Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik yang
memiliki fenotip yang sama, yaitu hiperglikemia. 1,2
Tergantung dari etiologi DM, faktor yang berkontribusi terhadap
hiperglikemia adalah sekresi insulin yang menurun, penurunan utilisasi glukosa dan
peningkatan produksi glukosa. 1,2,3
2.2. Klasifikasi
DM diklasifikasikan berdasarkan dari proses patogenik yang menyebabkan
hiperglikemia, berlawanan dengan kriteria sebelumnya yang mengelompokkan
berdasarkan onset usia atau tipe terapi. 1
Terdapat 2 kategori besar DM, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
2.3. Diagnosis
Toleransi glukosa diklasifikasikan menjadi 3 kategori luas: homeostasis
glukosa normal, DM atau homeostasis glukosa terganggu. 1
Gula darah puasa (GDP) >126 mg/dL, gula darah >200 mg/dL 2 jam sesudah
tantangan glukosa oral atau HbA1c ≥6.5% memastikan diagnosis DM. 1,2,4
The International Expert Committee dengan keanggotaan yang ditentukan
oleh American Diabetes Association (ADA), European Association for the Study of
Diabetes, dan International Diabetes Federation membuat kriteria diagnosis untuk
DM berdasarkan beberapa hal berikut: (1) GDS, respon dari tantangan glukosa oral
dan HbA1c dan (2) DM ditentukan berdasarkan level glikemia pada saat komplikasi
spesifik DM muncul daripada deviasi dari nilai rata – rata populasi. 1
2.4. Patofisiologi
Resistensi insulin dan sekresi insulin abnormal merupakan inti dari
berkembangnya DM tipe 2. Walaupun kelainan primernya masih kontroversi,
kebanyakan studi mendukung bahwa resistensi insulin mengawali gangguan sekresi
insulin tapi diabetes baru muncul hanya ketika sekresi insulin menjadi tidak
adekuat.1,2
DM tipe 2 memiliki faktor genetik yang kuat.Angka kejadian DM tipe 2 pada
anak kembar identic antara 70-90%. Individu dengan orangtua dengan DM tipe 2
memiliki peningkatan resiko DM, bila kedua orang tua memiliki DM tipe 2 maka
resiko mencapai 40%.1
Penyakit ini merupakan kelainan poligenik dan multifactorial, karena selain
dari kelainan genetik, faktor lingkungan seperti obestias, nutrisi dan aktivitas fisik
mendukung terbentuknya fenotip DM. 1
DM tipe 2 memiliki karakter gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan
produksi glukosa hepar yang berlebihan, dan metabolisme lemak abnormal. Obesitas,
terutama visceral atau sentral (dibuktikan dengan hip-waist ratio) merupakan hal yang
sering ditemui pada penderita DM tipe 2 (>80% pasien adalah penderita obesitas). 1
Pada tahap awal kelainan, toleransi glukosa tetap mendekati normal, walaupun
telah ada resistensi insulin, karena sel beta pancreas mengkompensasi dengan
meningkatkan output insulin. 1
Seiring dengan peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia
kompensasi, sel pancreas pada beberapa individu tidak mampu mempertahankan
keadaan hiperinsulinemia. TGT selanjutnya muncul, ditandai dengan peningkatan
glukosa post prandial. Penurunan lebih jauh dari sekresi insulin dan peningkatan
produksi glukosa hepar menyebabkan munculnya gejala DM dengan hiperglikemia
puasa. 1
Akhirnya, terjadi kegagalan sel beta pancreas.Walaupun resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin berkontribusi terhadap pathogenesis DM tipe 2, kontribusi
masing – masing komponen bervariasi antara individual. 1
Gambar 5. Hubungan antara sekresi insulin dan sensitivitas insulin pada DM tipe 2. 1
2.5. Terapi
Sasaran terapi pada DM tipe 1 dan 2 adalah menghilangkan gejala yang
berkaitan dengan hiperglikemia, mengurangi atau menghilangkan komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular jangka panjang dari DM dan mendukung pasien
untuk mencapai gaya hidup senormal mungkin.Gejala DM biasanya hilang setelah
glukosa plasma <200 mg/dL.1
Tata laksana DM komprehensif pada tipe 1 dan 2 juga harus mendeteksi dan
menangani komplikasi spesifik DM dan memodifikasi faktor resiko untuk penyakit
berkaitan dengan DM.1
Pada DM tipe 2, karena sekresi insulin endogen tetap berlanjut dan dapat
berfungsi untuk glukosa prandial, insulin biasanya diberikan pada dosis tunggal
insulin kerja panjang (0,3-0,4 U/kg per hari), diberikan pada sore hari (NPH) atau
sebelum tidur (NPH, glargine, detemir).1
Karena hiperglikemia puasa dan peningkatan produksi glukosa hepar adalah
tanda mencolok pada DM tipe 2, insulin malam hari lebih efektif menurut penelitian
