Referat Radiologi Fraktur Eks Inf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 56

REFARAT

FRAKTUR EKSTREMITAS INFERIOR


Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
Pada Bagian Radiologi

Disusun Oleh :
Duratul Khabibah (16360314)
Eva Novita (16360317)

Pembimbing
dr. Elsa P Surbakti, Sp.Rad

BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE
SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “Fraktur

Ekstremitas Inferior” tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dalam penyusunan

refarat ini, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan dan pengembangan

wawasan dan pengetahuan penulis.

Semoga refarat ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya demi

pembenahan diri, dan kepada pembaca demi pengembangan pengetahuan dan

wawasan. Semoga Allah SWT tetap mencurahkan rahmatnya pada kita. Amin.

Kabanjahe, Juni 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………….................i
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………........………...
...ii
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………................
BAB
I ………………………………………………………………… ............................
.......
Pendahuluan
………………………………………………………………...................
BAB
II………………………………………………………….......…..............................
......
Tinjauan pustaka ...............
………………………………………………....................
2.1 anatomi ekstremitas inferior
............………….........................................................
2.2 indikasi foto ekstremitas inferior...............
……………………………........….........
2.3 Syarat foto
ekstremitas…………….............…………...………..………...................
2.4 Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas inferior
......................
2.5 fraktur ekstremitas inferior
….....……………………………………….....................
BAB
III ………………………………………………………………………......…….....
....
Kesimpulan
…………………………………………………………………..............
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………….......…………….....

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya kontinuitas

tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, atau

karenakondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ osteoporosis. Fraktur

lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah 45

tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan dan kecelakaan.

Sedangkan pada usia lanjut (usila) prevalensi cenderung lebih banyak terjadi

pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan

perubahan hormon.

Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian atau insidensi

fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering terjadi adalah pada bagian

paha (tulang paha). Fraktur pada tulang paha termasuk dalam kelompok tiga

besar kasus fraktur yang disebabkan karena benturan dengan tenaga yang tinggi

(kuat) seperti kecelakaan sepeda motor atau mobil. WHO (Badan Kesehatan

Dunia) mencatat, terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal karena insiden

kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.

Chandra (2011) menyebutkan bahwa kejadian fraktur di Indonesia sebesar

1,3 juta tahun setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta. Angka tersebut

merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Fraktur ekstremitas bawah memilik

prevalensi sekitar 46,2% dari insiden kecelakan. Menurut Depkes RI didapatakn

25 % penderita fraktur mengalami kematian, 45 % mengalami cacat fisik, 15 %

mengalami stress psikologis dan bahkan depresi, serta 10 % mengalami

kesembuhan dengan baik.


Menurut Depkes RI (2007), kebanyakan kasus fraktur yang terjadi

disebabkan oleh cedera. Cedera tersebut berdasarkan berbagai hal yaitu karena

jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam/ tumpul. Pada 45.987 peristiwa

terjatuh, terjadi fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus

kecelakaan lalu lintas, terjadi fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %). Sedangkan

pada 14.127 kasus trauma benda tajam / tumpul, yang mengalami fraktur

sebanyak 236 orang (1,7 %).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ekstremitas Inferior

1. Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan

tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu

ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk

artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior,

dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut

sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan

pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian

pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk

artikulasi dengan tulang femur.


Gambar 1. Anatomi Pelvis.

2. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi

dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di

daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter

minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat

condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan

untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.


Gambar 2. Anatomi Femur

3. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial

dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan

lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle

femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.

Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal

tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

4. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral

dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.

Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk

artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.


5. Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan

tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu

calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan

sebagai tulang penyanggah berdiri.

6. Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal

dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari)

terdapat 2 tulang sesamoid.

7. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu

jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana

di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

Gambar 12. Falang

2.2 Indikasi Foto Ekstremitas Inferior

1. Fraktur

2. Pemeriksaan untuk kontrol ( Post Operatif )

3. Komplikasi fraktur (delated union, mal union, non union)

4. Adanya keradangan (osteomielitis)

5. Nyeri sendi

6. Dislokasi

7. Neoplasma pada tulang

8. Kelainan pertumbuhan tulang ataupun sendi


2.3 Syarat Foto Ekstremitas

Foto Ekstermitas yang baik penting untuk memperjelas dalam

menegakkan suatu diagnosa. Syarat – syarat foto tulang yang baik :

1. Persyaratan penderita seperti tertera identitas pasien.

2. Kondisi tulang.

3. Foto paling sedikit pada 2 bidang, terutama bidang yang saling tegak lurus satu

sama lain. Misal pada fraktur, hal ini akan memastikan bahwa suatu fraktur tidak

akan terlewatkan dan kesegarisan tulang dapat dinilai secara akurat.

4. Mengenai dua sendi yang melekat dengan tulang yang diperiksa

5. Pada kasus tertentu dibuat foto tulang kontralateral untuk perbandingan

(dextra dan sinistra)

2.4 Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas Inferior

1. Caput Femoris

a. Posisi pasien

Tidur supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Obyek

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Femur nempel rata dengan

casete) dan pastikan sudah true AP.

