Oleh :
Kelompok 11 :
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas pada
mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Makalah ini penulis susun dengan judul “Sistem
Perekonomian Masyarakat Pedesaan”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun material dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pembaca maupun
penulis sendiri.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari cara penulisan, penyusunan,maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Hal
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
1. Sejarah Ekonomi Pedesaan dan Teori Sosial .............................................................. 5
1.1 Sejarah ekonomi pedesaan ..................................................................................... 5
1.2 Teori Sosial ............................................................................................................... 7
2.Sistem Perekonomian Masyarakat Pedesaan ................................................................ 8
2.1 Ekonomi pedesaan ................................................................................................... 8
2.2 Pertanian Masyarakat............................................................................................. 9
3. Faktor-Faktor Ekonomi Pedesaan ............................................................................. 11
3.1. Determinan Dalam Sektor Ekonomi Desa ......................................................... 11
3.2. Hubungan Manusia dan Tanah .......................................................................... 13
3.3. Perbedaan Ekonomi Desadengan Ekonomi Pasar ............................................ 16
3.4. Dampak Ekonomi dari Keadaan Sosial Masyarakat Desa dan Kota ............. 17
3.5. Ekonomi Pedesaan yang saling Mempengaruhi Antara Sistem Ekonomi Dan
Sistem Sosial ................................................................................................................. 18
4. Contoh Sistem Ekonomi Pedesaan .............................................................................. 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 20
B. Saran............................................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam hal ini penulis akan membahas tentang sistem ekonomi pedesaan serta hal-hal
yang bersangkutan di dalamnya. Sistem ekonomi adalah sistem yang digunakan oleh suatu
negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun
organisasi di negara tersebut.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilian ikatan perasaan batin yang kuat sesama
warga negara desa karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling
mencintai, saling menghormati, mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama terhadap
keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimasud dengan sistem ekonomi?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Perekonomian Masyarakat Pedesaan ?
3. Bagaimanakah faktor-faktor ekonomi di pedesaan ?
C. Tujuans
1. Mengetahui defenisi Sistem Ekonomi
2. Mengetahui Sistem Perekonomian Masyarakat Pedesaan
3. Mengetahui Faktor-faktor ekonomi di Desa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Ekonomi Pedesaan dan Teori Sosial
1.1 Sejarah ekonomi pedesaan
Sejarah ekonomi masih merupakan daerah yang relatif asing bagi sejarawan Indonesia
sekalipun sejarah ekonomi diajarkan di jurusan-jurusan sejarah. Di negeri-negeri barat sendiri
sejarah ekonomi juga merupakan disiplin yang relative baru. Meskipun sejarah ekonomi
sudah ditulis orang jauh sebelumnya, tetapi chair untuk sejarah ekonomi yang pertama di
dunia baru ada di Harvard pada tahun 1892, dan chair serupa di Inggris baru ada pada tahun
1910.
Sejarah ekonomi yang secara formal berdiri sendiri lepas dari subordinasi pada sejarah
politik itu ingin mencari maknanya sendiri dalam memperlajari corak dan penjumlahan dari
hubungan manusia yang bersifat ekonomi, sosial dan budaya. Pada kurun-kurun sebelumnya
political economy lebih berpengaruh dalam penulisan-penulisan sejarah ekonomi. Sejarah
ekonomi yang telah melepaskan diri dari ekonomi politik terus berkembang dan mencapai
puncaknya dalam studi yang semakin canggih, degan penggunaan metode quatitalis yang
maju dalam gerakan the new economic history.
