 aspek yaitu:

1. Memberikan pengarahan .
2. Memberikan supervisi.
3. Memberikan koordinasi.
4. Memberikan motivasi.
5. Kriteria pasien

Kriteria pasien yang dapat dilakukan ronde keperawatan ada dua yaitu mempunyai masalah
keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan dan pasien
dengan kasus baru atau langka (Nursalam 2011).

Sasaran ronde keperawatan adalah pasien, perawat, sarana, dokumentasi keperawatan dan
keadaan ruang rawat termasuk kebersihan dan kerapihan. Sedangkan peserta ronde bisa
diantaranyaadalah kasi perawatan fungsional, Pengawas dan kepala ruang rawt yang
bersangkutan, ketua tim, perawat pelaksana. Ronde keperawatan harus merupakan suatu kegiatan
yang terencana dan terkoordinasi. Untuk itu ronde keperawatan dilaksanakan secara bertahap.
Ronde keperawatan bisa dilakukan harian yaitu ronde yang dilakukan dalam rangka
mendapatkan informasi saat timbang terima yang dipimpin ketua tim, mingguan yaitu ronde
yang dilakukan dengan menyeleksi pasien yang bertujuan meningkatkan pencapaian asuhan
keperawatan tanpa kasus tertentu dan dipimpin oleh kepala ruangan, satu bulan sekali yaitu
ronde yang dipimpin oleh kepala seksi keperawatan. Dalam hal ini kepala ruangan melaporkan
kepada pimpinan ronde tentang kasus tertentu yang telah diseleksi (Maliya, 2009).

1. Metode

Ronde keperawatan dalam pelaksanaannya menggunakan metode diskusi antar anggota tim dan
pasien tentang masalah keperawatan yang ada pada pasien (Nursalam 2011).

1. Alat Bantu

Untuk mendukung agar kegiatan ronde keperawatan bisa berjalan dengan baik dapat digunakan
alat-alat bantu misalnya untuk sarana diskusi bisa menggunakan buku dan pulpen, status atau
dokumentasi keperawatan pasien ataupun materi yang disampaikan secara lisan (Nursalam
2011).

1. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

Nursalam (2011) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut:

1. Pra ronde

Tahap awal sebelum dilakukan ronde keperawatan perawat harus menentukan kasus dan topik
(masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka), menentukan tim ronde, mencari sumber
atau literatur, membuat proposal, mempersiapkan pasien: informed concent dan pengkajian dan
yang terakhir diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan keperawatan
yang dilakukan, dan hambatan selama perawatan.

2. Pelaksanaan ronde

Setelah persiapan awal selesai, maka ronde keperawatan bisa dilakukan dimulai dengan
penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar anggota tim tentang kasus
tersebut dan yang terakhir pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

3. Pasca ronde

Setelah kegiatan ronde keperawatan selesai dilakukan, maka dilakukan evaluasi, revisi dan
perbaikan, serta kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.

1. Peran Masing-masing Anggota Tim

Nursalam (2011) menyatakan bahwa ronde keperawatan dalam pelaksanaannya masing-masing


anggota tim bertugas sesuai dengan peranannya masing-masing yang dibedakan dalam perawat
primer dan perawat konselor yaitu :

1. Peran perawat primer dan perawat pelaksana.

Peran dari perawat primer adalah menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien,
menjelaskan diagnosis keperawatan, menjelaskan intervensi yang dilakukan, menjelaskan hasil
yang didapat, menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil serta menggali
masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

2. Peran perawat konselor

Peran perawat konselor adalah memberikan justifikasi, memberikan reinforcement, memvalidasi


kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan, mengarahkan dan
koreksi, yang terakhir mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

1. Kriteria evaluasi

Nursalam (2011) menyatakan bahwa kriteria evaluasi dalam ronde keperawatan ada tiga yang
meliputi :

Kriteria struktur meliputi persyaratan administratif (informed concent, alat, dan lainya), tim
ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan serta persiapan dilakukan
sebelumnya.
2. Proses

Kriteria proses dalam ronde keperawatan berisi tentang peserta mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir dan seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.

