PENDAHULUAN
Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan
bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari Bahasa Spanyol yang
artinya terapung. Hal ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak diamati dari proses
awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada
permukaan yang semakin lama akan semakin menebal. Bibit nata adalah bakteri
Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses
yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri akan menghasilkan enzim yang
dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan yang disebut sebagai nata. Nata
de coco yang dihasilkan memiliki tekstur yang padat dan kenyal, berwarna putih,
transparan, berasa manis, dan umumnya dikonsumsi sebagai tambahan minuman
ringan.
CV. Agrindo Suprafood merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang
agroindustri yang memproduksi nata de coco dengan bahan dasar air kelapa yang
diperoleh dari pasar-pasar dan pabrik minyak kelapa di sekitar Bantul. Perusahaan
ini mengolah air kelapa segar menjadi lembaran nata de coco yang kemudian
dipotong dengan ukuran yang telah ditentukan dan didistribusikan ke pabrik-
pabrik minuman ringan yang telah bekerja sama. Seiring dengan berjalannya
waktu, permintaan buyer semakin meningkat, sehingga perusahaan ini juga
menerima nata lembaran dari petani nata di wilayah Yogyakarta dan daerah
sekitarnya, seperti Purworejo, Kebumen, dan Klaten.
Bahan baku nata lembaran setelah diterima di CV. Agrindo Suprafood,
kemudian langsung disortir untuk memisahkan nata lembaran yang layak
diproduksi atau yang tidak layak. Setelah penyortiran, nata lembaran dibersihkan
dari kulit ari dan jamur. Nata lembaran yang sudah bersih lalu ditipiskan dan
dipotong sesuai standar yang telah ditetapkan. Proses selanjutnya adalah
penyortiran nata potong yang bertujuan untuk memisahkan nata yang sesuai
ukuran standar dan yang tidak sesuai ukuran standar. Setelah itu, nata potong
dipres untuk mengurangi kadar air yang terserap dalam nata potong
1
2
A. Sejarah Perusahaan
3
4
D. Kapasitas Produksi
6
7
DIREKTUR
C. Sistem Ketenagakerjaan
9
Pada CV. Agrindo Suprafood, pekerja dibagi menjadi dua yaitu harian dan
borongan. Pekerja harian yaitu pekerja yang sudah tetap, sedangkan pekerja
borongan yaitu pekerja yang dibutuhkan saat industri memproduksi nata de coco
dengan jumlah yang banyak. Pekerja borongan dibutuhkan karena setelah nata
lembaran datang diproses produksi harus segera diolah. Pekerja harian berjumlah
10 orang yang berada dibagian gudang bahan baku, pres, dan packing
(pengemasan) yang terdapat pada Tabel 1. Sedangkan pekerja borongan berjumlah
18 orang yang berada di bagian kupas, potong, dan sortir yang terdapat pada Tabel
2. Terdapat satu pekerja dibagian Quality Control (QC). Biasanya pada bagian
pengemasan dibantu oleh pekerja dari bagian pres jika pengepresan sudah selesai.
Press 6
Pengemasan 2
Jam kerja pekerja dibagian proses produksi nata de coco di CV. Agrindo
Suprafood terdapat pada Tabel 3.
Pemberian upah atau gaji pekerja harian dengan borongan berbeda. Bagi
pekerja harian sesuai dengan absen masing-masing pekerja. Pekerja magang
(training) diberi gaji sebesar Rp 25.000,00 per hari. Pekerja tetap sebesar Rp
30.000,00 per hari. Bagi pekerja borongan berbeda untuk setiap bagian atau
devisi. Pada devisi kupas memperoleh upah sebesar Rp 50,00 per kg nata
lembaran, untuk devisi potong diberi upah sebesar Rp 100,00, dan pada devisi
sortir mendapat upah sebesar Rp 1.500,00 per 45 kg. Gaji untuk pekerja harian
dan pekerja borongan akan diberikan setiap minggu, yaitu pada hari Sabtu setelah
bekerja.
.
D. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan
Nata de coco terbuat dari fermentasi air kelapa. Saat ini permintaan pasar
semakin tinggi, sedangkan bahan baku sulit didapat. Selain itu terdapat faktor lain
yang dapat mempengaruhi jumlah bahan baku untuk produksi nata de coco
potong, yaitu faktor lingkungan saat proses pembuatan nata de coco lembaran.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat
nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan
nitrogen melalui proses yang terkontrol. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada
pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH-nya 4,3, sedangkan suhu ideal
bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31°C. Bakteri ini
sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk
menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik
adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat
digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH
4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam
organik dan anorganik lain juga bisa digunakan.
Oleh karena itu, Bapak Herry mencoba mengganti bahan dasar nata
dengan air ampas tahu yang disebut dengan nata de soya. Pembuatan nata de
soya sama dengan pembuatan nata de coco. Produk nata de soya hasilnya lebih
bagus dan pada umumnya memiliki lebih sedikit kerusakan atau cacat mutu
daripada nata de coco. Namun saat ini produksi nata de soya masih dalam
pengembangan sehingga hanya memproduksi sedikit.
IV. PROSES PRODUKSI
Bahan baku nata de coco adalah fermentasi air kelapa. Bibit nata adalah
bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui proses yang terkontrol. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 –
7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH-nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini
sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk
menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman
yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.
CV. Agrindo Suprafood mendapat pasokan bahan baku dari daerah
Yogyakarta dan sekitarnya. Bahan baku yang sudah siap, akan langsung dikirim
ke industri. Saat menerima bahan baku dari suplier, pekerja pada devisi bahan
baku akan langsung menyortir. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi yakni
antara lain ketebalan nata lembaran 1,2 – 1,5 cm, pH 3,6 – 3,7, tidak berjamur,
dan kropos. Jamur masih dapat ditoleransi jika jamur berada dibagian tepi.
Pengukuran pH dilakukan pada produk akhir yakni nata potong. Nata lembaran
yang tidak sesuai dengan standar industri, akan dikembalikan ke suplier.
B. Spesifikasi Produk
13
14
C. c
Berikut merupakan diagram alir proses produksi nata de coco yang terdapat pada
Gambar 2.
Input
Scrap
Nata lembaran Pengupasan kulit ari Kulit ari
Penipisan
Pemotongan
Scrap
Penyortiran Bahan
Nata potong kering
memperoleh kualitas nata lembaran yang baik dan seragam. Pada proses
penyortiran, nata lembaran yang telah diterima dari petani nata maupun
dari produksi sendiri disortir secara manual oleh pekerja. Pada tahap ini
memisahkan antara bahan baku yang baik dengan nata yang rusak seperti
berjamur, kropos, bergelembung, dan bau tidak khas nata. Waktu yang
dibutuhkan untuk mensortir satu drum dengan kapasitas 130 kg
membutuhkan waktu selama 5 menit. Pekerja diwajibkan menggunakan
sarung tangan, masker, celemek, sepatu boot, dan penutup rambut.
2. Pengupasan
Pada tahap pengupasan dilakukan bertujuan untuk memisahkan
kulit ari dari lembaran nata dengan cara meletakkan lembaran nata pada
alas kayu, kemudian kulit ari yang menempel di permukaan dihilangkan
dengan pisau stainless steel. Setelah dikupas, nata dimasukan ke dalam
bak biru besar yang berisi air supaya nata tetap segar dan mudah diambil
oleh pekerja pada proses selanjutnya. Proses pengupasan untuk 130 kg
nata lembaran membutuhkan waktu 70 menit. Pada proses ini pekerja
harus cermat jika ada cacat atau kerusakan pada lembaran nata, seperti
adanya jamur yang harus dihilangkan atau dipotong. Jika jamur tidak
dibuang, maka akan menyebar pada lembaran nata yang lain. Selain itu,
pekerja pada bagian ini diwajibkan menggunakan sarung tangan, masker,
celemek, sepatu boot, dan penutup rambut.
