Disusun Oleh :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil simulasi CFD top entering
mixer dengan impeller pitch blade 4 blade dengan model turbulensi K-Epsilon standar,
RNG dan realizable dilihat dari velocity vector, velocity contour, pressure contour dan
eddy viscosity contour. Penelitian ini dilakukan pada top entering mixer (tangki
berpengaduk atas). Pengaduk yang digunakan adalah pitch blade dengan empat blade.
Simulasi dilakukan menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD) FLUENT 19.0
dengan permodelan turbulensi K-Epsilon. Aliran yang dihasilkan impeller jenis pitch blade
berupa aliran aksial dilihat dari pola vektor kecepatan yang terbentuk. Kecepatan terbesar
berada pada daerah sekitar impeller (zona bergerak) dan pada daerah shaft kecepatan
sebesar 0 m/s. Dilihat dari velocity vector, velocity contour, pressure contour dan eddy
viscosity contour model K-Epsilon realizable menunjukkan hasil yang paling berbeda.
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan hasil simulasi CFD top entering mixer
dengan impeller pitch blade 4 blade dengan model turbulensi k-epsilon standar, RNG dan
realizable dilihat dari velocity vector, velocity contour, pressure contour dan eddy viscosity
contour.
I.3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai analisa perilaku
fluida di dalam top entering mixer (tangki berpengaduk atas) dengan menggunakan
simulasi CFD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.3 Axial Flow Impeller (a. Propeller, b. Pitched Blade, c. Hydrofoil)
II.2.1.1 Pitch Blade Turbine
Merupakan turbine dengan blade cenderung 45 derajat. Dengan konstruksi 2 hingga
8 blade, namun biasanya digunakan 3 dan 4 blade. Digunakan untuk membuat aliran axial
dan efektif untuk pertukaran panas dengan dinding pembuluh atau kumparan internal.
Impeler ini dapat digunakan baik dalam mode memompa ke bawah atau ke atas.
Mempunyai aliran geser sedang dan viskositas pencampuran hingga 10000 cps. Intensitas
pencampuran tinggi. Impeller ini biasanya diaplikasikan untuk heat transfer, blending dan
solid suspension.
II.6 K-Epsilon
K-Epsilon merupakan salah satu jenis permodelan turbulensi yang sering digunakan.
K-Epsilon termasuk model dua persamaan. Model ini tidak akan menunjukan kinerja yang
baik apabila nilai gradasi yang digunakan tekanan terlalu besar. Model ini menambahkan
dua buah persamaan transport untuk memodelkan suatu turbulensi, variabel pertama adalah
energi kinetik turbulen (k) dan variabel kedua adalah disipasi turbulensi (ε). Nilai k
menunjukan jumlah energi dalam turbulensi sedangkan nilai ε menunjukan ukuran dari
turbulensi (Soe, Khaing : 2017).
Untuk mengeliminasi kebutuhan dalam menentukan skala panjang turbulen , selain
persamaan -k, persamaan transportasi untuk satu lagi kuantitas turbulensi dapat digunakan.
Jenis model ini disebut model dua-persamaan dan model standar k − epsilon. Dalam model
ini, persamaan transportasi diselesaikan untuk epsilon (). Persamaan yang tepat untuk
dapat diturunkan dengan cara yang sama seperti persamaan-k, tetapi ini bukan titik awal
yang berguna untuk persamaan model. Karena paling baik dilihat sebagai laju aliran
energi yang bturbulen di awal kaskade energi, yaitu transfer energi dari pusaran terbesar
dalam aliran. Sebaliknya, persamaan tepat untuk milik proses dalam rentang disipatif, di
ujung kaskade. Jadi model standar persamaan untuk paling baik dilihat sebagai
sepenuhnya empiris (Furbo, Eric : 2010).
Suatu persamaan model untuk ε diperoleh dengan mengalikan persamaan k dengan (ε
/ k) dan memasukkan konstanta model. Persamaan model (disederhanakan) berikut untuk ε
yang umum digunakan.
