Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

“ UJI MIKROSTRUKTUR “

Di Susun Oleh Kelompok 6 :

1. TRIYONO 13510816
2. YAYANG ADI MAHARDIKA 13510821
3. PRAYUDI LESTANTYO 13510825
4. RAGIL FITRI NURCAHYO 13510833
5. MOCH. SOFYAN ANAS 13510854

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo Tlp. 0352 481124 Ponorogo

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM UJI LOGAM

(UJI MIKROSTRUKTUR)

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

FAKULTAS TEKNIK (TEKNIK MESIN)

Berdasarkan hasil praktikum Uji Logam yang dilaksanakan di


Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.
Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Ponorogo,....Januari 2017

Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing

MUNAJI, S.Si, M.Si Ir. MUH MALYADI, MM


NIK. 1984 0805 2013 09 13 NIK. 1960 1117 1990 09 12

Mengetahui,

Ka Prodi Teknik Mesin

WAWAN TRISNADI P, ST.MT


NIK. 1980200220 201309 13

2
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo Tlp. 0352 481124 Ponorogo

LEMBAR ASISTEN

No. Tanggal Catatan Asisten Paraf

Ponorogo, .....Januari 2017

Dosen Pembimbing

Ir. MUH MALYADI, MM

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahan-bahan dari unsure logam, terutamanya baja dalam


dunia mekanis sudah sangat massif. Banyaknya jenis baja dengan sifat yang
berbeda=beda akan mendatangkan manfaat yang besar apabila pemilihan jenis
baja dilakukan dengan benar. Sebaliknya apabila pemilihan baja salah maka
akibatnya akan sangat fatal.
Pemilihan jenis baja biasanya dilakukan berdasarkan sifat mekanik, fisik,
serta kimia dari suatu bahan. Praktikum pengujian logam adalah pembelajaran
praktis secara pendalaman teoritis pengujian logam (tata cara / metode untuk
mengetahui sifat logam). Masing-masing metode akan menghasilkan
pengetahuan tentang sifat dari logam. Sudah begitu banyak studi yang dapat
menggambarkan ketiga sifat diatas dalam sebuah table, grafik, ataupun outlet-
outlet lain sehingga dapat kita manfaatkan sebagai acuan pemilihan bahan.
Meskipun demikian, penguasaan teoritis serta praktis dari pengujian logam
bagi seseorang engineer tetap diperlukan karena tidak semua jenis logam telah
diketahui dan dibukukan sifat-sifatnya.Lain dari itu, penggunaan referensi
sebagai acuan pemilihan bahan dalam pengerjaan dengan tingkat ketelitian
yang tinggi memerlukan suatu pengujian.Paparan diatas kiranya cukup menjadi
latarbelakang dilaksanakannya praktikum pengujian mikrostruktur ini.

1.2 Tujuan Pengamatan Mikrostruktur

Tujuan pengamatan mikrostruktur adalah:


1. untuk mengetahui prosentasi perubahan struktur mikro suatu logam
sebelum dan sesudah mengalami suatu proses heat treatment
2. mahasiswa dapat memprediksikan perubahan sifat material melalui
pengamatan pada struktur mikro baja.

4
1.3 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan mikrostruktur adalah:


1. Specimen pengamatan mikrostruktur: baja ST 42

2. Cairan etsa
3. Alkohol
4. Kapas
5. Mikroskop logam dan kamera dengan pembesaran 400 kali
6. Media pendingin
7. Mistar ingsut (jangka sorong)
8. Dapur listrik (furnace)
9. Mesin poles

5
BAB II

PROSEDUR PENGAMATAN MIKROSTRUKTUR

2.1 Sebelum Heat Treatment

a. Haluskan permukaan pada bagian penampang lintang specimen


b. Pastikan bahwa tidak ada goresan pada permukaan specimen
c. Oleskan larutan etsa pada permukaan specimen
d. Letakkan specimen pada landasan dari mikroskop metalurgi
e. Lakukan pengamatan pada mikroskop dan pastikan bahwa gambar
struktur terlihat dengan jelas
f. Lakukan pemotretan pada gambar struktur logam yang diamati

2.2 Heat Treatment

a. Bersihkan specimen dari kotoran


b. Tentukan tipe heat treatment yang akan dilakukan
c. Masukkan specimen ke dalam dapur listrik
d. Lakukan pemanasan specimen hingga mencapai temperature dan holding
time yang telah ditentukan
e. Keluarkan specimen dari furnace dan lakukan pendinginan dengan media
yang telah ditentukan

