PAPDI Nutrisi PDF
PAPDI Nutrisi PDF
Ka rd iova sku le r
Respirasi
E ritro s it
319
320 NUTRISII
Untuk memahami metabolisme produksi jaringan dan dari satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil
proses regenerasi dapat dapat disimak perubahan dari telur dari asam amino yang lain. Dipeptida saling berikatan
ke anak ayam. Dalam proses perubahan telur menjadi aayam membentuk polipeptida dan selanjutnya menjadi struktur
dibutuhkan energi CO, dan O, dan proses pengeraman. proteln.
Melalui proses metabolisme dalam telur putih dan kuning
Lipid. Lipid selain berperan sebagai sumber energi juga
telur serta faktor genetik membentuk bagian-bagian dari
mempunyai peran sebagai reglolator metabolic.
organ tubuh dari anak ayam.
Metabolisme Lipid untuk Energi dari Makanan. Trigliserida
terdiri dari gliserol dan asam lemak. Gliserol akan dipecah
menjadi gliserophosfat kemudian piruvat dan benruk
+ Cor+ 0,
Anak Ayam akhirnya asetil CoA yang masuk proses metabolisme
melalui Siklus Krebs. Sedang asam lemak sendiri terdiri
Em brio rival
dari asam lemak esensial (Omega3, omega 6 dan
(gen) Arakhidonat), sedang asam lemak essensial dipecah
+ menjadi Asetil CoA untuk memproduksi kolesterol.
Putih Telur Kolesterol sendiri mempunyai peran untuk pembentukan
+
Kuning Telur membran sel, sebagai bagian dari garam empedu untuk
proses digesti lemak (emulsi lemak) dan peran kolesterol
Gambar 4. Problematik keilmuan produksi jaringan dan lain untuk membnetuk berbagai hormon yang dibutuhkan
regenerasi dari zat gizi oleh tubuh seperti kortisol, aldosteron, testosterone serta
estrogen dan progesterone.
Karbohidrat. Metabolisme karbohidrat meliputi: 1).
Pembentukan ATP melalui glukosa, galaktosa, dan
fruktosa; 2). Membentuk Karboprotein; 3). Glukosa
Air : Pembentuk tubuh terpenting dalam bentuk cair .
6|%oberatbadan terdiri dari air. Airyang ada didalam rubuh
membentuk ribosa untuk sintesis asam nukleat; 4).
terdapat pada intravascular, intraselular, cairan interstitial.
Konservasi karbohidrat glikogen.
Air juga berperan sebagai pelarut untuk eliminasi zat sisa
yang tak berguna (end product).
Suks nl CoA
dan protein. Ada 2 jenis Interaksi dan Interrelasi : a). Saling AIP + CO.+ H,O
menjadi; b). Konversi membentuk energi (Glukoneogenesis).
Metabolisme energi berpusatpada siklus Krebb atau Gambar 7. Siklus Krebs + oksidatif fosforilasi perhatikan produksi
CO, dan masuknya Oksigen
siklus asam Sitrat. Sebagai awal metabolisme adalah
masuknya piruvat kedalam mitokondria oleh enzim piruvat
karboksilase menj adi Acetyl COA + CO2.
Apabila persediaan piruvat (dari glukosa : I glukosa
+ 2 piruvat) atau kekurangan glukosa misalnya waktu
puasa, starvesi/kelaparan), terjadilah apa yang disebut Asam lemak bebas (Free FattY
glukoneogenesis. Sebenarnya glukoneogenesis kurang Acrd(FAA) & oksidasi Asam
Lemak
tepat karena lipid dan asam amino untuk di rubah ke proses
energi melalui berbagai jalur.
Keterkaitan ketiga unsur gizi utama ini yaitu
karbohidrat, lemak dan protein tampak lebih jelas pada
proses glukoneogenesis dan siklus Krebs. Penjabaran
peristiwa tersebut adalah sebagai berikut:
Lipid
Lipid berasal dari kilomikron yang terdiri atas Trigliserid,
fosfolipid dan apoprotein sebagai pembawa dalam plasma'
Trigliseride yang berasal dari kilomikron oleh enzim lipo-
protein lipase dari endothel di pecah menjadi gliserol dan
Gambar 6. lnteraksi dan interrelasi
asam lemak bebas. Gliserol masuk ke rantai glukolisis
menjadi glisero fosfat kemudian menjadi piruvat.
Karbohidrat
Molekul karbohidrat awal adalah amilum yang di dalam Asam lemak bebas(Free FaltyAcid=FM) masukke sel
usus dipecah menjadi glukosa-fruktosa- galaktosa' setelah diaktifkan menjadiAsil CoA, kemudian masuk ke
Fruktosa menjadi fruktosa 6 fosfat masuk dalam rantai mitokondira dengan pembawanya carnitine' Dalam
glukolisis. Galaktosa dalam hati diubah menjadi glukosa' mitokondria asam lemakyang telah aktif berkat Co enzim
Sehingga akhirnya dapat dipahami bahwa subtrat energi A (Co A) dipotong secara berturut-turut dengan
yang terpenting adalah glukosa. melepaskan asetil Co A lalu masuk ke dalam siklus Krebb'
322 NUTRISI
KONSERVASI ENERGI
Gambar 9. Masuknya asam amino dalam metabolisme energi
Konservasi energi dalam badan hanya ada 2 jenis, yaitu:
1). Glikogen. Disimpan dalam sel hati dan otot, karena itu
ada gerukan glikogen hati dan glikogen rantai otot, yang berinteraksi dan berinterelasi dalam rangka menghasilkan
merupakan rantai glukosa. Dalam keadaan puasa dimana energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
tidak ada asupan karbohidrat, maka glikogen dimobilisasi.
Peristiwa ini disebut Gluneo glikogeneoisis atau
glukoneogenesis. REFERENSI
2). Jaringan adikosa yang tidak lain adalah molekul
trigliserid. Carpentier. Energy. In: Sobotka L, Allison SP, Furst P, Meier R,
Glikogen dalam keadaan normal mampu mencukupi Pertkiewicz M, Soeters PB et al, eds. Basics in clinical nutrition.
kebutuhan kalori selama 13 jam, sedangkan jaringan 2nd ed. Prague: Galen; 2000. p.37-9.
adiposa bisa sampai 40 hari baru habis. Tetapi bila berat Carpentier. Carbohydrate. In: Sobotka L, Allison SP, Furst P, Meier
badan turun sebanyak2}oh akan terjadi banyakperubahan R, Pertkiewicz M, Soeters PB et al, eds. Basics in clinical
struktur jaringan dan membran sel. Jadi batasan st6rvasi nutrition. 2nd ed. Prague: Galen; 2000. p. 39-41.
Carpentier. Lipids. In: Sobotka L, Allison SP, Furst P, Meier R,
yang masih dapat ditolerir oleh badan adalah berkurangnya
Pertkiewicz M, Soeters PB et al, eds. Basics in clinical nuEition.
berat badan dalam waktu singkat sebanyak2}% dari berat
2nd ed. Prague: Galen; 2000. p. 4l-4.
badan. Furst P. Protein and amino acids. In: Sobotka L, Allison SB Furst
P, Meier R, Pertkiewicz M, Soeters PB et al, eds. Basics in
clinical nutrition. 2nd ed. Prague: Galen; 2000. p. 44-50.
KESIMPULAN Greenberger NJ, Isselbacher KJ. Disorders of absorbtion. In: Fauci
AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al, eds. Harrison's principle
Nutrisi merupakan dasarbagi proses penyembuhan. Dalam of internal medicine. 14,b ed. USA: McGraw Hill; 1998. p.
1616-32.
proses penyembuhan tersebut berbagai reaksi ensimatik
terjadi dan hal ini membutuhkan asupan nutrisi yang baik.
Reaksi biokimiawi zat-zat rrtttrisi utama yaitu karbohidrat,
protein dan asam amino dan lipid berlangsung sangat rumit.
Ketiga unsur gizi utama tersebut dalam tubuh saling
50
NUTRISI ENTERAL
Marcellus Simadibrata K
323
324 NUTRISI
Toleransi nutrien
Fungsi gastroin'testin
tidak adekuat
Suplementasi l-^.--*-1
nutrisi parenteral
Lanjut ke diet Iebih
kompleks dan makanan oral
Lanjut ke makanan enteral oral
Sesuai toleransi
Kebutuhan kalori dasar ini harus ditambah dengan Bahan: susu rendah laktosa, telur gula pasir, maizena,
kalori tambahan bila ada komplikasi lain, misalnya infeksi dan minyak kacang; c). Makanan cair tanpa susu (bebas
20-30%, kurang gizi 20-30oh,panas/ demam l\oh tiap laktosa). Bahan: telur, kacang hijau, wortel. jeruk tepung
naik 1"C, aktivitas (ringan, sedang, berat). beras, dan gula pasir; d). Makanan khusus: untuk
3. Secara mudah, untuk pasien penyakit saluran cerna di penyakit hati, rendah protein untuk penyakit ginjal,
Indonesia diusulkan pemberian nutrisi dengan jumlah rendah purin untuk penyakit gout, diet diabetes.
kalori 1 200- 1 500 kalori dengan nutrien lengkap. 2. Makanan/nutrisi enteral formula komersial : Formula
komersial ini berupa bubuk yang siap dicairkan atau
berupa cairan yang dapat segera diberikan. Nilai gizinya
JEN IS MAKANAN/N UTRISI ENTERAL bermacam-macam sesuai kebutuhan, konsistensi dan
o smo laritasny a tetap, pr al<tis menyi apkarmya, dan tidak
badan ideal dengan rumus yang ada. Kebutuhan protein NUTRIS! ENTERAL PADA PENYAKIT GINJAL
yang disepakati sekitar 0,8 gramlkgBB/hari, sedangkan
konsumsi lemak antara 10-15% kebutuhan energi total. Pasien penyakit ginjal akuU kronik atau gagal ginjal sering
Kebutuhan vitamin-mineral pada geriatri dapat dilihat pada mengalami penyakit katabolik yang membutuhkan nutrisi
Tabel 3. Kebutuhan serutyangdianjurkan sekitar 25 gram suportif khusus.
per hari. Pada gagal ginjal akut, harus diberikan diet bebas
protein atau rendah protein, mengandung energi-kalori
atau gula.
Pada penyakit gagal hati protein yang diberikan dikuangi Nutrisi enteral memiliki kelebihan dan keuntungan
kadarnya (rendah protein) untuk mencegah peningkatan dibanding nutrisi parenteral. Dalam pemilihanjenis nutrisi
kadar amonia dalam darah yang masuk ke otak, sehingga yang baik, harus dipertimbangkan bagaimana fungsi
dapat mencegah timbulnya ensefalopati dan koma saluran gastrointestinal dan fungsi organ tubuh pasien.
hepatikum.
Dewasa ini ada nutrisi enteral komersial yang
mengandung protein dalam bentuk asam amino rantai REFERENSI
cabang/"BCAA" (contoh: Falkamin danAminoleban EN)
yang dapat mencegah dan mengobati ensefalopati atau Betzhold J, Howard L. Enteral nutrition and gastrointestinal
komahepatikum. diseases. In: Rombeau JL, Caldwell MD, editors. Enteral dan
Yang termasuk asam amino rantai cabang antara lain tube feeding. Clinical nutrition. Volume l. Philadelphia-
valin, leusin, isoleusin, alanin. Nukisi enteral asam amino London-Toronto: WB Saunders; 1984. p. 338-61.
rantai cabang ini dapat diberikan tunggal atau sebagai Dobrilla G, Amplatz S. Dietetic approach to patients with
functional dyspepsia. ln: Barbara L-Porro B-Cheli R-Lipkin M,
suplementasi dengan diet hati buatan rumah sakit. Pada
editors. Nutrition in gastrointestinal disease. New York: Raven
penyakit sirosis hati, kebutuhan protein minimal yaitu 50 Press; 1987. 9.27-39.
gram/hari, tergantung fungsi liver apakah terkompensasi Guidlines for the use of parenteral and enteral nutrition in adult and
atau tidak. Pada pasien yang terkompensasi, kebutuhan paediatrics patients. JPEN. 1993:17.
kalori energi, lemak sama dengan orang dewasa sehat.
51
NUTRISI PARENTERAL:
CARA PEMILIHAN, KAPAN, DAI\ BAGAIMANA
Imam Subekti
328
NUTRISTPARENTERAL
37:9
pemberian dekstrosa llYo atat maltosa 10% sebagai hilang tersebut. Bila terdapat demam, cairan ditambah
sumber kalori, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, sebanyak I 50 mllpeningkatan 1'C.(1) Dalam hal hilangnya
dan langkah berikutnya ialah pemberian cairan kayaAARC. cairan lambung, berarti juga hilangnyakomponen mineraV
Tujuan pemberian AARC ialah mencegah masuknya AAA elektrolit, maka perlu diperhitungkan dalam menentukan
ke dalam jaringan otak, di samping untuk menurunkan formulaNPE.6
katabolisme protein dan mengurangi konsentrasi amonia
Kalori. Kebutuhan kalori secara sederhana dapat
darah.
diperkirakan dari berat badan. Untuk menghitungresting
Gangguan ginjal. Pada pasien gagal girrjal, kekurangan metabolic expenditure (RME), rumus yang biasa
air (dehidrasi) dan kekurangan garam adalah 2kelainan digunakan ialah rumus Harris-Benedict:
yang sering ditemukan. Kelainan ini bersifat reversibel dan
Pria: RME (kkal/hari):66,5+13,8xBB (kg)+5xTB (cm) -
apabila koreksi tidak segera dilaksanakan, akan merupakan
6,SxUmu(ttr)
tahap pertama dari gangkaian kelainan yang akan
menurunkan faal ginjal. Di samping itu, pada pasien gagal Perempuan: RME (kkal/hri) : 655+9,6xBB(kgltl,8xTB (un)
ginjal terdapat gangguan ekskresi nitrogen, sehingga -4,7xUmur(th)
pengurangan masukan protein akan memperbaiki keadaan.