Posisi Lateral : Ganjal bagian Glutae dengan karet busa (alat bantu),

letakan casette (24 x 30 Cm) menempel pada daerah caput femu bagian lateral .

c. Kriteria Image

Tampak gambaran caput Femuris posisi AP dan Lateral


Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )

Tampak marker dan identitas pasen.

2. Femur

a. Posisi pasen

Tidur supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Obyek

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Femur nempel rata dengan

casete) dan pastikan sudah true AP.

Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa, posisikan

kaki yang tidak diperiksa sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi obyek.

c. Kriteria Image

Tampak gambaran Femur dengan kedua sendi posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )


Tampak marker dan identitas pasen.

Posisi foto Femur AP dan Lateral

3. Genu

a. Posisi pasien

Tidur supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Obyek

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Lutut nempel rata

dengancasete) dan pastikan sudah true AP.

Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa tekuk

kaki sedemikian rupa sehingga cruris dan femur membentuk sudut 90 5 tempelkan

genu rata dengan permukaan castte.

c. Kriteria Image
Tampak gambaran Genu posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

Posisi foto Genu AP dan Lateral

4. Cruris

a. Posisi pasien

Tidur supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Obyek

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (tungkai bawah nempel rata

dengan casete) dan pastikan sudah true AP.

Posisi Lateral : Tempelkan tungkai bawah nempelrata dengan permukaan

castte, miringkan kaki kearah lateral, pastikan true lateral

c. Kriteria Image
Posisi foto Cruris AP dan Lateral

Tampak gambaran Cruris dengan kedua sendi pada posisi AP dan

Lateral.

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

5. Ankle

a. Posisi pasen

Tidur supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Obyek

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (tumit nempel rata dengan

casete) dan pastikan sudah true AP.

Posisi Lateral : Tempelkan pergelangan kaki rata dengan permukaan

castte, kaki yang akan difoto kita rotasikan kearah luar.


c. Kriteria Image

Tampak gambaran Ankle posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )

Tampak marker dan identitas pasen.

Posisi foto Ankle Lateral

6. Calcaneus

a. Posisi pasien

Lateral : pasien tidur miring pada sisi kaki yang akan diperiksa, kaki

lainnya diletakan sedemikian rupa sehingga ankle joint menempel rata pada

casette ( true lateral ) Axial : pasen tidur supine, telapak kaki ditarik kearah

caudad.

b. Posisi Obyek

Posisi Lateral : Posisikan obyek dalam posisi Lateral (ankle joint nempel

rata dengan casete). Posisi Axial : Tempelkan calcaneus rata dengan permukaan

castte, tarik kaki kearah cauda


c. Kriteria Image

Tampak calcaneus posisi lateral dan Axial

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

Posisi foto Calcaneus Axial


7. Pedis

a. Antero – posterior

Pasien supine.

Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.

Pedis AP

b. Lateral

Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan.

Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang


Pedis lateral

2.5 FRAKTUR EKSTREMITAS INFERIOR

FRAKTUR KOLUM FEMUR

Klasifikasi fraktur kolum femur :

· Fraktur intrakapsuler

· Fraktur ekstrakapsuler
Gambar. Klasifikasi fraktur femur bagian proksimal

a) Fraktur intrakapsuler b) Fraktur ekstrakapsuler

a) Fraktur Intrakapsuler (Collum Femur)

o Mekanisme Fraktur

Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh trauma

langsung (direct) dan trauma tak langsung (indirect).

o Trauma Langsung (direct)

Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring, dimana daerah trokanter

mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)

o Trauma tak langsung (indirect)

Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena

kepala femur terikat kuat dengan ligament iliofemoral dan kapsul sendi,

mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada dewasa muda apabila terjadi

fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya cukup hebat. Sedangkan


kebanyakan pada fraktur kolum ini (intrakapsuler), kebanyakan terjadi pada

wanita tua (60 tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporotic.

Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh kepleset di kamar

mandi ).

Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :

a) Lokasi anatomi

b) Arah garis patah

c) Dislokasi atau tidak dari fragmennya

a) Berdasarkan lokasi anatomi dibagi menjadi tiga :

- Fraktur Subkapital

- Fraktur trans-servikal

- Fraktur basis kolum femur


b) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :

- Tipe I : Sudut 30°

- Tipe II : Sudut 50°

- Tipe III : Sudut 70 °

c) Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen di bagi menurut Garden :

- Garden I : Incomplete (Impacted)

- Garden II : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi

- Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian dislokasi


- Garden IV : Fraktur kolum femur dan dislokasi total

Pemeriksaan Fisik

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat

(tabrakan ). Pada penderita tua biasanya traumannya ringan (kepleset di kamar

mandi ). Penderita tak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi

panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya

perpendekan dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi abduksi dan fleksidan

eksorotasi. Pada palpasi sering ditemukan adannya hematom di panggul. Pada

impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tak

begitu hebat. Posisi tungkai masih tetap dalam posisi netral.

