Cisplatin Dan Hipomagnesemia
Cisplatin Dan Hipomagnesemia
ABSTRAK
MAGNESIUM
Masih sedikit yang diketahui mengenai signifikansi fisiologis dan
patofisiologis magnesium dibandingkan dengan natrium, kalium, dan
kalsium. Meskpun magnesium merupakan kation kedua terbanyak
intraseluler (setelah kalium), kurangnya metode yang dapat mengukur
status magnesium secara akurat di berbagai kompartemen tubuh yang
berbeda menyulitkan dilaksanakannya penelitian. Hanya selama beberapa
tahun terakhir ini mulai terdapat peningkatan ketersediaan dan kemajuan
teknik seperti nuclear magnetic resonance spectroscopy sehingga
penelitian dalam skala besar mungkin untuk dilakukan. Penelitian-
penelitian tersebut memperjelas bahwa magnesium berperan aktif dalam
berbagai proses seluler, di mana magnesium dikaitkan sebagai kofaktor
untuk sekitar 300 enzim seluler, turut andil dalam reaksi metabolisme
energi seluler yang melibatkan ATP, aktivitas pompa Na-K, aktivitas kanal
kalsium, stabilisasi struktur membran, translasi mRNA, hingga transkripsi
dan replikasi DNA. Magnesium ekstraseluler turut andil dalam regulasi
tonus otot polos dan konduksi nervus. Meskipun demikian, peran
magnesium dalam infark myokard dan penyakit jantung iskemia masih
diragukan.
Dalam usus halus, 30-40% dari rerata kebutuhan harian magnesium yang
besarnya 300-360 mg diserap dari makanan. Tubuh manusia
mengandung rata-rata 1,2 mol (25 gram) magnesium. Rentang normal
konsentrasi serum magnesium yang diajukan bervariasi antara 0,7 hingga
1,1 mmol/l (1,7-2,7 mg/dl atau 1,4-2,2 meq/l). Angka tersebut meliputi
sekitar 0,3% kadar total magnesium tubuh. Hanya sekitar 1% magnesium
tubuh berada pada ekstraseluler. Sisanya terbagi hampir setara antara
tulang dan jaringan lunak. Di jaringan lunak, otot lurik mengandung paling
banyak magnesium, yaitu sebesar 28% total depo tubuh.
Dalam dua kelompok pasien kanker sel germinal yang diterapi dengan
cisplatin, ditemukan adanya penurunan signifikan GFR sebagaimana
51
ditunjukkan dengan pengukuran klirens Cr-EDTA. Pada kelompok dosis
rendah (20 mg cisplatin/m2 per hari selama 5 hari) diamati penurunan
signifikan sebesar 11,7 % setelah 4 seri. Pada kelompok dosis tinggi (40
mg cisplatin/m2 per hari selama 5 hari) diamati penurunan yang signifikan
sebesar 15,8 % setelah seri pertama yang memburuk menjadi 35,7 %
setelah 3 seri. Telah diusulkan bahwa penurunan GFR mungkin
dikarenakan vasokonstriksi arteriol aferen, penurunan koefisien ultrafiltrasi
atau keduanya.
HIPOMAGNESEMIA
Penilaian status magnesium dalam konteks klinis menimbulkan berbagai
masalah. Hal tersebut disebabkan oleh fakta bahwa tidak tersedia metode
pengujian sederhana yang dapat dimanfaatkan dokter untuk menentukan
status magnesium pasien secara cepat dan akurat. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, sebagian besar magnesium adalah kation
intraseluler yang kemungkinan hanya aktif dalam bentuk bebas. Cara
pengukuran magnesium yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
Tabel 1 dapat diketahui bahwa beberapa metode tersebut belum memiliki
signifikansi klinis, sementara sisanya merupakan prosedur yang sangat
rumit. Beberapa dari metode tersebut akan dibahas lebih mendetail
karena merupakan dasar dari penelitian yang diulas di sini.