2.3 Setelah Heat Treatment

a. Haluskan permukaan pada bagian penampang lintang specimen


b. Pastikan bahwa tidak ada goresan pada permukaan spescimen
c. Oleskan larutan etsa pada permukaan specimen
d. Letakkan specimen pada landasan dari mikroskop metalurgi
e. Lakukan pengamatan pada mikroskop dan pastikan bahwa gambar
struktur terlihat dengan jelas
f. Lakukan pemotretan pada gambar struktur logam yang diamati.

6
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Mikroskop

Mikroskop adalah alat untuk melihat benda yang sangat kecil kemuian
dilakukan pembesaran dengan skala tertentu sesuai dengan kemampuan
mikroskop tersebut.
Bagian-bagian dari mikroskop yaitu:
 Lensa obyektif, untuk melihat benda sebagai obyek dan akan dihasilkan
bayangan nyat, diperbesar dan terbalik
 Lensa okuler, sebagai loop yang akan menghasilkan bayangan maya
diperbesar yang terletak antara titik dekat mata sampai titik terjauh tak
terhingga.
Macam-macam mikroskop:
 Mikroskop monokuler
Mikroskop jenis ini mempunyai satu lensa okuler, namun banyak dipakai
dalam bidang kedokteran.
 Mikroskop logam
 Mikroskop jenis ini digunakan untuk melihat struktur logam, mengamati
cacat logam dan bagian yang tidak teratur pada logam, dapat juga
mengamati bagian yang patah, rapuh dan keuletan karena dapat
mengetahui kandungan ferrit, perrit dan austenite.

7
3.2Diagram Fe-Fe3C Dan Cara Penggunaanya

Keterangan gambar:
A. Titik cair besi
B. Titik pada cairan yang ada hubungannya dengan reaksi peritektoid
H. Larutan padat  yang ada hubungannya dengan reaksi peritektoid. Kelarutan
karbon maksimal 0,10%.
J. Titik pritektoit, selama pendinginan austenite pada komposisi J, fasa  terbentuk
dari larutan padat  komposisi H dan cairan pada komposisi B.
N. Titik transportasi dari besi  titik besi, titik transformasi A4 dari besi murni.

8
C.titik eutiktoid, selama pendinginan fasa  dengan komposisi E sementit pada
komposisi F (6,67%C) terbentuk dari cairan pada komposisi C. fasa ini disebut
ledeburit.
E. titik yang menyatakan fasa  ada hubungannya dengan reaksi eutektik.
Kelarutan maksimal dari karbon 2,14% paduan karbon sampai pada komposisi
ini disebut baja.
G. titik transportasi besi  titik transportasi A3 untuk besi.
P. titik yang menyatakan ferit, fasa  ada hubungan dengan reaksi eutektik.
Kelarutan maksimal dari karbon kira-kira 0,02%.
S. titik eutetoid selama pendinginan ferit pada komposisi P dan sementit pada
komposisi K (sama dengan F) terbentuk simultan dari austenite pada
komposisi F. reaksi ini disebut transportasi A1 dan fasa eutectoid dinamakan
perlit.
GS. Garis yang menyatakan hubungan antara temperature dan komposisi dimana
mulai terbentuk sementit dari austetit dimana garis Acm.
A2 titik transportasi magnetic untuk besi atau ferit
A1titik transportasi magnetic untuk sementit
Nama atau istilah yang terdapat pada diagram fase besi karbida besi yaitu:
Kandungan carbon
 0,008 %C = batas kelarutan maksimum carbon pada ferrite pada
temperature kamar
 0,025 %C = batas kelarutan maksimum carbon pada ferrite pada
temperature 723 derajat celcius
 0,83 %C = titik eutectoid
 2 %C = batas kelarutan carbon pada besi gamma pada temperature 1130
derajat celcius
 4,3 %C = titik eutectic
 0,1 %C = batas kelarutan carbon pada besi delta pada temperature 1493
derajat celcius