Di samping kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori
Yang harus diperhatikan ialah bagaimata caranya diperhitungkan bila menghadapi stres atau aktivitas,
memberikan kalori yang cukup dengan diet rendah protein sebagai berikut:
tanpa membuat pasien mengalami malnutrisi kalori-protein. . 1,2 x RME, untuk kondisi tanpa stres
Pemberian nutrisi parenteral yang mengandung asam . 1,5 x RME, untuk kondisi stres sedang seperti trauma
amino esensial dan glukosa pada gagal ginjal akut dan operasi
memberikan angka kelangsungan hidup lebih baik . 2,0 x RME, untuk kondisi stres berat seperti sepsis dan
dibanding glukosa saja. lukabakar > 40% permukaan tubuh
Diabetes melitus. Pada orang normal, NPE biasanya Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang
diberikan pada hari ketiga. Sedang pada pasien DM, karena nntuk aktivitas (energt expenditure of activitylEEA) tidak
umumnya mudah jatuh dalam keadaan hipokalorik, maka perlu lagi, karena dalam RME kebutrfian untuk spesifik
NPE padapasien DM dimulai lebih dini. SyaratNPE pada dinamik action sudah diperhitungkan.
DM ialah setelah kadar glukosa darah kurangdan250 mgl
Untuk kepentingan praktis, mengingat rumus Haris
dl. Bila kadar glukosa darah masih di atas angka tersebut
Benedict rumit, Howard Lyn6 menyederhanakan
dan harus segera mulai NPE, untuk menurunkan kadar
perhitungan menjadi:
glukosa dapat dilakukan regulasi cepat dengan insulin.
. 25lrkaWgBB, untukkondisi tanpa stres
. 30 kkaVkgBB, untuk stres ringan
Menghitung Kebutuhan Nutrien Per hari . 35 kkal/kgBB, untuk stres sedang
Dalam menghitung kebutuhan nutrien, di samping . 40 kkal/kgBB, untuk stres berat
kebutuhan untuk keadaan sehat, juga perlu diperhitungkan
kondisi penyakit yang mepdasarinya. Kalori adalah unsur
yang mutlak harus diberikan cukup. Sumber kalori yang SUMBERKALORI
utama dan harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa ini setiap saat. Jika Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak.
tidak tersedia cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis Tetapi bila kebutuhan NPE hanya dipenuhi oleh
dari substrat lain. Selain karbohidrat, sumber kalori yang karbohidrat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
lain ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi sel, sintesis terutama bila cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu:
enzim dan protein diperlukan sumber protein, yaitu asam . trombosis
amino. Komponen nutrisi penting lainnya ialah vitamin . meningkatkan kebutuhan insulin
yang larut lemak dan larut air, elekholit, trace element. . bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis
Albumin, insulin, dan obat-obatan lain mungkin diperlukan dihentikan mendadak
sesuai kondisi tertentu. . meningkatkanBMR
Cairan. Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh
. meningkatkanproduksiCO2
adanya penyakit yang mendasarinya, seperti gagal Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori
jantung, gangguan respirasi, ginjal dan hati. Kebutuhan nonprotein dapat digantikan dengan emulsi lemak karena
cairan pasien dewasa pada umumnya berkisar l-2,2 mU produksi CO2 akan ditekan. Jangan menggunakan protein
tr<kal atau 20-50 ml/kgBB/hari, atatrata-rata35 ml{<gBB.6,7 sebagai sumber energi, karena protein penting untuk
Bila terdapat kehilangan cairan yang abnormal, seperti diare regenerasi sel dan sintesis protein viseral seperti enzim,
atau muntah, cairan perlu ditambahkan sejumlah yang alburnin, imunoglobulin.
NUTRISI PARENTERAL 331
tiap gram nitrogen diperlukan 80- I 50 kkal karbohidrat (25 komponen nutrisi. Defisiensi vitamin yang sering
kkal per gram asam amino). Kalori yang berasal dari asam dilaporkan pada NPE Total 1-2 minggu sampai 3 bulan ialah
amino tidak ikut diperhitungkan sebagai sumber protein defisiensi asam folat dengan gambaran pansitopenia,
unhrk kalori. Kebutuhan nitrogen berkisar 0,2 gkgBBlhai, defisiensi tiamin dengan gambaran ensefalopati, defisiensi
setara dengan protein 1,25 glkgBBlhari, atau 1,5 g/kgBB/ vitamin K dengan gambaran hipoprotrombinemi.
hari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang pada Kebutuhan vitamin yang diberikan melalui intravena lebih
keadaan gangguan fungsi ginjal dan hati dan meningkat besar dibanding melalui oral, diduga akibat ekskresi
pada keadaan katabolik. 1,6 Kebutuhan protein pada melalui ginjal yang lebihbesar. Sedangkan kelebihan
keadaan katabolik bisa sampai 1,5 g/kgBB/hari untuk vitamin A dan D dapat menyebabkan berturut-turut
menginduksi keseimbangan nitrogen positif dan dermatitis eksfoliativa dan hiperkalsemia.
membangun kembali massa tubuh yang normal. Kebuhrhan vitamin yang direkomendasikan:
Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis lebih VitaminAmg (ILI) 1 (3300) Vitamin D ug 5 (200) ru
tinggi lagi, 2-3 glkgBBlhari. Jika pasien sepsis tidak 10(10) Vitaminc l00mg
MtaminEug(ILD
mendapat kalori eksogen, akan terjadi destruksi jaringan AsamFolat 400ug Nikotinamid40mg
otot 75 0- I 000 gram sehari. Namun pemberian protein yang Riboflavin3,6mg Tiamin3mg
dianjurkan cukup l-1,5 g/kgBB/hari. Proteolisis akan Piridoksin 4mg Sianokobalamin 5 ug
mengganggu dan menghabat sintesis protein viseral waktu AsamPantotenat 15 mg Biotin 60ug
paruh pendek, tervtama enzim-enzim di hati.
pankreatitis.
Mangan 150-800
Penilaian Nutrisi
Keputusan untuk memulai (O bstru ks i,
nutrisi khususdukungan peritonitis, ileus,
pankreatitis,
Fungsi saluran pencernaan
shoti bowel
syndrome,
munrah refrakter)
Jangka
Pendak atau pembatasan
ca tra n
G a stro sto m i,
nasoduodenal,
je.junostomi
nasoiejunal
parenteral
e rife r
Fungsi saluran cerna
Kurang
Normal nutrisi Fungsi saluran cerna
formula
lengkap
khusus
Dilanjutkan ke nutrisi
enteral total
lnfeksi REFERENSI
Infeksi melalui kateterpadaNPE jarang te4adipadaT2 jam
pertama. Bila adapanas selama 72 jampertama, harus dicari ASPEN Board of Directors : Guidelines for the use of parenteral and
kemungkinan penyebab dari sumber lain. Untuk enteral nutrition in adult and paediatric patients. JpEN. 1993;17.
memastikan adanya infeksi melalui kateter harus dilakukan Daldiyono, Darmawan I., Kadarsyah. Pencegahan malnutrisi di rumah
kultur mikroorganisme ujung kateter. sakit. Dalam Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Seri 1. Daldiyono,
Abd Razak Thaha (editor). PERNEPARI (perhimpunan Nutrisi
Enteral dan Parenteral Indonesia). 1998 : l-22.
Daldiyono. Terapi nutrisi parenteral dalam bidang ilmu penyakit
KESIMPULAN dalam. Dalam: Daldiyono, Abd Razak Thaha (editor). Kapita
Selekta Nutrisi Klinik. Seri 1. PERNEPARI (Perhimpunan
Nutrisi pasien merupakan salah satu aspek penting dalam Nutrisi Enteral dan Parenteral Indonesia). 1998:107-13.
pengelolaan penyakit. Namun disadari bahwa kondisi sakit Howard L. Parenteral and enteral nutrition therapy. Dalam:
Isselbacher, Braunwald, dkk (editor). Harrison,s principles of
menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalam memenuhi
Internal Medicine. Edisi 13, Edisi Internasional. Singapore:
kebutuhan nutrisi yang sering lebih banyak dari kebutuhan
McGraw Hill;994 : 464-72.
dalam keadaan biasa. Jeejeebhoy KN. Nutrition in critical illness. Dalam: Stephen MA.,
Pada keadaan pasien tidak bisa makan, tidak boleh Ake G., Peter RH (editor). Textbook of Critical Care II. Edisi 3.
makan atau tidak mau makan maka terapi nutrisi parenteral Philadelphia, USA: WB Saunders Company; 1995:1106-15.
menjadi pilihan. Mengingat teknikNPE yang tidak mudah, Phillips GD. Parenteral nutrition. Dalam: T.E. Oh (editor). Intensive
komplikasi yang bisa te{adi, dan harga relatif mahal, perlu Care Manual. Edisi 4. Oxford: Butterworth-Heinemann; I 997:
724-32.
dipahami betul pemilihan pasien (tepat pasien), bagaimana
Rahardjo E. Pola umum pelaksanaan nutrisi parenteral
menghitung kebutuhan nutrisi, kapan dimulai, berapa lama, (pertimbangan pengetrapan dalam sarana terbatas). Simposium
dan bagaimana cara pemberiannya. Yang tidak kalah Terapi Cairan IIL Lab UPF Anestesiologi dan penyakit Dalam
penting ialah pemantauan timbulnya komplikasi, sehingga FK Unair RSUD Dr. Sutomo Surabaya.1992: 13-27.
secara keseluruhan akan memberikan hasil terapi nuhisi Silberman H. Parenteral nutrition : general principles. Dalam
yangmaksimal. Parenteral and Enteral Nutrition. Edisi 2. California USA:
Appleton & Lange; 1989:189-222.
ljokoprawiro A. Nutrisi parenteral pada diabetes melihrs. Simposium
Terapi Cairan III. Lab UPF Anestesiologi dan Penyakit Dalam
FK Unair RSUD Dr. Sutomo Surabaya.1992:29-54.
62
DUKI.JNGAN NUTRISI PADA PEITYAI(IT KRITIS
Arif Mansjoer, Marcellus Simadibrata K.
33s
336 I\IUTRISI
Pengkajian:
1. Status nutrisi
2, Masalah nutrisi
3. Masalah medis
4. lndikasi pemberian nutrisi
5. Lama pemberian nutrisi
6. Kebutuhan nutrisi
7, Metode pemberian nutrisi
8. Formula nutrisi
9. Cara pemberian nutrisi
Saluran gastrointestinal
be rfu ng si
Periton itis difus, obstruksi
intestinal, muntah hebat, ileus,
Tidak
diare berat,
iskem ia gastrointestinal
Nutrisi parenteral
Gambar 1. Algoritme pengkajian dan pemilihan jalur pemberian nutrisi pada pasien kritis
amnesis pada keluarga atau kerabat dekat. Hal yang perlu IMT: BB (dalamkilogram)
digali adalah riwayat penyakit saat ini dan sebelumnya, TB'z (dalam rneter)
lama sakit, asupan nutrisi, dan adanya gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. <18,5 kglnt' BB kurang
Perlu ditanyakan pula adanya riwayat penurunan berat 18,5 - 22,9 kglm2 BB normal
badan yang sering menjadi penyebab malnutrisi. Malnutrisi >_23,0kgln] BB lebih
adalah gangguan status nutrisi akibat kurangnya asupan 23,0-24,9kg1m2 + dengan risiko
nutrisi, terganggunya metabolisme nutrien, atau nutrisi 25,0-29,9k{m2 + obesitas I
berlebih. Faktor yang mengarahkan adatya malnutrisi > 30 kg/m2 + obesitas II
adalah penurunan l0o/o atau lebih berat badan selama 6
bulan, penurunan 5o/o atau lebih berat badan selama 1 Pada pasien kritis sukar untuk melakukan pemeriksaan
bulan, atau berat badan lebih atau kurang 20o/o dariberat BB, TB, atau pemeriksaaan antopometrik sehingga data
badan ideal. BB dan TB sering didapatkan dari menaksir atau
Pemeriksaan fisik yang penting adalah berat badan menanyakan pada keluarga atau kerabat dekat.
(BB), tinggi badan (TB), dan pemeriksaan antropometrik Kadar albumin, transferin, dan prealbumin yang
lain. Berdasarkan BB dan TB dapat ditentukan indeks massa diproduksi oleh hati merupakan penanda cadangan
tubuh (IMT), yaitu : protein viseral dan juga merupakan indikator status gizi.
DUKUNGAIiI NUTRISI PA['A PENYAKIT KRITIS
337
hemoglobin. Mangan (Mg) digunakan pada metabolisme 2). Kandungan nutrisi harus seimbang, yaitu mengandung
kalsium/fosfor, proses reproduksi dan pertumbuhan. kebutuhan harian kalori, protein, elektrolit; 3). Cairan
Molibdenum merupakan komponen pada oksidasi, nutisi enteral harus memiliki osmolalitas yang sama dengan
sedangkan selenium pada glutation peroksidase. Zirk osmolalitas cairan tubuh. Idealnya 350 - 400 mOsm; 4).
merupakan bahan yang penting dalam pembuatan enzim. Komponen bahan baku hendaknya mudah diresorpsi; 5).
Defi siensi Zn dapat terjadi dalam beberapa minggu dengan Nutrisi enteral tidak atau sedikit mengandung serat dan
manifestasi dermatitis dan luka yang lama sembuh. laktosa; 6). Nutrisi enteral yang bebas dari bahan-bahan
yang mengandung purin dan kolesterol.
Contoh: Pada pasien kritis laki-laki 30 tahun dengan berat
badan 50 kg diberikan dukungan nutrisi dasar, yaitu:
Kaloritotal 30kkaUkgx50kg :1500kkal lndikasi t
Glukosa 60%x 1500kkal : 9001d<al Indikasi nukisi enteral adalah pasien tidak dapat makan
Lemak 40%x 1500kkal : 600kkal secara adekuat namun fungsi gastrointestinal baik
Protein l,2glkgBBx50kg : 60 gram sehingga masih dapat mencerna dan mengabsorpsi
makanan cair yang diberikan melalui pipa ke saluran
Pada perhitungan di atas protein tidak diperhitungkan gastrointestinal. Indikasi khususnya adalah: l). disfagia
sebagai sumber kalori. Ada pula pendapat yang masih berat akibat obstruksi atau disfungsi orafaring atau
kontroversi unhrk memasukkan protein dalam perhitungan esofagus; 2). koma atau delirium; 3). anoreksia persisten;
jumlah total kalori.