Ekonomi pedesaan dan ekonomi petani tidak selalu searti, namun banyak yang
menyamakannya dalam beberapa hal tertentu. Ciri-ciri ekonomi petani sebagaimana
dikemukan Daniel thornier, seorang antropolog yang menganggap ekonomi petani sebagai
sebuah kategori dalam sejarah ekonomi, ialah:
1. Dalam bidang produksi, masyarakat terlibat dalam produksi agrarian;
2. Pendudukanya harus lebih dari separuhnya terlihat dalam pertanian
3. Ada kekuasaan Negara dan lapisan penguasaanya
4. Ada pemisahan antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang
desa-desa
5. Satuan produksinya ialah keluarga rumah-rumah petani.
Ekonomi petani, menurut Thornier yang mengukuhkan pendapat ahli ekonomi Rusia.
Charanov, tidak termasuk dalam salah satu kateogri sudah ada, hingga sepantasnya kalau
ekonomi petani yang banyak tedapat di Negara-negera yang sedang berkembang itu mendapat
tempat-tempat yang tersendiri. Ia juga tidak puas dengan semata-mata menyebut ekonomi
petani sebagai perwujudan cara produksi Asia.
Pertemuan antara ekonomi ekspor, baik melalui peraturan tanam paksa maupun
perkebunan swasta pada abad ke-19, merupakan pertemauan antara dua cara produksi dengan
akibat-akibat yang menarik perhatian sejarah ekonomi. Tidak kurang dari itu sebenarnya ialah
pertemuan antara dua system ekonomi sebagai dikemukakan oleh Boeke sejak lama, yang
sampai sekarang pun masih berlaku dalam pengeritian pengerian tertentu.
Sejarah ekonomi local sangat penting karena tiap-tiap daerah di Indonesia menempuh
jalan sendiri-sendiri dalam perkembangan ekonomi. Perbedaan regional itu disebabkan oleh
berbagai factor pertama, ada atau tidak adanya organisasi kenegeraan. Dalam hal ini
perbedaan terjadi antara berbagai daerah yang disebabkan oleh corak kerajaan-kerajaan atau
organisasi social setempat yang berbeda.
Pembatasan satuan wilayah dapat mempergunakan berbagai cara. Di antara
kemungkianan itu ialah pendekatan wilayah produksi, wilayah pemasaran, wilayah
penukaran, wilayah georgrafis, wilayah administrative dan wilayah adat.
Wilayah produksi dapat berupa daerah yang diliputi oleh produksi sejenis, seperti
misalnya daerah nelayan dipantai utara Jawa, Sumatera Timur, dan sebagainya Madura yang
menghasilkan garam sebagai satuan wilayah produksi. Dekat hubungan dengan wilyah
produksi pemasaran. Di masa lalu, dapat dibayangkan, teknologi transportasi yang berbeda.
Lingkaran pemasaran yang dengan lingkaran kereta api dan truk.
Selanjutnya, sangat penting dalam sejarah ialah satuan waktu dalam sejarah ekonomi,
terutama yang mementinagkan soal pertumbuhan ekonomi, masalah tahapan perkembangan
selalu menajdi perhtian yang utama. Tidak saja dalam skala makro kita dapat berbicara
tentang system ekonomi atau cara produksi, tetapi juga dalam lingkup mikro.
Untuk penelitian sejarah, pendekatan terhadap tahapan ekonomi tidak perlu harus
menggunakan ukuran-ukuran ekonomi. Tahapan pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dikemuakan oleh Rostow dalam the stages of economi growth yang menggunakan ukuran
produksitvitas sebagai kriteria untuk tahapan, kiranya hanya dapat berlaku bagi masyarakat
industrial, dan sedikti saja relevansinya dengan system ekonomi pedesaan atau petani di masa
lampau. Dalam pendekatan Rostow, secara kasar masyarakat tradisional hanya disebutnya
sebagai masyarakat tradsisonal, yang sedikti saja menjelaskan kompleksitas Rostow, secara
kasar masyarakat tradisional hanya disebutnya sebagai masyarakat tradsisonal, yang sedikit
saja menjelaskan kompleksitas ekonomi yang dibuat oleh Heilbroner lebih menjangkau
masala lalu sejarah manusia.Di kemukakannya tiga system ekonomi, ekonomi berdasarkan
tradisi, perintah dan pasar.
