1. Prof. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Ekologi yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Kakak-kakak asisten dosen yang telah banyak membantu selama proses
penulisan laporan ini.
3. Petugas perpustakaan Biologi dan perpustakaan pusat Universitas Negeri
Malang yang telah menyediakan referensi untuk penulis.
4. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum yang telah penulis buat ini
tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua pihak
demi perbaikan. Semoga yang penulis sajikan dapat bermanfaat guna menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
Bab I Penduhuluan
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Ruang Lingkup.............................................................................................2
E. Definisi Operasional......................................................................................2
BAB V PEMBAHASAN...............................................................................13
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit
contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk
mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran
tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan
pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures). Untuk
keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara
statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus
menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang
mengambil objek dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang
peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan lebih cepat dan
lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Anonim, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang
dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak.
Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas
vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat
dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip
teknik sampling (Kusmana, C, 1997). Sedangkan menurut Suhadi dkk (1994)
menyatakan bahwa kuadrat adalah suatu area yang bentuknya sembarang dan
ukuran yang diberi batas dalam vegetasi, sehingga penutup atau cover dapat
diperkirakan. Jumlah tumbuhan dapat dihitung atau spesies yang didaftar.
Penggunaan metode kuadrat dalam penelitian KKL di Alas Purwo ini untuk
mengetahui kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi relative dari suatu vegetasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh faktor kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi dalam
analisis vegetasi?
2. Bagaimana cara memberi nama suatu vegetasi berdasarkan indeks nilai
pentingnya (INP)?
C. Tujuan
1. Memahami pentingnya faktor kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
dalam analisis vegetasi
2. Dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan indeks nilai pentingnya
(INP)
D. Ruang Lingkup
1. Penelitian dilakukan pada hari sabtu tanggal 29 Maret 2015 di alas Purwo
Tegaldlimo Banyuwangi
2. Data yang di ambil pada quarter ke-1 dengan ukuran 2m x 2m.
3. Data yang di ambil berupa tanaman herba dan peranakan pohon.
4. Dilakukan sebanyak 20 kali ulangan.
E. Definisi Operasional
2. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain
(Kusmana, 1997).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut
dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda dalam
habitat. Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat, metode
lop, metode titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas vegetasi
dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah yang berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Anonim,
2009).
D. Metode Kuadrat
METODE PENELITIAN
- Meteran
- Kamera
Bahan:
- Tali rafia
- Kertas label
- Plastik spesimen
D. Prosedur Kerja
Kerapatan relatif
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ individu
Kerapatan Relatif = ∑ total
x 100%
3
1. Pandanus tectoriuss : 182 𝑥 100% = 1,64 %
8
2. Barleria sp. : 182 𝑥 100% = 4,4 %
29
3. Hemandia peltata : 182 𝑥 100% = 3,285 %
14
4. Voacanga grandifolia : 182 𝑥 100% = 7,69 %
35
5. Allophylus sp : 182 𝑥 100% = 19,2 %
24
6. Chromo benaudarata. : 182 𝑥 100% = 13,18 %
70
7. Leea sp. : 182 𝑥 100% = 38,46 %
Kerimbunan relatif
Kerimbunan didefinisikan sebagai seberapa luas area tanah yang dikuasi
oleh tumbuhan. Kerimbunan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∑ kerimbunan suatu spesies
Kerimbunan Relatif = ∑ total seluruh kerimbunan suatu spesies x 100 %
31
1. Pandanus tectorius : 𝑥 100% = 4.45 %
696
70
2. Barleria sp. : 696 𝑥 100% = 10,05 %
118
3. Hemandia peltata : 𝑥 100% = 16,95 %
696
45
4. Voacanga grandifolia : 696 𝑥 100% = 6,465 %
103
5. Allophylus sp : 696 𝑥 100% = 14,798 %
101
6. Chromo benaudarata. : 696 𝑥 100% = 14,51 %
228
7. Leea sp. : 696 𝑥 100% = 32,76 %
Frekuensi relatif
Dapat didefinisikan sebagai berapa kali satu jenis tumbuhan dijumpai
selama pengamatan dilakukan. Penghitungan dapat menggunakan rumus:
∑ frekuensi suatu spesies yang tertunjuk
Frekuensi = ∑ total seluruh frekuensi spesies
x 100 %
2
1. Pandanus tectorius : 32 𝑥 100% = 6,25 %
3
2. Barleria sp. : 32 𝑥 100% = 9,375 %
4
3. Hemandia peltata : 𝑥 100% = 12,5 %
32
3
4. Voacanga grandifola : 𝑥 100% = 9,375 %
32
5
5. Allophylus sp : 32 𝑥 100% = 15,625 %
6
6. Chromo benaudarata : 32 𝑥 100% = 18,75 %
8
7. Leea sp. : 32 𝑥 100% = 25 %
Nilai
Kerimbunan Frekuens
No Nama Tumbuhan Kerapatan
Relatif i Relatif INP
Relatif (%)
(%) (%)
Allophylus sp 15,625
5. 19,2 % 17,798 % 49,623 %
%
PEMBAHASAN
Indeks nilai penting (INP) dari hasil penelitian ini didominasi oleh spesies
Leea sp. dengan nilai sebesar 96,22%. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies
Leea sp. sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari komunitas vegetasi herba dan
peranakan pohon stasiun 18 di Taman Nasional Alas Purwo berdasarkan INP
adalah adalah komunitas vegetasi Leea sp.
Hasil yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan literatur yang kami
temukan yang menyatakan bahwa secara umum hutan pantai memiliki keragaman
jenis yang rendah. Biasanya di hutan pantai ditemukan jenis conifer (daun jarum),
liana serta tumbuhan (pohon) berbunga yang disertai dengan kelimpahan
Pandanus sp. dan Barringtonia sp. Beberapa jenis epifit juga ditemukan dibatang
Barringtonia seperti dari jenis Myrmecodia sp. Di hutan pantai tidak ditemukan
komunitas vertebrata yang spesifik. Meskipun demikian, hutan pantai juga
dijadikan sebagai habitat favorit jenis langka seperti Cacatua sp., Tanygnathus
sp., atau Megapodius sp. dll.