Biskuit dengan Ratio Tepung Terigu dan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)
yang Ditambahkan Sari Buah Nanas. Pada pembuatan biskuit, proporsi komposisi
tepung terigu dan tepung daun kelor yaitu: (100%:0%), (90%:10%), (80%:20%),
(70%:30%) dan konsentrasi sari buah nanas (25ml, 37,5ml dan 50ml). Hasil
daun kelor dan penambahan sari buah nanas dengan kadar yang berbeda
berpengaruh terhadap uji organoleptik dan daya terima biskuit. Biskuit dengan
perlakuan tanpa daun kelor, tepung terigu 100% dan sari buah nanas 37,5 ml
Kerapuhan dan Daya Terima Biskuit yang disubtitusi Tepung Daun Kelor
penambahan tepung daun kelor dengan empat perlakuan yaitu 0%, 5%, 10% dan
6
7
dengan Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) pada berbagai Suhu
tepung daun kelor dengan tiga perlakuan yaitu t1= 3%, t2= 5% dan t3= 7. Ketiga
perlakuan suhu yaitu s1 = 140 oC, s2 = 150 oC dan s3 = 160 oC. Perlakuan terbaik
tepung daun kelor 3% dengan suhu pemanggangan 140 oC) dengan kadar protein
13,47%, kadar air 3,48%, kadar vitamin C 300 mg/ml dan kadar kalsium 300 mg.
Penelitian yang dilakukan Ana (2017) yang berjudul Optimalisasi Zat Gizi
serta Uji Organoleptik pada Produk Biskuit Moringa oleifera dengan Subtitusi
Serbuk Daun Kelor. Prosedur pembuatan biskuit pada penelitian ini yaitu dengan
mencampur bahan-bahan seperti tepung terigu dan tepung daun kelor dengan rasio
1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, garam, tepung maizena, baking powder, mentega, gula pasir
dan susu bubuk sesuai komposisi menggunakan alat mixer kemudian menambah
air dan kuning telur hingga terbentuk adonan dan dibiarkan selama 3 menit (tahap
dengan mentega dan dikeringkan kedalam oven dengan suhu 130, 135, 140, 145,
150 oC selama 25 menit. Biskuit terbaik yang dihasilkan adalah pada suhu 130 0C
Penelitian yang dilakukan Alkham (2014) yang berjudul Uji Kadar Protein
dan Organoleptik Biskuit Tepung Terigu dan Tepung Daun Kelor (Moringa
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua
faktorial. Faktor tersebut yaitu komposisi tepung terigu dan tepung daun kelor
gram, 50 gram, 100 gram, 150 gram) dengan 16 taraf perlakuan. Hasil penelitian
biskuit. Hasil kadar protein terendah pada perlakuan T0J0 yaitu 4,07 gram,
sedangkan kadar protein tertinggi pada perlakuan T3J3 yaitu 5,69 gram. Biskuit
dengan perlakuan komposisi tepung terigu 100% dan tepung daun kelor 0% serta
tanpa penambahan jamur merupakan biskuit yang dapat diterima oleh masyarakat.
tepung daun kelor dalam pembuatan biskuit dan juga melakukan pengujian
(konsumen) terhadap produk biskuit daun kelor yang dihasilkan. Sedangkan yang
menjadi perbedaan antara penelitian relevan dengan penelitian ini ialah berada
dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 dpl. Kelor banyak ditanam sebagai
tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang. Daun kelor dapat dipanen
setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter yang biasanya memakan waktu 3
9
sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang bertujuan untuk produksi
daunnya, kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter. Pemanenan
dilakukan dengan cara memetik batang daun dari cabang atau dengan memotong
khas, yang memiliki rasa langu dan juga digunakan untuk pakan ternak karena
dikonsumsi, daun kelor juga dijadikan obat-obatan dan penjernih air. Adapun
berikut:
Regnum Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Magnoliopsida
Ordo Capparales
Familia Moringaceae
Genus Moringa
Gambar 2.1. Pohon Kelor (Moringa oleifera)
Species Moringa oleifera Sumber : Dokumentasi Pribadi
rumah atau ladang. Akar kelor dapat dimanfaatkan sebagai antilithic (pencegah
Getah kelor dicampur dengan minyak wijen digunakan untuk meredakan sakit
kepala, demam, keluhan usus, disentri dan asma. Bunga kelor dapat digunakan
limpa dan menurunkan kolesterol. Daun kelor secara tradisional telah banyak
dimanfaatkan untuk sayur hingga saat ini dikembangkan menjadi produk pangan
modern seperti tepung kelor, kerupuk kelor, kue kelor, permen kelor dan teh daun
kelor. Selain itu ekstrak daun kelor dapat berfungsi sebagai antimikroba dan biji
yang sangat penting untuk mencegah berbagai macam penyakit. Di samping itu,
juga mengandung semua unsur asam amino (esensial) yang sangat penting, ini
merupakan suatu sumber yang luar biasa dari daun kelor (Krisnadi, 2015).