Pemeriksaan radiologi

Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang-kadang diperlukan aksial.

Pada proyeksi anteroposterior kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya

fraktur (pada kasus yang impacted).

Untuk ini perlu dengan pemeriksaan proyeksi aksial.


Terapi

Impacted Fraktur

Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah kolum femur

dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada kolum femur periosteumnya sangat

tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil,sehingga seluruh penyambungan

fraktur kolum femur boleh dikata tergantung pada pembentukan kalus endosteal.

Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati kolum femur pada fraktur kolum

femur terjadi kerusakan. Lebih lagi terjadinya hemartrosis akan menyebabkan

aliran darah di sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka mudah dimengerti apabila

terjadi fraktur intrakapsuler dengan dengan dislokasi akan terjadi avaskuler

nekrosis.
Penanggulangan

Impacted Fraktur

Pada fraktur,kolum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka

penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalannya ringan, sakit

sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat, penderita dirawat 3-

4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama

8 minggu. Kalau pada X-Ray foto impacted nya kurang kuat, ditakutkan terjadi

disimpacted, penderita di anjurkan untuk operasi dipasang internal fiksasi.

Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik

perkutaneus. Penanggulangan Dislokasi Fraktur kolum femur Penderita segera

dirawat di Rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan kulit

(skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan

tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fiksasi. Reposisi

yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu :

menurut leadbetter. Penderita terlentang di meja operasi. Asisten memfiksir

pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 derajat untuk mengundurkan kapsul dan

otot-otot di sekitar panggul. Dengan sedikit abduksi paha ditarik ke atas,

kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45 derajat.

Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan

abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test.

Palm heel test : Tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila

posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil

baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi


dengan teknik multi pin perkutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi

sampai tiga kali,dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah

tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macm-macam alat internal fiksasi di

antaranya :

- Knowless pin

- Cancellous screw

- Plate

Pada fraktur kolum femur penderita tua (>60 tahun ) penanggulangannya

agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip

penanggulangan : do nothing dalam arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi,

caranya penderita di rawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya

hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth).

Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan prinsip pengobatan

do something yaitu dilakukan tindakan operasi artroplasti dengan pemasangan

protese Austine Moore.

Komplikasi

- Avaskular nekrosis

- Non union

- Infeksi

FRAKTUR INTERTROKANTER FEMUR

Merupakan fraktur antara trokanter mayor dan trokanter minor femur.

Fraktur ini termasuk fraktur ekstrakapsular. Banyak terjadi pada orang tua

terutama pada wanita (diatas usia 60 tahun ). Biasanya trauma ringan, jatuh
kepleset,daerah pangkal paha ke bentur lantai. Hal ini dapat dapat terjadi karena

pada wanita tua, tulang sudah mengalami osteoporosis post menopause. Pada

orang dewasa dapat terjadi fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan kecepatan

tinggi (tabrakan motor).

Klasifikasi

Banyak klasifikasi yang dibuat oleh para ahli. Tetapi yang banyak dianut di

banyak Negara yaitu klasifikasi dari Evan-massie. Klasifikasi Evan-Massie dibagi

menjadi dua :

a) Stabil

- Garis fraktur intertrochanter-undisplaced

- Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus

b) Tidak stabil

- Garis fraktur kominutiva dan displaced varus

- Garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter

Gejala klinis

Biasanya penderita wanita tua dengan riwayat setelah jatuh

kepleset,penderita tak dapat jalan. Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam

posisi eksternal rotasi. Tungkai yang cedera lebih pendek. Pada pangkal paha

sakit dan bengkak.

Pemeriksaan radiologi

Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan rontgen foto dapat

ditentukan stabil atau tidak stabil jenis patahnya.


Penanggulangan

Umumnya fraktur trokanter mudah menyambung kembali karena daerah

trokanter kaya akan avaskularisasi.

Non-Operatif

Dengan balans traksi umumnya memerlukan waktu sampai 12 sampai 16

minggu. Pada penderita yang sudah tua diatas 60 tahun penanggulanganya dengan

traksi akan menimbulkan penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia

hipostatik,bronkopneumonia,dekubitus, emboli paru,thrombosis arterifemoralis

untuk menghindari hal tersebut di atas dipilih cara lain dengan jalan operatif.

Teknik operasi tergantung tipe frakturnya stabil atau tidak stabil. Pada fraktur

yang tidak stabil dilakukan tindakan medialisasi menurut Dimon dan Hughston

baru dilakukan internal fiksasi diantaranya dengan Jewett nail atau angle blade

plate (Ao) Pada tipe yang stabil, tidak perlu dilakukan medialisasi, langsung

dilakukan internal fiksasi dengan alat Jawett nail dan angle blade plate (Ao)

FRAKTUR SUBTROKANTER FEMUR

Fraktur subtrokanter ialah fraktur dimana garis patah berada 5 cm distal

dari trokanter minor. Mekanisme fraktur biasanya karena trauma langsung, dapat

terjadi pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh

kepleset). Dan pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepetan.

