Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS VEGETASI BERDASARKAN KERAPATAN, KERIMBUNAN,

DAN FREKUENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUADRAT DI


TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI

LAPORAN KKL (Kuliah Kerja Lapangan)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi


Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si

Oleh Kelompok 18 Offering A

Elfa Sa’diyah (130341614799)


Erlinda Eri Palupi (130341614820)
Hanum Anisatuz Z. (130341603394)
Muhammad Fahrurrizal (130346143373)
Nila Wahyuni (130341603392)
Rina Hidayatul M. (130341603385)
Rosita Buana Putri (130341614825)
Shila Avila (130341603369)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
April 2015
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan KKL Ekologi 2015 dengan judul “Analisis Vegetasi
Berdasarkan Kerapatan., Kerimbunan, dan Frekuensi dengan Metode Kuadrat di
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tugas akhir ini tidak


lepas dari peran serta beberapa pihak yang telah memberikan saran, bimbingan,
pengarahan, dan petunjuk serta fasilitas. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Ekologi yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Kakak-kakak asisten dosen yang telah banyak membantu selama proses
penulisan laporan ini.
3. Petugas perpustakaan Biologi dan perpustakaan pusat Universitas Negeri
Malang yang telah menyediakan referensi untuk penulis.
4. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas ini.

Penulis menyadari bahwa laporan praktikum yang telah penulis buat ini
tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua pihak
demi perbaikan. Semoga yang penulis sajikan dapat bermanfaat guna menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan.

Malang, 16 April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

Bab I Penduhuluan
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Ruang Lingkup.............................................................................................2
E. Definisi Operasional......................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Pengertian Analisis Vegetasi.......................................................................4
B. Analisis Vegetasi Kualitatif.........................................................................5
C. Analisis Vegetasi Kuantitatif.......................................................................5
D. Metode Kuadrat...........................................................................................5
E. Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat.....................................................6

BAB III Metode Penelitian


A. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................7
B. Populasi dan Sampel....................................................................................7
C. Alat dan Bahan.............................................................................................7
D. Prosedur Penelitian.......................................................................................7
E. Teknik Analisis Data....................................................................................8

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA


A. Data..............................................................................................................9
B. Analisis Data...............................................................................................11

BAB V PEMBAHASAN...............................................................................13
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alas Purwo merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia dan


merupakan hutan konservasi yang dilindungi. Alas Purwo memiliki wilayah yang
sangat besar dan luas yaitu sekitar 430,420 Ha serta memiliki keanekaragaman
jenis flora dan fauna karena wilayah ini merupakan tempat yang sangat subur
dengan curah hujan 1000  1500 mm pertahun dan temperatur udara berkisar
antara 220  310C dan kelembapan udara berkisar antara 4085 %. Di taman alas
Purwo juga banyak ditemukan spesies langka yang belum tentu dapat ditemukan
tumbuh di semua tempat. Taman Nasional Alas Purwo terletak di Kecamatan
Tegaldlimo, Kabupaen Banyuwangi Jawa Timur tepatnya terletak di wilayah
sekitar pantai selatan. Secara geografis Taman Nasional Alas Purwo terletak di
antara 8 25 45  8 47 00 LS dan 114 20 16  114 36 00 BT. Taman Nasional Alas
Purwo juga digunakan sebagai area wisata bagi wisatawan domestik dan
mancanegara yang berasal dari berbagai daerah karena keindahan panoramanya
yang memukau sehingga mampu menarik para wisatawan untuk berkunjung.

Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit
contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk
mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran
tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan
pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures). Untuk
keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara
statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus
menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang
mengambil objek dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang
peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan lebih cepat dan
lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Anonim, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang
dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak.
Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas
vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat
dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip
teknik sampling (Kusmana, C, 1997). Sedangkan menurut Suhadi dkk (1994)
menyatakan bahwa kuadrat adalah suatu area yang bentuknya sembarang dan
ukuran yang diberi batas dalam vegetasi, sehingga penutup atau cover dapat
diperkirakan. Jumlah tumbuhan dapat dihitung atau spesies yang didaftar.
Penggunaan metode kuadrat dalam penelitian KKL di Alas Purwo ini untuk
mengetahui kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi relative dari suatu vegetasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh faktor kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi dalam
analisis vegetasi?
2. Bagaimana cara memberi nama suatu vegetasi berdasarkan indeks nilai
pentingnya (INP)?
C. Tujuan
1. Memahami pentingnya faktor kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
dalam analisis vegetasi
2. Dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan indeks nilai pentingnya
(INP)
D. Ruang Lingkup
1. Penelitian dilakukan pada hari sabtu tanggal 29 Maret 2015 di alas Purwo
Tegaldlimo Banyuwangi
2. Data yang di ambil pada quarter ke-1 dengan ukuran 2m x 2m.
3. Data yang di ambil berupa tanaman herba dan peranakan pohon.
4. Dilakukan sebanyak 20 kali ulangan.
E. Definisi Operasional

1. Analisis vegetasi merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur


hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan
petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan
adalah kombinasi antara jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak
(untuk risalah permudaan) (Latifah, 2005).

2. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain
(Kusmana, 1997).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis Vegetasi


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut mempunyai
variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan
adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu
kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk menganalisis suatu vegetasi
dalam area tertentu dengan menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan
frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat
(Marsono, 1977).

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui


seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan
langsung. Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot dan mengamati
morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu
landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam
skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem
terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam
udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan
lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada umumnya analisis vegetasi
dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran relative. Secara bersama-sama kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael,
1994). Sedangkan jika pada suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis
tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis
yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen, yaitu jumlah jenis
dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan kesamaan jenis.
Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara banyak
spesies itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).

B. Analisis Vegetasi Kualitatif

Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat di


deskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta pengukuran.
Studi analisi vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara stratifikasi, aspeksi,
sosiabilitas, floristik, dan bentuk hidup (Anonim, 2009).

C. Analisis Vegetasi Kuantitatif

Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut
dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda dalam
habitat. Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat, metode
lop, metode titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas vegetasi
dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah yang berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Anonim,
2009).

D. Metode Kuadrat

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan


suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain.
Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu
bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari
ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangannya (Kusmana, C, 1997).

E. Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu


luasan tertentu. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh
dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai
oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter
batang (Kusmana, 1997).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah oleh populasi jenis
tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh
total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies
dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau
sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman
atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting
dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas
menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,
kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka
akan diperoleh:
Indeks Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, E. P.,
1971).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Tegaldlimo
Banyuwangi pada hari sabtu-senin tanggal 19-21 Maret 2015.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel tumbuhan yang menjadi objek pengamatan pada
penelitian ini adalah keanekaragaman tumbuhan yang berada di kawasan Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

C. Alat dan Bahan


Alat:

- Meteran
- Kamera
Bahan:

- Tali rafia
- Kertas label
- Plastik spesimen

D. Prosedur Kerja

1. Menyebarkan kuadrat ukuran 4 m2 (2 m x 2 m) di suatu vegetasi tertentu


2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari nilai relatif dari setiap variabel
untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis atau
spesies yang memiliki nilai penting terbesar.

E. Teknik Analisis Data


Jenis penelitian penelitian ini adalah dengan menggunakan deskriptif
eksploratif kuantitatif. Lokasi penelitian dibagi menjadi beberapa stasiun
pengamatan. Jarak antar satu stasiun dengan stasiun berikutnya adalah 10 m.
Setiap stasiun dibuat 20 plot dengan luas masing-masing plot adalah 10 m x 10m.
Dalam setiap plot dibagi menjadi empat kuadran. Pengamatan dengan
menggunakan metode kuadrat dilakukan pada kuadran pertama setiap plotnya.
Variabel yang diperlukan untuk menggambarkan struktur dan komunitas
dari vegetasi adalah :
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individuividu dari populasi
sejenis.
2. Kerimbunan, variabel yang menggambarkan persentase penutupan suatu
populasi disuatu kawasan dan bisa juga menggambarkan luas daerah yang
dikuasai oleh suatu populasi tertentu atau yang mendominasinya.
3. Frekuensi variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu
kawasan.
4. Indeks nilai penting didapatkan dengan menjumlahkan harga relatif dari
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
B. Analisis Data
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan metode
kuadrat, sehingga sistem analisis yang dilakukan meliputi kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi.

 Kerapatan relatif
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ individu
Kerapatan Relatif = ∑ total
x 100%
3
1. Pandanus tectoriuss : 182 𝑥 100% = 1,64 %
8
2. Barleria sp. : 182 𝑥 100% = 4,4 %
29
3. Hemandia peltata : 182 𝑥 100% = 3,285 %
14
4. Voacanga grandifolia : 182 𝑥 100% = 7,69 %
35
5. Allophylus sp : 182 𝑥 100% = 19,2 %
24
6. Chromo benaudarata. : 182 𝑥 100% = 13,18 %
70
7. Leea sp. : 182 𝑥 100% = 38,46 %

 Kerimbunan relatif
Kerimbunan didefinisikan sebagai seberapa luas area tanah yang dikuasi
oleh tumbuhan. Kerimbunan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∑ kerimbunan suatu spesies
Kerimbunan Relatif = ∑ total seluruh kerimbunan suatu spesies x 100 %