Setelah kita mendapatkan satuan wilayah dan satuan waktu, kita perlu juga memahami
satuan permaslahan dalam sejarah ekonomi pedesaan. Permasalahan ekonomi pedesaan atau
ekonomi petani tentu tidak sama dengan ekonomi industrial atau ekonomi kota. Dalalm
pengertian kita disini, ekonomi pedesaan memasukan juga ekonomi primitive sekaligus
ekonomi petani, yang kedua-duanya masih terdapat dalam masyarakat dengan kerangka
ekonomi pasar sekarang ini. Beberapa kemungkinan permasalahan yaitu tentang factor-factor
ekonomi, sector-sector ekonomi, lembaga-lemabga ekonomi, komoditi, pertumbuhan, dan
problem-problem.
Ketataannya sejarah ekonomi lebih banyak memerlukan penggunaaan teori, model dan
konsep-konsep ilmu sosial, termasuk ilmu ekonomi sendiri. Model tentang pertumbuhan
ekonomi, misalnya, akan mampu memerangkan peristiwa dan struktur secara jelas. Teori,
model dan konsep itu dapat diambil dari ilmu ekonomi konvensional yang terutama sangat
baik untuk menganalisa sector komersial dari organisasi ekonomi petani. Juga ilmu ekonomi
konvensional dapat berguna dalam menghitung penampilan ekonomi baik yang primitive,
petani, industry kapitalis, maupun industry komunis.
Bagi mereka yang melihat teori ekonomi murni dan statistic merupakan daerah
terlarang, seperti sejarawan yang dihasilkan oleh fakultas-fakultas Sastra di Indonesia, sejarah
ekonomi masih tetap terbuka. Seperti sudah disinggung, aktivitas ekonomi masih tetap
merupakan aktivitas manusia, sehingga sejarah ekonomi pun tidak lepas dari setting sosial
dari pengalaman manusia dan imajinasi manusia. Disini motif, nilai, dan sikap masih
merupakan hal yang penting. Sejarah ekonomi dapat diletakan dalam kerangka sejarah
interdisipliner. Untuk keperluan itu dibawah ini akan dikemukakan berbagai permasalahan
sejarah ekonomi pedesaan yang dibicarkan oleh ahli-ahli ilmu social di luar ilmu ekonomi.
basis ekonomi desa yang tebentuk atas partisipasi masyarakat yang sadar akan pembangunan.
Dalam bukunya “Prakapitalisme di Asia” 1962 oleh J.H Boeke mengemukakan bahwa
keluarga merupakan unit swasembada artinya keluarga mewujudkan suatu unit mandiri yang
dapat menghidupi keluarga itu sendiri lewat kegiatan pertanian.
Roucek dan Warren (1962) menyatakan juga bahwa fungsi keluarga sebagai unit
ekonomi atau produksi (disamping sebagai unit sosial) adalah salah satu karakteristik
masyarakat desa. Hal ini sebagai contohnya dapat dilihat di keluarga petani di Jawa
tradisional (prakapitalistik atau semi prakapitalistik), dalam keluarga tipe ini suami
mengerjakan sejumlah pekerjaan sekaligus seperti membuat persamaian bibit, mengolah
lahan, hingga siap tanam bahkan menyiang, dll. Sedang istri mengerjakan sejumlah kegiatan
seperti mengirim makanan, menanam padi, menuai padi, menumbuk padi, dll. Lalu anak-
anaknya sesuai jenis kelamin membantu mereka disawah.
Pentingnya fungsi ekonomi dalam keluarga petani prakapitalistik juga dikemukakan
oleh A.V Chaianov, menurutnya karakteristik yang sangat mendasar dari ekonomi petani
prakapitalistik adalah bahwa ekonomi mereka merupakan ekonomi keluarga. Seluruh
organisasinya ditentukan ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan koordinasi tuntutan-
tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja.