9
Garis-garis
 Garis liquidus adalah garis yang menujukkan awal dari proses pendinginan
(pembekuan)
 Garis solidus adalah garis yang menunjukkan akhir dari proses pembekuan
(pendinginan)
 Garis solvus adalah garis yang menunjukkan batas antara fasa padat
dengan fasa padat atau solid solution dengan solid solution
 Garis Acm = garis kelarutan karbon pada besi gamma (austenite)
 Garis A3 =garais temperature dimana terjadi perubahan ferrit menjadi
austenite (gamma) pada pemanasan.
 Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan austenite (gamma)
menjadi ferrit pada pendinginan.
 Garis A0 = garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada
cementic
 Garis A2 = garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada
ferrite
Struktur Mikro
 Ferrite ialah suatu komponen logam yang mempunyai batas maksimum
kelarutan karbon 0,025 %C pada temperature 723 derajat celcius, struktur
kristalnya BCC (body center cubic) dan pada temperature kamar
mempunyai batas kelarutan carbon 0,008 %C
 Austenite adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum
kelarutan carbon 2 %C pada temperature 1130 derjat celcius struktur
kristalnya FCC (Face center cubic)
 Cemented ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsure Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan strukturnya
kristalnya orthorhombic
 Lediburite ialah campuran eustetic antara besi gamma dengan cemented
yang dibentuk pada temperature 1130 derajat celcius dengan kandungan
carbon 4,3 %C

10
 Pearlite ialah campuran eutectoid antara Ferrite dengan cemented yang
dibentuk pada temperature 723 derajat celcius dengan kandungan carbon
0,83 %C
3.3CCT Diagram

Seperti untuk pemanasan diagram, penting untuk menyatakan dengan jelas


apa jenis diagram kurva berasal dari transformasikan pendinginan.
Penggunaan tingkat pendinginan yang kontans sangat umu dalam praktek
eksperimen.Namun rezim ini sangat jarang terjadi dalam situasi praktis. Satu
juga dapat menemukan kurva untuk apa yang disebut tingkat pendinginan.
Kurva ini mensimulasikan perilaku di pedalaman sebagian besar seperti laju
pendinginan bar jominy agak jauh dari ujung padam.
Dekat kepermukaan karakteristik pendinginan langka bisa sangat komplek.
Setiap diagram CCT berisi keluarga lengkungmewakili tingkat pendinginan
pada kedalaman yang berbeda dari silinder dengan 300 mm(12 in) diameter.
Paling lambat laju pendinginan adalah pusat silinder.Semakin parah media
pendinginan, semakin lama waktu kurva C berbentuk dialuhkan, M suhu
terpengaruh.

11
Perlu dicatat bahwa, diagram transformasi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi respon terhadap sejarah termal yang sangat jauh berbeda dari
yang digunakan untuk membangun diagram. Misalnya, pertama pendinginan
cepat sedikit diatas Ms dan kemudian memanaskan ke suhu yang lebih tinggi
akan memberikan transformasi lebih cepat dari pada yang ditunjukkan pada
diagram IT karena nukleas sanat dipercepat selama quench penghantar. Juga
harus diingat bahwa diagram transformasi peka terhadap konten paduan yang
tepat dalam diagram rentang komposisi yang diijinka.

12
3.4Kristalisasi

Kristalisasi yaitu proses pembentukan Kristal yang terjadi saat


pembekuan, perubahan dari fase cair ke fase padat. Dilihat dari mekanismenya
kristalisasi terjadi melalui dua tahap yaitu:
1. Pembentukan inti atau pengintian (neuleation)
2. Pertumbuhan Kristal (crystal growth)
Dalam keadaan cair dengan temperature yang relative tinggi, atom
memiliki yang cukup banyak sehingga mudah bergerak, tidak ada pengaturan
letak atom relative satu terhadap bergerak dan mulai mencari kedudukan
relative terhadap atom lain, dimana sekelompok atom akan menyusun bentuk
inti Kristal.
Dengan makin turunya temperature makin banyak atom yang ikut
bergabung dengan inti Kristal. Setiap initi akan tumbuh dengan menarik atom-
atom lain dari cairan atau dari inti yang tidak sempat untuk mengisi tempat
kosong pada lattice yang akan dibentuk.
Pertumbuhan ini berlangsung dari tempat yang lebih dingin menuju ke
tempat yang panas.Pertumbuhan ini tidak bergerak lurus tetapi mulai
membentuk cabang-cabang dan ranting.Struktur ini disebut struktur
dendrite.Dendrite ini tumbuh ke segala arah.
Pertemuan satu dendrtit Kristal dengan lainnya dinamakan batas butir yang
merupakan bidang yang membatasi antara dua Kristal.Batas butir adalah
tempat dimana terdapat ketidakteraturan susunan atom dan mengandung
unsure-unsur ikutan (impurity).