Klasifikasi

Banyak klasifikasi yang dipakai di antaranya :

- Klasifikasi Zickel
- Klasifikasi Scinshaemer

- Klasifikasi Fielding dan magliato

Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fieldinng dan

magliato.

Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor

Tipe 2 : Garis patah berada 1 – 2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor

Tipe 3 : Garis patah berada 2 – 3 inch di distal dari batas atas trochanter minor.

Pemeriksaan Fisik

Tungkai bawah yang cedera lebih pendek dan rotasi eksternal (eksorotasi)

di daerah panggul ditemukan hematoma atau ekimosis.

Radiologi

Dibuat proyeksi anterioposterior dan lateral. Pada fraktur subtrokanter

dimana trokanternya masih utuh, biasanya kedudukan fragmen bagian atas dalam

posisi abduksi dan fleksi dan fragmen distal dalam posisi abduksi. Abduksi karena

tarikan dari otot-otot abductor. Fleksi karena tarikan otot iliopsoas dan adduksi

karena tarikan otot adductor magnus.

Penanggulangan

Dilakukan terapi non-operatif dan operatif.

· Non-operatif

Dengan melakukan skeletal traksi dan system balans dengan posisi tungkai

bagian distal dibuat abduksi dan fleksi. Penanggulangan ini banyak kelemahannya

yaitu mordibitas lama dan mortalitas yang lebih tinggi. Untuk mengatasi hal

tersebut dilakukan penanggulangan operasi.


· Operatif

Dengan melakukan open reduksi dan pemasangan internal fiksasi.

Macam-macam alat untuk fiksasi, diantaranya :

- Angle blade plate (Ao)

- Jewett nail

- Sliding compression screw

- Zickel nail

Komplikasi

- Malunion

- Non Unio

FRAKTUR BATANG FEMUR (DEWASA)

Mekanisme trauma

Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi karena

trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari

ketinggian. Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada

daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,mengakibatkan

penderita jatuh dalam syok.

Klasifikasi fraktur batang femur

Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dubagi berdasarkan adanya

luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

- Tertutup

- Terbuka
Fraktur femur terbuka

Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan

dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul luka kecil,biasanya

diakibatkan tusukan fragment tulang dari dalam menembus ke luar

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm), luka ini disebabkan karena benturan

benda dari luar

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,jaringan lunak banyak

yang ikut rusak

(otot,saraf,pembuluh darah)

Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan

tindakan debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya

sendiri, dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur

tertutup.

Pemeriksaan Fisik

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda

functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan,nyeri gerak.

Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,rotasi (ekso

atau endo). Tungkai bawah ditemukan adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur

1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya

dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari daerah lutut. Kecuali itu juga

diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.


Radiologi

Cukup dengan dua proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus

mencakup dua sendi : Panggul dan lutut.

Penanggulangan

Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan

metode Buck

extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas Splint, tungkai ditraksi dalam

keadaan ekstensi. Tujuan skin traksi adalah untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegah kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak di sekitar daerah yang patah.

Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.

-Non-Operatif

Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode perkin dan

metode balans skeletal traksi.

Metode Perkin

· Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan : Steinman

pin, Tali, Beban katrol

· Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan

Steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4

bantal. Tarikan dipertahankan sampai lebih dari 12 minggu sampai terbentuk

kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan

ekstensi dan fleksi.

Metode balance skeletal traction

· Diperlukan alat-alat yang lebih banyak


- Thomas splint

- Pearson attachment

- Steinman pin

- Tali

- Katrol

- Beban

- Frame

- Stapler

· Penderita tidur terlentang, 1-2 jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan

Steinman pin, dipasang stapler pada Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas

splint, sedangkan tungkai bawah ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan

dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus

yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. Kadangkadang

untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu kemudian dipasang

gips hemispica atau cast bracing.

Operatif

Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary

nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya :

- Kuntscher nail

- Sneider nail

- Ao nail

Diantara ke tiga nail tersebut yang paling terkenal adalah kuntscher nail.

Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.


· Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang patah.

Pen dipasang secara retrograde.

· Cara tertutup yaitu dengan menyayat daerah yang patah. Pen dimasukkan

melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm). Tulang

dapat di reposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian distal.

Keuntungan tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan

terbatas.

Indikasi operatif :

1) Penanggulangan non operatif gagal

2) Multipel fraktur

3) Robeknya arteri femoralis

4) Patologik fraktur

5) Orang tua

Komplikasi dini :

Yang segera terjadi dapat berupa : syok dan emboli lemak. Emboli lemak

ini jaranf terjadi Komplikasi lambat :

- Delayed union

- Non union

- Mal union

- Kekakuan sendi lutut

- Infeksi

Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa

(autogenesus cancellous bone graft). Kekakuan sendi dimana, sendi lutut terbatas
gerakan (ROM -0-60 atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan

perlengkapan otot-otot kuadriseps dan patella.

FRAKTUR BATANG FEMUR (ANAK-ANAK)

Pada anak-anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyak

ialah jatuh waktu bermain di rumah atau di sekolah, diagnose mudah ditegakkan.