3. Hasil

Kriteria hasil meliputi tiga masalah yaitu pasien merasa puas dengan hasil pelayanan, masalah
pasien dapat teratasi dan bagi perawat bisa menumbuhkan cara berfikir yang kritis,
meningkatkan cara berfikir yang sistematis, meningkatkan kemampun validitas data pasien,
meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan, menumbuhkan pemikiran
tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien, meningkatkan kemampuan
memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meningkatkan kemampuan justifikasi, meningkatkan
kemampuan meningkatkan hasil kerja.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ronde keperawatan

Pelaksanaan ronde keperawatan merupakan bagian dari manajemen keperawatan. Dimana ronde
keperawatan ini merupakan pembelajaran bagi perawat, pasien dan keluarga pasien. Dimana
perawat saling berdiskusi dan memberikan masukan tentang asuhan keperawatan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien.

Dalam pelaksanaan ronde keperawatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai
berikut:

Pendidikan

Didalam bekerja seringkali faktor pedidikan merupakan syarat paling pokok untuk fungsi-fungsi
tertentu sehingga dapat tercapainya kesuksesan dalam bekerja. Dengan demikian pada pekerjaan
tertentu, pendidikan akademis sudah tercukupi, akan tetapi pada pekerjaan lainnya menuntut
jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga jenjang pendidikan seseorang.

Allah swt berfirman dalam QS. Az-Zumar/39: 9

Terjemahnya :

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu
malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya?Katakanlah : “Apakah sama orang-orang yang tidak mengetahui? “sebenarnya hanya
orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Asbabun nuzul:
‫ … أقممنن ههقو ققاَنن ت‬ibnu abbas berkata : dalam riwayat ‘atho ayat tersebut diturunkan
Firman Allah ‫ت‬
pada sahabat abu bakar as-Shidiq. Menurut ibnu ‘umar diturunkan pada sahabat Usman bin
Affan, menurut Muqotil diturunkan pada Amr bin Yasir.

Kata ya’lamun pada ayat diatas ada juga ulama yang memahaminnya sebagai kata yang tidak
memerlukan objek. Maksudnya, siapa yang memiliki pengetahuan, apapun pengetahuan itu pasti
tidak sama dengan yang tidak memiliki pengetahuan. Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa
ilmu pengetahuan yang bermanfaat menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu
menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu.

Ayat diatas menjelaskan sesungguhnya orang yang mengetahui dan tidak mengetahui tidaklah.
Orang yang mempunyai pendidikan yang dapat menerima pelajaran itu adalah orang berakal.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar
ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya.

Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia. Pengetahuan selama ini
diperoleh dari proses bertanya dan selalu di tujukan untuk menemukan kebenaran seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 bahwa Allah swtakan memberikan kelapangan
bagimu dan ketika Allah mengatakan berdirilah maka Allah akan meninggikan derajat orang-
orang yang beriman serta diberikan ilmu pengetahuan dan percayalah Allah akan melihat segala
sesuatu yang kita kerjakan.

Allah swt berfirman dalam QS. Al-Mujadilah/58:11

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam


majelis-majelis”. Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan
Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.

Asbabun nuzul :

Ayat ini diturunkan pada waktu Rosululloh SAW ingin memuliakan sahabat ahli perang badar
dari pada sahabat muhajirin dan anshor.Ketika Rosululloh SAW duduk di tempat yang sempit
beliau ingin memuliakan sahabat ahli badar, maka datanglah sahabat ahli badar tersebut saling
berdesakan dan berdiri di hadapan beliau sambil menanti kelapangan majlis (tempat duduk),
Rasululloh memerintahkan sahabat yang bukan ahli badar yang berada disampingnya untuk
berdiri.

Tanggung jawab
Tanggung jawab perawat adalah keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan
inimenunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan
kegiatanperawat dilaporkan secara jujur. Sebagaiman firman Allah swt dalam QS. Al-
Baqarah/2:44

Terjemahnya :

“mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan
dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (taurat)? Tidakkah kamu mengerti?”

Asbabun nuzul:

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut di atas tentang seorang Yahudi
Madinah yang pada waktu itu berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya, dan saudara
sesusunya yang telah masuk agama islam: “ Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam)
dan apa-apa yang diperintahka oleh Muhammad, karena perintahnya benar.” Ia menyuruh orang
lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Ayat ini sebagai peringatan kepada
orang yang melakukan perbuatan seperti itu.