3.6 Pengaruh Media Pendinginan Terhadap Kekerasan Logam

Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada laju pendinginan, kadar


karbon dan unsure paduan lain pada logam akan mempengaruhi kemampuan
pengerasan (hardinability).
Pada diagram transformasi jelas diperlukan pendinginan yang cepat untuk
mencegah perpotongan dengan ujung kurva sehingga dapat diperoleh struktur
martesit. Untuk baja karbon rendah dan baja karbon sedang biasanya
pendinginan dilakukan dengan media air. Dengan oli atau media lain sebagai

13
media pendingin maka kecepatan pendinginan akan berbeda sehingga dapat
diperoleh baja dengan berbagai tingkat kekerasan. Untuk pendinginan yang
cepat digunakan air yang disemprotkan.
Media pendingin seperti air, oli, minyak, udara dan furnace sangat
mempengaruhi kekerasan logam artinya logam tersebut akan mempunayi
kekerasan yang tinggi dikarenakan pendinginan secara tiba-tiba sehingga
austenite akan berubah menjadi martenit. Sedangkan media pendingin furnace
cenderung bersifat lunak karena sistem dari pendingin dilakukan secara lambat
dan kadar karbon sangat tinggi dan pendinginann dengan udara bebas akan
menghasilkan struktur butiran yang halus dan seragam sehingga kekerasan
logam rendah.

3.7 Pengaruh Media Pendinginan Terhadap Perubahan Jenis Struktur

Mikro

Bila suatu logam telah mengalami proses heat treatmen dan didinginkan
maka akan mengalami proses pembekuan. Sifat-sifat logam terutama sift
mekani dipengaruhi oleh struktur miko dan komposisi kimianya. Sstruktur
miko dapat dirubah dengan jalan memberikan proses heat treatmen dan proses
deformasi pada specimen.
Pendinginan yang cepat kedalam air akan mendapatkan struktur martensit.
Struktur martensit adalah struktur yang keras, sementip yang lebih keras,
sedikit terdapat secara bebas dan dalam jumlah kecil sehingga pengaruhnya
terhadap kekerasan logam dapat diabaikan.Pencelupan secara cepat berarti
austenite berubah menjadi martensit dan tidak berbentuk perlit.

3.8 Struktur Kristal

Semua logam sebagian besar keramik dan beberapa polimer membentuk


Kristal ketika bahan tersebut membeku.Dengan ini dimaksudkan bahwa atom-
atom mengatum diri secara teratur dan berulang dalam pola tiga
dimensi.Struktur semacam ini disebut Kristal.

14
a. Struktur bodicententer (BCC) atau kubus pemusatan ruang
Besi mempunyai struktur kubus pada suhu ruang, sel satuan besi
mempunyai atom pada titik sudut kubus dan satu atom pada pusat kubus. Pada
struktur kubus pemusatan ruang (KPR) tiap atom besi dikelilingi oleh 8atom
tetangga, baik yang terletak pada titik sudut maupun atom dipusat sel satuan
oleh karena itu, setiap atom mempunyai lingkungan geometric yang sama. Sel
satuan kpr mempunyai 2 atom yaitu 1 atom dipusat kubus dan 8 seperdelapan
atom pada delapan titik sudutnya. Dalam logam antara kontak kisi a dan jari-
jari atom R terdapat hubungan sebagai berikut :
4𝑅
(𝛼𝑘𝑝𝑟 ) log 𝑎𝑚 =
√3

15
Sel satuan kpr (logam) struktur logam kpr mempunyai dua buah atom per
sel satuan dan factor tumpukan atom sebesar 0,68 hubungan antara konstanta
kisi a dan jari-jari atom mempunyai hubungan sesuai dengan persamaan:
2(4𝜋𝑅/√3)
𝐹𝑇 =
𝛼3

b. Struktur face centered cubic (FCC) atau kubus pemusatan sisi


Sel satuan logam struktur kps mempunyai 4 kali lebih banyak atom, yaitu
kedelapan atom pada titik sudut menghasilkan satu atom dan keenam bidang
sisi menghasilkan 3 atom per sel satuan. Dalam logam hubungan antara
konstanta kisi a dengan jari-jari R adalah:
4𝑅
(𝛼𝑘𝑝𝑟 ) log 𝑎𝑚 =
√2