Penanggulangan

Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik.

Perpendekan kurang 2 cm masih dapat diterima karena dikemudian hari

perpendekan ini akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini

dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi.

Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3 tahun.

Traksi kulit-Bryant traksi

Anak tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit,

kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke atas, di tarik dengan tali yang diberi

beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Komplikasi : pemakaian Bryan traksi :

Terjadinya iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah

pada

tungkai yang ditinggikan.

Anak umur 3 tahun-13 tahun :

Dilakukan pemasangan Rusell traksi,untuk traksi ini diperlukan :

- Frame
- Katrol

- Tali

- Plester

Anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di

daerah poplitea,sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan

dengan beban penarik.

Untuk waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi,kalus sudah terbentuk tetapi belum

kuat benar. Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika.

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA (Bumper fraktur atau fraktur tibia

plateau)

Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah, terdiri dari

tulang spongiosa dan dibatasi korteks yang tipis. Kecuali pada orang tua

tulangnya secara keseluruhan sudah mengalami osteoporotic. Maka mudah

dimengerti bila terjadi trauma langsung di daerah lutut akan terjadi fraktur

intraartikular tibia(tibia plateau)

Mekanisme trauma

Biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya

masih terfiksir

di tanah (orang sedang berjalan ditabrak mobil dari samping-bumper fraktur)

Gaya dari samping ini menyebabkan lutut didorong sangat kuat kea rah valgus.

Hal ini menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia (tibia plateau) akan

menerima beban yang sangat besar dan akhirnya menyebabkan fraktur

intraartikular atau terjadi amblasnya permukaan sendi bagian lateral tibia.


Kemungkinan yang lain, penderita jatuh dari ketinggian yang menyebabkan

penekanan vertical pada permukaan sendi tibia. Hal ini akan menyebabkan patah

intrartikular berbentuk T atau Y.

Klasifikasi

Menurut Hone M. dan Moore T.M dibagi menjadi lima tipe :

a) Split fracture

b) Entire plateau fracture

c) Rim avulsion

d) Rim compression

e) Four part fracture

Gejala Klinik

Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang

ditemukan

deformitas (varus atau valgus pada lutut) Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi

lutut terbatas karena rasa sakit atau adanya hemartrosis. Varus dan valgus stress

test kadang positif. Hal ini disebabkan karena fragmen tulang yang amblas atau

disertai dengan rupturnya ligament kolateral lateral atau lligament kolateral

medial.

Radiologi

Cukup dengan membuat dua proyeksi anteroposterior dan lateral. Dari

gambar radiologi dapat ditentukan tipe patahnya.


Penanggulangan

Terdiri dari non operatif dan operatif.

Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan

beberapa cara,

diantaranya dengan memasang :

- Verband elastic (Robert Jones teknik)

- Dengan memasang gip (long leg plaster)

- Skeletal traksi

Skeletal traksi yang biasa digunakan adalah menurut cara Appley.

Caranya : Penderita tidur terlentang. Pada tibia 1/3 proksimal dipasang Steinman

pin, langsung ditarik dengan beban yang cukup (>6kg). Sementara dilakukan

traksi lutut penderita yang cedera dapat digerakkan. Hal ini penting untuk

mencegah terjadinya kekakuan sendi.

Operatif

Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi

tibia amblas lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal fiksasi

dengan buttress plate dan cancellous screw. Pada kasus dimana permukaan sendi

tibia amblas,harus dilakukan rekonstruksi,permukaan yang amblas diangkat

kembali ke atas dan bekas lubangnya diisi dengan tulang spongiosa dari tempat

lain (autogenous bone graft).


Komplikasi

1. Kekakuan sendi lutut

Hal ini disebabkan karena terjadinya perlengketan intraartikular dan

perlengketan peri-artikular. Bila terjadi hal tersebut di atas dapat dilakukan

manipulasi dengan pemberian anestesi umum.

2. Lesi dari n.poplitea

Akibat penekanan fragmen tulang atau akibat penekanan gip

3. Artritis post traumatika

Diakibatkan karena permukaan sendi yang tidak rata.

FRAKTUR TULANG TIBIA DAN FIBULA

Fraktur kruris merupakan terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat

susunan anatomis kruris dimana permukaan medial tibia hanya dilindungi

jaringan subkutan,hal ini menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka

yang menimbulkan masalah dalam pengobatan.

Anatomi

Terdapat empat grup otot yang penting di kruris yaitu :

1. Otot ekstensor

2. Otot abductor

3. Otot trisep surae

4. Otot fleksor

Keempat grup otot tersebut membentuk tiga kompartemen

Group I : Membentuk kompartemen anterior


Group II : membentuk kompartemen lateral

Group III : membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen

superficial dan

kompartemen dalam.

Arteri

- Arteri tibialis anterior

- Arteri tibialis posterior

- Arteri peroneus

Saraf

-n. Tibialis anterior dan n.Peroneus untuk mensarafi otot ekstensor dan abductor

-n. Tibialis posterior dan n.Poplitea untuk mensarafi otot fleksor dan otot trosep

surae.

