Anda di halaman 1dari 4

Azmi Hanima Azhar & Rani Himayani | Katarak Brunesen Unilateral dengan Keratopati dan Ptisis Bulbi

Katarak Brunesen Unilateral dengan Keratopati dan Ptisis Bulbi


Azmi Hanima Azhar1, Rani Himayani2
1
Fakultas kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Penyakit Mata, Fakultas kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Katarak merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan
dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian kebutaan di seluruh dunia. Berdasarkan perjalanan
penyakitnya, katarak dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu stadium insipien, stadium imatur, stadium matur dan
stadium hipermatur. Katarak senilis tipe nuklear biasanya sering terjadi dan dapat berkembang akibat proses penuaan.
Berdasarkan tipenya katarak nuklear terbagi atas katarak brunesen (coklat), katarak nigra (hitam), dan katarak rubra
(merah). Nukleus lensa yang mengalami katarak menjadi keras dan berwarna kecoklatan maka disebut katarak brunesen.
Laporan kasus ini dipaparkan seorang laki-laki berusia 57 tahun dengan keluhan penglihatan mata kiri kabur sejak 1 tahun
yang lalu dan mata kanan tidak bisa melihat serta bola mata mengecil sejak 3 tahun yang lalu. Gangguan penglihatan
semakin lama dirasakan semakin memburuk secara perlahan. Pasien memiliki riwayat trauma terkena goresan ranting
pada mata kanan, namun pasien tidak berobat. Hasil pemeriksaan oftalmologis okuli dekstra didapatkan visus no light
perception, ptisis (+), keratopati (+); okuli sinistra visus 1/300, lensa keruh dan berwarna coklat, shadow test (-). Pasien ini
didiagnosis katarak brunesen okuli sinistra disertai keratopati okuli dekstra suspek paska infeksi dan ptisis bulbi okuli
dekstra. Tatalaksana yang diberikan adalah tindakan fakoemulsifikasi okuli sinistra.

Kata kunci : Katarak brunesens, keratopati, ptisis bulbi.

Unilateral Brunescent Cataract with Keratopathy and Phthisis Bulbi


Abstract
Cataract defined as lens opacification which causing visual disturbance, that can be causes for the high overall incidence of
blindness worlwide. As the nature of disease, cataract is divided into four stages, i.e. insipiens stage, immature stage,
mature stage and hypermature stage. Based on type nuclear cataract divided into brunescent cataract (brown), nigra
cataract (black), and rubra cataract (red). When lens nuclei that had cataracts become hard and brownish color, so that is
called as cataract brunescent. In this case report, we presented a 57-years-old man who complained blurred vision of left
eye since a year ago and the right eye cannot see as well as the eyeball atrophied since three years ago. The impaired
vision gets worse slowly throughout of the time. He had history of trauma by scratches twigs in right eye, but he didn’t
search for medicine. From the ophthalmologic examination of right eye, we obtained no light perception, phthisis and
keratopathy; and left eye: opaq and brown lens without shadow test. This patient was diagnosed with brunescent cataract
of left eye with keratopathy suspect post infection and phthisis bulbi of right eye. The management was
phacoemulsification procedure of the left eye.

Keywords: Brunescent cataract, keratopathy, phthisis bulbi.

Korespondensi: Azmi Hanima Azhar, alamat Jl Gn Krakatau no 92 TBU Bandar lampung, HP 08228043211, email
azmihanima29@gmail.com

Pendahuluan
Katarak adalah salah satu penyebab bahwa katarak tertinggi ditemukan di Sulawesi
kebutaan reversibel, yang memiliki insidensi Utara (3,7% penduduk) dan terendah di DKI
sekitar 33% dari seluruh kasus gangguan Jakarta (0,9% penduduk).3,4
penglihatan di seluruh dunia.1 Angka harapan Lensa manusia berkembang seiring
hidup semakin meningkat, maka diperkirakan dengan usia, nukleus lensa yang terpapar
tingkat insidensi katarak akan semakin dalam jangka waktu lama dan risiko kerusakan
meningkat hingga 20 tahun mendatang.2 oksidatif meningkat terutama mulai dari
Penyebab kebutaan terbanyak di dekade keempat diikuti dengan terjadinya
Indonesia salah satunya katarak dengan pembentukan barrier terhadap transportasi
insidensi 0,1% setiap tahun. Penduduk di glutation di sekitar nukleus lensa. Seiring
Indonesia berisiko mengalami katarak 15 bertambahnya usia, maka transparansi lensa
tahun lebih cepat daripada penduduk di berkurang dan nukleus menjadi lebih kaku
wilayah subtropis. Riskesdas 2013 melaporkan serta keras sehingga mengurangi kemampuan