16
Sel satuan kps (logam) struktur kps mempunyai empat atom per sel satuan
dan factor tumpukan sebesar 0,74 hubungan antara konstanta kisi a dengan jari-
jari atom dinyatakan oleh persamaan:
2(4𝜋𝑅/√3)
𝐹𝑇 =
𝛼3

c. Struktur hexsagonal closed packed (HCP) atau hexagonal tumpukan padat


Pada struktur ini mempunyai suhu alas 120odan 60o sel-sel ini tidak
mempunyai posisi dalam sel yang ekivalen dengan posisi sudut meskipun
volume sel pada gambar a tiga kali besarnya disbanding dengan volume sel
pada gambar b terdapat jumlah atom tiga kali lebih besar pula (3:1). Oleh
karena itu jumlah atom persatuan volume tetap sama.
Sel satuan hexagonal dengan ac, sudut alas 120o dan sudut vertical 90o
Heksagonal tumpukan padat dibentuk oleh magnesium, struktur ini mempunyai
tumpukan yang lebih padat dibandingkan dengan struktur sel satuan
heksagonal sederhana.

Struktur yang baru ini disebut ferrit atau besi alpha dan merupakan larutan
padat karbon besi alpha.Perlit tampak sebagai lapisan yang terdiri dari lempeng
ferrit dan karbida besi berselang-seling.Disebut karena perlit mirip lapisan
mutiara.
Baja yang berkadar karbon 0,80% disebut baja eutectoid strukturnya
terdiri dari 100% perlit, ini terjadi pada suhu dimana ferit mulai terbentuk dan
mengendap dari austenite turun. Titik eutectoid adalah suhu terendah dalam
logam dimana terjadi perubahan dalam larutan padat yang merupakan suhu
keseimbangan terendah dimana austenite terurai menjadi ferit dan sementit.
Bila kadar karbon besi lebih besar daripada eutectoid. Sementit sangat keras
dan rapuh. Baja yang mengandung kadar karbon kurang dari eutectoid (0,8%)

17
disebut baja hipoeutektoid, dan baja dengan kadar karbon lebih dari eutectoid
disebut hipereutektoid.
Pada gambar memperlihatkan struktur besi murni atau ferit dengan
meningkatkan kadar karbonnya sampai 0,80% jumlah daerah yang gelap atau
perlit meningkat, sedangkan daerah yang terang atau ferit akan berkurang dan
pada karbon 0,70% hampir seluruh struktur terdiri dari perlit dengan kadar
karbon 1,41% daerah perlit berkurang dan daerah yang terang pada batas-batas
butir adalah cementit dan perlit.
Dalam baja 1.41% karbon jumlah sementit maksimal yaitu sekitar 11%
struktur yang diperlihatkan digambar tersebut yang diperoleh melalui
pendinginan paduan besi carbon secara perlahan-lahan.

18
BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1 Bahan Dan Perlakuan

a. Nama atau jenis bahan : ST42

b. Temperature ruang :27oC

c. Temperatur heating : 800oC

d. Lama holding : 25 menit

e. Media pendingin : oli

4.2 Data Hasil Pengamatan

a. Gambar mikrostruktur sebelum heat treatment

Untuk melakukan pengamatan selanjutnya gambar mikrostruktur sebelum


heat treatment dibagi menjadi 10 bagian. Pengamatan dilakukan dengan
bantuan software dengan cara menampilkan grid pada permukaan gambar.
Hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut:

19
20
21
22
4.3 Analisa Data Pengamatan

a. Sebelum Heat Treatment

No. Terang(x) Gelap (y) x-x (x-x)2 y-y (y-y)2


1 37 13 4.1 16.8 -4.1 16.8
2 31 19 -1.9 3.6 1.9 3.6
3 38 12 5.1 26.0 -5.1 26.0
4 36 14 3.1 9.6 -3.1 9.6
5 32 18 -0.9 0.8 0.9 0.8
6 30 20 -2.9 8.4 2.9 8.4
7 33 17 0.1 0.0 -0.1 0.0
8 38 12 5.1 26.0 -5.1 26.0
9 31 19 -1.9 3.0 1.9 3.0
10 23 27 -9.9 98.0 9.9 98.0
Jml 329 171 0.0 129.9 0.0 129.9

