1. Teori Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan terori pembelajaran kognitif yang menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks kemudian
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan
mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah. Menemukan sesuatu untuk dirinya, dan
berusaha dengan susah .
Hal 46
Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Tidak Baik
Presentase Kriteria
1-20 % Sangat Kurang
21-40 % Kurang
41-60 % Cukup
19
Payah atas ide-ide mereka ( Slavin dalam Trianto, 2010). Teori konstruktivisme ini menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks untuk
membangun pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan (Nur, 2008).
Satu prinsip paling penting adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri di benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemkukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa peran siswa
harus lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuan
didalam benaknya. Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dalam menemukan
dan menerapkan ide-ide mereka sendiri (Slavin dalam Trianto, 2010).
Menurut Suparno (dalam Trianto, 2010) belajar menurut pandangan konstruktivis
adalah hasil dari kontruksi kognitif melalui kegiatan seseorang pandangan ini memberi
penekanan bahwa pengetahuan kita dibangun oleh kita sendiri. Prinsip-prinsip yang sering
diambil dari konstruktivisme antara lain; (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri; (b)
tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa dan tekanan dalam proses belajar lebih pada
proses bukan pada hasil akhir; (c) kurikulum menekankan partisipasi aktif siswa; (d) guru sebagai
fasilitator.
2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
51
Data yang didapatkan merupakan data yang diperoleh dari aktivitas siswa yang dilakukan selama
model pembelajaran problem solving berlangsung.
% Aktivitas siswa
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil angket respon siswa setelah diterapkan model
18
Sempurna. Aktivitas pengawasan ini mencakup pengecekan tingkat pemahaman, memprediksi hasil
mengevaluasi keefektifan usaha, merencanakan kegiatan, memutuskan bagaimana mengatur waktu dan
merevisi atau mengganti dengan kegiatan lain untuk mengatasi kesulitan (Schunk, 2012).
Komponen dari metakognisi adalah pemantauan kognisi seseorang, banyak para ahli
berpendapat komponen-komponen tersebut meliputi planning monitoring or regulating, and
evaluating. (Cross & Paris, 1988; Paris & Winograd, 1990; Schraw & Moshman, 1995; Schraw et al.,
2006; Whitebread et al., 2009) planning melibatkan identifikasi dan pemilihan strategi dan alokasi
sumber daya yang tepat, serta dapat mencakup penetapan tujuan, mengaktifkan latar belakang
pengetahuan, dan perencanaan waktu. monitoring or regulating menyadari pemahaman dari tugas yang
diberikan serta dapat mencakup pengujian terhadap diri sendiri. Selanjutnya, evaluating didefinisikan
sebagai ”menilai hasil dan proses regulasi belajar sesorang,” dan termasuk meninjau kembali dan
menata ulang tujuan sesorang (Schraw et al., 2006)