4). nausea atau muntah; 5). obstruksi gaster atau usus
halus; 6). fistula pada usus halus distal atau kolon; 7).
malabsorpsi berat; 8). aspirasi berulang; 9). penyakit atau
NUTRISIENTERAL kelainan yang membutuhkan cairan khusus; l0).
peningkatan kebutuhan nutrisi yang tidak tercapat dengan
Nutrisi enteral adalah metode pemberian nutrien ke dalam nutrisi oral; 11). induksi pertumbuhan pada anak dengan
saluran cerna (gastrointestinal) melalui pipa. Metode ini penyakit Chron.
digunakan sebagai dukungan nutrisi pada pasien yang Indikasi lainnya adalah mempertahankan mukosa
tidak mau, tidak boleh, atau tidak dapat makan sehingga saluran gastrointestinal agar tetap baik dan mencegah
makanantidak dapat masuk secara adekuat, namun fungsi ahofinya. Sedangkan konhaindikasi nutrisi enteral adalah
saluran gastrointestinal masih baik. pasien dengan obstruksi intestinal total, ileus paralitik,
Keuntungan nutrisi enteral: 1). Nutrisi enteral bersifat obstruksi pseudointestinal berat, diare berat, atau
fisiologis karena makanan dimasukkan ke dalam tubuh malabsorpsi berat.
melalui saluran cerna yang normal sehingga fungsi dan
struktur alat cerna tetap dipertahankan; 2). Nutrisi enteral
Formula Makanan Enteral
lebih efektif menaikkan berat badan., keseimbangan
Macam formula makanan enteral dapat berupa formula
nitrogen cepat menjadi positif, dan imunitas tubuh cepat
komersial atau formula rumah sakit. Formula komersial
meningkat; 3). Komplikasi pada nutrisi enteral lebih sedikit
berupa bubuk atau cair dan dapat diberikan langsung
dibanding nutrisi parenteral; 4). Pada nutrisi enteral
melalui pipa ukuran kecil dengan risiko kontaminasi bakteri
kebutuhan kalori tinggi lebih mudah dicapai; 5).
minimal. Sedangkan formula rumah sakit berupa makanan
PemasanganNGT lebih mudah dilakukanbaik oleh dokter
cair atau blender. Berdasarkan zatyang dikandungnya
maupun perawat; 6). Biaya nutrisi enteral lebih murah 10 -
formula makanan enteral dapat dibedakan menjadi
20 kali dibanding nutrisi parenteral.
makanan blender (alami), cairan polimer, cairan monomer,
Syarat nutrisi enteral : 1). Cairan nutrisi enteral memiliki
dan cairan untuk kebutuhan metabolik khusus.
kepadatan kalori tinggi. Idealnya I kkaVml, namun bila
cairan perlu dibatasi maka dapat diberikan 1,5 -2kkallml;
Pipa Nutrisi Enteral
Pipa nutrisi enteral berdasarkan cara masuknya terbagi
Trace element Pemberian Pemberian Parenteral menjadi dua, yaitu pipa nasoenterik dan pipa enterostomi.
Enteral Pipa nasoenterik adalah pipa yang dimasukan melalui
Kromium (Cr) 30 ug 10 - 15 ug hidung (pipa nasogastrik, nasoenteral). Pipa ini digunakan
Tembaga (Cu) 0,9 mg 0,3 - 0,5 mg untuk jangka pendek (kurang dari 4 minggu) karena
Fluoride (F) 4mg Belum diketahui benar komplikasi sedikit, relatiftidak mahal, dan mudah dipasang.
lodin (l) 150 ug Belum diketahui benar
Besi (Fe) 18 mg Tidak rutin diberikan
Pipa ini juga digunakan sementara sebelum pipa
Mangan (Mg) 2,3 mg 60 - 100 ug enterostomi dipasang. Pipa enterostomi adalah pipa yang
Molybdenum 45 ug Tidak rutin diberikan dimasukan melalui dinding abdomen (gastrostomi,
Selenium 55 ug 20-60u9 duodenostomi, yeyunostomi). Pipa ini digunakan untuk
Zink (Zn) 'l 'l mg 2,5-5mg jangka panjang Qebih dari 30 hari) atau diberikan bila terjadi
340 NUTRIIiI
atau enteral. Sindrom ini dapat terjadi pada: - Keadaan metabolik sedang atau sangat meningkat
- Short bowel syndrome berat - Malnutrisi sedang hingga berat dan tidak dapat
- Keadaan yang diinduksi infeksi, inflamasi, kelainan diatasi dengan nutrisi enteral
imunologi, obat, atau radiasi - Gagal jantung, ginjal, hati, atau kondisi lain yang
- Fistula gastrointestinal high outputyang tidak dapat menierlukan restriksi cairan
dilewati pipa enteral - Akses vena perifer terbatas
- Kelainan tubulus renal berat dengan banyak - Memiliki akses vena sentral
kehilangan cairan dan elektrolit. - Osmolalitas cairan dapat lebih dari 900 mOsm
. Gangguanmotilitas
Sediaan nutrisi (komersial) yang dipakai dapat berupa
- Ileuspersisten(akibatpasca-operasiataupenyakit) sediaan yang mengandung : 1). Karbohidrat atau kalori:
- Pseudo-obstruksi intestinal berat Dextros a 5 o/0, Dextros a I 0olo, Dextro s a 40oh, Triofu sin 5 00 ;
- Muntah yang menetap dan berat akibat obat, tumor 2). Karbohidrat dan elektrolit: Triparen-l, Triparen-2,
otak, atau penyakit lain (misalnya hiperemesis Triofu sin E- 1 000; 3). Asam amino : Aminovel 600, Pan Amin
gravidarum)
. Q Aminofusin; 4). Asam amino rantai cabang (BCAA):
Obstruksi mekanik saluran cerna yang tidak segera
Aminoleban, Comafusi4 5). Lemak: Lipid 10%, LipidzD%.
diatasi secara bedah
. Masa perioperatif dengan malnukisi berat
. Pasien kritis khususr'rya yang hipermetabolisme saat
REFERENSI
nutrisi enteral merupakan kontraindikasi atau telah gagal
Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui vena perifer August D, Teitelbaum D, Albina J, Bothe A, Guenter P, Heitkemper
atau vena sentral. Pertimbangan pemilihan jalur M, et al. Guidelines for the use of parenteral and enteral nutri-
pemberiannyaadalahl. tion in adult and pediatric patients. JPEN 2002;26 (suppl):Sl-
. Venaperifer
s138.
Berger R, Adams L. Nutritional support in the critical care setting
- Asupan enteral terputus dan diharapkan dapat (part 1). Chest. 1989;96:139-50.
dilanjutkankembali dalam 5-7 hari Chan S, McCowen KC, Blackburn GL. Nutrition Management in the
- Sebagai tambahan pada nutrisi enteral atau pada ICU. Chest. 1999;1 15:S145-S8.
fase transisional hingga nutrisi enteral dapat Daldiyono, Darmawan I, Kadarsyah. Pencegahan malhutrisi di rumah
memenuhi kebutuhan sakit. In: Daldiyono, Thaha AR, eds. Kapita selekta nutrisi klinik'
Jakarta: PERNEPARI, 1998.p. l-22.
- Malnutrisi ringan hingga sedang, keperluan Heyland DK, Dhatiwal R, Drover JW, Gramlich L, Dodek P. Cana-
intervensi untuk mencegah deplesi
dian clinical practice guidelines for nutrition support in me-
- Keadaan metabolik normal atau sedikit meningkat chanically ventilated, critically ill adult patients' JPEN.
- Tidak ada kegagalan organ-yang memerlukan 2003;27:355-73.
restriksi cairan Malone AM. Methods of assessing energy expenditure in the inten-
- Osmolalitas cairan yang dapat diberikan kurang dari sive care unit. Nutr Clin Prac. 2002;17:27-8.
900mOsm Mustafa I, Sutanto LB, Lukito W, Moenadjat Y, Oetoro S, George
. Vena sentral YWH, et al. Konsensus nutrisi enteral. Jakarta: Working Group
on Metabolism and Clinical Nutrition, 2004
- Tidak dapat mentoleransi asupan enteral lebih dari Phillips GD. Parenteral nutrition. In: Oh TE, ed. Intensive care
Than manual. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1998.p. 124-
JZ.
Shike M. Enteral Feeding. In: Shils ME, Olson JE, Shike M, Ross RC,
Kateterisasi eds. Modern nutrition in health and disease. 9th ed' Philadel-
- Segera terjadi: trauma (kerusakan aderi, vena, duktus phia: Lippincott Willian & Wilkins, 1999.p. 1643-56.
torasikus, pleura, mediastinum, jantung, saraf), gagal Shikora SA, Ogawa AM. Enteral nutrition and the critically ill.
atau salah posisi, emboli kateter atau guide wire,
Postgrad Med l. 1996:72:395-402.
aritmia, emboli udara
- Terjadi kemudian: infeksi (septikemia, endokarditis), Smith MK, Lowry SF. The hypercatabolic state. ln: Shils ME, Olson
trombosis vena, tromboflebitis, emboli paru, oklusi JE, Shike M, Ross RC, eds. Modem nutrition in health and dis-
kateter ease. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Willian & Wilkins, 1999.p.
lnfeksi dan sepsis: tempat masuknya kateter, kontaminasi I 5 5 5-68.
catran
Susla GM. Nutritional support in the critically ill patient. ACCP
Komplikasi metabolik: dehidrasi akibat diuresis osmotik,
koma.hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik, hipoglikemia critical care board review-course syllabus 2005. Illinois: Ameri-
akibat pemberhentian nutrisi secara tiba-tiba, can College of Chest Physicians, 2005.p. 205-17.
hipomagnesemia atau hipokalsemia atau hiperkalsemia, Tanra A. Dasar-dasar nutrisi enteral. In: Daldiyono, Thaha A, eds.
hiperfosfatem ia atau hi pofosfatemia, asidosis metabolik Kapita selekta nutrisi klinik. Jakarta: PERNEPARI, 1998.p. 79-
hiperkloremik, uremia, hiperamonemia, gangguan 93.
elekkolit, defisiensi mineral, defisiensi asam lemak
esensial, hiperlipidemia
53
TERAPI NUTRISI PADA PASIEN KANKER
Noorwati Sutandyo
PENDAHULUAN pasien kanker sulit dicapai, oleh karena itu terapi nukisi
yang adekuat baik jumlah, komposisi maupun cara
Nutrisi merupakanbagian yang penting pada pelaksanaan pemberian yang tepat harus dimulai sejak dini (sejak awal
kankel baik pada pasien yang sedang menjalani terapi, terdiagnosis).
pemulihan dari terapi, pada keadaan remisi maupun untuk
mencegah kekambuhan. Status nutrisi pada pasien kanker
diketahui berhubungan dengan respon terapi, prognosis MALNUTRISI PADA PASIEN KANKER
dan kualitas hidup. Kurang lebih 30-87% pasien kanker
mengalami malnutrisi sebelum menjalani terapi. Insiden Malnutrisi pada pasien kanker atau kakesia kanker
malnutrisi tersebut bervariasi tergantung pada asal kanker, merupakan sindrom yang ditandai dengan penurunan berat
misalnya pada pasien dengan kanker pankreas dan gaster badan, anoreksia, asthenia dan anemia. Berbagai faktor
mengalami malnutrisi samp ai 85o/o, 66%o padakanker paru, malnutrisi kanker yang dikenal sebagai kakesia telah lama
dar;.35% pada kanker payudara. dilaporkan, namun belum dapat dipastikan dan diduga
Pasien kanker mempunyai risiko yang tinggi mengalami penyebabnya multifaktorial yaitu menurunnya asupan
malnutrisi yang dikenal sebagai kakesia. Kakesia kanker nutrisi dan perubahan metabolisme di dalam tubuh.
merupakan masalah klinik yang paling sering dijumpai Menurunnya asupan nutrisi terjadi akibat menurunnya
terutama pada pasien kanker stadium lanjut, dan memberi asupan makanan per oral (karena anoreksia, mual-muntah,
dampak negatif terhadap prognosis. Malnutrisi pada perubahan persepsi rasa dan bau), efek lokal dari tumor
pasien kanker bukan hanya disebabkan oleh pemrrunan (odinofagi, disfagi, obstruksi gaster/intestinal,
asupan makan saja tetapijuga karena tidak adanya respons malabsorbsi, early satiety), faktor psikologis (depresi,
adaptasi terhadap starvasi seperti pada orang normal, ansietas), dan efek samping terapi.
sehingga terjadi perubahan metabolisme. Dahulu, pandangan klasik menyatakan bahwa kakesia
Penyebab kankesia kanker belum dapat dipastikan, kanker terjadi akibat ketidakseimbagnan energi, yaitu
diperkirakan multifaktorial. Di samping anoreksia, menunrnnya asupan makaqan dan meningkatnya konsumsi
peningkatan keluaran energi, perubahan metabolisme, j enis energi. Namun kini pandangan yang lebih modern
dan lokasi tumor yang menganggu saluran pencemaan menitikberatkan pada peran sitokin yang menyebabkan
dan jenis terapi kanker diperkirakan mempunyai peran terjadinya anoreksia dan perubahan metabolisme lemak,
dalam terjadinya kakesia kanker. Selain itu saat ini telah protein, dan karbohidrat. Sitokin yang berperan dapat
ditemukan adanya peranan berbagai sitokin terhadap diproduksi dari tubuh (IL-l,IL-6, TNFo, IFNy) dan dapat
kejadian anoreksia dan berbagai gangguan metabolisme berasal dari sel kanker (PIF Iprot eolys is -inducing factor,
yang kemudian mendasari kejadian kakesia kanker. LMF I lipid mobilizing factor).
Malnutrisi pada pasien kanker juga merupakan yang
berpengaruh pada keberhasilan terapi medik termasuk
radiasi dan kemoterapi. Selain mempengaruhi hasil ANOREKSIA
pengobatan, malnutrisi atau kakesia tidak jarang
menyebabkan kematian. Asupan nutrisi yang adekuatpada Anoreksia adalah memrrunnya keinginan untuk makanan
342
TERAPI NUTRISI PADAPASIEN KANKER 343
MCH, oreksin, dan agouti-rel ated peptida/ AGRP). Asam amino tidak t Aktivitas siklus kori J Aktivitas
normal lipoprotein
Pada kakesia kanker, peran sitokin dapat menstimulasi lipase
j aras anoreksigenik dalam j angka panjang. Interleukin- 1,
IL-6 dan TNFo dapat menstimulasi pelepasan leptin
sehingga meningkatkan aktivitas jaras anoreksigenik.
Selain itu beberapa sitokin dapat menembts blood brain
barrier dan menginhibisi neuropeptida Y yang akan A. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Perubahan metabolisme karbohidrat yang sering terjadi
menginhibisi pula jaras oroksigenik. Serotonin juga
adalah intoleransi glukosa, diduga akibat dari peningkatan
mempunyai efek dalam terjadinya anoreksia pada kanker.
resistensi insulin dan pelepasan insulin yang tidak adekuat.
Peningkatan level triptofan (prekursor serotonin) di plasma
Peningkatan resistensi insulin sepertinya dimediasi oleh
dan otak serta peningkatan IL-l dapat meningkatkan
aktivitas serotonergik.
sitokin seperti TNFcx melalui fosforilasi reseptor insulin
dan substrat reseptor insulin serta menurunkan ekspresi
transporter glukosa (GLUT-4). Gangguan metabolisme
karbohidrat yang lain yaitu terdapat peningkatan asam
PERUBAHAN METABOLISME
laktat. Sel kanker sangat membutuhkan glukosa sebagai
sumber energi. Berbeda dengan sel normal, sel tumor
Metabolisme berkaitan erat dengan metabolisme
mendapatkan energi dari metabolisme anaerob melalui
karbohidrat, protein dan lemak. Pada pasien kanker
siklus kori dan asam laktat sebagai produk akhir. Siklus
metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan
kori merupakan siklus tidak efisien, karena untuk sintesa I
berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.
molekul glukosa dibutuhkan 6 molekul AIP dan hanya2
Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker,
molekul AIP yang dihasilkan.
peningkatan metabolisme ini sampai 50% lebih tinggi
dibanding pasien bukan kanker. Tetapi peningkatan
metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien B. Perubahan Metabalisme Protein
kanker. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan Metabolisme protein pada pasien kanker yaitu terjadi
metabolisme ini berhubungan dengan penurunan status peningkatan protein turn-over, peningkatan sintesis
gizi dan jenis serta besar tumor. Peningkatan metabolisme protein di hati, penunrnan sintesis protein di otot skelet
pada kanker kemungkinan akibat tubuh tidak mampu dan peningkatan pemecahan protein otot yang berakibat
berdaptasi dengan asupan makan yang rendah. Pada terjadinya wasting.Deplesi massa otot skelet merupakan
orang nonnal kecepatan metabolisme menurun selama perubahan yang paling penting pada kakesia kanker.
starvasi sebagai proses adapatasi normal tetapi pada Massa otot dapat berkurang sekitar 75o/o ketlka terjadi
pasien kanker proses tersebut tidak terjadi. Perbedaan kehilangan berat badan sebesar 30oZ dan keadaan tersebut
antara gangguan metabolisme akibat starvasi dan kakesia sangat dekat dengan kematian.
kanker dapat dilihat pada Tabel 1. Dan perubahan Degradasi protein pada otot akan melepaskan beberapa
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak pada pasien asam amino, khusunya alanin dan glutamin. Glutamin
kanker secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2. merupakan asam amino yang paling besar jumlahnya dan
344 NUTRISI
mempunyai beberapa fungsi. Salah satu fungsi penting katekolamin di urin dan plasma, peningkatan denyut
glutamin adalah dipergunkan sel untuk membelah diri. Sel jantung dan peningkatan oksidasi lemak.
tumor banyak mempergunakan glutamin dan berkompetisi Peran dari sitokin TNF-cn, IL-6,IL-la,IFN-y adalah
dengan sel normal. Dari beberapa penelitian pada kanker, menghambat enzim LPL, sehingga lipogenesis juga
terjadi penurunan glutamin baik pada sirkulasi maupun terhambat. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa
pada otot. Penurunan glutamin akan mempengaruhi fungsi TNF-o dapat secara langsung menstimulasi lipolisis
organ terutama peningkatan permeabilitas di usus. dengan cara mengaktiv asi mito gen- activ at ed prot ein
Mekanisme yang mendasari terjadinya degradasi kinase (MEK) dan extracellular signal-related kinase
protein ada 4 jaras yaitu lisosomal, caspases, Ca2* (ERK) serta dengan peningkatanAMP siklik intraselular.
endent, dan NIP - ub i qu i t in- d ep en d enl. 2 Sedangkan LMF (lip id mobilizing fact or) y ang ditemukan
dep 8, I
S emua j aras
tersebut mungkin terlibat dalam patogenesis degrasasi pada urin penderita kakesia kanker, secara langsung
protein gtot pada kakesia kanker, namun jaras AIP- menstimulasi lipolisis melalui interaksi dengan adenilat
ubiquitin- dependent y ang diketahui paling berperan. Pada siklase pada proses dependen GTP (Gambar 2).
jaras ini, protein akan berikatan dengan sebuah protein
kecil, ubiquitin, dan terdegradasi di proteosom serta
membutuhkan sedikitnya 6 AIP sebagai energi (Gambar
l). Proses ini juga dimediasi oleh sitokin seperti TNFcr, IL-
6 dan IFN y.
E1'ub+Ar'{P\.r, W
$(Earal
E3
{
\\
\
indikator kunci adanya malnutrisi pada pasien kanker. Laju keluaran energi basal atau laju metabolisme basal,
kehilangan berat badan juga sangat penting. Pasien harus menggunakan formula Harris-Benedict yang dimultiplikasi-
selalu ditanyakan berat badannya biasanya sebelum sakit, kan dengan faktor aktivitas dan faktor stress. Secara umum
jika ditemukan adanya kehilangan berat badan yang tidak dianjurkan kebutuhan energi dan protein sama dengan
dikehendaki atau jika ada penurunan nafsu makan dari stress sedang, untuk tumor solid sekitar 0-20%. Metode
biasanya. Jika terjadi kehilangan berat badan lebih dari lain untuk menghitung energi dengat cara yang lebih
5o/o daiberatbadan biasanya (sebelum sakit) dalam 6 bulan, mudah dan praktis untuk digunakan di klinik adalah
jika
maka harus selalu dicurigai adanyakakesia terutama sebagai berikut: untuk mempertahankan status gizi, asupan
disertai dengan muscle wasting. Sedangkan jika kalori dianjurkan 25-35kallkgBB sedangkan untuk
kehilangan berat badan yang tidak dikehendaki sebanyak menggantikan cadangan tubuh dianjurkan 40-50 kaUkgBB.
10% menunjukkat adartya malnutrisi berat dan sindrom Gambar 2. Proses sintesis danpemecahan lipid di jaringan
kakesia-anoreksia mulai ditegakkan. lemak. Gambar 2. Proses sintesis dan pemecahan lipid di
Penilaian terhadap pola diet berupa asupan makanan jaringanlemak.
dan minuman terakhir, asupan sebelumnya, dan segala
perubahan yang terjadi. Informasi ini bisa didapatkan B. Kebutuhan Protein
dengan pertanyaan mengenai hilangnya nafsu makan Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbang nitro-
secara subyektif dan penurunan asupan makanan. Unfuk gen yang negative. OIeh karena itu dukungan nutrisi harus
mendapatkan data ini secara kuantitatifdapat dengan cara dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan
menanyakan nafsu makan mereka berdasarkan skor 0-7 menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein untuk
(0: tidak ada nafsu makan, l:nafsu makan sangat kecil, pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhalatav
2:nafsu makan kecil, 3:nafsu makan cukup, 4:nafsu pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yangberat
makan baik, 5:nafsu makan sangat baik, 6:nafsu makan dianjnrkan 1,5 -2 glkgBB.
luar biasa, 7:selalu lapar).
C. Kebutuhan Lemak
B. Pemeriksaan Fisik Sedangkan kebutuhan lemak dapat diberikan antara 30-
Pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan 50% dari kebutuhan kalori total.
antropometri dilakukan keseluruhan meliputi berat badan,
tinggi badan, tebal lemak subkutis, wasting jaringan,
edema atau asites, tanda-tanda defisiensi vitamin dan min-
CARAPEMBERIAN NUTRISI
eral, serta status fungsional pasien. Harus diperhatikan
apabila ditemukan adanya muscle wasting dan hilangnya
Terapi nutrisi teragantung dari kondisi pasien, status
jaringan lemak merupakan tanda lanjut dari malnutrisi.3
nutrisi, dan lokasi tumor serta insikasi terapi untuk pasien.
Strategi dukungan nutrisi tergantung dari masalah nuhisi
C. Laboratorium
yang dihadapi dan derajat deplesi.
Pemeriksaan laboratorium meliputi albumin, prealbumin,
transferin, imbang nitrog en24 jam, kadar Fe, pemeriksaan
sistem imunyaitu limfosittotal, fungsihati dan ginjal, kadar A. Nutrisioral
elektrolit, dan mineral serum.3 Pemeriksaan C reactive Bila memungkinkan nutrisi secara oral merupakan pilihan
protein (CRP) serum sebagai data dasar dapat utama untuk dukungan nutrisi. Namun pada pasien kanker
mengidentifikasikan pasien yang mengalami penurunan yang mengalami anoreksia, mual perubahan rasa kecap
status nutrisi. Hal ini berhubungan dengan adanya respon dan disfagia pemberian makanan per oral dapat menjadi
inflamasi aktif dan dikenali sebagai prekursor kakesia.13'14 masalah dan perlu perhatian khusus. Sebagian besar pasien
dapat mentoleransi makanan dengan porsi kecil dan sering.
Untuk dapat meningkatkan asupan makanan pasien
dianjurkan mengkonsumsi makanan atau minuman
KEBUTUHAN NUTRISI
berkalori tinggi. Pada pasien dengan gangguan menelan
Nutrisi yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan nutrisi menelan, makanan dapat diberikan dalam bentuk lunak atau
secara individual baik jumlah maupun komposisinya. cair dengan suhu kamar atau dingin.
Kebutuhan nutrisi pasien kanker sangat individual dan
berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan B. NutrisiEnteral
penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan. Bila asupan nutrisi melalui oral tidak adekuat, maka
pemberian nutrisi dilalcukan dengan cara lain. Pasien kanker
A. Kebutuhan Energi dengan flrngsi saluran cerna yang masih baik, pemberian
Kebutuhan energi dapat ditentukan dengan menghitung nutrisi enteral bisa melalui nasogastrik, lambung,
346 NUTRISI
duodenum, atau jejunum tergantung lokasi kanker, dan 3. Heber D, Bowerman S. Nuhitional and cancer treatment. Dalam:
pemberiannya dapat dilakukan secara bolus, intermitem, Berdanier CD, Dwyer J, Feldman EB. Tian J, Chen ZC, Hang
atau kontinu. Nutrisi enteral berguna untuk menormalkan LF. Effects of nutritional and phychological status in gastrointes-
Penyebab kematian utama pada usia lanjut di seluruh dunia Malnutrisi Energi Protein
adalah penyakit vaskular dan penyakit kronik yang Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana energi
menyertainya. Upaya-up ay a pelcegahan penyakit- dan atau protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan
penyakit ini dilakukan melalui pola hidup sehat yang metabolik. Malnutrisi energi protein dapat terjadi karena
mencakup aktivitas fisis, diet bergizi, dan tidak merokok buruknya asupan protein atau kalori, meningkatnya
atau salah guna obat. Sayangnya, bersamaan dengan kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit atau trauma,
pesatnya peningkatan populasi usia lanjut, juga terdapat atau meningkatnya kehilan ganzal gizi.
bukti perubahan perilaku dan pola aktivitas fisis yang Usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap
meningkatkan risiko timbulnya penyakit kronik. Hal ini malnutrisi. Banyaknya penyakit serta meningkatnya
347
348 NUTRISI
G
I
izi ku ra ng
I Y
I
Obesitas
Nutrisi optim a I
Penyakit kronik
Penyakit infeksi
Gambar 1. Transisi nutrisi. Diadaptasi dari lnformasi pada studi Popkin, dkk dan Vorster, dkk
Gangguansintesjsprotein4Berkurangnyacadangan
T\\-
P rote in
+
l\-.,-\
lanjut)4
Berkuransnyaasupannurrsi Sarkopenia [;JXiJi::'Jf,[:u:',f;J'J[1il
(anoreksia pada usia pjOi riej6 ;r-;drrrtp;n'yiroii Oan
^' trauma
tI
lm obilis st
A
l..=-
l!--
l\--
Jatuh penyaki,
hospitalisasl *_ lVeningkatnya kelemahan
I
i'
Kematian
hendaya berkaitan dengan indikator-indikator risiko nutrisi. kadar hemoglobin pada pria <13 mg/dl dan perempuan <12
Status nutrisi pasien usia lanjut yang dirawat atau baru mg/dl). Di ruang rawat akut ditemukan 40-55% usia lanjut
keluar dari perawatan biasanya masih tetap buruk dan menderita malnutrisi dan23%omenderita malnutrisi berat.
membutuhkan perhatian khusus di rumah. Penilaian Tingginya prevalensi malnutrisi pada usia lanjut
status nutrisi sangat menentukan pada populasi ini karena mengingatkan perlunya penilaian status nutrisi secara
terjadi kondisi kurang gizi progresif dan sering tidak rutin.
terdiagnosis. Status nutrisi memengaruhi berbagai sistem pada usia
Data dari Poliklinik Geriatri Departemen Ilmu Penyakit lanjut seperti imunitas, cara berjalan dan keseimbangan,
Dalam FKUI/RS-Cipto Mangunkumo menunjukkan 9,402 fungsi kognitif, serta merupakan faktor risiko untuk
pasien memiliki indeks masa tubuh < 18,5 kg/m2 dat3,5o/o timbulnya infeksi, jatuh, delirium, serta mengurangi
dengan indeks masa tubuh < l7 kglm2. Bila menggunakan manfaat pengobatan. Terdapat hubungan antara malnutrisi
penapisan malnutrisi secara dini dengan Penilaian Nutrisi dengan mortalitas, lama rawat, banyaknya komplikasi, dan
Mini (Mini Nutritional Assessment) ditemukan sebesar perawatan kembali.