𝜕(𝜌𝜀) 𝜇𝑡 𝜀 𝜀2
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝜀𝑈) = 𝑑𝑖𝑣 [ 𝑔𝑟𝑎𝑑𝜀] + 𝐶1𝜀 2𝜇𝑡 𝐸𝑖𝑗 . 𝐸𝑖𝑗 − 𝐶2𝜀 𝜌
𝜕𝑡 𝜎𝜀 𝑘 𝑘
Angka Prandtl (σε) menghubungkan difusivitas ε ke viskositas eddy. Biasanya nilai 1,30
digunakan. Nilai yang digunakan untuk model konstan C1ε dan C2ε mulai dari 1,44 dan
1,92.
Keuntungan dari model k-epsilon yaitu relatif sederhana untuk diterapkan, menuntun
ke perhitungan stabil yang relatif mudah konvergen, dan prediksi yang masuk akal untuk
banyak aliran. Sedangkan untuk kekurangan dari model k-epsilon yaitu prediksi buruk
untuk swirling dan rotating flow, aliran dengan pemisahan yang kuat, jet axisymmetric,
aliran tanpa batas tertentu, dan aliran yang sepenuhnya berkembang di saluran tidak
sirkuler. Selain itu k-epsilon hanya berlaku untuk aliran turbulen sepenuhnya dan
persamaan ε yang sederhana (Bakker, Andre : 2002).
Terdapat setidaknya tiga buah jenis model K-Epsilon yang berbeda, yaitu Model
Standard K-Epsilon, Realizable K-Epsilon, dan RNG K-Epsilon.
Dalam persamaan ini, Gk mewakili generasi energi kinetik turbulensi karena gradien
kecepatan rata-rata, dihitung sebagai dijelaskan dalam modeling turbulent production
dalam model k- ε. Gb adalah generasi energi kinetik turbulensi karena daya apung,
dihitung seperti yang dijelaskan dalam pengaruh daya apung pada turbulensi dalam model
k- ε. YM mewakili kontribusi dari fluktuasi dilatasi dalam turbulensi kompresibel ke
tingkat disipasi keseluruhan, dihitung seperti yang dijelaskan dalam efek kompresibilitas
turbulensi dalam Model k- ε. C1ε, C2ε, dan C3ε adalah konstanta. σk dan σε adalah nomor
Prandtl turbulen untuk k dan ε, masing-masing. Sk dan Sε adalah istilah sumber yang
ditetapkan pengguna.Viskositas turbulen (atau eddy), μt, dihitung dengan menggabungkan
k dan ε sebagai berikut :
Dimana, Cµ adalah konstanta. Konstanta model C1ε, C2ε, Cµ, σk dan σε memiliki nilai-
nilai standar berikut: C1ε = 1,44, C2ε = 1,92, Cµ = 0,09, σk = 1,0 dan σε = 1,3 (Soe, Khaing
: 2017).
Dalam persamaan ini, Gk mewakili generasi energi kinetik turbulensi karena gradien
kecepatan rata-rata, dihitung sebagai dijelaskan dalam Modeling Turbulent Production
dalam Model k-ε. Gb adalah generasi energi kinetik turbulensi karena daya apung, dihitung
seperti yang dijelaskan dalam Pengaruh Daya Apung pada Turbulensi dalam Model k- ε.
YM mewakili kontribusi dari fluktuasi dilatasi dalam turbulensi kompresibel ke tingkat
disipasi keseluruhan, dihitung seperti yang dijelaskan dalam Efek Kompresibilitas
Turbulensi dalam Model k-ε. C2 dan C2ε adalah konstanta. σk dan σε adalah angka Prandtl
turbulen untuk k dan ε, masing-masing. Sk dan Sε adalah istilah sumber yang ditetapkan
pengguna. Seperti pada model k-e lainnya, viskositas eddy dihitung dari :
Perbedaan antara model k-ε realizable dengan model standar dan RNG k-ε adalah
bahwa Cμ tidak lagi konstan. Ini dihitung dari :
Dimana; ij adalah rata-rata tingkat-rotasi tensor dilihat dalam bingkai referensi
bergerak dengan kecepatan sudut ωk. Model konstanta A0 dan As diberikan oleh :
Dapat dilihat bahwa Cμ adalah fungsi dari rata-rata regangan dan tingkat rotasi,
kecepatan sudut rotasi sistem, dan bidang turbulensi (k dan ε) .Cμ dalam dapat ditunjukkan
untuk memulihkan nilai standar 0,09 untuk sublapisan inersia dalam lapisan batas
ekuilibrium. Model konstanta C2, σk dan σε telah ditetapkan untuk memastikan bahwa
model berjalan dengan baik untuk aliran kanonik tertentu. Model konstanta adalah C1ε =
1,44, C2 = 1,9, σk = 1,0 dan σε = 1,2 (Soe, Khaing : 2017).