Mekanisme trauma

Trauma langsung dan trauma tidak langsung

· Trauma langsung-energi tinggi

Akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4 meter,

fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka.

· Trauma langsung-energi rendah

Akibat cedera pada waktu olahraga. Biasanya fraktur yang terjadi fraktur tertutup.

· Trauma tidak langsung

Diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh

,kekuatan trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya fraktur
tibia fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia di bagian

distal sedang pada fibula bagian proksimal.

Klasifikasi

- Fraktur tertutup

- Fraktur terbuka

Fraktur terbuka

Ketentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang yang patah

dengan dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar,timbul luka kecil,biasanya

diakibatkan tuskan fragmen tulang dari dalam menembus luar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm),luka ini disebabkan karena benturan

benda dari luar. Derajat III : Lukanya lebih luasa dari derajat II,lebih

kotor,jaringan lunak banyak yang ikut rusak (0tot,saraf,pembuluh darah) Pada

umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka dilakukan tindakan

debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri,

dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Gejala klinik

Daerah yang patah tampak bengkak. Tampak deformitas angulasi atau

endo/eksorotasi ditemukan nyeri gerak,nyeri tekan pada daerah yang patah.

Radiologi

Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior dan lateral.

Penanggulangan

Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup.


Imobilisasi dengan gips

Caranya : penderita tidur terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut dalam

posisi fleksi 90 derajat, sedangkan kedua tungkai bawah menggantung di tepi

meja.Tungkai bawah yang patah ditarik kea rah bawah. Rotasi diperbaiki, setelah

tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan

gips,yaitu :

1. Cara long leg plester :

Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari

kaki sampai proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral sedang

posisi lutut dalam fleksi 20 derajat.

2. Cara Sarmiento :

Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai diatas sendi talokrural

dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke

atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan

anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara

ini : kaki dapat diinjakkan lebih cepat. Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata

hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angulasi,perpendekan lebih dari

2cm,tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk

dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi.

Macam-macam internal fiksasi diantaranya :

- Screw

- Plate + screw
- Tibial nail

Fraktur Terbuka

Lukanya dilakukan debridement,kemudian tulang yang patah dilakukan

reposisi secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.

Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka :

Cara Trueta :

· Luka setelah dilakuakn debridement tetap dibiarkan terbuka,tidak perlu dijahit.

Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali

pada derajat SIAS,kalkaneus dan tendo Achilles.

· Gips dibuka setelah berbau dan basah

· Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman

perang Cara long leg plaster :

· Cara seperti ini telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat

jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lubang jendela ini luka dirawat

sampai sembuh. Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fixateur externa) :

· Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini

perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.

· Macam-macam bentuk fiksateur externa,diantaranya :

- Judet fiksateur eksterna

- Roger Anderson Hoffman

- Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)

Komplikasi
Dini :

· Sindrom kompartemen

· Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksima tibia tertutup

· Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan

vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai

bawah. Yang palin sering terjadi yaitu sindrom kompartemen anterior.

· Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan

intrakompartemen,hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen

meninggi,menyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan

menyebabkan edema. Dengan adanya edema,tekanan intrakompartemen makin

meninggi sampai akhirnya menyumbat arteri di intrakompartemen.

· Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraestasia. Rasa sakit

akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup

lama dapat terjadi paralise pada otot ekstensor halusis longus,ekstensor digitorum

longus dan tibial anterior.

· Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.

· Penanganan : Dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan fasiotomi.

Lanjut :

· Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang imobilisasinya

longgar,sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan

osteotomi.
· Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan

infeksi atau pada fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi

tandur alih tulang spongiosa.

· Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai

dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting menurut

cara papineau.

· Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama.

Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat

diatasi dengan fisioterapi.

FRAKTUR DAN FRAKTUR DISLOKASI DARI PERGELANGAN KAKI

Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita yang

mengalami kecelakaan (kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak sendi

pergelangan kaki hanya terbatas pada satu bidang yaitu untuk pergerakan

dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti bila terjadi gerakan-

gerakan diluar bidang tersebut,dapat menyebabkan fraktur atau fraktur dislokasi

pada daerah pergelangan kaki.

Bagian yang sering menimbulkan fraktur dan fraktur dislokasi yaitu : gaya

abduksi, adduksi,endorotasi atau eksorotasi.

Anatomi pergelangan kaki

Secara anatomi sendi pergelangan kaki,dibentuk oleh 3 tulang yaitu dari

tulang tibia,fibula dan talus. Bagian dinding medial sendi berupa tulang

maelleolus lateralis. Bagian posterior dibatasi oleh tulang tibia yang melengkun,

dan disebut maleolus posterior.


Persendian pergelangan kaki merupakan sendi yang kuat karena

terdapatnya ligamentligamen yang menghubungkan antara tulang di daerah

tersebut. Antara maleolus medialis dengan tulang-tulang tarsal, dihubungkan oleh

ligament. Tibio kalkaneal,ligament tibia talar dan ligament tibio navikular. Ketiga

ligament tersebut disebut sebagai ligament deltoid. Antara maleolus lateral dan

tulang tarsal dihubungkan oleh ligament kalkaneofibular dan ligament talofibular.

