Anda di halaman 1dari 5

Dibalik Sederhananya Angkringan Yogyakarta

Ester Alventia
alventiaester04@gmail.com

Abstrak : Angkringan adalah tempat dimana masyarakat melepas lapar dan dahaga. Faktanya
angkringan ditujukan kepada masayarakat golongan menengah kebawah jika dilihat dari harga jual
serta jenis makanan yang tawarkan. Hal ini ditandai oleh banyaknya masyarakat yang bertumpu
pada angkringan sebagai alternatif pilihan yang murah dalam pemenuhan kebutuhan dasar mereka.
Dimasyarakat yang sekarang ini muncul kecenderungan dimana angkringan telah menjadi tempat
konsumsi bagi semua lapisan sosial masyarakat baik lapisan bawah, menengah, atau lapisan sosial
atas. Sering terlihat mereka yang membawa handphone, berkendaraan sepeda motor, bahkan tak
jarang juga mobil, tanpa segan makan di angkringan, bahkan mereka rela mengantri untuk bisa
mengambil makan atau menunggu dalam waktu yang tidak singkat. Fenomena ini sangatlah
menarik untuk diteliti karena angkringan tidak lagi menjadi tujuan masyarakat menengah
kebawah, tetapi menjadi gaya hidup baru di masyarakat. Ada makna lain yang muncul terkait
dengan keberadaan angkringan, makna tersebut dilihat dari suasana angkringan yang menjadi
tempat berkumpul lintas batas, tempat refreshing dan arena diskusi. Untuk mengetahui apa yang
membuat masyarakat dari berbagai lapisan menjadikan angkingan sebagai gaya hidup baru maka
dari Teori Maslow (Teori Hierarki Kebutuhan) dapat digunakan untuk mengetahui perilaku orang
dalam kelompok atau organisasi dan bagaimana memanipulasi atau membentuk perilaku tersebut
dengan cara memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,
untuk menunjang proses pencarian data secara lebih mendalam dan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dengan wawancara dan observasi yang dilakukan pada hari Jumat 2 November
2018 di Angkingan Malioboro, Yogyakarta. Wawancara dan observasi dilakukan pada tiga
pedagang yang terdiri dari dua pedagang angkringan tradisional dan satu pedagang angkringan
modern, serta tiga orang informan dari tiga tempat yang diobservasi. Angkirngan menjadi lebih
istimewa jika ditelusuri secara lanjut apa makna sederhana dibalik tetap eksisnya angkingan
sampai saat ini.

Kata Kunci : Angkringan, Masyarakat


Abstrac : Angkringan is a place where people release hunger and thirst. The fact is that the
angkringan is aimed at the middle and lower classes if viewed from the selling price and the types
of food offered. This is indicated by the large number of people who rely on angkringan as an
inexpensive alternative to fulfill their basic needs. In today's society a tendency arises where
angkringan has become a place of consumption for all social strata of society, both the lower,
middle, or upper social layers. Often seen those who carry cellphones, drive motorbikes, and not
even often cars, without being reluctant to eat on angkringan, even they are willing to queue to be
able to take food or wait in a short time. This phenomenon is very interesting to study because
angkringan is no longer the goal of the middle to lower class, but it becomes a new lifestyle in
society. There are other meanings that arise related to the existence of angkringan, the meaning of
which is seen from the atmosphere of angkringan which is a cross-border gathering place, a place
of refreshing and an arena of discussion. To find out what makes people from various layers make
transportation as a new lifestyle, then from Maslow's Theory (Hierarchy of Needs Theory) can be
used to find out the behavior of people in groups or organizations and how to manipulate or shape
these behaviors by meeting their needs. This study uses qualitative research methods, to support
the data search process in more depth and data collection techniques in this study with interviews
and observations made on Friday 2 November 2018 in Angkingan Malioboro, Yogyakarta.
Interviews and observations were carried out on three traders consisting of two traditional
angkringan traders and one modern angkringan trader, as well as three informants from three
observed locations. Angkirngan becomes even more special if it is traced further on what is the
simple meaning behind the existence of Angkringan until now.