Dalam persamaan ini, Gk mewakili generasi energi kinetik turbulensi karena gradien
kecepatan rata-rata, dihitung sebagai dijelaskan dalam Modeling Turbulent Production
dalam Model k-ε. Gb adalah generasi energi kinetik turbulensi karena daya apung, dihitung
seperti yang dijelaskan dalam Pengaruh Daya Apung pada Turbulensi dalam Model k- ε.
YM mewakili kontribusi dari fluktuasi dilatasi dalam turbulensi kompresibel ke tingkat
disipasi keseluruhan, dihitung seperti yang dijelaskan dalam Efek Kompresibilitas
Turbulensi dalam Model k-ε. C1ε, C2ε, dan C3ε adalah konstanta. Kuantitas αk dan αε
adalah nomor Prandtl turbulen untuk k dan ε, masing-masing. Sk dan Sε adalah istilah
sumber yang ditetapkan pengguna. Prosedur eliminasi skala dalam teori RNG
menghasilkan persamaan diferensial untuk viskositas turbulen:
Persamaan diatas terintegrasi untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang
bagaimana perpindahan turbulen yang efektif bervariasi dengan efektif Reynolds number
(atau skala eddy), memungkinkan model untuk menangani Reynolds number rendah dan
aliran dinding yang lebih rendah dengan lebih baik. Dalam batas jumlah Reynolds tinggi,
Persamaan menjadi :
Dengan Cμ = 0,0845, berasal menggunakan teori RNG. Sangat menarik untuk dicatat
bahwa nilai Cμ ini sangat dekat dengan yang ditentukan secara empiris nilai 0,09
digunakan dalam standar k - ε model. Inverse effective Prandtl number , αk dan αε
dihitung menggunakan rumus berikut yang diturunkan secara analitis oleh teori RNG:
Perbedaan utama antara RNG dan model standar k-e terletak pada istilah tambahan
dalam persamaan yang diberikan oleh :
Di wilayah di mana 0 , istilah R memberikan kontribusi positif, dan C*2 menjadi
lebih besar dari C2. Di lapisan logaritmik, untuk misalnya, dapat ditunjukkan bahwa η ≈
3.0, memberikan C*2 2.0, yang mendekati nilai C2 dalam model standar k-ε. Akibatnya,
untuk aliran yang lemah sampai sedang, model RNG cenderung memberikan hasil yang
sebanding dengan standar model k -ε. Di daerah dengan tingkat regangan besar (0 ),
bagaimanapun, istilah R membuat kontribusi negatif, membuat nilai C*2 kurang dari C2
dibandingkan dengan model k-ε standar, penghancuran ε augments ε lebih kecil,
mengurangi k dan, akhirnya, viskositas efektif. Akibatnya, dalam aliran tegang cepat,
model RNG menghasilkan viskositas turbulen yang lebih rendah daripada model k-ε
standar. Konstanta model C*2 dan C2 dalam memiliki nilai yang diturunkan secara analitis
oleh teori RNG. Nilai-nilai ini, digunakan secara default di ANSYS FLUENT, adalah
konstanta C1 = 1,42, C2 = 1,68 (Soe, Khaing : 2017).
BAB III
METODOLOGI
Setup Singlephase-steady
General
Solver Pressure-based
Time Steady
Gravity (m/s2) -9,8
Models
Multiphase Off
Viscous k-epsilon, Standard/RNG/Realizable
Materials
Water-liquid
Cell Zone Conditions
Moving zone Frame motion
Material name Water-liquid
Rotation-axis origin x=0;y=0;z=0
Rotation-axis direction x=0;y=1;z=0
Rotational velocity (rpm) -400
Tabel III.1. Set Up yang Digunakan pada Solving (Lanjutan)
Setup Singlephase-steady
Static zone -
Material name Water-liquid
Rotation-axis origin x=0;y=0;z=0
Rotation-axis direction x=0;y=0;z=1
Boundary Condition
Belakang-moving Interface
Depan-moving Interface
Keliling-moving Interface
Static-static Interface
Permukaan-static Symmetry
Impeller-moving (wall)
Wall motion Moving wall
Motion Relative to Adjacent Cell Zone - Rotational
Speed (rpm) -400
Rotation-axis origin x=0;y=0;z=0
Rotation-axis direction x=0;y=0;z=1
Shear condition No slip
Shaft-static (wall)
Wall motion Moving wall
Motion Absolute - Rotational
Speed (rpm) -400
Rotation-axis origin x=0;y=0;z=0
Rotation-axis direction x=0;y=1;z=0
Shear condition No slip
5. Melalukan run calculation hingga tercapai konvergen.
6. Melihat dan menyimpan hasil simulasi berupa contour velocity, contour eddy viscosity,
contour pressure dan vector velocity pada result.