3. Penipisan
Pada proses penipisan lembaran nata dilakukan untuk memperoleh
ketebalan nata lembaran yang seragam dengan ketebalan yang sudah
ditentukan. Proses ini menggunakan mesin seset dengan cara memasukkan
nata lembaran yang sudah dipisahkan dengan kulit ari dan jamur ke dalam
mesin slicer, kemudian ditekan. Satu lembar nata diseset menjadi 4-5
lembar. Nata lembaran 130 kg membutuhkan waktu selama 55 menit.
Kemudian hasil dari penyesetan dimasukkan ke dalam bak. Para pekerja
diwajibkan menggunakan sarung tangan, celemek, sepatu boot, dan
penutup rambut.
4. Pemotongan
16
kemasan ditutup, nata diberi cuka murni (CH3COOH) dan asam sitrat
(C6H8O7) terlebih dahulu untuk mencegah tumbuhnya jamur, sehingga nata
lebih awet. Proses pengemasan dilakukan selama 10 menit dan dilakukan
secara manual. Pekerja wajib menggunakan masker, sepatu boot, dan
penutup rambut untuk mencegah kontaminasi terhadap produk.
V. PERALATAN DAN MESIN PENGOLAHAN
1. Mesin Pengembang
Bahan baku nata lembaran disimpan di dalam drum biru besar dengan
kapasitas 130 kg per drum. Namun lembaran nata hanya dapat bertahan
selama 5 hari. Jika pasokan bahan baku meningkat namun permintaan pasar
menurun, maka akan terjadi penumpukan bahan baku. Jika terjadi
penumpukan bahan baku, nata lembaran dipres terlebih dahulu kemudian
dikembangkan kembali dengan mesin pengembang saat akan diproses. Mesin
pengembang dapat dilihat dalam Gambar 3.
18
19
lembaran
3. Mesin Potong
20
4. Peralatan Produksi
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi nata de coco yaitu pisau,
berbagai ukuran ember, tali rafia, plastik bening dengan ukuran 50 kg, karung
kapasitas 50 kg, saringan, drum, dan timbangan. Peralatan yang digunakan
pada saat penerimaan bahan baku adalah drum. Pada proses pengupasan
peralatan yang digunakan adalah ember hitam, pisau kupas dan barco. Proses
sortir peralatan yang digunakan adalah saringan, dan ember putih. Pada
bagian penirisan, peralatan yang digunakan adalah karung gandum 50 kg dan
tali rafia. Tahap terakhir yaitu pengepakan. Peralatan yang digunakan adalah
timbangan, gelas ukur, plastik bening 50 kg, barco dan nilon 9 cable tie.
Selain itu, ada beberapa peralatan yang terdapat di CV. Agrindo Suprafood
seperti panci besar, nampan, koran, dan karet. Namun, peralatan tersebut
tidak di gunakan, karena untuk sementara ini CV. Agrindo Suprafood tidak
memproduksi nata sendiri, melainkan menjadi pengepul dari para petani nata.
21
C. Perawatan Mesin
Bahan dasar pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Air kelapa dapat
dilihat mutunya dari warna dan bau. Mutu air kelapa yang baik warnanya putih
jernih dan memiliki bau yang khas kelapa segar. Jika warna sudah gelap dan bau
sudah busuk, maka tidak diterima di CV. Agrindo Suprafood. Kemudian air kelapa
ini disaring untuk dipisahkan kotorannya, lalu diolah menjadi nata lembaran. Nata
lembaran dapat dikendalikan mutunya dengan ada atau tidaknya jamur yang
terdapat di bagian tertentu.
22
23
diulang. Selama proses berlangsung selalu diawasi oleh supervisior yang bertugas
untuk mengendalikan mutu bahan sesuai yang diharapkan.
D. Aplikasi HACCP
B. Besarnya Daya
Besarnya daya listrik di CV. Agrindo Suprafood yaitu dengan voltase 400 V,
200 A, dan daya 2 HP/kwh. Untuk air di pabrik menggunakan jet pump dengan 2
bak penampung air berkapasitas sekitar 1000 liter.