Antara tibia dan fibula bagian distal dihubungkan dengan ligament,tibiofibula

anterior dan posterior.

Mekanisme trauma

Apabila terjadi gaya abduksi maka akan terjadi dorongan yang mendorong

maleolus lateral. Hal ini akan menyebabkan fraktur dari maleolus lateral setinggi

permukaan sendi atau di atasnya. Sedangkan ujung maleolus medial tertarik

sangat kuat oleh ligament deltoid,menyebabkan fraktur avulse pada ujung

maleolus medialis. Gaya adduksi : akan mendorong tulang talius pada maleolus

medialis menyebabkan fraktur maleolus medialis di atas permukaan sendi. Sedang

gaya rotasi dari kaki dapat menyebabkan fraktur kedua malleolus disertai

robeknya ligament tibiofibula bagian distal. Atau dapat disertai fraktur malleolus

posterior. Kalau terjadi robekan ligament tibiafibula bagian distal maka tulang

talus akan mengalami dislokasi kea rah lateral.

Gejala klinik

Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan

tak dapat berjalan. Di daerah pergelangan kaki sangat bengkak. Bila terjadi fraktur

kedua maleolus akan jelas tampak deformitas.


Radiologi

Umumnya dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dapat diketahui

adanya fraktur di daerah pergelangan kaki.

Penanggulangan

Fraktur Malleolus medialis

Dapat dicoba dengan reposisi tertutup. Bila berhasil baik dipertahankan

dengan imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi

jelek,harus dipikirkan kemungkinan terjadinya interposisi di periosteum antara

kedua fragmen. Untuk hal ini harus dilakukan tindakan operasi,dipasang internal

fiksasi dengan pemasangan screw.

Fraktur maleolus lateral

Umumnya dengan melakukan reposisi tertutup hasilnya baik. Imobilisasi

dengan gips di bawah lutut selama 6 minggu. Fraktur maleolus lateral disertai

dengan robeknya ligament deltoid. Terjadinya fraktur maleolus lateral dan

dislokasi dari tulang talus ke lateral. Pada radiologis jelas tampak jarak maleolus

medial dan tulang talus melebar. Hal ini dapat dicoba ditanggulangi dengan

reposisi tertutup. Bila hasil reposisi tertutup gagal , dilakukan tindakan open

reduksi dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang fibula.

Fraktur maleolus lateral dan maleolus medial (Bimalleolus) : terjadi

fraktur maleolus lateral dimana garis patahnya terletak di atas permukaan sendi

pergelangan kaki dan fraktur avulse maleolus medialis. Hal ini dapat dicoba

dengan reposisi tertutup kalau hasilnya jelek dilakukan operasi reposisi terbuka

dengan pemasangan internal pada kedua maleolus.


Fraktur trimaleolus (Fraktur maleolus medial lateral dan posteriaor )

Prinsipnya sama dengan penanggulangan fraktur bimaleolus.

Komplikasi

· Kekauan sendi (ankilosis). Hal ini disebabkan karena kerusakan ligament-

ligamen , dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.

· Mal union : Biasanya pada penanganan non operatif dimana terjadi reposisi yang

tidak tepat. Arteritis post traumatic disebabkan karena mal union.

FRAKTUR TALUS

Tulang talus merupakan salah satu tulang yang sangat penting untuk

menahan dan menyebar beban berat badan. Tulang talus sering mengalami

fraktur.

Mekanisme trauma

Bisa disebabkan trauma yang tak langsung, hal ini terjadi pada penderita

sewaktu mengendarai mobil mengalami kecelakaan dengan mendadak dan sekuat

tenaga kaki menginjak pijakan rem. Posisi kaki secara mendadak dalam posisi

hiperdorsofleksi,hal ini akan menyebabkan fraktur di daerah leher talus. Atau

jatuh dari suatu ketinggian akan menimbulkan gaya tekan aksial pada tulang talus.

Hal ini akan menyebabkan fraktur di daerah korpus. Kemungkinan yang lain,

sewaktu posisi kaki dalam plantar fleksi terjadi kecelakaan dimana terjadi gaya

dorong pada metatarsal diteruskan ke tulang navikular yang akhirnya

menyebabkan fraktur pada kepala talus.

Klasifikasi

Berdasarkan lokalisasi garis patah :


- Fraktur leher talus

- Fraktur korpus talus

- Fraktur kepala talus

Pemeriksaan fisik

Mengalami kecelakaan berat (tabrakan mobil jatuh dari ketinggian).

Terasa sakit sekali di daerah pergelangan kaki dan kaki. Daerah pergelangan kaki

dan kaki sangat membengkak.

Radiologi

Proyeksi anterioposterior dan obliqus untuk melihat daerah korpus talus.

Proyeksi lateral untuk melihat daerah leher dan kepala talus.