29o/o pasiw berisiko mengalami malnutrisi. Studi Lukito Pada usia lanjut, stres ringan jangka pendek sudah
pada masyarakat ekonomi lemah di lakarta mendapatkan dapat menyebabkan timbulnya malnutrisi energi protein.
sebanyak26,6% memiliki indeks masa tubuh <18,5 kg/m2, Karena itu, malnutrisi energi protein sering terjadi pada
dan sebanyak 14,7o/omemlliki indeks masa tubuh <17 kg/ pasien usia lanjut yang menderita infeksi paru dan saluran
m2. Selain itu, kadar hemoglobin pada kelompok ini juga kemih ringan dan sering ditemukan segera setelah
relatif rendah, sebanyak 25o/o pria dan 32oh perempuan prosedur operasi elektif.
menderita anemia (sesuai kriteria WHO 1994, anemiablla
GANGGUAN NUTRISI PADA USIA LANJUT
349
Patofisiologi. Malnutrisi energi protein dapat terjadi kurang konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
sebagai akibat dari asupan yang tidak adekuat, atau pengaruh kondisi kesehatan masing-masing individu. Pada
berhubungan dengan mekanisme fisiologis penyakit yang individu yang lebih aktif, pedoman ini lebih sesuai namun
memengaruhi metabolisme tubuh, komposisi tubuh, dan pada usia lanjut yang lemah diperlukan pertimbangan
selera makan (contoh: kakeksia). Pada keadaan dehsiensi berbeda.
kalori primer, tubuh beradaptasi dengan menggunakan Paralel dengan perubahan diet, terdapat peningkatan
cadangan lemak sambil menghemat protein dan otot. pesat prevalensi obesitas di seluruh dunia. Faktor-faktor
Perubahan fisiologis yang terjadi sering reversibel dengan yang berkaitan dengan obesitas di negara-negata yang
kembalinya asupan dan aktivitas seperti biasa. Kakeksia sedang berkembang adalah urbanisasi, mortalitas bayi
dicirikan dengan tingginya respons fase akut yang yang lebih rendah dan meningkatnya umur harapan hidup,
berkaitan dengan peningkatan mediator-mediator infl amasi mekanisasi dan tenaga kerja yang menggunakan lebih
(seperti TNF-cr dan interleukin-1) serta meningkatnya sedikit tenaga, televisi dan gaya hidup kurang gerak
degradasi protein dan otot yang dapat pulih dengan lainnya, serta perhrmbuhan makanan cepat saji dengan
membaiknya asupan. Meskipun kakeksia biasanya diet padat energi.
berhubungan dengan kondisi penyakit kronik spesifik Data dari PoliklinikGeriatri Departemen Ilmu Penyakit
(Contoh: kanker, infeksi, artritis inflamasi), keadaan ini Dalam FKUI/RS. Cipto Mangunkusumo memperlihatkan
dapat timbul pada usia lanjut tanpa penyakit yang jelas. sebanyak 54o/o pasien usia lanjut yang berobat jalan
memiliki indeks massa tubuh > 25 kglm2. Sebanyak l0%
Presentasi klinis. Penilaian status nutrisi dengan
pasien rawat jalan tersebut memiliki indeks massa tubuh
antropometri standar, biokimia, dan pengukuran
lebih dari 30 kg/nf. Bahkan di wilayah Jakarta dengan
imunologis sangat kompleks.
mayoritas penduduk berstatus sosioekonomi rendah,
Monitor ketat berat badan yang mencerminkan
dalam studi Lukito, sebanyak 12,3o/o poptlasi usia lanjut
ketidakseimbangan antara asupan kalori dan kebutuhan
memiliki indeks massa tubuh lebih dari 25.
energi, merupakan carayalgpaling sederhana dan paling "terjadi
Dengan meningkatnya usia, biasanya
dapat dipercaya untuk menilai malnutrisi. Perubahan berat
peningkatan massa lemak total serta berkurangnya massa
badan dinyatakan dalam persentase perubahan tubuh kering dan massa tulang. Lemak terdistribusi secara
dibandingkan saat sebelum sakit. Kehilangat> 5%o dari
sentral dengan pertambahan lemak viseral yang
berat badan biasanya berkaitan dengan meningkatnya
dicerminkan oleh lingkar pinggang. Bertambahny a betat
morbiditas dan mortalitas. Bila kehilangan berat badan
badan dan massa lemak berkaitan dengan perubahan-
>10% biasanya berkaitan dengan penurunan status
perubahan metabolik dan fisiologis yang memengaruhi
fungsional dan hasil pengobatan. Kehilangan berat badan
kesehatan dan fungsi fisis. Terdapatnya faktor-faktor risiko
15-20% atau lebih biasanya secara tidak langsung kardiovaskular berupa hipertensi, dislipidemia dan
menunjukkan terdapatnya malnutrisi berat. Pengukuran
diabetes mencerminkan adanya peningkatan berat badan
antropometri cadangan lemak (lipatan kulit) dan massa otot
dan lemak tubuh. Pada tingkat yang lebih tinggi, lemak
(lingkar lengan atas) dapat membantu penilaian malnutrisi
intraabdominal berhubungan dengan resistensi insulin
namun variabilitas antar pemeriksa cukup besar. Meskipun yang dapat menimbulkan abnormalitas metabolik meskipun
kurang sensitif, evaluasi klinis kehilangan turgor kulit, tidak terdapat kelebihan berat badan yang jelas.
adanya atrofi otot interosseus tangan dan otot temporalis Lemakjuga berperan penting dalam promosi inflamasi.
kepala dapatmenilai hilangnya lemak subkutan dan massa Lemak merupakan jaringan penyimpan energi aktif utama
otot. Karena parameter-parameter ini dapat dipengaruhi untuk produksi steroid seks dan metabolisme
oleh faklor-fatr<tor nonnutrisi, penilaian status nutrisi yang glukokortikoid. Saat ini diketahui bahwa jaringan lemak
efektif membutuhkan data lengkap dari anamnesis, secara aktif memproduksi dan mensekresi sejumlah hormon
pemeriksaan fisis, dan biokimia. Meskipun tak ada kriteria dan protein, yang disebut adipokin yang memiliki efek lokal
defrnitif untuk klasifrkasi derajat malnutrisi energi protein, dan sistemik. Faktor-faktor ini mencakup leptin,
bila berat badan turun >20%oberut badan sebelum sakit, angiotensin, resistin, adiponektin, p lasminogen-activator
albumin serumkurang dai2) mg/dl, dantransferin serum inhibitor 1, dan sitokin IL-6 dan TNF -a.Banyakzat-zatirri
kurang dari 80 U/ul, biasanya telah terjadi malnutrisi berat. berhubungan dengan morbiditas kardiovaskular, hendaya,
atau risiko mortalitas. Keseimbangan antara kalori dan
Obesitas aktivitas tidak cukup lengkap untuk menjelaskan timbulnya
Berat badan lebih per dehnisi adalah indeks massa tubuh perubahan komposisi tubuh pada usia lanjut. Di sisi lain,
> 25 kglrfi . Pasien disebut menderita obesitas bila indeks latihan daya tahan dapat meningkatkan kekuatan dan massa
massa tubuh > 30 kg/m2. Terdapat kontroversi apakah otot bahkan pada usia yang sangat lanjut, menunjukkan
pedoman ini bisa menjadi acuan pada usia lanjut juga' Data bahwa kehilangan massa otot untuk sebagian reversibel
morbiditas memperlihatkan konsistensi antara risiko dan diperantarai oleh faktor-faktor biomekanik atau
penyakit dan berat badan lebih namun data mortalitas neurohumoral.
3s0 IYUTRISI
Berat badan lebih merupakan penyebab utama menyebabkan malabsorpsi kalsium dan meningkatnya
osteoartritis lutut dan panggul. Pada perempuan pasca kehilangan massa tulang. Kebutuhan akan vitamin D juga
menopause, kegemukan berkaitan dengan risiko kanker meningkat pada usia lanjut. Meskipun tinggal di negara
payudara dan kanker kolon. Kegemukan juga meningkatkan tropis, seringkali para usia lanjut kurang terpajan sinar
risiko diabetes dan penyakit jantung koroner. Risiko matahari daripada orang dewasa muda. Selain itu, pada
timbulnya hendaya juga berkaitan dengan kegemukan, proses menua, kemampuan kulit membenfuk previtamin
terutama pada perempuan. D-3 dari sinar ultraviolet berkurang. Rendahnya kadar
kalsium dan Vitamin D dalam diet mayoritas penduduk
Defisiensi Vitamin dan Mineral negara berkembang, bersama dengan perubahan
Tidak memadainya asupan mikronutrien sering terjadi pola makan dan aktivitas akan membuat osteoporosis
pada usia lanjut, bahkan pada negara yang telah sangat sebagai masalah besar yang kian meningkat pada usia
maju, yang berkaitan dengan meningkatnya risiko lanjut.
penyakit kronik. Sebagai contoh, vitamin 8-6, B-12, dan Dengan transisi nutrisi menuju diet tinggi lemak dan
asam folat dibutuhkan untuk mencegah akumulasi rendah serat, perlu dijaga dan ditingkatkan asupah buah,
homosistein, suatu asam amino yang secara konsisten sa)ruran, dan biji-bijian utuh yang akan sangat membantu
berhubungan dengan risiko penyakit vaskular. Juga mengontrol peningkatan insidensi penyakit kronik.
terdapat hubungan anlara rendahnya konsentrasi Menariknya, kebutuhan terhadap zat besi dan
vitamin B dan menurunnya fungsi kognitif. Data dari vitamin A pada usia lanjut, lebih rendah daripada dewasa
beberapa studi memperlihatkan bahwa kadar vitamin B muda. Pada usia lanjut terdapat penurunan klirens
yang rendah sering terjadi pada usia lanjut. Untuk vitamin A lewat hepar dan jaringan perifer lainnya.
Indonesia, studi Lukito pada204 orang usia lanjut di kota Cadangan zat besi pada usia lanjut terakumulasi dan
Jakarta memperlihatkan seb any ak 3 6,6oh subyek memiliki tingginya kadar feritin serum berkaitan dengan makin
kadar tiamin (vitamin Bl) rendah dan sebanyak 32,4yo besarnya risiko penyakit jantung koroner.
mengalami defi siensi vitamin B - 1 2 (bila me makai cut - off
point l;rnirtk usia lanjut, yang lebih tinggi,258 pmollL,
sesuai saran Allen dan Casterline 1994 dan Lindenbaum PENDEKATAN PRAKTIS PENILAIAN STATUS
1994). Selain itu juga diperoleh data rendahnya status NUTRIS!
biokimia vitamin A dan asam folat.
Data ini terkait dengan rendahnya asupan zat gizi Pertimbangan Umum Anamnesis dan
tertentu dalam pola makan sehari-hari. Asupan tiamin Pemeriksaan Fisis
kurang dari setengah asupan harian yang dianjurkan yaitu Perlu dicurigai adanya problem nutrisi bila terdapat
1,2 mg Demikian pula asupan asam folat. penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnya
Terdapat beberapa bukti manfaat suplementasi malnutrisi seperti gangguan kognitif, gangguan miokard
vitamin pada fungsi kognitif dan penyembuhan ulkus. Pada kronik, gangguan ginjal kronik, atau masalah paru,
sebuah studi, suplementasi mikronutrien oral dalam jumlah sindrom malabsorpsi, dan polifarmasi. Selain itu, bila
sedang (vitamin, copper, selenium, iodine, zink, dsb) terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat kenyang, mual,
memperbaiki skor tes fungsi kognitif sementara plasebo perubahan pola defekasi, fatigue, apatis, atau hilangnya
tidak memberikan efek pada kelompok sukarela usia lanjut daya ingat, harus mendapat perhatian penuh. Temuan
sehat (usia 66-86 tahun). Pada Studi Kesehatan Perawat fisis yang menandakan adanya defisit nutrisi adalah
Longitudinal, informasi tentang penggunaan vitamin C dan kondisi gigi geligi yang buruk, keilosis, stomatitis
E diperoleh tahun 1980 dan juga follow-up fungsi kognitif angularis, dan glositis. Ulkus dekubitus atau lambatnya
antara tahun 1995 dan 2000. Pada studi ini (usia 70-79 penyembuhan luka, edema, dan dehidrasi merupakan
tahun), pengguna vitamin C dan E atau vitamin E saja temuan fisis yang sering pada penderita malnutrisi berat.
memiliki nilai skor kognitif global yang lebih baik daripada Umumnya, faktor-faktor risiko malnutrisi dapat
yang tidak meminum vitamin atatyanghanya meminum dikategorikan menjadi gangguan yang menimbulkan
vitamin C saja. Pada studi lain juga ditemukan bahwa arioreksia, asupan yang tidak adekuat, dan masalah sosial
penggunaan vitamin E dari makanan mungkin berkaitan atau ekonomi. Faktor-faktor risiko malnutrisi tersebut
dengan berkurangnya risiko Penyakit Alzheimer. Juga dapat dilihat dalam Tabel 1.
terdapat bukti bahwa suplemen vitamin C dan zink pada Seringkali kombinasi faktor-faktor risiko ini
usia lanjut dengan ulkus dekubitus akan mempercepat menyebabkan kehilangan berat badan pada usia lanjut,
penyembuhan luka. terutama mereka yang berusia 75 tahlur;' lebih dan lemah.