Kecuali vitamin C, semua kandungan gizi yang terdapat dalam daun kelor
vitamin yang terdapat pada daun kelor segar dengan daun kelor yang telah
dikeringkan dan dihaluskan dalam bentuk serbuk (tepung) dalam satuan berat
Tabel 2.1. Perbandingan Gizi pada Daun Segar dan Tepung Daun Kelor.
Gambar 2.2. Daun Kelor Segar Gambar 2.3. Tepung Daun Kelor
Sumber : http://Google.co.id/ Sumber : http://Google.co.id/
kelor segar dan daun kelor kering (serbuk), beberapa studi menunjukkan bahwa
kandungan kalsium, pottasium, protein dan zat besi pada daun kelor yang telah
Pada Tabel 2.2 mengenai kandungan asam amino pada daun kelor,
menunjukkan bahwa pada daun kelor kering (serbuk) memiliki nilai kandungan
asam amino yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun kelor segar tiap 100 gr
daun, hasil ini di kemukakan dari penemuan Gopalan, dalam setiap gr nitrogen
Berikut dibawah ini keterangan Tabel 2.2 Kandungan Asam Amino Daun Kelor
Tabel 2.2. Perbandingan Asam Amino pada Daun Segar dan Daun Kering per 100
gr Daun.
Unsur Daun Segar (mg) Daun Kering (mg)
Argine 406,6 1.325
Histidine 149,8 613
Isoleucine 299,6 825
Leusine 492,2 1.950
Lysine 342,4 1.325
Methionine 117,7 350
Phenylalinine 310,3 1.388
Threonine 117,7 1.188
Tryptophan 107 425
Valine 374,5 1.063
Sumber: Krisnadi, 2015.
Informasi mengenai kandungan gizi daun kelor secara lengkap tertera pada
Tabel 2.3 yang merupakan hasil analisa Fuglie yang didukung oleh Church World
Gloucesteshire, Inggris.
13
Tabel 2.3. Perbandingan Kandungan Gizi pada Daun Segar dan Daun Kering per
100 gr Daun
Unsur Daun Segar Daun Kering
Protein 6,80 g 27,1 g
Lemak 1,70 g 2,3 g
Beta Cerotene 6,78 mg 18,9 mg
Thiamin (B1) 0.06 mg 2,64 mg
Riboflavin (B2) 0,05 mg 20,5 mg
Niacin (B3) 0,8 mg 8,2 mg
Vitamin C 220 mg 17,3 mg
Kalsium 440 mg 2,003 mg
Kalori 92 kal 205 kal
Karbohidrat 12,5 g 38,2 g
Tembaga 0,07 mg 0,57 mg
Serat 0,90 g 19,2 g
Zat Besi 0,85 mg 28,2 mg
Magnesium 42 mg 368 mg
Fosfor 70 mg 204 mg
Sumber: Krisnadi, 2015.