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
Hasil hasil diperoleh melalui simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) dengan
menggunakan FLUENT 19.0. Simulasi dilakukan dengan metodologi yang telah dijelaskan
pada Bab III. Analisa hasil meliputi velocity vector, velocity contour, pressure contour dan
eddy viscosity contour.
(a)
(b)
(c)
Berdasarkan Gambar IV.1 dapat dilihat bahwa velocity vector (vektor kecepatan) yang
dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan pola vektor kecepatan yang terlalu signifikan jika
dibandingkan antara K-Epsilon standart, RNG, dan Realizable. Vektor kecepatan yang
dihasilkan berupa aliran axial ditunjukkan dengan discharge stream yang turun dari bagian
impeller kemudian naik dan kembali lagi ke daerah impeller. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa pitch blade merupakan salah satu axial flow impeller (James :
2010). Kecepatan terbesar terdapat pada daerah di dekat impeller dan di daerah shaft
memiliki aliran yang lebih kecil (0 m/s).
(a)
(b)
(c)
Gambar IV.2. Velocity Contour dengan Model Turbulensi k-
(a) Standard, (b) RNG, (c) Realizable
Berdasarkan Gambar IV.2 dapat dilihat bahwa velocity contour yang dihasilkan pada
K-Epsilon realizable lebih terpusat pada impeller dengan kecepatan lebih besar dibanding
K-Epsilon standar dan RNG. Kecepatan terbesar berada pada daerah dekat impeller (zona
bergerak). Kecepatan semakin kecil mencapai 0 m/s di daerah yang jauh dari impeller (zona
statis).
IV.3 Pressure Contour
(a)
(b)
(c)
(a)
(b)
(c)
Berdasarkan Gambar IV.4 dapat dianalisa eddy viscosity contour model turbulen K-
Epsilon memiliki bentuk yang berbeda-beda jika dibandingkan antara standar, RNG, dan
realizable. Di mana pada gambar IV.4 (b) tidak terlihat eddy viscosity ditunjukkan dengan
warna biru tua pada seluruh tangki. Gambar IV.4 (a) dan (c) menunjukkan contour yang
serupa hanya saja untuk model K-Epsilon realizable lebih detail dan akurat jika
dibandingkan dengan K-Epsilon standar. Dilihat dari velocity vector, velocity contour,
pressure contour dan eddy viscosity contour, model K-Epsilon realizable menunjukkan
hasil yang paling berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa hasil dari
K-Epsilon realizable lebih baik jika dibandingkan dengan K-Epsilon standar
(Gopalakrishnan, Raj Narayan : 2017).
BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian “Simulasi CFD Top Entering Mixer dengan Impeller Jenis Pitch Blade
Empat Blade Menggunakan Model Turbulensi K-Epsilon” yang dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Aliran yang dihasilkan impeller jenis pitch blade berupa aliran aksial dilihat dari
pola vektor kecepatan yang terbentuk.
2) Kecepatan terbesar berada pada daerah sekitar impeller (zona bergerak) dan pada
daerah shaft kecepatan sebesar 0 m/s.
3) Pada hasil K-Epsilon realizable tekanan merata pada seluruh bagian tangki. Berbeda
dengan hasil K-Epsilon standar dan RNG dimana tekanan pada daerah impeller dan
shaft lebih kecil dibanding daerah disekelilingnya.
4) Eddy viscosity contour pada hasil K-Epsilon realizable lebih detail dibanding
dengan K-Epsilon standar dan RNG.
5) Dilihat dari velocity vector, velocity contour, pressure contour dan eddy viscosity
contour model K-Epsilon realizable menunjukkan hasil yang paling berbeda.
DAFTAR PUSTAKA