31
1. Pandanus tectorius : 𝑥 100% = 4.45 %
696
70
2. Barleria sp. : 696 𝑥 100% = 10,05 %
118
3. Hemandia peltata : 𝑥 100% = 16,95 %
696
45
4. Voacanga grandifolia : 696 𝑥 100% = 6,465 %
103
5. Allophylus sp : 696 𝑥 100% = 14,798 %
101
6. Chromo benaudarata. : 696 𝑥 100% = 14,51 %
228
7. Leea sp. : 696 𝑥 100% = 32,76 %
 Frekuensi relatif
Dapat didefinisikan sebagai berapa kali satu jenis tumbuhan dijumpai
selama pengamatan dilakukan. Penghitungan dapat menggunakan rumus:
∑ frekuensi suatu spesies yang tertunjuk
Frekuensi = ∑ total seluruh frekuensi spesies
x 100 %

2
1. Pandanus tectorius : 32 𝑥 100% = 6,25 %
3
2. Barleria sp. : 32 𝑥 100% = 9,375 %
4
3. Hemandia peltata : 𝑥 100% = 12,5 %
32
3
4. Voacanga grandifola : 𝑥 100% = 9,375 %
32
5
5. Allophylus sp : 32 𝑥 100% = 15,625 %
6
6. Chromo benaudarata : 32 𝑥 100% = 18,75 %
8
7. Leea sp. : 32 𝑥 100% = 25 %

 Indeks Nilai Penting


Merupakan suatu harga yang diperoleh dari menjumlahkan harga-harga relatif
dari variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Dihitung dengan
menggunakan rumus :
INP = Kerapatan relatif + kerimbunan relatif + frekuensi relatif.

1. Pandanus tectorius : 1,64% + 4,45% + 6,25% = 12,34%


2. Barleria sp. : 4,4% + 10,05% + 9,375% = 23,825%
3. Hemandia peltata : 3,285% + 16,95% + 12,5% = 32,735%
4. Voacanga grandifolia : 7,69% + 6,465% + 9,375% = 23,53%
5. Allophylus sp : 19,2% + 14,798% + 15,625% = 49,623%
6. Chromo benaudarata : 13,18% + 14,51% + 18,75% = 46,44%
7. Leea sp. : 38,46% + 32,76% + 25% = 96,22%
Tabel Ringkasan Analisis Data

Nilai
Kerimbunan Frekuens
No Nama Tumbuhan Kerapatan
Relatif i Relatif INP
Relatif (%)
(%) (%)

1. Pandanus tectorius 1,64 % 4,45 % 6,25 % 12,34 %

2. Barleria sp. 4,4 % 10,05 % 9,375 % 23,825 %

3. Hemandia peltata 3,285 % 16,95 % 12,5 % 32,735 %

4. Voacanga grandifolia 7,69 % 6,465 % 9,375 % 23,53 %

Allophylus sp 15,625
5. 19,2 % 17,798 % 49,623 %
%

6. Chromo benaudarata 13,18 % 14,51 % 18,75 % 46,44 %

7. Leea sp. 38,46 % 32,76 % 25 % 96,22 %


BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi menggunakan


metode kuadrat. Berdasarkan hasil penelitian analisis vegetasi dengan
menggunakan metode kuadrat yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo,
yang dilakukan sepanjang 20 plot didapatkan data sebanyak 7 jenis tumbuhan
yang berbeda spesiesnya. Jenis tumbuhan tersebut yaitu Pandanus tectorius,
Barleria sp., Hemandia peltata, Voacanga grandifolia, Allophylus sp, Chromo
benaudarata, dan Leea sp.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kerapatan, kerimbunan,


frekuensi dan nilai penting untuk dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan
dominansinya. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam
suatu luasan tertentu. Dari hasil analisa data mengenai tingkat kerapatan, dapat
diketahui bahwa spesies Leea sp. memiliki nilai kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi paling tinggi dengan nilai 38,46 %, 32,76 %, dan 25%.

Indeks nilai penting (INP) dari hasil penelitian ini didominasi oleh spesies
Leea sp. dengan nilai sebesar 96,22%. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies
Leea sp. sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari komunitas vegetasi herba dan
peranakan pohon stasiun 18 di Taman Nasional Alas Purwo berdasarkan INP
adalah adalah komunitas vegetasi Leea sp.