dibandingkan dengan dosis tunggal insulin pagi.1
Beberapa ahli lebih menyukai dosis awal yang tetap dan dosis rendah dari
insulin kerja panjang (5-15 unit) atau berdasarkan berat badan (0.2 unit/kg).Dosis
insulin selanjutnya disesuaikan terus – menerus sebanyak 10% sesuai dengan hasil
pemeriksaan gula darah perifer mandiri.1
Insulin kerja panjang pagi dan sebelum tidur dapat digunakan dalam
kombinasi dengan OHO. Pada awalnya, insulin basal mungkin sudah cukup, namun
seringkali insulin prandial dengan injeksi multiple diperlukan seiring dengan
perjalanan penyakit diabetes.1
2.6. Komplikasi
Komplikasi terkait diabetes biasanya tidak muncul hingga decade kedua dari
hiperglikemia. Karena DM tipe 2 seringkali memiliki periode hiperglikemia
asimptomatik yang panjang sebelum diagnosis, banyak individu dengan DM tipe 2
sudah memiliki komplikasi pada saat diagnosis ditegakkan.1
Komplikasi terkait diabetes dapat dibagi menjadi vaskular dan non-
vaskular.Komplikasi vaskular dari DM dibagi lagi lebih jauh menjadi mikrovaskular
(retinopathy, neuropathy, nephropathy) dan komplikasi makrovaskular (penyakit
jantung coroner, penyakit arteri perifer dan gangguan cerebrovascular).1
Ulkus dapat secara primer meruparakan ulkus neuropatik (tidak ada infeksi
yang menemani) atau juga dapat disertai dengan selulitis atau osteomyelitis.Selulitis
tanpa ulserasi juga sering terjadi dan harus diobati dengan antibiotik yang
menyediakan spektrum luas, termasuk anaerob.1
Infeksi yang mengelilingi ulkus DM seringkali bersumber dari organisme
multipel, dengan coccus gram positif (staphylococci termasuk MRSA, grup A dan B
streptococcus) adalah yang paling sering dan dengan basil gram negatif aerob dan
atau anaerob obligat sebagai co-patogen.1,5
Kultur yang diambil dari permukaan ulkus tidak banyak berguna; kultur
yang diambil dari dasar ulkus yang sudah didebridemen atau dari drainase purulen
atau aspirasi luka merupakan yang paling berguna untuk kultur.1
Antibiotik IV harus menyediakan spektrum luas yang ditujukan untuk
staphylococcus aureus, termasuk MRSA, streptococcus, aerob gram negatif, dan
bakteri anaerob.Regimen antimikroba awal adalah vancomycin ditambah dengan β-
lactam/β-lactamase inhibitor atau carbapenem atau vancomycin ditambah dengan
kombinasi dari quinolone ditambah metronidazole.Daptomycin, ceftaroline, atau
linezolid dapat digunakan sebagai pengganti vancomycin.1,5
Individu dengan DM memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan keparahan
yang lebih tinggi terhadap infeksi.Alasan dari hal ini adalah abnormalitas dari
imunitas yang dimediasi oleh sel dan gangguan dari fungsi fagosit yang diasosiasikan
dengan hiperglikemia, begitu pula dengan hilangnya vaskularisasi.Hiperglikemia
meningkatkan kolonisasi dan perkembangan berbagai macam organisme (candida dan
berbagai spesies jamur lain).1
Pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi kulit dan jaringan lunak
semuanya sering terjadi pada populasi pasien DM. Kerentanan terhadap furunkulosis,
infeksi candida superfisial, dan vulvovaginitis meningkat. Kontrol glikemik yang
buruk merupakan denominator yang sering muncul pada individu dengan infeksi
ini.Individu dengan DM memiliki peningkatan kolonisasi S. aureus pada lipatan kulit
dan nares.Pasien DM juga memiliki resiko yang lebih tinggi dalam mengalami luka
infeksi post operasi.1
Manifestasi kulit yang paling sering pada DM adalah xerosis dan pruritus
dan biasanya dapat membaik dengan menggunakan pelembab kulit.Penyembuhan
luka yang terlambat dan ulkus kulit juga merupakan komplikasi yang sering terjadi.1
Adanya gas pada jaringan lunak menandakan adanya infeksi pada jaringan
yang dalam dan perlunya debridement jaringan segera.Pada infeksi dengan hanya
selulitis dan tidak ada keterlibatan jaringan lunak, pasien hanya diterapi dengan
antibiotik secara IV.Bila selulitis tidak membaik dalam beberapa hari, mungkin
antibiotik yang diberikan tidak cukup atau ada keterlibatan jaringan yang dalam. Pada
pasien dengan infeksi jaringan yang dalam, diperlukan terapi debridement, yang
dilanjutkan dengan terapi luka yang agresif dengan mengganti pembalut luka terus
menerus, dan pemberian antibiotik spektrum luas terus menerus hingga hasil kultur
dan sensitivitas intraoperatif selesai dilakukan, yang kemudian dilanjutkan ke
antibiotik sesuai hasil kultur.5
Daftar Pustaka