Kalsium dan vitamin D juga merupakanzat giziyang Penyebab-penyebab kehilangan berat badan yang sering
sangat perlu mendapat perhatian pada usia lanjut. terjadi dan dapat diatasi bisa diingat dengan istllah"Meals
Dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal on [Mheels" seperti terlihat dalam Tabel 2.
OANGGUAITI NUTRISI PADA USIA LI\MUT 351
bahkan gagal jantung. Pada kondisi ini diet dimodifrkasi kehilangan berat badan dalam proporsi sama dengan lemak
dalam bentuk yang lebih padat. Bila terjadi hiponatremia dan otot seperti pada dewasa muda namun demikian
dan hipokalsemia, hipofosfatemia, dan berkurangnya kadar karena mereka mulai dengan massa tubuh kering lebih
magnesium serum, waspadai timbulnya atau perburukan sedikit, berlanjutnya penurunan berat badan akan
delirium. Masalah lain yang mungkin timbul dengan diet menyebabkan penurunan berat di bawah ambang risiko
enteral ini adalah diare berat. Risiko diare dapat fraktur serta hilangnya kekuatan otot. Perlu dilakukan
diminimalkan bila diet diberikan dalam infus lambat. upaya guna mencegah kehilangan massa tulang dan otot
Pemberian diet cair secara bolus melalui NGT pada usia seperti latihan aerobik dan daya tahan atau terapi
lanjut akan meningkatkan risiko diare, muntah, serta antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori perlu
pneumonia aspirasi. ditambahkan guna memastikan asupan a dekuat zat gizi dan
Target utama rehabilitasi pada pasien geriatri adalah vitamin selama periode diet.
memperbaiki kemandirian fungsional dan meningkatkan Perawatan usia lanjut juga membutuhkan identifikasi
kekuatan otot sehingga strategi yang bertujuan untuk waktu-waktu yang paling mungkin menimbulkan risiko
memperbaiki massa otot sangatlah penting. Latihan fisis tinggi kehilangan berat badan, terutama massa tubuh
yang sesuai dapat dilakukan untuk tujuan ini. Sangatlah kering. Hal ini mencakup saat terserang penyakit akut yang
penting memahami perlunya pendekatan terpadu dalam menyebabkan imobilisasi dan masa penyembuhan yang
tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut. Intervensi nutrisi lama, perubahan pola aktivitas harian seperti memasuki
agresif hanya merupakan b agian dai strategi keseluruhan. masa pensiun, merawat pasangan atau teman yang sakit,
atau trauma ringan seperti regangan atau keseleo yang
Obesitas membatasi aktivitas biasanya, atau obat-obat baru yang
Tujuan program pemrrunan berat badan haruslah untuk menghalangi aktivitas penuh akibat pengaruh sensoris
mencapai penurunan berat badan sedang yang atau kognitifseperti sedasi ringan atau instabilitas.
menyebabkan membaiknya status kesehatan. Upaya- Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang berhubungan
upaya meningkatkan aktivitas fisis dan mengurangi dengan berat badan harus mencakup pengamatan kondisi-
asupan kalori lebih diutamakan daripada penggunaan obat. kondisi kesehatan yang berhubungan dengan berat badan,
Terapi farmakologis harus dipertimbangkan bila tampaknya terutama yang dapat diatasi dengan penurunan berat badan
sulit untuk mengontrol akibat metabolik obesitas (contoh: seperti hipertensi, hiperlipidemia, diabetes tipe 2, artritis
hipertensi sulit terkontrol atau kontrol diabetes tidak lutut dan panggul, serta penyakit vaskular perifer. Riwayat
adekuat untukjangka lama) atau berada dalam keadaan berat badan terperinci harus menjadi evaluasi awalpada
dimana obesitas akan menimbulkan gangguan dalam semua pasien geriatri dan harus mencakup berat badan
mengatasi masalah kesehatan yang lain seperti operasi masa dewasa muda, usia pertengahan, berat badan
penggantian lutut. maksimum dan minimum, serta perubahan berat akhir-akhir
Bila program penurunan berat badan diambil, penting ini. Bila tak ada gangguan kognitif berat, riwayat berat
diingat bahwa tulang dan otot akan turut berkurang selama badan yang dilaporkan akan cukup akurat. Bahkan pada
periode pemrrunan berat badan. Orang tua mengalami pasien berat badan lebih, penurunan berat badan yang tak
Gambar 3. Bagan tatalaksana rasional kehilangan berat badan pada usia lanjut
GANGGUAI{ NUTRISI PADA USIA LANJUT 353
dapat dijelaskan harus menjadi perhatian khusus dan dan cepat berkembangnya penyakit serius yang
evaluasi seksama terhadap faktor-faktor yatg mengancam nyawa. Pasien dan keluarga harus diedukasi
mempengaruhi seperti kondisi medis, psikologis, atau tentang pentingnya memelihara cairan yang adekuat
fungsional. Pencegahan pertambahan berat badan juga setiap saat dan secara hati-hati memonitor asupan bila
menjadi pertimbangan lain, terutama pada yang mengalami timbul gejala penyakit ringan atau jika kebutuhan cairan
imobilisasi. Pasien harus didukung untuk melakukan meningkat seperti pada keadaan demam. Pada pasien yang
aktivitas fisis teratur seperti latihan daya tahan dan dirawat di rumah sakit, kemungkinan adanya kondisi
peregangan. Aktivitas ini dapat dirancang sesuai tingkat kebingunganakut/delirium yang disebabkan oleh dehidrasi
latihan dan fungsi. harus menjadi prioritas dalam daftar diagnosis banding.
Kegemukan, bersamaan dengan abnormalitas metabolik Dokter harus memastikan bahwa pasien mendapat akses
atau kesulitan mengontrol gej ala penyakit atau polifarmasi, adekuat terhadap cairan. Selain itu, asupan cairan total
membutuhkan program pemrnman berat badan. Apakah perlu secara hati-hati dimonitor dengan cara sering
program penurunan berat badan bermanfaat pada usia menimbang berat badan dan mengukur asupan dan
lanjut? Uji klinik memperlihatkan bahwa penurunan berat keluaran.
badan dapat dicapai dan menyebabkan perbaikan
hipertensi, diabetes, serta gejala-gejala osteoartritis lutut.
REFERENSI
Dukungan Nutrisi pada Pasien dengan Ulkus
Alibhai Smh, Greenwood C, Payette H.,An approach to the manage-
Dekubitus ment of
Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa terapi unintentional weight loss in elderly people. CMAJ 2005; 172:6.
dan pencegahan defisiensi nutrisi dapat menurunkan risiko Azad N, Murphy J, Amos Ss, Tophan J. Nutrition Survey rn an
ulkus dekubitus dan membantu penyembuhan luka. Juga Elderly
terdapat hasil studi yang menunjukkan bahwa Population. CMAJ 1999; 161:5.
penyembuhan ulkus dekubitus dapat dipercepat dengan Bohmer ! Mowe M. The association between atrophic glossitis and
protein-calorie malnutrition in old age. Age and Ageing 2000;
pemberian zink dan vitamin C dosis besar. Selain itu asupan
29.
protein total juga berpengaruh. Pada studi terbaru terlihat
Juguan Ja, Lukito W, Schultink W. Thiamin deficiency is prevalent
peningkatan penyembuhan luka tekan pada pasien yang in a selected group of urban Indonesian elderly people. J. Nutr
menerima formula tinggi protein drmana 25oh kalori berasal 1999;129.
dari protein dibandingkan yang hanya menerima l6ohkaloi Lipschitz Da. Nuftition. \n Geriatric Medicine, An Evidence-Based
yang berasal dari protein. Perbaikan terj adipadaT 6o/opasien Approach, Cassel CK, Leipzig RM, Cohen HJ,'Larson EB, Meier
dengan diet tinggi protein sedangkan pada pasien dengan DE (eds). Springer; 2003. p. 1009'21.
Soini H, Routasalo P, Lagstrom H. Characteristics of the Mini-
diet protein lebih rendah, perbaikan harryapada36%o.
Nutritional Assessment in elderly home-care patients. Eur J
Clin Nut 2004; 58.
Dukungan Nutrisi Entera! Jangka Panjang Sullivan Dh, Johnson Le. In Principles of geriatric medicine &
gerontology, Hazzard WR, Blass JP, Halter JB, Ouslander JG,
Pada pasien imobilisasi, kebutuhan energi ditentukan
Tinetti ME (eds). McGraw-Hill; 2003. p. 1587-91.
secara eksklusif melalui laju metabolik istirahat.
Tucker K1, Buranapin S Nutrition and aging in developing
Pertambahan berat badan biasanya dicapai dengan countries. American Society for Nutritional Sciences 2001.
pemberian 25 kkal/kgBB/hari. Jumlah ini harus ditambah Vanes M-c, Hermann Fr, Gold G Michel J-p, Rizzoli R. Does the
bila terdapat penyakit akut seperti infeksi atau ulkus Mini Nutritional Assessment predict hospitalisation outcomes
dekubitus. Diet protein diberikan sebanyak2}oh dari total in older people? Age and Ageing 2001; 30.
kalori. Kebutuhan cairan rala-rata 35 ml/kgBB/hari. Jika Visvanathan R, Newbury Jw, Chapman I. Malnutrition in older people,
screening and management strategies. Australian Family Physi
asupan cairan tidak terpenuhi, dehidrasi mudah te{adi yang
cian. 2004; 33:i0.
selanjutnya akan menimbulkan keadaan kebingungan akut,
bb
--
MALNUTRISI
Ari Fahrial Syam
354
MALNUTRISI J55
laboratorium yang berhubungan dengan status nutrisi dewasa laki-laki dan 28,5 untuk dewasa perempuan.
pasien. Pemeriksaan khusus untuk menentukan status Pemeriksaan TSF dan LLA ini terutama ditujukan jika
nutrisi seperti B io electic al Impedanc e Spectros copy (BIS) pengukuran berat badan tidak memungkinkan. Kedua
dan energ,, expenditure. Pendekatan yang akhir-akhir ini pemeriksaan ini jika dilakukan secara bersamaan bertujuan
sering digunakan terutama untuk penelitian adalah dengan untuk mengukur massa otot dan lemak. Dari hasil kedua
menggunakan subj ective global assessment (SGA). pemeriksaan ini dapat dinilai luas otot tangan(arm muscle
arealAMA) dengan menggunakan rumus Heymsfield
(modified). Dengan menggunakan rumus Heymsfield
PENGUKURAN ANTROPOMETRI (modified) kita dapat mengukur sebesar berat
undernutrisi yang terjadi. Rumus untuk mengukur luas
Pengukuran berat badan merupakan pemeriksaan yang otot tangan:
sering digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Perubahan berat badan yang mendadak menunjukkan
AMA untuk taki_laki : (MAC_ITSF)r_ 10
perubahan balans cairan yang mendadak. Sedang
perubahan berat badan jangka lama menunjukkan 4p
perubahan massa real jaringan tubuh. Setelah diketahui AMA untuk perempuan : MAC-rTSF)2-6.5
berat badan teutunya yang perlu dihitung selanjutnya
adalah indeks massa tubuh. (IMT). IMT didapat 4p
perbandingan antaraberat badan dalam kilogram dengan AMA : armmusclearea(crfi)
tinggi badan kuadrat dalam meter. (ihat lihat pada rumus MAC : mid arm circumferencellingkar lengan atas (cm)
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). TSF triceps skinfold (cm)
Indeks massa tubuh (IMT): Selain pemeriksaan antropometri tersebut, secara umum
berat badan (kg) / (tinggi badan)2 (m2) kita juga dapat melihat pasien yang kekurangan berbagai
zat nutrisi. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan kulit,
Berdasarkan IMT pasien tersebut dapat ditentukan rambut, kuku. Membran mukosa dan sistem neurologi.
status nutrisi pasien tersebut. Berbagai klasifikasi Adanya edema perifer terutama pada ujung kaki dan
digunakan untuk menentukan stafus nutrisi seseorang tangan serta rambut yang mudah dicabut menunjukan
yang sering digunakan adalah klasifikasi oleh WHO adany a defisiensi protein.
dimana nilai normal IMT adalah I 8, 5 sampai 22,9. (Tabel f ) Pemeriksaan kulit mungkin menemukan popular
keratitis jika terjadi defisiensi vitamin A, perdarahan
perfolikular karena defisiensi vitamin C, ekimosis karena
difisiensi vitamin K dan hiperpigmentasi pada daerah kulit
Klasifikasi IMT (kg/m'z) yang terpajan menunjukkan adanya defisiensi niasin.
Underweight <18,5 Pemeriksaan konjungtiva yang pucat menunjukkan
Normal 18,5-22,9 hemoglobin yang rendah dan hal ini bisa berhubungan
Overweight t23 dengan adanya defisinesi zat besi (Fe), ditemukannya Bitot
Berisiko 23-24,9
Obes I 25-29,9
spot menunjukkan defisiensi vitamin A yang berat,
Obes ll 130 nistagmus dan paresis otot okular menunjukkan defisiensi
thiamine. Pemeriksaan mulut mungkin menemukan
stomatitis angular dan keilosis yang berhubungan dengan
defisiensi riboflavin dan atau niasin, adanya glositis
Selain pemeriksaan berat badan, paf,ameter antropometri
dengan permukaan lidah yang halus dan merah menjukkan
lain yang digunakan yaitu pengukuran tebal lemak bawah
adanya defisiensi riboflavin, niasin, vitamin Bl2 atau
kulit triseps (Triceps skinfold thicknesslTSF) dan defrsiensi piridoksin. Sedang adanya perdarahan gusi yang
pengukuran lingkar lengan ataslLLA (Midarm
hipertrofi berhubungan dengan defisiensi vitamin C.
circumference IMAC). Pengukuran TSF dilakukan dengan
Gangguan neurology yang sering ditemukan adalah
menggunakan alat khusus. Pengukuran LLA dilakukan
neuropati perifer yang berhubungan dengan difisiensi
dengan menggunakan alat pengukur meteran yang terbuat
piridoksin atau vitamin E.
umumnya dari kain atau nylon yang diletakan pada
pertengahan lengan antara akromian dan olekranon.