No Keterangan Terang Gelap


a. Nilai rata- ∑ 𝑥 329 ∑ 𝑥 171
rata 𝑥̅ = = = 32.9 𝑥̅ = = = 17.1
𝑛 10 𝑛 10
b. Standart ∑(𝑥 − 𝑥)2 1929 ∑(𝑥 − 𝑥)2 1929
𝑆𝑑 = √ = √ = 4.63 𝑆𝑑 = √ = √ = 4.63
deviasi (𝑛 − 1) (10 − 1) (𝑛 − 1) (10 − 1)

c. Simpangan ∑(𝑥 − 𝑥)2 1929 ∑(𝑥 − 𝑥)2 1929


rata-rata 𝑆𝑑 = √ = √ = 1.46 𝑆𝑑 = √ = √ = 1.46
𝑛(𝑛 − 1) 10(10 − 1) 𝑛(𝑛 − 1) 10(10 − 1)

d. Kesalahan 𝑆𝑑 𝑆𝑑
relative 𝐾𝑟 = 𝑥100% = 4.44% 𝐾𝑟 = 𝑥100% = 8.54%
𝑥 𝑥
e. Keseksamaan 𝐾 = 100% − 𝐾𝑟 = 95.6% 𝐾 = 100% − 𝐾𝑟 = 91.46%

f. Hasil 𝐻𝑝 = 𝑥 ± 𝑆𝑑 = 32.9 ± 1.46 𝐻𝑝 = 𝑥 ± 𝑆𝑑 = 17.1 ± 1.46


pengukuran

23
b. setelah heat treatment

No. Terang(x) Gelap (y) x-x (x-x)2 y-y (y-y)2


1 17 33 -3.2 10.24 3.2 10.24
2 21 29 0.8 0.64 -0.8 0.64
3 16 34 -4.2 17.64 4.2 17.64
4 23 27 2.8 7.84 -2.8 7.84
5 27 23 6.8 46.24 -6.8 46.24
6 15 35 -5.2 27.04 5.2 27.04
7 12 38 -8.2 67.24 8.2 67.24
8 21 29 0.8 0.64 -0.8 0.64
9 26 24 5.8 33.64 -5.8 33.64
10 24 26 3.8 14.44 -3.8 14.44
Jml 202 298 0.0 225.60 0.0 225.60

No Keterangan Terang Gelap


a. Nilai rata-rata ∑ 𝑥 202 ∑ 𝑥 298
𝑥̅ = = = 20.2 𝑥̅ = = = 29.8
𝑛 10 𝑛 10
b. Standart ∑(𝑥 − 𝑥)2 22560 ∑(𝑥 − 𝑥)2 22560
𝑆𝑑 = √ = √ = 5.01 𝑆𝑑 = √ = √ = 5.01
deviasi (𝑛 − 1) (10 − 1) (𝑛 − 1) (10 − 1)
c. Simpangan ∑(𝑥 − 𝑥)2 22560 ∑(𝑥 − 𝑥)2 22560
rata-rata 𝑆𝑑 = √ = √ = 1.8 𝑆𝑑 = √ = √ = 1.8
𝑛(𝑛 − 1) 10(10 − 1) 𝑛(𝑛 − 1) 10(10 − 1)
d. Kesalahan 𝑆𝑑 𝑆𝑑
relative 𝐾𝑟 = 𝑥100% = 7.8% 𝐾𝑟 = 𝑥100% = 5.3%
𝑥 𝑥
e. Keseksamaan 𝐾 = 100% − 𝐾𝑟 = 92.2% 𝐾 = 100% − 𝐾𝑟 = 94.7%