2.2.2 Biskuit
Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang biasanya dibuat dari bahan
dasar tepung terigu atau tepung jenis lainnya. Biasanya, dalam proses pembuatan
biskuit, ditambahkan lemak atau minyak yang berfungsi untuk melembutkan atau
biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung
terigu dengan penambahan bahan makanan lain dan dengan atau tanpa
biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak dikonsumsi
oleh seluruh kalangan usia, baik bayi hingga dewasa dengan komposisi biskuit
yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Biskuit mempunyai daya simpan lebih
lama dan praktis dibawa sebagai bekal makanan yang sehat dan bergizi (Sinaga,
2010).
14
biskuit hanya mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat, protein lemak dan
sedikit mengandung zat gizi lainnya seperti zat fosfor, kalsium dan zat besi.
Namun saat ini, pengembangan produk biskuit semakin bervariasi yaitu dengan
menambahkan tepung terigu dengan tepung lainnya yang memilki nilai gizi tinggi
dan mudah didapat dalam produksinya untuk meningkatkan nilai gizi biskuit.
1) Klasifikasi Biskuit
menjadi biskuit keras, kraker, cookies dan wafer. Biskuit keras adalah jenis biskuit
manis yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang
Kraker adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses
fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan
Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak
kurang padat. Sedangkan wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair,
berongga-rongga.
15
2) Mutu Biskuit
ditetapkan agar aman untuk dikonsumsi. Syarat mutu biskuit yang berlaku secara
Standarisasi Nasional SNI 01-2973-1992), seperti pada Tabel 2.4 berikut ini.
penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif. Penilaian
dengan indera sebenarnya cara penilaian kuno, tetapi sangat umum digunakan.
Penilaian ini banyak digunakan untuk menilai mutu hasil pertanian dan makanan.
Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan
sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan melebihi
analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi panel bertindak sebagai instrumen atau
alat. Alat ini terdiri dari orang atau kelompok orang yang disebut panel yang
bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang
macam panel, yaitu panel pencicip perorangan (individual expert), panel pencicip
terbatas (small expert panel), panel terlatih (trained panel), panel tak terlatih
(untrained panel), panel agak terlatih (semi-trained panel) dan panel konsumen
kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya
terhadap sifat sensorik atau kualitas yang dinilai. Tujuan uji ini adalah untuk
mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh
masyarakat (Soekarto,1985).
kesukaannya. Skala hedonik “suka” misalnya: Amat sangat suka, sangat suka,
suka dan agak suka. Sebaliknya skala hedonik “tidak suka” misalnya: amat sangat
tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka dan agak tidak suka. Diantara agak tidak
17
suka dan agak suka adakalanya ditambah tanggapan “netral”, yaitu bukan suka
tetapi juga bukan tidak suka (neither like nit dislike) (Soekarto, 1985).
skala numerik dengan angka menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini
dapat dilakukan analisis statistik. Contoh skala hedonik dengan skala numeriknya
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam
merupakan sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur
untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai
fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan
dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati
atau Radio
Kurang lebih 90% hasil belajar diperoleh melalui indera pandangan, dan hanya
1) Landasan Filosofis
berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses
2) Landasan Psikologis
terhadap hasil belaar siswa. Persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil
3) Landasan Teknologis
Daun kelor memiliki kandungan gizi yang melimpah, terdiri dari protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, zat besi dan mineral sehingga mampu memenuhi
hampir seluruh kebutuhan gizi. Tanaman kelor dapat diperoleh diseluruh daerah
olahan sayur (uta kelo) yang merupakan salah satu kuliner khas suku terbesar
yang mendiami kawasan Sulawesi Tengah yaitu suku Kaili, sedangkan tidak
produk dari tanaman kelor. Dalam hal ini, peneliti memanfaatkan daun kelor
salah satu upaya menciptakan inovasi produk cemilan bergizi, mengingat daun
kelor mempunyai kandungan gizi yang sangat baik untuk perbaikan gizi bagi
masyarakat. Cemilan biskuit sangat digemari segala kalangan usia, baik dewasa
daun kelor yang dihasilkan dan kemudian mengemas hasil penelitian menjadi
secara singkat kerangka pemikiran penelitian akan disajikan dalam bentuk bagan