Ayat diatas menegaskan pentingnya seorang perawat memahami tugasnya dan senantiasa
mengintropeksi diri atas apa yang telah dikerjakan pada pasien. Perawat yang professional pada
bidangnya lebih cenderung menyiapkan diri dalam menghadapi pasiennya dibanding sibuk
mencari kelemahan mitra kerjaannya.

Waktu

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian,
atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.

Di dalam islam sangat menaruh perhatian terhadap waktu sehingga terdapat ayat yang
berhubungan dengan waktu. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Al-asr 103/1-3 :

Terjemahnya :

1.Demi masa, 2.Sungguh manusia berada dalam kerugian, 3.Kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan serta menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk
kebenaran

Asbabun nuzul:

Surat Al-Ashr termasuk Surat Makkiyah diturunkan sesudah Surat Alam Nasyrah. Menurut
Muhammad Abduh,Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr ini adalah berkaitan dengan kebiasaan
masyarakat Arab yang apabila sore hari duduk bercakap-cakap membicarakan tentang berbagai
hal dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pula yang bermegah-megahan asal usul nenek moyang
mereka, kedudukan, serta harta kekayaan.Akibat pembicaraan yang tidak jelas arahnya ini,
sering terjadi pertikaian dan permusuhan.Oleh karena itu, sebagian mereka ada yang mengutuk
waktu asar, menganggap waktu asar adalah waktu yang celaka, waktu yang naas, banyak bahaya
yang terjadi pada waktu asar. Dari kejadian ini Allah menurunkan Surat Al-Ashr, yang
menjelaskan tentang kerugian manusia yang menyia-nyiakan waktu ashar (Departemen Agama
RI, 2011)

BAB III

PRE PLANNING ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN

1. Tema

Tema : Ronde Keperawatan

Sub Tema : Ronde Keperawatan di Ruang Penyakit Dalam RSP UIN Alauddin Makassar

1. Latar Belakang

Manajemen adalah suatu upaca kegiatan untuk mengarahkan, mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengawasi dalam mencapai tujuan bersama dalam sebuah organisasi.

Manajemen keperawatan adalah upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan


keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat.

Manajemen sangat penting diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapid an
terarah, sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman dan
nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.

Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan professional (MPKP ) yang
di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan
dimana perawat primer dan perawat asosiet bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien,
dank lien dilibatkan secara langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut.

Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan baik, sehingga semua
kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat professional harus dapat menerapkan ronde
keperawatan, sehingga role play tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar
mahasiswa paham mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya kelak saat
bekerja.

1. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan role play mengenai ronde keperawatan, mahasiswa Profesi Ners UIN Alauddin
Makassar diharapkan mampu memahami dan menerapkan ronde keperawatan dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus


1. Setelah melakukan role play mengenai manajemen keperawatan bangsal,
mahasiswa Profesi Ners UIN Alauddin Makassar diharapkan mampu memahami
konsep dasar ronde keperawatan dengan kriteria 85 % benar.
2. Setelah melakukan role play mengenai manajemen keperawatan bangsal,
mahasiswa Profesi Ners UIN Alauddin Makassar diharapkan mampu menerapkan
dan melakukan ronde keperawatan dengan kriteria 85 % benar.
3. Setelah melakukan role play mengenai manajemen keperawatan, mahasiswa
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar diharapkan mampu menyelesaikan masalah
yang muncul dalam ronde keperawatan dengan pendekatan teoritis dengan kriteria
85 % benar.
3. Strategi Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu Teknik Keterangan


1. Pra interaksi 2 hari – Bekerja sama Drama dilakukan
antar anggota di Rumah sakit
2. a. Mempersiapkan 5 menit kelompok Pendidikan UIN
naskah drama mempersiapkan drama Alauddin
3. 25 Makassar dengan
b. Mempersiapkan menit – Persiapan diri setting tempat
4. media yang telah
5 menit – Salam ditentukan,
c. Latihan drama kemudian
– Perkenalan didokumentasikan
Orientasi anggota kelompok dalam bentuk CD.

a. Mempersiapkan diri – Kontrak waktu

b. Membuka pertemuan – Akting sesuai


dengan mengucap salam peran masing – masing

c. Memperkenalkan – Pembacaan
nama kelompok kesimpulan

d. Kontrak waktu – Salam

e. Tahap kerja

Memainkan drama sesuai


dengan perannya masing –
masing.