f. Hasil 𝐻𝑝 = 𝑥 ± 𝑆𝑑 = 20.2 ± 1.58 𝐻𝑝 = 𝑥 ± 𝑆𝑑 = 29.8 ± 1.58


pengukuran

24
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sebelum Heat Treatment

Pada foto mikrostruktur baja 42 sebelum heat treatment terlihat dua warna
yang berbeda yaitu warna terang (ferit) dan warna gelap (perlit).Nilai rata-rata
warna terang dan gelap berturut-turut adalah 32.9 dan 17.1.hasil analisa data
yang berupa standar deviasi, simpangan rata-rata. Kesalahan relative,
keseksamaan, dan hasil pengukuran tidak menunjukkan tingkat akurasi data
karena masing-masing bagian foto adalah hal-hal yang berbeda sehingga
analisa seperti di atas sebenarnya tidak bisa dilakukan. Meskipun demikian
hasil analisa diatas tetap memiliki makna.Nilai simpangan rata-rata sebesar
1.46 menunjukkan selisih warna masing-masing bagian.Artinya ada
ketidakseragaman struktur mikro baja ST42.Lain halnya dengan kesalahan
relative, keseksamaan, dan hasil pengukuran tidak dapat dijadikan acuan
karena hasil analisa pada warna terang dan gelap memiliki nilai yang berbeda
padahal kedua data tersebut diambil dari sebuah sampel yang nilainya tidak
mungkin berbeda.

5.2 Saat Heat Treatment

Perlakuan panas yang diberikan pada specimen adalah hardening, yang di


dalamnya terdapat 3 proses yaitu heating sampai pada temperature austenisasi,
holding pada suhu austenisasi, dan quenching.
Peningkatan perlit yang hanya sedikit saja menggambarkan kenaikkan
nilai kekerasan yang tidak signifikan.Hal ini disebabkan karena tidak mencapai
suhu austenisasi. Menurut DIN 17100 baja ST 42 memiliki kadar karbon <=
0,21%, sehingga apabila kita melihat diagram fase Fe-Fe3C maka suhu
austenisasi baja adalah  900oC. Heating yang dilakukan saat praktikum hanya
mencapai 800oC, artinya belum mencapai suhu austenisasi sehingga quench
tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap specimen.

25
5.3 Setelah Heat Treatment

Pada foto mikrostruktur baja 42 sebelum heat treatment terlihat dua warna
yang berbeda yaitu warna terang (ferit) dan warna gelap (perlit).Nilai rata-rata
warna terang dan gelap berturut-turut adalah 20.2 dan 29.8.hasil analisa data
yang berupa standar deviasi, simpangan rata-rata. Kesalahan relative,
keseksamaan, dan hasil pengukuran tidak menunjukkan tingkat akurasi data
karena masing-masing bagian foto adalah hal-hal yang berbeda sehingga
analisa seperti di atas sebenarnya tidak bisa dilakukan. Meskipun demikian
hasil analisa diatas tetap memiliki makna.Nilai simpangan rata-rata sebesar
1.58 menunjukkan selisih warna masing-masing bagian.Artinya ada
ketidakseragaman struktur mikro baja ST42.Lain halnya dengan kesalahan
relative, keseksamaan, dan hasil pengukuran tidak dapat dijadikan acuan
karena hasil analisa pada warna terang dan gelap memiliki nilai yang berbeda
padahal kedua data tersebut diambil dari sebuah sampel yang nilainya tidak
mungkin berbeda.
Simpangan rata-rata setelah heat treatment lebih besar daripada simpangan
rata-rata sebelum heat treatment. Artinya setelah dilakukan heat treatmen
struktur baja ST 42 semakin tidak seragam, ini disebabkan karena proses
pendinginan berlangsung terlalu cepat sehingga austenite yang terbentuk saat
holding belum sempat kembali ke posisi semula saat quenching. Sehingga
dapat kita prediksikan bahwa keuletan baja akan turun meski tidak terlampau
besar.
Setelah heat treatment juga terjadi perubahan pada besarnya warna terang
(ferit) dan warna gelap (perlit).Warna gelap (perlit) semakin banyak,
sebaliknya warna terang (ferit) semakin berkurang.Artinya nilai kekerasan baja
ST 42 semakin meningkat.

26
BAB VI

KESIMPULAN

Pada foto mikrostruktur baja ST 42 sebelum heat treatment prosentase


warna terang adalah 65,8% sedangkan warna gelap adalah 34,2%. Setelah
dilakukan heat treatment warna terang berkurang menjadi 40,4% sedangkan
warna gelap meningkat menjadi 59,6%.
Dari hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa setalah
treatment kekuatan dan kekerasaannya turun.

27
DAFTAR PUSTAKA

 George , E. Dieter. Sriati, Djaprie. Metalurgi Mekanik I. Erlangga. Jakarta.

1993

 Laurence, H. Van Vlack. Sriati, Djaprie. Ilmu Teknologi Bahan. Elangga.

Jakarta. 1995

28

Anda mungkin juga menyukai