Pengukuran TSF untuk memperkirakan cadangan lemak Pemeriksaan Laboratorium
jaringa sedang LLA untuk memperkirakan massa otot. Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk
Besaran standar untuk TSF orang dewasa laki-laki 12,5 mengevaluasi status nutrisi arfiara lain pemeriksaan
mm sedang untuk perempuan 16,5 mm. Untuk lingkar albumin, prealbumin, transferin, kreatinin dan balans
lengan atas standar yang digunakan adalah29,3 cm untuk nitrogen.
356 NUTRISI
B i oelecti cal I m peda nce Specfroscopy (B IS) lemak subkutan, kehilangan massa otot, adanya edema
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur cairan tubuh pada kaki, edema pada sacrum dan adanya asites.
total/total body water (TBW), cairan ekstraselular/ Klasifikasi SGAterdiri dari kelas A, B dan C. Kelas A
extracellular water (ECW) dan cairar intraselular/ jika status nutrisi baik, kelas B jika malnutrisi sedang/
intracellular water (ICW). Pemeriksaan ini didasarkan moderat dan kelas C jika malnutrisi berat.
pada perbedaan hantaran dari berbagai jaringan tubuh.
Jaringan seperti otot atau darah merupakan konduktor
Penapisan Malnutrisi
yang baik, sedang massa lemak, udara atau tulang
Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan
merupakan konduktor yang buruk. Dengan mengetahui
metode mudah dan cepat. Metode yang digunakan
ECV/, ICW dan TBW dapat dihitungfat-free mass (FFM),
sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko
sedang fat mass didapat dari berat badan dikurangi FFM.
gangguan nutrisi. Ada empat hal untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu
Pengel uaran Energi (Energy expend itu rel berat badan turun, asupan makan terakhir yang kurang,
Pengeluaran energi basaVB asal energ,t expenditure (BEE) indeks massa tubuh saat diperiksa dan beratnya penyakit.
dapat diperhitungkan dengan menggu-nakan rumus Salah satu model yang digunakan untuk penapisan
Harris Benedict. Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa malnutrisi adalah yang digunakan oleh University
BEE didapat dariresting energt expenditure (REE) sekitar hospital of Nottingham (Tabel2).
75o/o dari total energi), pengeluaran panas dari proses
pencer-naan (sekitar l0%o dari total energi) dan aktivitas
frsik (sekitar l5Yo daitotalenergi). Rumus Harris Benedict A. lndeks massa tubuh (kg/m2)
untuk penghitungan BEE yaitu: a. Lebih besar dari 20=0
a. IMT'18-20
Perempuan BEE (kkaUhari) : b IMT<18 =2
B Besarnya penurunan berat bedan yang tidak dikehendaki
655 + (9,6 X BB) + (1,8 XTB)-(4,7 XU) dalam
3 bulan terakhir
Laki-laki BEE (kkaUhari): r
a Tidak ada =0
66+ (13,7 X BB) + (s XTB)-(6,8 XU) b Kurang dari 3 kg =1
c. Lebih dari 3 kg =)
RFtr : basal energy expenditure C Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
terakhir
BB : beratbadanaktual dalamkg
a Tidak ada =0
T : tinggidalamcm b. Ya =l
U : umur dalam tahun D. Faktor stress dan beratnya penyakit
a. ada
Tidak = Q
Melalui rumus ini dapat diperhitungan kebutuhan b.Moderate* = 1
Sampai saat ini tidak ada gold standard untuk Campbell SE, Avenell A, Walker AE. Assessment of nutritional sta-
menentukan status nutrisi seseorang. Sebagian besar tus in Hospital in-patients. Q J Med 2002;95:83-7.
Daldiyono H. Indikasi pemeberian nutrisi enteral dan parenteral.
pendekatan penilaian nutrisi yang ada didasarkan
Dalam Sudoyo AW, Markum HMS, Setiati S, Alwi I, Gani RA,
beratnya penyakit dan telah tervalidasi berdasarkan Sumaryono Naskah lengkap Pertemuan Ilmiah Penyakit Dalam.
outcome klinis dari pada parameter nutrisi yang spesifik. 1998. Jakarta Bag. IPD FKUI.p. 75-78.
Detsky AS, Mclaughin ft Baker JP et al. What is subjective global
assessment of nutritional status? JPEN 1987;l 1:8.
REFERENSI Dwyer. Nutritional Requirements and Dietary Assessment. In Fauci
AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al. (eds). Harrison's Prin-
ciple of Internal Medicine. 14m edition. New York: McGraw-
Alpers DH, Klein S. General nutritional principles. In: Yamada T,
Alpers DH, Latne L, Owyang C, Powell DW (eds). Textbook of
Hill. 2002. p. 45r-54.
Halsted CH. Malnutrition and nutritional assessment. In In Fauci
Gastroenterology, 3'd ed. New York: Lippincott Williams &
AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al. (eds). Harrison's Prin-
Wilkins 1999.
ciple of Internal Medicine. 15ft edition. New York: McGraw-
Avunduk C. Manual of gastroenterology, Diagnosis and Therapy.
Hill. 2002.p455-60.
3'd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins 2002.
Keusch GT. The History of Nutrition: Malnutrition, Infection and
Barendregt K, Soeters B, Allison SP. Diagnosis of malnutrition.
Screening and assessment. In Sobotka L. Allison SB Fiilrst P et
Immunity. Nutr. 2003; 133:3363-3405.
Meier R. Prevalence of Malnutrition. In Sobotka L. Allison SE
a1.(editors). Basics in clinical nutrition. 2"d edition. Semily: House
Fiirst P et a1.(editors). Basics in clinical nutrition. 2"d edition.
Galen.2000 p.29-36.
Semily: House Galen.2000 p.19-21.
56
MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
Siti Setiati, Rose Dinda
3s8
MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
359
Sitokin proinfl amasi berperan dalam patogenesis terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat kenyang, mual,
terjadinya inflamasi kronik, misalnya anemia, perubahan pola defeksi, fatique, apatis, atau hilangnya
hipoalbuminemia, dan kaheksia. Interleukin- I ([- 1), IL-6, daya ingal, bahkan faktor sosial misalnya rasa kesepian'
dan TNF-cr berperan pada berkurangnya lean bo$t mass, kemiskinan harus mendapat perhatian penuh dalam
jaringan lemak, dan massa tulang (karakteristik inflamasi mendeteksi malnutrisi. Faktor-faktor risiko yang
yang menyebabkan kaheksia). Sitokin proinflamasi memengaruhi masalah nutrisi harus dicari dalam melakukan
menimbulkan suatu kondisi katabolisme otot dengan cara anamnesis.
menekan sintesis protein otot dan/atau mempercepat Pasien usia lanjut yang-dirawat karena kondisi medis
kerusakan protein otot yang berasal dari makanan. Sitokin akut atau masalah bedah sangat berisiko berkembang
juga merangsang pelepasan kortisol yang mengakibatkan menjadi malnutrisi. Keadaan yang sering terjadi pada
percepatan katabolisme otot. Pada usia lanjut keadaan perawatan di rumah sakit yang memicu berkuran gnya lean/
kaheksia yang berhubungan dengan penyakit-penyakit total body mass adalahtirah baring yang lama, inflamasi
kronik (kanker, infeksi) dapat berkembang tanpa dasar akut, dan asupan nutrisi yang tidak adekuat. Keadaan
penyakit yangjelas. tersebut merupakan faktor risiko tinggi mortalitas. Oleh
karena itu, pada orang usia lanjut yang dirawat di rumah
sakit karena kondisi medis akut harus dilakukan
anamnesis yang mendalam dan rinci untuk menemukan
EVALUASI
faktor risiko yang berkaitan dengan nutrisi.
Pengkajian status nutrisi yang rutin dan rinci merupakan Penyakit-penyakit kronik yang memengaruhi status
bagian dari pengkajian paripuma pada pasian geriatri, yang nutrisi, antara lain disfungsi pencernaan, sesak napas
mutlak dilakukan pada pasien usia lanjut, meliputi anam- karena penyakit paru obstruktif kronik dan gagal jantung
nesis, pemeriksaan frsik, pemeriksaan antropometrik, kongestif (mempengaruhi kemampuan menyiapkan dan
pemeriksaan penanda biokimiawi dan penilaian usia lanjut asupan makanan), gangguan endokrinologi dapat
yang berisiko malnutrisi dengan menggunakan tools yang meningkatkan metabolisme (hiperparatiroidisme) atau
menurunkan nafsu makan (Pheokromasitoma).
sudah divalidasi. Penilaian status nutrisi pada geriatri tidak
mudah karena adanya perubahan komposisi tubuh terkait
Efek samping obat-obat yang diminum dapat
usia dan pemrrunan fungsi yang menyerupai perubahan merupakan penyebab utama penurunan berat badan,
termasuk anamnesis obat-obat yang dibeli bebas, vitamin
akibat malnutrisi. Tidak seperti pada usia muda, pada usia
lanjut tanda manutrisi dan malabsorpsi nutrient seringkali dan supplement nutrisi. Mekanisme dapat melalui
penurunan nafsu makan, gangguan absorpsi nutrient.
tidakjelas kecuali pada keadaan yang sangat berat'
Kualitas pengdcap makanan menurun dengan
Pengkajian nutrisi secara komprehensif meliputi: bertarnbah umur. terutamajika ada riwayat merokok. Terjadi
L Anamnesis: perubahan pada rasa dan bau. Jumlah papilla pengecap
Pengkajian penyebab berat badan turun/faktor risiko, pada lidah menurun sejalan dengan umur. Yang pertama
pengkajian asupan makanan menurun adalah rangsang pengdcap manis dan asin,
2. Pemeriksaan antropometrik makanan mulai terasa asam atau pahit, sehingga anamne-
3. Laboratorium sis pengdcap rasa dan bau penting untuk ditanyakan.
Pada usia lanjut yang menderita penyakit kronis,
misalnya hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung,
ANAMNESIS hiperurisemia pola diet sesu aiyang dianjurkan dokter/ahli
gizi misalnya diet rendah garam, diet DM, diet jantung dan
Kadangkala sulit mendapalkan data yang akurat pada rendahpurin. Hal tersebut dapatmenurunkan asupan kalori
anamnesis pasien usia lanjut, disebabkan karena yang meningkatkan risiko malnutrisi
berkurangnya daya ingat, terjadi penurunan fungsi kognitif Depresi dan demensia dapat menyebabkan penurunan
dan rasa takut. Oleh karena itu, aloanamnesis dengan berat badan pada usia lanjut. Demensia lanjut
pramurawat (caregiver) dan keluarga penting dilakukan. berhubungan dengan gangguan menelan. Keadaan lain
Pada anamnesis dicari faktorrisiko malnutrisi, misalnya yang memengaruhi status nutrisi pada usia lanjut adalah
: penurunan berat badari, riwayat penyakit kronik, riwayat status fungsion al yangrendah, kemiskinan, isolasi sosial,
obat-obatan, diet khusus, kesehatan mulut, depresi, dan perlakuan salah pada usia lanjut (elder abuse)
keadaan status fungsional dan sosial, peminum alkohol.
Perlu dicuri gai adanya masalah nutrisi bila terdapat
penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnya PENGKAJIAN ASU PAN MAKANAN
malnutrisi seperti gangguan kognitif, gangguan mobilisasi,
gangguan miokard kronik, gangguan ginjal kronik, masalah Pengkajian asupan makanan secara terinci merupakan
paru, sindrom malabsorbsi, dan polifarmasi. Selain itu bila bagian yang krusial dalam pengkajian nutrisi, walaupun
360 NUTRISI
Chronic Medical
Medications
Conditions
I
\y
Cardiac diseases Angiotensin converting H ea rt-hea lth y
Pulmonary diseases e nzym e Low Cholestero
C an cer Analgesics No/low salt
lnfection s/A lD S Antacids Renal
Rheumatoid arthritis Antiarrythm ics
H elicobacter pylori Antibiotics
Gallbladder disease Anticonvulsants
M a la bso rption Antidepressants Review diet
Hyper/hypo thyroidism p-b loc ke rs Evaluate necessity
A lcoh olism Calcium -channel Refer to a dietician
Parkinson's disease blocker
Pressure ulcers D ig oxin
D iu retics
H2-blockers Functional and Social
Laxatives Problems
Detailed history Nonsteroidalanti
Medical records inflammatory drugs
targeted evaluation Oral hypoglycemics lm m o bility
Potassiu m Poor dexterity
su p pos ito rie s Tremors
Steroids Pove rty
Loneliness
Poor support
Psychiatric and
Gognitive Problems
Activities of daily living
ln stru mental activities
Depression Dry mouth of daily living
D e m entia Disgeusia Physical therapy
Late-life paranoia Poor dentition Occupationaltherapy
Anorexia nervosa Oral candidiasis Socia I status evaluation
Globus hystericus Mouth sores
seringkali sulit didapat. Pengkajian asupan makanan ini dikonsumsi dalam 1 minggu terakhir dengan bantuan
dapat dilakukan beke{a sama dengan bagian gizi rumah food model sebagai panduan untuk membantu ingatan
sakit (dietisien yang terlatih). subyek. Selanjutnya, data yang diperoleh dalam ukutan
rumah tangga (JRT), dikonversikan dalam ukuran gram
Terdapat 4 cata untuk mendapatkan informasi asupan
menggunakan daftar bahan makanan penukar dan
makanan:
dianalisis dengan program nutrisurvey 2005.
l. Food record
Pasien mencatat semua makanan dan minuman yang 24-hour recall
dikonsumsi dalam waktu 7 hai. Cara ini paling akurat Pasien mengingat semua makanan yang dikonsumsi
dan praktis untuk mengumpulkan data, asalkan pasien dalam 24 jam. Cara ini kurang akurat,tergantung
kooperatif. ketrampilan penanya, keterbatasan daya ingat pada usia
lanjut dan dipengaruhi variasi makanan dari hari ke hari.