Terminasi

Membacakan kesimpulan
dari drama yang telah
dimainkan.

Menutup pertemuan dengan


mengucapkan salam.
1. Tempat

Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan drama adalah Rumah Sakit Pendidikan UIN
Alauddin Makassar.

1. Media

Media yang digunakan untuk menampilkan drama adalah :

1. Ruangan Interna dan tempat Nurse station


2. Kursi
3. Alat-alat pendukung seperti buku, pena, dan peralatan pendukung lainnya.

1. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat akhir
kegiatan telah selesai dilakukan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah kesadaran diri, apakah
role play sesuai dengan preplanning atau tidak.

1. Skenario

Tokoh drama :

Narator : Aswedi Winardi

Kepala Ruangan : Nurmalasari

Ketua Tim A : Dewi Pratiwi

Perawat Associate A : Mardhiana Makkasau

Ketua Tim B : Muliana

Dokter Peny.Dalam : Nur Yanti


Konselor Luka : Hajriani

Konselor Gizi : Ida Zulfaridha Ma’ruf

Pasien : Ria Rismawati

Keluarga pasien 1 : Hasrida

Keluarga Pasien 2 : Kamria

BAB IV

SKENARIO ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN

Narator : Aswedi Winardi

Kepala Ruangan : Nurmalasari

Ketua Tim A : Dewi Pratiwi

Perawat Associate A : Mardhiana Makkasau

Ketua Tim B : Muliana

Dokter Peny.Dalam : Nur Yanti

Konselor Luka : Hajriani

Konselor Gizi : Ida Zulfaridha Ma’ruf

Pasien : Ria Rismawati

Keluarga pasien 1 : Hasrida

Keluarga Pasien 2 : Kamria

Sinopsis

Pada hari Rabu, 01 April 2015 di ruang penyakit dalam RSP UIN Alauddin Makassar akan
dilakukan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan ini terdapat dua tim. Tim A dengan
pasien atas nama Ny Ria dengan keluhan sesak dan diagnose medis yang ditemukan adalah efusi
pleura. Efusi pleura yang terjadi pada klien merupakan dampak lanjut dari Ca mammae yang
diderita klien. Klien telah dirawat selama 10 hari dan sudah diberikan tindakan keperawatan dan
tindakan medis seperti punksi pleura tetapi sesak yang dialami Ny Ria masih belum berkurang.

Tim B dengan pasien atas nama Nn Muli memiliki penyakit gagal jantung dan klien juga
mengalami gangguan harga diri rendah karena klien sudah hampir berumur 40 tahun tetapi
belum menikah sehingga klien merasa tidak berguna dan merasa minder.

Di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Pendidikan UIN Alauddin Makassar yang sudah
menerapkan model praktik keperawatan professional, akan dilakukan ronde keperawatan.

PRA RONDE KEPERAWATAN

PP mendatangi kantor kepala ruangan untuk konsultasi masalah pasien kelas 1.

Dewi & Ana : Assalamu alaikum, permisi ners…

Maya : waalaikum salam, silahkan masuk dan silahkan duduk

Dewi & Ana : Terima kasih ners.

Dewi : Kami menghadap ingin mengkonsultasikan masalah pasien kami, kami


berencana untuk melakukan ronde keperawatan dan kami meminta saran serta persetujuan dari
ibu.

Maya : Ya silahkan, apakah ada masalah dengan pasien tersebut.

Dewi : Ya ners, pasien saya atas nama Ny.Ria datang dengan keluhan sesak dan
diagnosa medis yang ditemukan adalah effuse pleura dan Ca Mamae. Setelah dirawat selama 10
hari dan sudah diberi tindakan keperawatan dan tindakan medis seperti punksi pleura ternyata
sesak yang dialami Ny.Ria masih belum berkurang. Selain itu, klien juga mengeluh kurang nafsu
makan dengan IMT 16. Keadaan luka pada mammae dextra basah, terdapat push, mudah
berdarah dan berbau. Kien belum bisa dilakukan kemoterapi karena pemeriksaan laboratorum
belum normal. Leukosit 16 106/mm3, fungsi hati meningkat (SGOT 56 u/L, SGPT 48 u/L), Hb 8
g/dL. Pemeriksaan rontgen kesan efusi pleura.