Majority | Volume 6 | Nomor 3 |Juli 2017| 132


Azmi Hanima Azhar & Rani Himayani | Katarak Brunesen Unilateral dengan Keratopati dan Ptisis Bulbi

untuk berakomodasi. Akumulasi menetap dari


kromofor dan kristalin insoluble kompleks
pada nukleus lensa pada beberapa individu
akhirnya akan menyebabkan pembentukan
katarak nuklear cokelat.5
Salah satu jenis katarak senilis
berdasarkan tipe nuklear adalah katarak
Gambar 1. Status Oftalmologis Pasien.
brunesen dimana nukleus lensa berwarna
kecoklatan dan keras terkait penuaan usia.
Laporan kasus ini, akan dibahas seorang laki-
laki dengan katarak brunesen okuli sinitra yang
disertai dengan keratopati okuli dekstra dan
ptisis bulbi okuli dekstra.
6
Gambar 2. Ilustrasi Ptisis Bulbi.
Kasus
Pasien laki-laki 57 tahun datang dengan Diagnosis kerja pada pasien adalah
keluhan mata kiri buram sejak ± 1 tahun yang katarak brunesen okuli sinistra, keratopati
lalu. Awalnya seperti ada asap dan awan di okuli dekstra suspek paska infeksi, dan ptisis
mata kirinya saat melihat. Mata kiri dirasa bulbi okuli dekstra dengan penatalaksanaan
semakin lama semakin buram hingga saat ini. operatif fakoemulsifikasi okuli sinistra.
Pasien menggunakan kacamata namun tidak Prognosis quo ad vitam pada pasien ini
ada perbaikan untuk melihat. Keluhan belekan, ad bonam, quo ad functionam adalah ad
mata berair, merah, dan sakit di area mata malam (okuli dekstra) dan dubia ad bonam
disangkal. (okuli sinistra), quo ad sanationam adalah
Mata kanan terdapat keluhan tidak dubia ad bonam.
dapat melihat dan bola mata mengecil sejak ±
3 tahun lalu. Sebelumnya, mata kanan Pembahasan
mengalami merah, perih, berair dan Definisi katarak menurut WHO
pandangan kabur setelah terkena goresan merupakan kekeruhan pada lensa mata yang
ranting saat bekerja. Perlahan mata kanan menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
pasien tidak bisa melihat dan semakin Katarak dapat terjadi karena faktor usia,
mengecil. Pekerjaan pasien adalah sebagai namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang
petani. lahir dengan kondisi tersebut, paska trauma,
Pasien baru pertama kali merasakan inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis
keluhan seperti ini. Riwayat penggunaaan adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
obat-obatan yang lama disangkal. Riwayat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.7
alergi disangkal. Riwayat berobat sebelumnya Stadium Katarak senilis dikenal dalam
disangkal. Riwayat keluarga yang pernah empat stadium, yaitu stadium insipien, imatur,
mengalami hal serupa disangkal. matur dan hipermatur. Gejala umum gangguan
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti
tampak sakit sedang, kesadaran compos terdapat kabut menghalangi objek, peka
mentis, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 78 terhadap sinar atau cahaya, dapat terjadi
kali per menit, laju pernapasan 18 kali per penglihatan ganda pada satu mata
menit, suhu 36,60 C. memerlukan pencahayaan yang baik untuk
Pemeriksaan fisik oftalmologis okuli dapat membaca, lensa mata berubah menjadi
dekstra didapatkan visus No light perception, buram seperti berawan.7
ptisis (+), keratopati (+), pupil dan lain lain sulit Berdasarkan tipenya katarak senilis
dinilai. Okuli sinistra didapatkan visus 1/300, dibagi atas katarak nuklear, katarak kortikal
lensa keruh berwarna cokelat, shadow test (-), dan katarak subkapsularis posterior. Katarak
refleks cahaya (+), refleks fundus (-). senilis tipe nuklear merupakan penyakit terkait
usia yang biasanya dikenal sebagai katarak