PEMBAHASAN
Hipomagnesemia merupakan komplikasi umum terapi cisplatin. Terdapat
dugaan bahwa penurunan magnesium plasma tersebut kemungkinan
disebabkan oleh hiperhidrasi yang diterapkan selama pemberian cisplatin.
Pemberian infus normal saline dapat menurunkan reabsorpsi
magnesium proksimal, sementara pemberian manitol diduga dapat
meningkatkan ekskresi magnesium sebesar 40-50 % dari jumlah total
yang difiltrasi. Peningkatan ekskresi magnesium secara persisten
dalam kondisi hipomagnesemia berat menunjukkan bahwa
hipomagnesemia dipicu oleh gangguan reabsorpsi magnesium ginjal.
Meskipun demikian, letak terjadinya gangguan ginjal tersebut masih belum
dapat dipastikan.
Hingga kini masih belum ada penelitian yang dapat memberikan bukti
adanya hubungan linear antara beratnya hipomagnesemia dengan
peningkatan keseriusan komplikasi. Dengan demikian, baik faktor-faktor
yang diketahui maupun faktor-faktor yang tidak diketahui mungkin dapat
membuat pasien tertentu lebih rentan terhadap komplikasi yang serius,
meskipun pada level hipomagnesemia yang relatif rendah. Koreksi
defisiensi P-Mg didasarkan pada asumsi bahwa pasien dengan
hipomagnesemia pada akhirnya dapat menghadapi risiko kematian
mendadak akibat tetani atau serangan jantung jika suplementasi
magnesium tidak diberikan. Bukti yang tersedia menunjukkan adanya
risiko peningkatan aritmia jantung pada pasien hipomagnesemia serta
beberapa faktor yang harus sangat diperhatikan pada pasien
hipomagnesemia dengan riwayat penyakit jantung sebelumnya, terutama
jika mereka diterapi dengan digoxin atau diuretik. Laporan kasus hanya
sedikit tersedia tetapi kesemuanya menggambarkan bahwa kejadian
serius karena hipomagnesemia dipersulit oleh hambatan dalam
mengisolasi gejala hipomagnesemia dari gejala elektrolit yang terjadi
secara bersamaan serta gangguan akibat kanker berat yang sudah
menyebar luas. Sehubungan dengan gejala yang tidak mengancam jiwa
seperti rasa lelah, mual dan muntah, juga merupakan gejala umum
pada pasien yang dikemoterapi sehingga karenanya sangat sulit untuk
mendiagnosis apakah keluhan tersebut terkait dengan hipomagnesemia.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa belum ada penelitian yang
sudah mampu secara obyektif menentukan ambang suplementasi pada
penderita hipomagnesemia.
KESIMPULAN
Cisplatin menginduksi hipomagnesemia melalui nefrotoksisitas akibat
cedera langsung pada mekanisme reabsorpsi magnesium di pars
ascendens lengkung Henle serta tubulus contortus distalis.
Hipomagnesemia merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada
kemoterapi cisplatin dan diderita hingga 90 % pasien jika tidak ada
langkah-langkah yang diambil untuk mengkoreksinya. Kepentingan klinis
hipomagnesemia masih kontroversial. Gejala hipomagnesemia sulit
dibedakan dari gejala yang berhubungan dengan penyakit yang
mendasari atau dengan efek samping kemoterapi itu sendiri. Penelitian
yang ada saat ini tentang suplementasi magnesium selama terapi cisplatin
lebih berfokus pada efeknya terhadap kadar magnesium di serum
dan konsentrasi magnesium di eritrosit. Kedua parameter tersebut
merupakan indikator yang buruk untuk mengetahu depo magnesium
tubuh. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
efek hipomagnesemia akibat cisplatin pada depo intraselular magnesium
serta berbagai risiko sehubungan dengan hipomagnesemia.