Maya : Terus bagaimana dengan pasien ners Ana?

Ana : Pasien saya atas nama Ny Muli memiliki penyakit gagal jantung, tetapi setahu
saya beliau juga mengalami gangguan harga diri rendah, soalnya sudah berumur hampir 40 tahun
tetapi belum menikah.

Maya : Setelah saya mendengar laporan dari ketua tim A dan ketua tim B, kita pilih satu
kasus untuk kita laksanankan ronde keperawatan yaitu kasus Ny. Ria.

Dewi & Ana : Baik ners


Maya : Lalu apakah kalian sudah menyiapkan tim ronde dan siapakah yang akan kalian
ajak untuk menjadi tim ronde keperawatan serta kapan pelaksanaanya?

Dewi : Sudah ners, rencananya besok akan dilakukan ronde keperawatan kemudian
kami mengajak ners Ani sebagai konselor perawat luka, Ibu Ida Zulfaridha sebagai konselor gizi
dan dr. Nur Yanti sebagai spesialis penyakit dalam.

Maya : Baiklah kalau memang sudah siap silahkan kalian lanjutkan dan persiapkan yang
perlu di persiapkan.

Ani & Dewi : Terima kasih ners, kami permisi dulu

Setelah masalah persetujuan sudah selesai, kemudian PP mengunjungi ke kamar pasien


Ny.Ria untuk melakukan inform concent dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan.

Dewi : Assalamualaikum. Permisi bu…

Ria & Keluarga : Wa’alaikumsalam

Kamria : Mari silahkan masuk suster

Dewi : Bagaimana kondisi ibu hari ini…

Ria : Seperti biasa masih sesak tapi lumayan sudah agak berkurang.

Cida : Iya sus, semalam dia susah tidur karena sesak

Dewi : Begini bu, saya mau minta persetujuan bu Ria dan keluarga

Cida : Persetujuan apa sus?

Dewi : Begini ya bu, untuk menindak lanjuti masalah penyakit yang masih dirasakan ibu
maka saya berencana untuk mengadakan ronde keperawatan. Ronde keperawatan ini adalah
suatu pemecahan masalah keperawatan yang belum terselesaikan yang nantinya pemasalahan ini
akan diberikan solusi oleh ahlinya. Tujuan tindakan ronde keperawatan ini adalah untuk
menyelesaikan permasalah yang masih dirasakan ibu saat ini. Untuk itu saya meminta izin
kepada ibu untuk mengadakan ronde keperawatan besok pagi dan mohon ibu untuk mengisi
formulir persetujuan tindakan ronde keperawatan.

Cida : Oh, iya sus. Yang penting ibu saya bisa cepat sembuh.

Dewi : Bagaimana dengan ibu Ria?


Ria : Saya setuju saja asalkan sesak saya bisa segera sembuh.

Kamria : Iya suster, lakukan perawatan yang terbaik untuk saudara saya.

Dewi : Baiklah terima kasih atas persetujuan anda dan saya permisi dahulu.

RONDE

KARU, PP dan tim ronde keperawatan berkumpul di ners station.

Maya : Assalamualaikum, terima kasih atas kehadirannya dan hari ini kita akan
mengadakan ronde keperawatan. Silahkan kepada ners Dewi untuk memperkenalkan tim ronde
dan menyampaikan permasalahan pada pasien masing-masing.

Dewi : Terima kasih atas kesempatan yang diberikan, disini saya akan memperkenalkan
tim ronde keperawatan yaitu Ketua Tim A adalah saya sendiri ners Dewi, perawat associate ada
ners Ana, konselor perawat luka adalah ners Ani, konselor gizi adalah ibu Ida Zulfaridha dan
spesialis penyakit dalam adalah dr. Nur Yanti.

Maya : Mungkin selanjutnya ners Dewi bisa menjelaskan secara singkat kasus yang
akan didiskusikan.