Spesies Leea sp. mendominasi pada tingkat kerapatan, kerimbunan, dan


indeks nilai penting di alas Purwo stasiun 18. Hal ini dikarenakan pada saat
penelitian Leea sp. banyak ditemukan di daerah hutan yang lebih dalam, yaitu
terletak pada plot antara 13 sampai 20. Tidak semua jenis tumbuhan mampu
bertahan dalam keadaanyang kuarng sinar matahari. Diduga tumbuhan ini mampu
bertahan dalam keadaan ternaung yang terletak di dalam hutan karena sumber
nutrisi berasal dari unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Seperti yang
diketahui bahwa unsur hara pada tanah dengan keadaan ternaung lebih efisien
menyimpan nutrisi. Hal ini pula yang menunjukkan bahwa semakin ke dalam
menuju hutan, maka tumbuhan yang dapat ditemukan bersifat homogen. Hal ini
berkaitan dengan faktor abiotik yang mempengaruhi. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa spesies Leea sp. memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan spesies lain. Selain itu, spesies Leea sp. memiliki
struktur daun yang cukup lebar sehingga memiliki tingkat kerimbunan paling
tinggi.

Sedangkan pada spesies Pandanus tectorius merupakan jenis spesies yang


ditemukan di daerah tepi hutan pantai, yaitu pada plot pertama dan kedua. Namun
pada plot selanjutnya spesies ini tidak dapat ditemukan. Hal ini disebaban karena
kemampuan adaptasi dari tumbuhan jenis ini, dimana pada plot selanjutnya
intensitas cahaya sudah sangat berkurang karena terhalang pohon yang tinggi.
Sedangkan pada plot pertama yang belum terdapat pohon tinggi, spesies ini dapat
hidup subur di daerah yang terdedah. Selain itu, pada plot yang belum terlalu
masuk ke dalam hutan, masih dapat ditemukan berbagai jenis tumbuhan yang
bersifat heterogen. Meski dalam jumlah yang sedikit namun jenis tumbuhan
tersebut bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang terletak di
dekat pantai atau belum terlalu masuk ke dalam hutan masih terdapat banyak
jeinis tumbuhan yang mampu beradaptasi.

Hasil yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan literatur yang kami
temukan yang menyatakan bahwa secara umum hutan pantai memiliki keragaman
jenis yang rendah. Biasanya di hutan pantai ditemukan jenis conifer (daun jarum),
liana serta tumbuhan (pohon) berbunga yang disertai dengan kelimpahan
Pandanus sp. dan Barringtonia sp. Beberapa jenis epifit juga ditemukan dibatang
Barringtonia seperti dari jenis Myrmecodia sp. Di hutan pantai tidak ditemukan
komunitas vertebrata yang spesifik. Meskipun demikian, hutan pantai juga
dijadikan sebagai habitat favorit jenis langka seperti Cacatua sp., Tanygnathus
sp., atau Megapodius sp. dll.

Pandanus tectorius ex Z (Pandanaceae) atau Pandan, pohon dapat


mencapai ketinggian hingga 6 m (Gambar 16). Daun Berduri pada sisi daun dan
ujungnya tajam. Panjang antara 0,5 – 2,0 meter, Bunga Warna merah ungu.
Buahnya seperti buah nenas dan ketika matang berwarna kuning jeruk. Tumbuh
pada habitat dengan substrat berpasir di depan garis pantai, terkena pasang surut
hingga agak ke belakang garis pantai (Noor et al., 2006).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kerapatan, kerimbunan, dan


frekuensi tertinggi dimiliki oleh spesies Leea sp. yaitu sebesar 38,46%,
32,76%, dan 25%. Hal ini terkait dengan kemampuan jenis tumbuhan untuk
melakukan adaptasi terhadap lingkungannya.
2. Berdasarkan hasil analisa dari data pengamatan, dapat diketahui bahwa
spesies Leea sp. memiliki indeks nilai penting tertinggi (INP) yaitu sebesar
96,22%, sehingga vegetasi tersebut disebut dengan vegetasi Leea sp.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan dengan lebih hati-hati
mengingat keadaan di hutan purwo yang banyak duri dan hewan yang berbahaya.
Selain itu, agar pengambilan data dilakukan dengan lebih cepat agar bisa segera
selesai dan dapat langsung melakukan identifikasi. Diharapkan juga, pengamatan
ke depannya agar dapat menjaga kelestarian hutan alam dengan tidak membuang
sampah sembarangan ataupun merusak semua jenis spesies yang terdapat di sana.
Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknik Analisis Vegetasi Metode dengan Petak.


(http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.
html) Diakses 7 April 2014

Anonim. 2009. Analisis Vegetasi. (http://bpkaeknauli. org/index.php? option com


content & task=view&id =18&Itemid=5). Diakses pada 7 April 2014

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor


Press
Ludwig, John A. and James F. Reynolds. 1988. Statistical ecology: a primer of
methods and computing. Wiley Press, New York, New York. 337 pp.
Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan.
Universitas Gajah
Mada
Michael, M. 1994. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia
Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press

Anda mungkin juga menyukai