2. Food-frequency questionnaire
Cara ini kurang akurat bila dibanding detganfood Riwayatdiet
r e c or d. F o o d F r e qu e n cy Qu e s t i o n n a ir e adalah lnt.*. Riwayat diet diceritakan oleh pasien, yang dilakukan
menilai perilaku makan dan mendapatkan data kuantitas oleh dietisien yang terlatih
asupan makanan I bulan terakhir dengan cara Pengkajian asupan makanan tidak hanya ditanyakan
menanyakan frekuensi, jumlah danjenis makanan yang pada saat sebelum pasien dirawat, tetapi juga perlu dikaji
MAI.I{UTruSI DI RUMA}I IIAKIT 361
asupan makanan selama dalam perawatan. Dokter Riwayat penurunan berat badan merupakan hal yang
bersama ahli gizi dan perawat (sebagai bagian dari Tim penting dalam anamnesis pasien usia lanjut. Berdasarkan
Terpadu Geriatri) memantau perkembangan asupan data dari Nutitional Screening Initiative (NSI), penurunan
makanan pasien yang dirawat setiap hari. berat badan > 5%o dalam I bulan atau > 7,5%o dalam3
bulan, atau > llyo dalam 6 bulan dianggap bermakna.
Beberapa studi menyatakan terdapat hubungan antara
PEM ERIKSAAN FISI K/ANTROPOM ETRI K
turunnya berat badan dengan peningkatan risiko
mortalitas,
Nilai-nilai antropometrik berhubungan erat dengan nutrisi, Pengukuran berat badan dilakukan dengan
lingkungan, kondisi sosiokultural, gaya hidup, status menggunakan timbangan yang dikalibrasi, dengan
fungsional dan kesehatan. Pemeriksaan antropometrik
memakai pakaian ringan dan tanpa sepatu dengan
mempertimbangkan beberapa faktor yang memengaruhi
merupakan hal esensial dalam penentuan malnutrisi pada
seperti edema, asites dan kehilangan anggota tubuh. Pada
evaluasi nutrisi geriaki.
pasien yang tidak dapat berdiri pengukuran berat badan
dilakukan dengan menggunakat upright balance beam
Berat Badan, Tinggi Badan dan lndeks Massa scale atat wheelchair scale, pada pasien imobilisasi
Tubuh pengukuran dilakukan dengan menggunakan bed scale.
Berat badan merupakan prediktor kuat morbiditas dan Alat pengukur tersebut harus rutin dikalibrasi.
mortalitas pasien rawat inap. Berat badan cenderung
meningkat hingga akhir usia 60 tahun dan selanjutnya
menurun secara bertahap. Malnutrisi dapat terjadi pada
Pengukuran Teba! Lipatan Kutit dan Massa Otot
Persentase lemak pada orang tua lebih besar dibanding
usia lanjut yang overweight, yang perlu dicurigai bila
usia muda. Proses menua juga memengaruhi distribusi
ditemukan penurunan berat badan bermakna.
Pengukuran antropometrik pertama adalah mengukur
lemak dimana lemak pada tubuh dan intraabdomen
tinggi badan dan berat badan kemudian mengukur indeks
meningkat sementara pada ekstremitas kurang.
Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan lipatan triceps
massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dihitung dengan
berkorelasi dengan lemak tubuh pada orang usia lanjut
membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat
dan merupakan perkiraan kasar simpanan lemak dan massa
tinggi badan (dalam meter persegi). Menurut Nutritional
Survey Initiatlve (NSI) IMT normal22-27, malnutrisi ringan
otot. Pemeriksaan lipatan kulit lebih sulit dilakukan
IMT < I 8,4 dan malnutrisi berat IMT < 16. dibanding pengukuran lingkar lengan atas dan butuh
ketrampilan.
Pada saat mengukur tinggi badan seseorang berusia
lanjut, perlu diingat bahwa dalam perjalanan usianya dapat
terjadi pengurangan tinggi badan. Pengurangan tersebut Pemeriksaan Penanda Biokimiawi
dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Selain untuk identifikasi malnutrisi, penanda biokimiawi
berkurangnya komponen cairan tubuh sehingga discus dapat untuk mendeteksi defisiensi mikronutrien dan untuk
intervertebralrs relatif kurang mengandung air sehingga monitor efikasi intervensi nutrisi. Beberapa penanda
menjadi lebih pipih; makin tua seseorang ada biokimia yang dipakai antara lain serum albumin,
kecenderungan semakin kifosis sehingga tinggi tegak prealbumin, serum transferin, retinol binding protein dan
lurusnya berkurang, berkurang kekuatan otot dan I G F - I . Peneltian Kuzuya dkk menunjukkan bahwa serum
perubahan postural. Penurunan tinggi badan tersebut albumin pada pasien dengan ADL rendah tidak berkorelasi
akan memengaruhi hasil perhitungan IMT; oleh sebab itu dengan parameter nutrisi lain seperti antropometrik dan
dianjurkan menggunakan tinggi lutut (lcnee height)wtu}. kuesioner SGA.
menentukan secara pasti tinggi badan sesorang. Tinggi
lutut tidak akan berkurang kecuali jika terdapat fraktur
tungkai bawah. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi PENAPISAN STATUS NUTRISI
badan sesungguhnya (lihat rumus)
Beberapa instrumen telah dikembangkan untuk mendeteksi
adany a malnutrisi, berupa kuesioner s elf- as s e s sment
maupun yang harus dikerjakan oleh tenaga medis,
diantaranya :
terbagi menjadi menjadi 6 butir pertanyaan untuk skrining 193 responden, mendapatkan penilaian status nutrisi
malnutrisi dan dilanjutkan dengan l2pertanyaanfull MNA berdasarkan skor total MNA memiliki nilai keterandalan
untuk menilai status nutrisi. Pertanyaan pada MNA yang cukup baik, dengan nilai ICC 0,794 dan0,750 untuk
mencakup antropometrik (penurunan berat badan, IMT, inter dan intraobserver. Hal tersebut menunjukkan MNA
LLA dan lingkar betis), asupan makanan (asupan makanan memiliki keterandalan yang baik untuk menilai status gizi
dan cairan, frekuensi makanan, dan kemampuan makan pada usia lanjut.
sendiri), penilaian global (gaya hidup, obat-obatan, Kelebihan lain MNA adalah dapat mendeteksi orang
mobilitas, ada tidaknya stress akut, demensia atau depresi) usia lanjut dengan risiko malnutrisi sebelum tampak
dan self-assessment (persepsi pasien tentang kesehatan perubahan bermakna berat badan dan protein. Nilai MNA
dan nutrisi). Skor > 24 menunjukkan status nutrisi baik, yang rendah merupakan prediktor lamanya perawatan dan
skor 17 -23 ,5 menunjukkan risiko malnutrisi dan skor < 17 mortalitas tinggi.
menunjukkan malnutrisi. MNA selain mudah digunakan,
tidakmahal, memiliki sensitivitas 96% dan spesifisitas 98%. Subiective Global Assessment (SGA)
Donini,dkk mendapatkan hasil sensitivitas dan spesifisitas Instrumen ini memiliki sensitivitas 82o/o dan spesifisitas
MNA adalah 96%o dan 98%. MNA telah divalidasi di 72%. Stu,di kesahihan menunjukkan bahwa hasilnya
berbagai negara dan berkorelasi dengan penilaian klinis tergantung pengalaman pelaksana dan sensitivitas
dan indikator objektif status nutrisi lain seperti albumin tergantung tanda fisik mikronutrien yang umumnya baru
danIMT. nampak jelas pada keadaan lanjut, sehingga SGA tidak
Uji keandalan di Perancis membandingkan MNA dapat dipakai untuk deteksi dini, follow zp maupun moni-
dengan klinis, skala ADL, penanda biokimiawi sesuai tor dukungan nutrisi
dengan klinis pada 89%o responden sedangkan
pengelompokkan berdasarkan MNA dengan penanda
biokimiawi sesuai dengan klinis pada 88% responden.15
TATALAKSANA
Neumann dkk melaporkan uji keandalan inter-rater pada
pasien usia lanjut di bangsal rehabilitasi di Australia Tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut memerlukan
didapat hasil interclass correlation coeffient (ICC) 0,833 pendekatan multidisiplin dengan kerjasama interdisiplin,
yang berarti memiliki korelasi baik sedangkan Bleda dkk di yang melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, dan keluarga
Spanyol mendapatkan nilai ICC 0,89. atau pramurawat(care giver). Pengkajian paripurna yang
Penelitian yang dilalctrkan Ellen S (2009) di RSCM pada meliputi pengkajian status nutrisi pada setiap pasien usia
MALNUTRISI DI RUMAH SIAKIT 363
lanjut yang dirawat mutlak harus dilakukan agar diketahui berbagai macam penyakit (tidak satu penyakit) dan
dan dideteksi adanya malnutrisi atau risiko mengalami masalah kesehatan. Penyakit dan masalah kesehatan
malnutrisi pada pasien-pasien tersebut. Selanjutnya tersebut harus dikelola secara komprehensif dan
tatalaksana dapat diterapkan sesuai dengan masalah yang terintegrasi oleh tim terpadu geriatri atau tim kesehatan
dialami oleh pasien. yang terlibat, jangan sampai te{adi polifarmasi yang justru
Tatalaksana meliputi tatalaksana umum, obat-obatan, akan memperburuk kondisi pasien. Perlu dipertimbangkan
dan dukungan rottrisi (nutritional supporl). Secara umum semua jenis obat yang diberikan, efek sampingnya
pasien dikelola berdasarkan penyakit dan atau masalah- terhadap pasien, termasuk terhadap nafsu makan pasien
masalah yang diderita. Perlu dipahami, pada umumnya yang mungkin sudah kurang baik.
pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit mengalami
Usia : thn BB : Kg TB : Cm
Tinggi Lutut : Cm
Nama Pewawancara/pemeriksa :
Tuliskan angka peniiaian dalam kotak. Jumlahkan nilai-nilai dalam kotak dan sesuaikan jumlah penilaian ke dalam Skor
lndikator Malnutrisi.
b. Tidak Tahu =I
c. Kehilangan BB anatara 1-3 Kg =)
d. Tidak ada kehilanqan BB =3
Penilaian Umum
5. Hidup lidaktergantung ( tidak di tempat perawatan atau rumah sakit)
a. Tidak =0
b. Ya =1
6. Menggunakan lebih dari 3 obat per hari
a. Tidak =0
b. Ya =l
7. Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
a. Tidak =Q
b. Ya =1
8. Mobilitas
a. Hanya terbaring atau di atas kursiroda =0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak ke luar rumah = 1
c. Dapat pergi ke luar rumah =2
9. Masalah Neuropsikologis
aDemensia berat dan dePresi 0
b.
Demensia ringan 1
c.
Tidak ada masalah psikoloqis 2
364 NUTRISII
Penilaian Diet
10. Nyeri tekan atau luka kulit
a. Ya =Q
b. Tidak ='l
11. Berapa banyak daging yang dimakan setiap hari?
a. 1x makan = Q
b. 2x makan ='l
c. 3x makan =2
12 . Asupan protein terpilih
a Minimal 1x penyajian produk-produk susu olahan (susu, keju, yoghurt, es
krim, dll) per hari
o Ya
o T dak
Dua atau lebih penyajian produk -produk kacang-kacangan (tahu, tempe,
susu kedelai, dll) dan telur perminggu
o
O Tidak
c Daging, ikan dan unggas tiap hari (ayam, sapi, kambing, kerbau, kerang-
kerangan, teri, burung, dll).
o Ya
o Tidak
Untukjawaban no. 1.0
2.0,5
3. 1
13. Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayuran atau buah-buahan per hari
a Tidak = Q
b. va =1
14. Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan,
masalah pencernaan, atau kesulitan menelan.
a. Kehilangan nafsu makan yang =Qberat
b. Kehilangan nafsu makan sedang
=I
c. Tidak kehilanqan nafsu makan
=2
15. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu, dll) yang dikonsumsi per hari.
a. <3cangkir =0
b. 3-5 cangkir = 1
c. >5cangkir =)
16. Pola Makan
a. Tak dapat makan tanpa bantuan = Q
Dukungan nutrisi amat penting diperhatikan dan 3. Kuzuya M, Kanda S, Koike ! Suzuki Y, Satake S, Iguchi A.
dievaluasi secara seksama dan teratur selama perawatan. Evaluation of Mini-Nutritional Asessment for Japanese frail
elderly. Nutrition 2005;2 I :498-503
Cara pemberian nutrisi harus disesuaikan dengan kondisi
4. Omran ML, Salem P. Diagnosing undernutrition. Clin Geriatr
pasien. Pada awal atau selama perawatan, pasien mungkin Med 2002; l8: 719-36.
memerlukan nutrisi parenteral total, mungkin juga 5. Kagansky N, Berner Y. Koren-Morag N, Perlman L, Knobler
kombinasi nutrisi parenteral dan enteral, atau cukup nutrisi H, Levy S. Poor nutritional habits are predictors of poor out-
enteral atau nutrisi per oral, sangat tergantung pada situasi come in very old hospitalized patients. Am J Clin Nutr
dan kondisi kesehatan pasien. Jumlah, jenis, komposisi 2005;32:784-9 1.
nutrisi yang diberikan jugaperlu diperhatikan dan dihitung 6. Intan M. Studi pendahuluan indeks risiko gizi dan status gizi
geriatri di instalasi rawat inap B dan poliklinik geriatri RSUPN
dengan baik, apapun bentuk nutrisi yang diberikan.
Dr. Cipto Mangunkusumo. Akademi Gizi Yayasan RS MH
Thamrin Jakarta, 2001:'25
7. Wallace JI. Malnutrition and enteral/parenteral alimentation.
KESIMPULAN ln: Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology. Editor : Hal-
ter JB, Ouslander JG Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana
Malnutirisi khsusunya kurang nutrisi (undernutrition) di S. 6t ed. Mc Graw Hill. 2009 :469-81