Dewi : pasien atas nama Ny Ria, permasalahannya yaitu Ny.Ria sudah dirawat selama
10 hari dengan diagnosa effusi pleura dan Ca mamae dan keluhan yang masih dirasakan pasien
adalah sesaknya masih ada meskipun sudah dilakukan tindakan punksi pleura dan tindakan
keperawatan. Maka dari itu kami mengadakan ronde keperawatan yang bertujuan untuk meminta
saran kepada semuanya untuk menyelesaikan masalah Ny.Ria.

Maya : Baiklah, kita akan ke ruangan pasien untuk memvalidasi data yang sudah ada.

PP bersama PA, kepala ruangan dan konselor mendatangi pasien untuk validasi data di
kamar pasien.

Ana : Assalamualaikum, permisi bu kami dari tim ronde keperawatan bermaksud


untuk menanyakan perihal yang masih dirasakan ibu saat ini.

Ria : Walaikum salam, silahkan…

Dewi : Iya, seperti yang saya bilang kemarin. Tapi, sebelumnya saya akan
memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Ners Dewi sebagai ketua Tim yang akan merawat ibu
dan ini ners Ana sebagai perawat pelaksana yang akan membantu ibu. Di sini juga ada juga ners
Ani sebagai konselor perawat luka, ibu Ida Zulfaridha sebagai konselor gizi dan spesialis
penyakit dalam adalah dr. Nur Yanti. Kami akan bekerja sama untuk membantu dalam mengatasi
permasalahan yang ibu hadapi.
Ana : Bagaimana kondisi ibu saat ini apakah masih sesak atau ada keluhan
tambahan.

Ria : Alhamdulillah sesak sudah agak berkurang.

Maya : selanjutnya, bisa dilakukan pemeriksaan kepada pasien ny ria.

Ana dan konselor : “Melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan segala hal yang diperlukan
untuk menunjang data yang sudah ada”.

Ana : (memeriksa TTV).

Kamria : bagaimana hasilnya sus?

Ana : TD: 110/80 mmHg, DN: 84 x/mnt, P: 30 x/mnt, dan suhunya masih tinggi
38oC

Ani : permisi bu ria, saya perawat luka. Boleh saya lihat lukanya bu?

Ria : silahkan sust.

Ani : melihat kondisi lukanya, saya bersama ns. Dewi dan ns. Ana akan
memberikan perawatan luka yg lebih baik lagi bu.

Cida : terima kasih sust.

Nuryanti : permisi bu, saya dokter penyakit dalam yang akan membantu mengatasi
masalah yg ibu hadapi. Sekarang saya lakukan pemerikasaan dulu bu ya.. (sambil melakukan
pemeriksaan pada lapang paru dengan menggunakan stetoskop).

Kamria : bagaimana hasilnya dok?

Nuryanti : sesak yang dialami oleh ibu ria ini karena ada penumpukan cairan pada
paru-paru. Nanti kami akan berunding untuk mengatasi keluhan sesak yg ibu rasakan.

Cida : lakukan yang terbaik dok.

Kamria : terima kasih dok

Ida : perkenalkan bu ria, saya dari ahli gizi. Bagaimana makannya bu?

Cida : kakak saya ini. Susah makan, tidak ada nafsu makan. Kalau makan hanya 3
sendok.

Kamria : selain itu, dia biasa juga mual-mual.


Ida : baiklah bu. Kami akan selanjutnya berunding tentang program gizi ibu ria
nantinya.

Maya : baiklah, karena semua sedah melakukan pemeriksaan, selanjutnya kita


kembali ke ruangan untuk berdiskusi. Permisi ibu ria ..

Ria : iya sust. Terima kasih sebelumnya

Setelah validasi data dari pasien, tim ronde kembali ke ners station untuk menindak
lanjuti dan membahas masalah yang ada.

Maya : Setelah dilakukan validasi data pada pasien saya persilahkan kepada PP, PA dan
konselor untuk memberikan solusi atau intervensi lanjutan yang akan diberikan kepada Ny.Ria.