Keywords : Angkringan, Society


LATAR BELAKANG
Ditengah melajunya modernisasi kota, Yogyakarta tak sepenuhnya kehilangan kehangatan dalam
kebersahajaannya. Bertumbuhnya pusat kuliner baru yang dikemas secara modern tak lantas
membuat orang meninggalkan romantisme tradisional khas Kota Pelajar ini. Eksistensi warung-
warung tradisional semacam Angkringan tetap terpelihara secara hangat, tidak hanya sebagai
tempat melepas lapar dan dahaga, tapi juga sebagai sarana interaksi sosial yang menyenangkan.
Semua bersatu dari segala lapisan sosial. Masyarakat dari berbagai profesi, suku, agama bisa bebas
bercengkrama tentang segala hal dalam suasana santai penuh keakraban.. Angkringan adalah
gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat
dipinggir ruas jalan Yogyakarta. Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus,
sate telur puyuh, keripik dan lain-lain. Minuman yang dijual pun beraneka macam seperti teh,
jeruk, kopi joss, wedang jahe dan susu. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
Akrabnya susana dalam angkringan membuat nama angkringan tak hanya merujuk kedalam
tempat tetapi ke suasana, beberapa acara menadopsi kata angkringan untuk menggambarkan
suasana yang akrab saling berbagi dan menjembatani perbedaan. Dengan demikian Angkringan
memiliki citra ekonomis dan nyaman. Citra merupakan gambaran secara umum atau persepsi yang
dimiliki oleh masyarakat umum tentang suatu perusahaan, unit atau produk. Dengan demikian
untuk dapat mencapai tujuan tersebut, Angkringan perlu memberikan variasi dalam segala hal agar
dapat mengikuti perkembangan zaman dan tetap eksis. Konsumen akan melakukan pembelian atau
datang kembali ke tempat yang mereka anggap menawarkan nilai tambah yang tertinggi. Nilai
yang diterima konsumen semakin besar apabila dilakukan: memperbaiki manfaat produk,
pelayanan, mengurangi biaya moneter produk kepada pembeli, mengurangi biaya non moneter
pembeli dengan memperkecil biaya waktu, tenaga dan pikiran pembeli (Kotler, 2003:98).
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan
antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi
pembelian ulang, dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan, membentuk suatu
rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan, reputasi perusahaan
menjadi baik di mata pelanggan dan pada akhirnya laba yang di peroleh dapat meningkat
(Tjiptono, 2008:78). Ditinjau dari segi ekonomi bahwa angkringan ini akan memberikan laba yang
besar bagi pemilik angkringan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, karena dengan
adanya angkringan akan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan makan dengan mudah
dan dengan suasana yang nyaman. Maka dari itu pengelolaan citra Angkringan secara bijaksana
tanpa menurunkan kualitas makanan dan susasana tetapi menambah nilai tukar menjadi solusi
karena masyarakat sudah terhipnotis dengan jargon “murah” Angkringan yang sebenarnya kurang
tepat tetapi karena suasana yang menimbulkan rasa “murah” yang membuat angkirngan tetap
eksis. Seperti Angkringan yang saat ini juga mulai banyak bermunculan di kota-kota lain dan
perkembangannya pun tak luput dari sentuhan teknologi. Di beberapa tempat bisa ditemui
Angkringan yang menyediakan fasilitas internet. Dalam penelitian ini akan menemukan jawaban
mengenai apakah harga dan citra atau suasana mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen
di Angkringan Yogyakarta tepatnya di Jalan Malioboro.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


1. TEMUAN
Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi dalam permasalahan atau penulisan tentang
“Dibalik Sederhananya Angkringan Yogyakarta” penulis mendapatkan sebuah data yang
mendukung saat di lapangan terkait dengan pembahasan penulisan yakni ketika suasana atau citra
sudah mempengaruhi sesuatu apalagi jika citra itu baik maka akan sangat berpengaruh dalam minat
masyarakat.

2. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Adanya pengaruh ini menunjukkan semakin terjangkau harga produk
Angkringan di Jalan Malioboro, Yogyakarta maka akan meningkatkan kepuasan konsumen.
Sehingga apabila kesesuaian antara harga produk angkringan dengan kualitas makanan maupun
perbandingannya dengan harga makanan rumah makan lain lebih murah, maka akan mendorong
konsumen puas menggunakannya. Sesuai pendapat Tjiptono, (2008) yang menyatakan bahwa
harga yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan konsumen dengan kualitas produk yang
diperoleh, maka akan meningkatkan kepuasan konsumen. Harga yang dibebankan perusahaan
akan berada pada kisaran mulai dari terlalu rendah untuk menciptakan laba sampai terlalu tinggi
untuk menimbulkan permintaan, yang pada akhirnya adalah kepuasan konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Adanya pengaruh ini menunjukkan semakin baik citra Angkringan dari segi
produk atau pun penciptaan suasana yang nyaman di Jalan Malioboro, Yogyakarta, maka akan
meningkatkan kepuasan konsumen sehingga konsumen menjadikan harga bukan sebagai hal
utama lagi, sehingga banyaknya angkringan yang memodifikasi daftar menu seperti ada udang,
ada tutut, ada kikil, dan menu tersebut tidak ditawarkan dengan harga normal tetapi lebih tinggi.
Konsumen tidak merasa keberatan dan hampir tidak menyadari karena citra suasana Angkringan
yang terkenal murah menimbulkan sugesti kepada para konsumen bahwa jika mereka makan
seberapa banyak pun di Angkringan mereka merasa puas karena nyaman, murah dan kenyang
padahal harga yang mereka bayar cukup mahal atau lebih mahal dengan masakan rumahan
lainnya (warteg). Apabila image konsumen atas suatu produk Angkringan di Jalan Malioboro,
Yogyakarta berdasarkan produk yang khas, harga relatif murah, higienes, selera konsumen, dan
suasana atau tempat yang baik, maka akan mendorong konsumen puas menggunakannya. Sesuai
pendapat Yanuarius (2005) citra yang efektif akan meningktkan kepuasan konsumen. Citra yang
efektif dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu pertama, menyampaikan satu pesan tunggal yang
memantapkan karakter mengirimkan kekuatan emosional sehingga membangkitkan hati
maupun pikiran pembeli. Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreativitas dan kerja
keras karena citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran masyarakat dalam semalam atau
disebarkan melalui satu media saja. Citra terbentuk dari dua faktor yaitu faktor komunikasi dan
pengalaman konsumen selama mengonsumsi barang atau jasa yang mereka beli. Persepsi
pelanggan juga dipengaruhi oleh komunikasi diantara pelanggan dengan pelanggan yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga dan citra mempunyai pengaruh positif dan signifikan
secara simultan terhadap kepuasan konsumen. Adanya pengaruh ini menunjukkan semakin
terjangkau produk angkringan dan semakin baik citra produk Angkringan di Jalan Malioboro,
Yogyakarta maka akan meningkatkan kepuasan konsumen. Sehingga apabila kesesuaian antara
harga produk angkringan dengan kualitas makanan maupun perbandingannya dengan harga
makanan rumah makan lain lebih murah dan image konsumen atas suatu produk Angkringan di
Jalan Malioboro, Yogyakarta berdasarkan suasana yang sangat nyaman, produk yang khas,
higienes, variatif, selera konsumen, dan tempat baik, maka akan mendorong konsumen puas.
Kepuasan konsumen dipengaruhi harga dan citra sebesar 70%,sedangkan sisanya sebesar 30%
dipengaruhi variabel lain, yang tidak di jelaskan dalam penelitian ini.

Jadi, dibalik makna Angkringan tersirat pesan bahwa harga, citra yang baik, yang tradisional
tetapi semakin variatif dan yang modern tak harus selalu saling bertentangan karena suasana dapat
menggabungkan semua hal tersebut.

KESIMPULAN
Harga dan citra merupakan faktor utama mengapa Angkringan tetap berjaya hingga saat ini.
Sekarang harga yang ditawarkan di Angkringan tidak lagi sangat murah atau diperuntukan untuk
kalangan menengah kebawah melainkan harga yang ditawarkan di Angkringan menjadi variatif
sehingga semua lapisan masyarakat dapat menikmati menu yang disediakan mulai dari yang relatif
murah sampai yang cukup mahal. Tetapi dengan hal tersebut, Angkringan tetap mendapatkan
citranya yang murah karena suasana Angkringan yang membuat nyaman menjadikan konsumen
tidak melihat harga sebagai patokan kepuasan tetapi dengan hal lain seperti menu yang variatif,
suasana yang hangat dan lannya.
REFERENSI

Melinda, Nenci Ferronica Apri. 2014. Pengaruh Harga dan Citra terhadap Kepuasan Konsumen
Angkringan di Kelurahan Sendangadi, Mlati, Sleman. Jurnal Manajemen. Volume 4. Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai