2008
1. ALOKASI WAKTU
2. TUJUAN UMUM
Tujuan umum modul ini adalah memberi bekal kepada peserta didik dalam hal
dasar-dasar pemeriksaan neurologi klinik agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai
dokter spesialis saraf yang mencakup consistency, independence, timeliness, accuracy,
dan appropriatenes. Makna consistency adalah kemampuan mengulang teknik-praktik
dengan keluaran (out-put) yang sama; independence berarti kemampuan praktik tanpa
bantuan pihak lain. Sementara itu timeliness berarti kemampuan praktik dalam jangka
waktu tertentu demi keselamatan pasien. Accuracy bermakna kemampuan praktik dengan
menggunakan teknik yang benar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Yang terakhir,
appropriateness berarti kemampuan praktik sehubungan dengan standar klinik dan
protokol dalam ruang lingkup jurisdiksi praktik.
3. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus modul ini adalah memberi bekal ketrampilan kepada peserta didik untuk:
Memiliki ketrampilan klinik secara berjenjang, mulai dari akuisisi, kompetensi
sampai dengan profisiensi, dengan rincian sebagai berikut:
o Melakukan anamnesis dengan ramah dan empati
o Melakukan pemeriksaan kesadaran secara sistematik
o Melakukan pemeriksaan fungsi motorik beserta interpretasi / penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan fungsi sensorik dengan alat-alat yang sesuai beserta
interpretasi / penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan fungsi otonom beserta interpretasi / penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan nervi kraniales beserta interpretasi / penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan refleks fisiologik secara benar beserta interpretasi /
penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan refleks patologik secara benar beserta interpretasi /
penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan neurobehavior secara sistematik beserta interpretasi /
penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi beserta interpretasi /
penilaiannya
o Melakukan pemeriksaan lainnya (manuver) yang spesifik, misalnya
meningeal sign, Burdzinski test, Lasegue test, Patrick test, Valsava test
o Melakukan clinical assessment secara komprehensif
Mencapai kompetensi utama – berdasarakan ketrampilan klinik tersebut di atas –
sebagaimana sebagaimana tercantum di dalam Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Saraf, meliputi kompetensi humanistik, kompetensi profesional,
1
kompetensi managemen penyakit saraf secara menyeluruh dan terpadu dan
kompetensi dalam hal etika kedokteran.
2
Peserta didik mengisi status neurologik dengan hasil pemeriksaan yang
telah dikerjakan
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik berdasarkan daftar tilik.
o Tujuan-4: Menunjukkan kemampuan dalam pendekatan diagnostik
Peserta didik mengkaji status neurologik
Peserta didik menjelaskan gejala dan tanda klinik yang dijumpai
Peserta didik membuat diagnosis banding (topik, etiologik dan patologi-
anatomik)
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik
o Tujuan-5: Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik
Peserta didik merangkum hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik-
neurologik secara sistematik
Peserta didik menjelaskan alasan-alasan diagnosis banding yang diusulkan
Peserta didik menjelaskan alasan pemeriksaan penunjang (laboratorik,
imaging, radiologik, dan neurofisiologik) bila diperlukan
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik
o Tujuan-6: Membuat keputusan diagnostik tepat
Peserta didik menjelaskan alasan keputusan diagnostik berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik
o Tujuan-7: Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
Peserta didik mempertimbangkan untuk membuat rujukan berdasarkan
hasil pemeriksaan klinik yang belum dapat disimpulkan
Peserta didik menginterpretasi jawaban rujukan
Peserta didik mengambil kesimpulan sementara sebagai dasar penyusunan
diagnosis banding
Peserta didik menetapkan diagnosis klinik dan topik
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik
o Tujuan-8: Memerhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya
yang ditanggung oleh pasien
Peserta didik membuat pertimbangan tentang rencana pemeriksaan
penunjang berdasarkan hasil pemeriksaan klinik
Peserta didik memberi penjelasan kepada pasien dan / atau keluarganya
tentang biaya yang akan ditanggungnya berkenaan dengan rencana
pemeriksaan penunjang
Pelatih memberi feedback kepada peserta didik
3
Fuller, G. Neurologycal examination Made Eazy. New York: Churchill
Livingstone, 2004.
Campell WW, Pridgeon RP. Practical Primer of Clinical Neurology,
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin, 2002
Sidharta P, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Dian Rakyat.
Cetakan ke-5, Dian Rakyat,Jakarta.
6. KOMPETENSI
7. GAMBARAN UMUM
Pemeriksaan neurologi klinik merupakan pemeriksaan yang relatif sulit dan
memerlukan kecermatan serta kehati-hatian. Interpretasi dan / atau penilaian hasil
pemeriksaan neurologik sangat berarti dalam penegakan diagnosis topik maupun
prognosis. Sebagai contoh, dari aspek anamnesis ada suatu pesan sebagai berikut: listen
carefully, the pasien is telling you about the diagnosis. Adanya defisit neurologik
maupun tanda dan gejala lainnya sebenarnya merupakan refleksi diagnosis yang masih
tersamar. Dengan demikian pemeriksaan neurologik secara teliti dan sistematik akan
dapat mengungkap kemungkinan diagnosis klinik dan topik. Dari kemungkinan diagnosis
ini maka perencanaan pemeriksaan tambahan / penunjang dapat disusun secara rasional
dan obyektif. Dengan demikian, bagi dokter spesialis saraf ketrampilan pemeriksaan
neurologi klinik merupakan nilai yang melekat di dalam profesinya, is a must, tanpa
terpengaruh oleh kemajuan alat-alat diagnostik yang makin canggih.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan
dalam hal pemeriksaan neurologi klinik agar peserta didik siap untuk melakukan
pemeriksaan neurologi klinik secara benar dan cakap dalam hal pengambilan keputusan
klinik. Ketrampilan pemeriksaan klinik neurologik mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik – neurologik
Pemeriksaan fungsi sensorik
Pemeriksaan fungsi motorik
o Gerakan voluntar
o Kekuatan otot-otot rangka
o Trofi otot-otot rangka
Pemeriksaan refleks fisiologik
Pemeriksaan refleks patologik
4
Pemeriksaan nervi kraniales
Pemeriksaan fungsi otonom
Pemeriksaan neurobehavior
Pemeriksaan lainnya /spesifik
c. Penilaian klinik / clinical assessment
Silabus
5
Forum feedback secara menyeluruh dan rangkuman tentang kompetensi
Bagi peserta didik yang dinilai belum kompeten diberi kesempatan untuk
mengulang pada kesempatan berikutnya
8. CONTOH KASUS
Seorang laki-laki berumur 34 tahun, kawin dan mempuntai anak 2, datang di
poliklinik saraf dengan keluhan kedua tungkai terasa makin lemah. Empat minggu
sebelumnya dia merasakan baal pada kedua kakinya, kemudian dari hari ke hari perasaan
baal tadi menjalar ke atas sampai di daerah lutut. Sejalan dengan keluhan tadi dia
merasakan adanya kelemahan dalam fungsi seksualnya Dua minggu terakhir dia
merasakan kesulitan pada saat berjalan, mudah jatuh dan kemudian sulit untuk tegak /
berdiri kembali. Sejak seminggu terakhir dia sulit menggerakkan kedua tungkai disertai
sulit untuk buang air kecil. Tidak ada riwayat demam, jatuh atau benturan di daerah
punggung.