Karena keluarga merupakan unit ekonomi swasembada mandiri, maka pada tingkat
masyaarakat sebenarnya tidak terdapat sistem ekonomi yang jalin menjalin, saling tergantug
seperti dalam masyarakat kota. Maka pada masyarakat desa hakekatnya msyarakat bukanlah
merupakan satu kesatuan ekonomi melainkan lebih merupakan kesatuan sosial.
2. Faktor Tanah
Dua karakteristik pemilikan lahan memiliki pengaruh khas terhadap sistem pertanian
ekonomi. Karakteristik pemilikan ini adalah menyangkut luas sempitnya pemilikan lahan, dan
sistem land tenure. Pengaruh luas sempitnya lahan terhadap sistem pertanian ekonomi :
Pemilikan lahan sempit cenderung pada system pertanian yang intensif, terlebih jika
ditunjang kesuburan tanah yang tinggi, contohnya pertanian sawah di Jawa umumnya,
sedangkan pemilikan tanah yang luas cenderung pada ekstensifikasi, contohnya perkebunan
diluar Jawa umumnya. Pengaruh perbedaan dalam luas pemilikan lahan pertanian yang luas.
Desa atau lingkungan tertentu yang memiliki lahan pertanian rata-rata sama luasnya (one
class system) akan berbeda pengaruhnya terhadap sistem pertanian ekonomi dibanding
dengan desa yang rata-rata pemilikan lahan warganya tidak sama (tuan tanah berhadapan
dengan petani atau penggarap buruh disebut two class system).
Petani-petani dalam one class system cenderung menjadi petani pemilik penggarap. one
class systemdengan pemilikan lahan yang rata-rata luas seprti di AS akan lebih mudah
menerima pembaruan sistem pertanian. two class system dilain pihak, akan melahirkan
system pertanian yang penggarap. Hubungan keduanya disebut patronclient relationship.
Dalam two class system modernisasi petani sulit dikembangkan karena kebanyakan petani
tidak memiliki lahan pertanian sendiri, sedangkan tuan tanah tidak begitu tergiur kepada
pembaruan pertanian yang menjanjikan peningkatan produksi dan keuntungan, kaarena
mereka telah sangat mapan.
3. Faktor Pasar
Pasar secara umum diartikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai
barang, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi sistem ekonomi pertanian. Cocok
tanam baru memiliki arti sebagai sistem ekonomi tatkala petani mulai mempertukarkan hasil-
hasil pertanian mereka untuk berbagai kebutuhan selain untuk makan. Dengan adanya pasar
terjadi hubungan selain ekonomi yakni sosial kultural.
Dalam bukunya Eric R. Wolf “Petani Suatu Tinjauan Antropologi” beberapa ringkasan
dapat disimpulkan : masyarakat desa cenderung membentuk dan mempertahankan cirinya
sebagai komunitas, ciri-ciri pembedanya bisa berkait dengan jenis tanaman khusus atau
produk tertentu yang dihasilkan (sebagian atau seluruh) komunitas itu, dan terjadi pertukaran
dipasar berdasar atas kekususan yang dimiliki masing-masing komunitas tersebut.
Peranan pasar tidak hanya menciptakan sistem ekonomi pertanian yang mengarahkan
perkembangan ciri-ciri komunitas desa (untuk menyesuaikan peran mereka dalam pertukaran
pasar). Peranan pasar juga menyebabkan semakin berkembangnya jaringan ketergantungan
antara komunitas desa satu dengan lainnya. Peran yang dimainkan dipasar itu (terutama pasar
jaringan) juga semakin banyak penduduk desa yang tidak tergantung pada pertanian. Mulai
terlihat penduduk desa yang secara jelas menjadi kelompok pedagang. Secara demikian desa
tidak lagi menjadi wilayah yang mandiri secara sosial dan ekonomi, melainkan telah menjadi
bagian dalam satuan sosial ekonomi yang lebih luas. Dalam konteks ini sistem ekonomi
pertanian semakin kompleks, menampung dan mengakomodasikan pengaruh-pengaruh luar
desa.