Untuk ketersedian sumber daya listrik pihak CV. Agrindo Suprafood masih
tetap mengandalkan listrik dari PLN. CV. Agrindo Suprafood sudah melakukan
komunikasi kepada PLN apabila akan terjadi pemadaman listrik agar pihak PLN
memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu minimal 1 hari sebelum terjadi
pemadaman listrik. Jika sudah diketahui terjadi pemadaman listrik biasanya
aktivitas produksi dihentikan dan karyawan pun diliburkan. Untuk ketersediaan
air bersih CV. Agrindo Suprafood hanya mengandalkan air sumur di lokasi pabrik
karena ketersediaan air yang melimpah. Hal ini didukung oleh letak pabrik yang
berada di tengah persawahan.
25
VIII. SANITASI PERUSAHAAN
Sanitasi bahan dasar di CV. Agrindo Suprafood dinilai sudah cukup, hal ini
terlihat pada waktu bahan dasar masuk yaitu air kelapa langsung disedot
menggunakan pompa khusus. Pada bahan dasar lembaran nata, lantai pada
penyimpanan bahan baku selalu disiram dengan air. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan kotoran atau benda asing yang terikut dalam bahan baku.
Sanitasi mesin dan peralatan di CV. Agrindo Suprafood dinilai sudah cukup
baik, untuk penggunaan mesin seset maupun mesin potong sebelum dan sesudah
digunakan mesin tersebut wajib dibersihkan dan dicuci. Untuk peralatan seperti
pisau, ember, nampan dan sebagainya juga sudah diterapkan sebelum dan sesudah
menggunakan peralatan wajib dibersihkan dan dicuci. Hal ini bertujuan supaya
tidak ada sisa nata yang terdapat dalam mesin, karena jika ada sisa kotoran atau
nata pada mesin dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan produksi
berikutnya.
26
27
E. Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi yaitu limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat berasal dari penyortiran nata lembaran, yaitu berupa lembaran
yang berjamur dan kulit ari yang sengaja dibuang. Sedangkan limbah cair berupa
air bekas cucian nata. Pada limbah padat cara penanganannya yaitu dengan
mengumpulkan limbah padat kemudian dibuang. Jika limbah cair, limbah
langsung disalurkan dalam tampungan bak-bak besar lalu dialirkan ke persawahan
tanpa perlakuan khusus. Sehingga, limbah ini sangat mengganggu kenyamanan
warga sekitar karena bau yang ditimbulkan tidak enak.
IX. KAPASITAS PRODUKSI NATA DE COCO
CV. AGRINDO SUPRAFOOD
Pemotongan
Scrap
Air 45 g Penyortiran
Nata potong tidak sesuai standar 75 g
28 Scrap
Pengepresan
67 Air 506,29
g
Nata potong kering 168,76 g
29
Kapasitas ekuivalen alat serta kapasitas alat di CV. Agrindo Suprafood adalah
sebagai berikut :
1. Pengupasan
Kapasitas operasioanal per : 111,42 kg/jam nata lembaran
orang
Jumlah : 7 orang
Total kapasitas : 779,94 kg/jam
Kapasitas pengupasan : 779,94 kg/jam nata lembaran
berdasarkan berat nata
lembaran
2. Penipisan
Kapasitas operasioanal alat : 90 kg/jam nata kupas
Jumlah : 3
Total kapasitas : 270 kg/jam
Kapasitas penipisan : 270 x (1000/750,05)
= 359,98 kg/jam
berdasarkan berat nata
lembaran
3. Pemotongan
Kapasitas operasioanal alat : 90 kg/jam nata hasil penipisan
Jumlah : 3
Total kapasitas : 270 kg/jam
30
4. Sortasi
Kapasitas operasioanal per : 97,5 kg/jam nata potong
orang
Jumlah : 4 orang
Total kapasitas : 390 kg/jam
5. Pengepresan
Kapasitas operasioanal per : 166,67 kg/jam nata potong hasil
orang sortir
Jumlah : 6 orang
Total kapasitas : 1000,02 kg/jam
Kapasitas pengepresan : 1000,02 x (1000/675,05)
=1481,40 kg/jam
berdasarkan berat nata
lembaran
259187
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari proses pengolahan nata de coco di
CV. Agrindo Suprafood, yaitu :
1. Proses pembuatan nata yaitu dari bahan baku lembaran nata diterima,
kemudian disortir, pengupasan kulit ari, penipisan, pemotongan,
penyortiran ukuran, pengepresan, dan pengemasan.