Diskusi
Kasus paraplegi dengan onset bertahap
Tidak ada riwayat demam dan trauma
Ada gangguan sensorik dan otonom
Memerlukan pemeriksaan neurologik yang teliti dan sistematik
Memerlukan clinical assessment yang tepat
Rangkuman
Kasus paraplegia pada seorang laki-laki dewasa-muda
Diagnosis klinik dan topik harus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan klinik
yang teliti
Clinical assessment yang tepat akan mengarahkan pemeriksaan penunjang yang
tepat untuk penegakan diagnosis etiologik
Seorang laki-laki umur 60 tahun, datang di rumah sakit dengan keluhan secara
tiba-tiba merasa pusing berputar, penglihatan ganda, disertai kelemahan anggota gerak
sebelah kiri. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan kencing manis. Dokter melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil sementara sebagai berikut: usia lanjut
dengan faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus, gangguan serebelar mendadak.
a. Hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Kesadaran komposmentis
Tekanan darah 180 / 110 mmHg
Frekuensi nadi 88 x / menit
Suhu 36,7 C
Respirasi 20 X/menit, regular
Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen supel, hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas: tidak ada edema maupun pembengkakan sendi
6
Status neurologik:
o Glasgow Coma Scale: 4-5-6
o Status mental: kesan tidak didapatkan adanya afasia
o Tanda rangsangan meningeal negatif
o Pupil isokor, reflek positif/positif normal
o Nervi kraniales: paralalisis N.VI kanan, VII perifer kanan
o Motorik: hemiparesis kiri (555/444)
o Sensorik dalam batas normal
o Refleks fisiologik ++ / +
o Refleks patologik - / -
o Klonus - / -
o Saraf otonom: normal
b. Hasil pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium: terlampir
Pemeriksaan foto toraks: terlampir
Pemeriksaan EKG: terlampir
Pemeriksaan CT Scan: terlampir
c. Monitoring
Kesadaran: tidak mengalami perubahan
Tanda vital: tekanan darah 140 / 90 mmHg pada hari ke-4
Defisit fokal: tidak mengalami perubahan
Diskusi
Suatu kasus neurologik akut dan bersifat emergency
Kasus ini memerlukan pemeriksaan yang cepat, terarah dan sistematik
Selama melakukan pemeriksaan klinik perlu pemikiran pemeriksaan penunjang
yang relevan
9. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul ini maka peserta didik diharapkan memiliki
kompetensi sebagai berikut:
a. Mampu membedakan keadaan normal dengan abnormal yang ditandai oleh gejala
dan tanda klinik-neurologik
b. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya berdasarkan nilai-nilai
humanisme / prinsip interpersonal skills
c. Mampu melakukan anamnesis secara efektif dengan memerhatikan etika dan
empati
d. Mampu melakukan pemeriksaan fisik secara sistematik, efektif dan efisien
e. Mampu menerapkan penalaran klinik berdasarkan hasil pemeriksaan klinik
f. Mampu melakukan pendekatan diagnostik secara sistematik
g. Mampu membuat keputusan diagnostik klinik secara tepat
h. Menyadari keterbatasan pengetahuan seseorang, termasuk dokter, dan melakukan
rujukan dengan sejawat lain
i. Mampu membuat analisis risiko dan biaya yang ditanggung oleh pasien
sehubungan dengan kemungkinan adanya pemeriksaan penunjang, berdasarkan
hasil pemeriksaan klinik, untuk menetapkan diagnosis pasti
7
10. EVALUASI
a. Sebutkan ciri-ciri klinik yang muncul sebagai akibat dari lesi saraf upper-motor
neuron
b. Sebutkan ciri-ciri klinik yang muncul sebagai akibat dari lesi saraf lower-motor
neuron
c. Jelaskan fenomena tanda-tanda / gejala-gejala neurologik positif
d. Jelaskan fenomena tanda-tanda / gejala-gejala neurologik negatif
e. Tanda dan gejala klinik apa saja yang dapat muncul ketika otak mengalami
gangguan?
f. Apa saja syarat-syarat pemeriksaan fungsi sensorik?
g. Apa saja syarat-syarat pemeriksaan fungsi motorik?
h. Apa saja syarat-syarat pemeriksaan fungsi luhur?
i. Sebenarnya, apakah klonus itu?
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
8
NAMA PESERTA: ...................................... TANGGAL: .................................
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta
pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan
standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta
selama proses evaluasi oleh pelatih