3.4. Dampak Ekonomi dari Keadaan Sosial Masyarakat Desa dan Kota
Secara ekonomi perbandingan antara masyarakat desa dan kota dapat mudah
Pengaruh sistem ekonomi pertanian terhadap sistem ekonomi berkaitan erat dengan
faktor teknologi dan sistem uang kapitalisme. Masyarakat petani yang belum menggunakan
teknologi modern dan belum menggunakan uang dalam sistem perekonomian mereka, maka
dalam kehidupan sosialnya ditandai adanya hubungan-hubungan akrab, informal, serta bebas
santai, karena dengan tidak adanya teknologi modern tercipta kondisi yang membuat mereka
saling tolong menolong (barter, gotong royong). Kedekatan emosional sangat diperlukan
sebab jika tidak hubungan mereka akan tidak pula membuahkan kerjasama langsung.
Namun, kurukunan dan solidaritas yang kuat pada masyarakat desa sebenarnya tidak
hanya tercipta oleh adanya tuntutan kerja sama langsung, melainkan juga disebabkan
kesamaan yang ada pada mereka seperti sama-sama kaum petani, sama-sama tiggal didesa
yang sama, dll. Kerukunan dan gotong royong diantara para petani ini semakin luntur dengan
adanya penggunaan teknologi diantara mereka. Hal ini dapat dimengerti karena dengan
teknologi modern memudahkan penggunanya dalam bertani dan tidak mengurangi hasil
pertanian malah menguntungkannya, serta hanya menggunakan sedikit tenaga kerja manusia.
Akibat hubungan emosional diantara para petani ini semakin luntur atau bahkan hilang.
Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Sistem Ekonomi Pertanian
Petani menyikapi pertanian sebagai way of life (kebudayaan) berarti mereka menggeluti
pertanian bukan sekedar sebagai mata pencaharian melainkan menyangkut totalitas kehidupan
mereka. Inti dari pola kebudayaan petani bersahaja atau peasan adalah subsistensi dan
tradisionalisme. Kedua inilah sebagai faktor penghambat terlaksananya proses modernisasi
pertanian dikalangan masyarakat petani desa.
Komersialisasi sulit dikembangkan dalam masyarakat semacam ini, karena mereka
setiap hari dalam hubungannya menggunakan rasionalitas sosial (norma-norma sosial
termasuk adat istiadat). Jika seseorang berperilaku menyimpang dari kebanyakan masyarakat
desa disana maka akan ada sanksi sosial dari masyarakat tersebut. Ikatan sosial yang kuat
terwujud dalam bentuk kerukunan yang tinggi, juga menciptakan semacam keharusan sosial
yakni berbagi dalam hal bertani tentunya seperti merelakan sebagian tanah yang dimiliki
untuk digarap orang lain.
Ciri khas masyarakat desa yang mempunyai hubungan atau ikatan emosional yang
tinggi membuat masyarakat pertanian rukun tanpa adanya suatu masalah yang berarti.
Tetapi ketika sejumlah atau segelintir orang yang ingin memperoleh keuntungan lebih
tanpa memperhatikan hubungan sosial masyarakat pertanian menyebabkan hubungan yang
terjalin sejak lama bahkan turun temurun semakin renggang karena penggunakan teknologi
seeprti sekarang ini, teknologi pertanian modern.
Tetapi masyarakat pertanian sendiri mempunyai aturan yang tak tertulis, yakni suatu
sanksi sosial yang tentunya akan berlaku untuk orang-orang yang menyimpang atau keluar
dari jalur masyarakat petani pada umumnya.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya bagi mahasiswa calon tenaga untuk
lebih memahami dan meningkatkan kompetensi serta wawasan mengenai sitem
perekonomian masyarakat pedesaan dan dapat diaplikasikan di dunia kerja.
Daftar Pustaka