Ana : Setelah kami validasi data kepada pasien langsung, kami mendapatkan
bahwasannya sesak pasien sudah agak berkurang tetapi masih agak berat untuk melepas oksigen.
Menurut ners Anti bagaimana mengatasi sesak pasien?

Anti : Sebenarnya penyakit dasar Ny.Ria adalah Ca mamae jadi effusi pleura ini
merupakan dampak dari kanker stadium lanjut yang sudah bermetastase ke jaringan lainnya
sehingga meskipun dilakukan tindakan medis (punksi) berulang kali tetap akan timbul cairan
pada cavum pleura maka dari itu dilakukan pluraldisis, harapannya cairan tidak akan kembali
pada cavum pleura.

Dewi : Lalu apakah nyeri akibat pleuraldisis dan hipertermi tidak akan mengakibatkan
efek lainnya?

Anti : Pleuraldisis merupakan perlekatan antara lapisan pleura agar terjadi peradangan
yang nantinya akan mencegah terjadinya pemasukan cairan kembali pada pleura sehingga reaksi
yang diinginkan untuk mengetahui pleuraldisis berhasil adalah adanya nyeri dan hipertermi.

Ana : Lalu bagaimana untuk mengatasi agar sesaknya dapat berkurang?

Anti : Sebenarnya Ny. Ria sudah membaik tetapi yang harus dilakukan adalah melatih
pasien untuk melepas oksigen, melakukan mobilsasi bertahap dan kontrol pasien pulang adalah
poli penyakit paru dan poli penyakit dalam.

Dewi : Terima kasih Dok atas sarannya. Selanjutnya tentang penanganan luka pada
payudara klien. Bagaimana ners Ani?

Ani : Sebelumnya, saya ingin bertanya terlebih dahulu kepada ners Dewi dan ners
Ana. Teknik perawatan luka apa yang selama ini digunakan untuk merawat luka Ny. Ria?

Ana : Selama ini kami menrawat luka Ny. Ria dengan convensional dressing dengan
balutan jelly dan menggunakan metronidazole.
Ani : Sebenarnya penggunaan jelly dan metronidazole kurang tepat digunakan pada
luka ca mammae sebab hal tersebut akan mempermudah terjadinya perdarahan. Sebaiknya saya
sarankan menggunakan modern dressing (sambil menjelaskan cara perawatan luka dengan
moderen dressing)

Ana : Baiklah, kita akan berkolaborasi cara perawatan luka pada Ny. Ria

Dewi : Bagaimana dengan permasalahan gizi pasien? Mungkin dari ahli gizi, ibu Ida
bisa memberikan solusinya.

Ida : Untuk saran saya, melihat kondisi pasien yang nafsu makannya kurang. (sambil
menjelaskan tentang program gizi yang baik untuk ny.Ria)

Maya : Baiklah saya rasa sudah cukup pelaksanaan ronde keperawatan ini dan terima
kasih atas partisipasinya, Semoga masalah pasien kita dapat segera teratasi dan saya ucapkan
terima kasih. Wassalamu alaikum.

Akhirnya ronde keperawatan telah selesai dilakukan, perawat assosiet mulai menjalankan
tugasnya..

DAFTAR PUSTAKA

Ghufron A., Mukti. 2007. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, ,
Yogyakarta: PT. Karya Husada Mukti.

Fabry, Donna. 2013. Hourly rounding: perspectives and perceptions of the frontline nursing staff.
New York, USA: John Wiley & Sons Ltd.

Kozier. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 5. Jakarta : EGC

Maliya, Arina dan Susilaningsih, Endang Zulaicha. 2009. Pelatihan Ronde Kasus untuk
Meningkatkan Kinerja Staf Keperawatan Di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Vol .12, No.2, September 2009: 184 – 191 ISSN 1410-9344. Universitas
muhammadiyah Surakarta: Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan.

Nursalam, 2011, Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional,


edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Rahmadina, Suci. 2014. Analisis Penerapan Ronde Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud
Labuang Baji Makassar. Skripsi. UIN Alauddin Makassar.

Wiryawan, I Putu, 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan
Ronde Keperawatan di RSUD Kebumen. Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta.
Suryanto.2009.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta :Mitra
Cendekia Offset

Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah.
Banten: PenerbitKalim

Anda mungkin juga menyukai