Majority | Volume 6 | Nomor 3 |Juli 2017| 133


Azmi Hanima Azhar & Rani Himayani | Katarak Brunesen Unilateral dengan Keratopati dan Ptisis Bulbi

brunesen (coklat), katarak nigra (hitam), dan Ptisis bulbi terjadi sebagai tahap akhir
katarak rubra (merah). Di samping dari faktor dari penyakit okular berat dan dideskripsikan
risiko lingkungan seperti merokok, efek genetik sebagai kolapsnya okuli yang terdiri dari
juga berpengaruh penting, menjelaskan struktur intraokular yang atrofi dan tidak
hampir 50% variasi dari beratnya penyakit ini. teratur.9 Ptisis bulbi ditandai dengan mata
Faktor penting lainnya meliputi jenis kelamin yang menyusut dan tidak berfungsi. Selain
wanita diet, paparan sinar matahari, defisiensi gangguan penglihatan, kondisi ini juga
estrogen, diabetes dan penyakit menyebabkan gangguan estetika pada wajah,
kardiovaskuler.2 yang mempengaruhi psikologi pasien.10
Anamnesis didapatkan keluhan Tan et al. (2012) mengidentifikasi
penglihatan mata kiri buram sejak ± 1 tahun penyebab tersering ptisis bulbi adalah uveitis
lalu. Awalnya pasien merasa seperti ada awan non-infektif, diikuti dengan trauma infeksi
yang menghalangi mata kirinya. Mata kiri okular dan pembedahan okular. Rata-rata lama
semakin lama semakin buram untuk melihat. terjadinya ptisis adalah 2,9 tahun setelah
Mata kanan dengan keluhan tidak bisa melihat peristiwa penyebab.9 Pada pasien ini,
dan bola mata mengecil sejak 3 tahun lalu didapatkan keluhan mata yang tidak bisa
setelah terkena goresan ranting. Pada melihat sejak 3 tahun setelah pasien
pemeriksaan fisik ditemukan vital sign tekanan mengalami mata merah, berair, dan
darah 140/80 mmHg, visus OD No light pandangan kabur. Pasien diduga mengalami
perception, visus OS 1/300, OD ptisis (+), OD infeksi okular pada saat itu, yang diperkuat
keratopati (+), OS lensa keruh dan berwarna dengan riwayat terkena ranting saat bekerja
coklat, OS shadow test (-), OS refleks fundus (- sebagai petani disertai temuan keratopati pada
). Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik. Infeksi yang terjadi
tersebut, pasien ini didiagnosis sebagai katarak kemungkinan besar menyebabkan uveitis dan
brunesen okuli sinistra, keratopati okuli karena pasien tidak mencari pengobatan
dekstra suspek paska infeksi, dan ptisis bulbi sehingga terjadi ptisis bulbi. Manajemen untuk
okuli dekstra. ptisis bulbi adalah enukleasi orbita diikuti
Pasien ini juga mengalami keratopati dengan pemasangan prostesis okular.11
okuli dekstra yang diduga terjadi setelah Tatalaksana pasien dalam kasus ini
adanya infeksi pada kornea. Keratopati adalah tindakan operatif fakoemulsifikasi oculi
kritalina infeksiosa merupakan kondisi dimana sinistra. Selama ini telah diketahui bahwa
kristal terdeposit di epitel kornea dan atau fakoemulsifikasi telah menjadi pilihan terapi
stroma anterior. Umumnya pasien bedah untuk ekstraksi katarak. Pada katarak
mengeluhkan gangguan penglihatan, imatur, white cataract, katarak komplikata,
fotofobia, dan nyeri. Penyebabnya antara lain subluksasi lensa dan katarak pediatrik. Namun,
infeksi, distrofi kornea dan kelainan sistemik. katarak brunesen atau hard dense cataract
Infeksi dapat terjadi de novo atau setelah atau brown cataract merupakan suatu masalah
trauma atau tindakan bedah (pembedahan yang menantang untuk dilakukan
refraktif dan transplantasi kornea). fakoemulsifikasi. Hal ini disebabkan oleh
Streptococcus viridians, Staphylococcus kesulitan dalam menentukan energi yang
epidermidis, Streptococcus pneumoniae, digunakan dalam teknik pembedahan.2,12,13
Haemophilus, Enterococcus, dan Candida Untuk menentukan kapan katarak dapat
merupakan jenis mikroorganisme yang sering dilakukan tindakan pembedahan maka perlu
ditemukan menyebabkan kondisi ini. Terapinya ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan.
adalah antibiotik topikal.8 Namun, pasien Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas
dalam kasus ini tidak dapat diberikan terapi sehari-hari penderita. Apabila dibiarkan
farmakologis apapun untuk keratopati yang katarak akan menimbulkan gangguan
dideritanya karena infeksi sudah tidak aktif dan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma,
tidak disarankan untuk enukleasi apabila tidak uveitis dan kerusakan retina.
disertai dengan nyeri. Prognosis quo ad vitam pada pasien ini
ad bonam karena penyakit katarak yang