2. Pengendalian mutu yang diterapkan pada bahan dasar, proses produksi,
dan produk akhir. Pada bahan dasar dikendalikan mutunya dengan melihat
warna dan bau air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata lembaran
serta melihat banyak tidaknya jamur yang ada pada nata lembaran yang
dipasok sebagai bahan baku. Pada proses produksi dilakukan pengecekan
oleh operator. Sedangkan pada produk akhir, produk nata kering yang
diproduksi dilakukan sampling pada setiap drum kemudian dilakukan
pengecekan kadar air dan pH.
3. Sanitasi yang dilakukan di perusahaan ini cukup baik. Hal ini dapat dilihat
dari dinding yang bersih dan lantai yang dibuat keramik dan miring
sehingga air mudah mengalir ke saluran limbah dan menjaga keselamatan
pekerja supaya tidak terpeleset dan jatuh. Pada bahan dasar dilakukan
penyedotan dengan pompa khusus ketika air kelapa masuk produksi. Pada
mesin dan peralatan dilakukan pembersihan setelah digunakan untuk
produksi. Pada proses pengolahan nata de coco, para pekerja diwajibkan
menggunakan APD untuk mencegah kontaminasi silang dengan produk
pangan.
4. Pada perusahaan ini menerapkan sistem tenaga kerja harian dan borongan
yang bekerja dari hari Senin sampai Sabtu dengan waktu 8 jam kerja.
Tenaga kerja harian pada bagian bahan baku, pres dan pengemasan.
Sedangkan tenaga kerja borongan di bagian kupas, potong dan sortir.
Apabila permintaan produk meningkat maka diberlakukan jam kerja
sampai 3 shift. Pemberian gaji juga berbeda sesuai dengan jabatan
karyawan tersebut. Tenaga kerja juga diberikan upah lembur jika bekerja
33
34
melebihi jam kerja yang telah diterapkan. Selain itu diberikan pula
jamsostek dan BPJS sebagai jaminan kesehatan karyawan.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan pengolahan limbah baik cair maupun padat dari
proses pembuatan nata potong, karena pencemaran bau disekitar pabrik kurang
dapat diterima. Selain itu, karyawan lebih ditertibkan untuk memakai atribut kerja
yang lengkap saat memasuki proses produksi supaya produk tidak terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
37
Keterangan :
1. Kantin 17. Devisi potong
2. Ruang istirahat pekerja a. Mesin seset
3. Parkir b. Mesin potong nata
4. Ruang merokok c. Mesin potong nata
5. Bak penampungan limbah 18. Devisi kupas
6. Ruang rapat 19. Gudang bahan baku
7. Kantor a. Bak penampunagan
8. Gudang b. Tempat cuci tangan
9. Tempat pencucian 20. Ruang kepala produksi
10. Gudang penyimpanan produk 21. Ruang istirahat pekerja
11. Devisi pengemasan 22. Ruang istirahat pekerja
12. Devisi QC 23. Gudang penyimpanan
13. Tempat pengepresan manual 24. Toilet
14. Mesin pres
15. Anjang-anjang stainless
16. Devisi penyortiran
a. Bak penyortiran 1
b. Bak penyortiran 2
C. Foto
1. Proses penerimaan bahan baku dari suplier
38
3. Proses penyortiran
(a) (b)
39
5. Alat yang digunakan untuk mengupas kulit ari : (a) ember hitam
sebagai alas pengupasan dan (b) pisau untuk mengupas
(a) (b)
6. Timbangan digital
7. Alat yang digunakan untuk menyortir nata potong : (a) pengaduk, (b)
ember putih, (c) saringan kasar, dan (d) saringan halus
(a) (
b)
40
(c) (d)
8. Karung yang digunakan untuk nata potong saat dipres