Penanggulangan

Bila tidak terjadi dislokasi fragmenya, dilakukan imobilisasi dengan gips

sirkuler di bawah lutut. Gips dipertahankan + 3 bulan sampai terjadi union. Bila

terjadi dislokasi, dicoba dengan melakukan reposisi dalam narkose. Bila

kedudukan berhasil baik,dipasang imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah lutut.

Bila kedudukan fragmennya tetap dislokasi,dilakukan operasi open reduksi

difiksasi dengan skrup.

Komplikasi

- Infeksi

- Mal union

- Avaskuler nekrosis

- Delayed union

- Artritis post traumatika


FRAKTUR KALKANEUS

Tulang kalkaneus terdiri dari tulang spongiosa,dengan korteks yang tipis.

Pada tulang kalkaneus kaya akan vaskularisasi ,maka mudah dimengerti pada

fraktur kalkaneus mudah terjadi penyembuhan.

Mekanisme trauma

Dapat disebabkan daya puntir yang akan menyebabkan terjadinya fraktur

kalkaneus ekstraartikular. Sedangkan daya tekan vertikel akibat jatuh dari

ketinggian akan menyebabkan

fraktur intrartikular.

Klasifikasi

Ekstrartikular fraktur,dimana garis patahnya tidak menembus permukaan

sendi subtalar.

Intraartikular fraktur, dimana garis patah menembus permukaan sendi subtalar.

Pemeriksaan fisik

Rasa sakit dan nyeri tekan di daerah sinus tarsi. Bengkak pada jenis

ekstraartikular tidak begitu jelas. Penderita tak dapat bediri. Pada jenis

intraartikular pembengkakan tumit pada daerah yang patah lebih pendek. Harus

diperhatikan pula kemungkinan adanya nyeri di daerah lumbal atau dorsolumbal.

Kemungkinan adanya fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakalis. Hal ini

penting karena menurut carve 10% dari fraktur kalkaneus diikuti oleh fraktur

vertebra lumbal atau vertebra torakal.

Radiologi
Proyeksi anteroposterior,proyeksi lateral dan proyeksi aksial

Penanggulangan

Pada jenis ekstraartikular,bila tidak terjadi dislokasi garis patahnya cukup

dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler dibawah lutut. Bila terjadi dislokasi

dilakukan reposisi dengan menekan fragmen yang menonjol kea rah dalam posisi

kaki dibuat equines,baru dipasang gips sirkuler di bawah lutut. Untuk jenis

intraartikular dimana permukaan sendi subtalar amblas,harus dilakukan open

reduksi. Yang amblas diangkat kembali dan daerah yang berlubang ditanam alih

tulang spongiosa,setelah itu dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah

lutut + 6 minggu.

Komplikasi

- Mal union

- Artritis post traumatic

FRAKTUR METATARSAL

Mekanisme trauma

Trauma langsung (direct), karena kejatuhan barang yang cukup berat atau

karena trauma tak langsung (indirect),hal ini dapat terjadi sewaktu kaki menginjak

tanah dengan kuat secara tibatiba badan melakukan gerakan putar.

Pemeriksaan fisik

Penderita mengeluh sakit di daerah pedis. Tampak pembengkakan dan

ekimosis. Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan,krepitasi dan nyeri sumbu.

Radiologi

- Proyeksi anteroposterior
- Proyeksi oblique

- Proyeksi lateral

Penanggulangan

Bila fragmen fraktur tak menglami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan

pemasangan gips sirkuler (short walking cast),dipertahankan sampai 4-6 minggu.

Bila terjadi dislokasi terutama pada kepala metatarsal kea rah plantar harus

dilakukan reposisi tertutup. Kalau gagl dilakukan open reduksi dengan

pemasangan internl fiksasi dengan Kirschner wire.


BAB III

KESIMPULAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya

kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, atau

karenakondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ osteoporosis.

Jenis Fraktur ekstremitas inferior:

Fraktur Kolum Femur

Fraktur intertrokanter femur

Fraktur subtrokanter femur

Fraktur batang femur (dewasa)

Fraktur batang femur (anak-anak)

Fraktur proksimal tibia (bumper fraktur atau fraktur tibia plateau)

Fraktur tulang tibia dan fibula

Fraktur dan fraktur dislokasi dari pergelangan kaki

Fraktur talus

Fraktur kalkaneus

Fraktur kalkaneus
DAFTAR PUSTAKA

1. Malueka, Rusdy Gazhali. 2006. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka

Cendekia Press. Hlm. 1, 91-111.

2. Amstrong Peter, L. Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik.

Jakarta:EGC.

3. Errol Untung Hutagalung, Saukani Gumai, Bambang Budyatmoko.2005.

Neoplasma Tulang : Diagnosis dan Terapi. PT. Galaxy Puspa Mega. Jatiwaringin.

4. Rasad Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.

5. Sloane E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Edisi bahasa Indonesia.

Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

6. Organisasi Kesehatan Dunia. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.

Jakarta:EGC.

7. Sandstorm, Staffan.MD. 2011. WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik.

Jakarta: EGC. Hlm. 65-90.

Anda mungkin juga menyukai