Majority | Volume 6 | Nomor 3 |Juli 2017| 134


Azmi Hanima Azhar & Rani Himayani | Katarak Brunesen Unilateral dengan Keratopati dan Ptisis Bulbi

diderita oleh pasien tidak mengancam nyawa, Simpulan


quo ad functionam adalah ad malam (okuli Katarak brunesen merupakan kekeruhan
dekstra) dan dubia ad bonam (okuli sinistra) lensa berwarna cokelat yang menyebabkan
karena okuli dekstra pasien sudah tidak gangguan penglihatan. Sama seperti katarak
berfungsi dan okuli sinistra mengalami katarak lainnya, tindakan fakoemulsifikasi merupakan
dengan penurunan visus. Tatalaksana operatif terapi yang efektif. Namun, tingkat kesulitan
berupa fakoemulsifikasi diharapkan mampu tindakan meningkat akibat lensa yang lebih
memperbaiki visus okuli sinistra. Sedangkan, keras. Ptisis bulbi merupakan atrofi struktur
quo ad sanationam pasien ini adalah dubia ad intraokular yang ditandai dengan penyusutan
bonam karena pasien masih dapat melakukan mata yang tidak berfungsi. Penyebab
aktivitas sehari-hari dengan satu mata (okuli utamanya adalah uveitis, trauma dan infeksi.
sinistra) setelah fakoemulsifikasi. Manajemen ptisis bulbi adalah enukleasi dan
pemasangan prostesis.

Daftar Pustaka
1. WHO. Universal eye health: a global 8. Gupta PK, Kharod BV, Afshari NA.
action plan 2014-2019. WHO; 2013. Crystalline keratopathy: spectrum of
2. Crispim J, Jung LS, Paz L, Allemann N, disease, diagnosis and treatment.
Schor P. The surgical challenges dense American Academy of Ophthalmology
brunescent cataracts present. Expert [internet]. 2008. [disitasi tanggal 14 Juni
Rev. Ophthalmol. 2014; 10(1):13–22. 2017]. Tersedia dari:
3. Badan Litbangkes Kementerian https://www.aao.org/eyenet/article/cry
Kesehatan Republik Indonesia. Riset stalline-keratopathy-spectrum-of-
kesehatan dasar 2013. Jakarta: disease-diagno
Kementerian Kesehatan RI; 2014. 9. Tan LT, Isa H, Lightman S, Taylor SRJ.
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Prevalence and causes of phthisis bulbi
Kesehatan Republik Indonesia. Situasi in a uveitis clinic. Acta Ophthalmologica.
gangguan penglihatan dan kebutaan. 2012; 90(5):417-8.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 10. Ambadkar PS, Patil CN, Kamble VB, Desai
2014. RG, Arabbi KC. Prosthetic rehabilitation
5. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. of phthisis bulbi: a case report. Journal
Jakarta: FKUI; 2005. of Science. 2015; 5(12):1294-7.
6. Raizada K. Pthisis Bulbi [internet]. 2014 11. Patil BA, Mankani NH, Chowdary RE,
[disitasi tanggal 17 juni 2017]. Tersedia Nagaraj E. Rehabilitation of phthisis
dari: bulbi: a case report. Journal of Clinical
http//customartificialeyes.org/blog/pht and Diagnostic Research. 2011; 5(8):
hisis-bulbi-by-kuldeep-raizada-ph-d-bco 1679-81.
7. Michael R, Bron AJ. The ageing lens and 12. Aravind H. Phacoemulsification in brown
cataract: a model of normal and cataract. DOS Times. 2008; 14(5):41-42.
pathological ageing. Philos Trans R Soc 13. Buratto L, Brint SF, Caretti L. Cataract
Lond B Biol Sci. 2011; 366(1568): 1278- surgery in complicated cases. Thorofare:
92. SLACK Incorporated. 2013; hlm. 99-104.

Majority | Volume 6 | Nomor 3 |Juli 2017| 135

Anda mungkin juga menyukai