Anda di halaman 1dari 12

Trend dan IssueKeperawatan pada Sistem Imunologi dan Hematologi

Oleh :
Kata Pengantar

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam
menyelesaikan tugas makalah ini..
Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Trend dan Issue pada Sistem Imunologi
dan Hematologi yang nantinya diharap dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu
Kesehatan (Keperawatan). Selama pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk
yang didapat dari dosen pengajar mata kuliah Sistem Imunologi. Namun dalam penulisan
makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap
belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya.
Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua.

Denpasar,25 Oktober 2015

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata pengantar..............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BABII

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS ..........................................................................................3


2.2 Perbedaan Antara HIV dengan AIDS ..................................................................3
2.3 Definisi AIDS ......................................................................................................4
2.4 Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009 ...................................................4
2.5 Tren HIV dan AIDS dimasa yang akan datang ...................................................5
2.6 Gambaran dan Manajemen dari HIV pada klinik Sehari-hari …………….........5
2.7 Trend pengidap HIV usia produktif meningkat....................................................6
2.8 Peran perawat........................................................................................................7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................................8

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Juli 2003, Salah satu kasus baru yang belum banyakdiketahui orang lain adalah
merebaknya HIV/AIDS dikalangan parapetugas kesehatan akibat secara tidak sengaja tersuntik
jarum suntik yangbiasa digunakan oleh para penderita penyakit yang diidentikkan dengan
penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang bertugas untuk
menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS. Tetapi entah kenapa,
secara tidak sengaja jarum suntikyang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik
menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di
kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini
adalah dengan pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan.
Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka
meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat dihentikan.
Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk
melumpuhkan virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin memperparah
kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang tidak peduli kepada
mereka. Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka bersikap hati-hati dalam
bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana khusus untuk perawatan dan
pengobatan mereka.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasaldari Afrika Sub-Sahara.Kini


AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDSdiperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di
seluruh dunia. PadaJanuari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa
AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni 1981.

1
Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada
tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub- Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses
terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara. Dari waktu ke waktu pemahaman
masyarakat Indonesia mengenai HIV/AIDS sudah cukup baik. Namun, apakah itu menjamin
pola hidupnya terbebas dari infeksi virus menular ini? Pasalnya, kesadaran masayarakat
mengenai hal-hal yang dapat mencegah terinfeksinya tubuh oleh virus HIV masih rendah.
Kondisi inilah yang mendorong tingkat kasus masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat sebanyak
14.628 orang telah tertular virus ini, 5.813 positif HIV dan 9.689 AIDS.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanah perkembangan Trend isue keperawatan mengenai gangguan


imunologi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan Trend isue keperawatan mengenai
gangguan imunologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004).

2.2 Perbedaan Antara HIV dengan AIDS


Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau
gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gej5ala mulai muncul, orang disebut
mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini seseorang
kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. ‘AIDS’ merupakan definisi yang
diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat. AIDS didefinisi
sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 dan atau terjadinya satu atau lebih infeksi oportunistik
tertentu. Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai
patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status
kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita
menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu.
Orang terinfeksi HIV yang mempunyai semakin banyak informasi, dukungan dan perawatan
medis yang baik dari tahap awal penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi
antiretroviral (ART) yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan
penggandaan HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV
(Kannabus, 2008).

3
2.3 Definisi AIDS
Pada 18 Desember 1992, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah
menerbitkan suatu sistem klasifikasi untuk infeksi HIV dan mengembangkan definisi AIDS di
kalangan remaja dan dewasa di Amerika Serikat. Mengikut standar klinis untuk pemantauan
secara immunologis pada pasien yang terinfeksi dengan HIV, sistem klasifikasi tersebut meliputi
pengukuran limfosit T CD4+ dalam kategorisasi kondisi klinis yang berhubungan dengan HIV
dan ini telah menggantikan sistem klasifikasi HIV yang diterbitkan pada tahun 1986. Semua
pengidap AIDS mempunyai limfosit T CD4+/uL kurang dari 200 atau kurang 14 persen limfosit
T CD4+ dari jumlah limfosit, atau yang didiagnosa dengan tuberkulosis pulmoner, kanker
servikal invasif, atau pneumonia rekuren. Objektif dari pengembangan definisi AIDS ini adalah
untuk menunjukkan jumlah morbiditi pengidap AIDS dan pasien yang imunosupresi, dan juga
untuk memudahkan proses pelaporan kasus. Bermula dari tahun 1993, definisi AIDS ini telah
digunakan oleh semua negara untuk pelaporan kasus AIDS (CDC, 1993).

2.4 Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009


Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan
perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila dilihat jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Di Papua epidemi HIV sudah masuk ke
dalam masyarakat (generalized epidemic) dengan prevalensi HIV di populasi dewasa sebesar
2,4%. Sedangkan di banyak tempat lainnya dalam kategori terkonsentrasi, dengan prevalensi
HIV >5% pada populasi kunci. Namun, saat ini sudah diwaspadai telah terjadi penularan HIV
yang meningkat melalui jalur parental (ibu kepada anaknya), terutama di beberapa ibu kota
provinsi. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, kasus AIDS dilaporkan banyak ditemukan
pada laki-laki yaitu 74,5%, sedangkan pada perempuan 25% (Depkes, 2009).

4
2.5 Tren HIV dan AIDS dimasa yang akan datang

Dengan memperhitungkan faktor-faktor pemicu dalam penularan HIV, maka dapat


dilakukan proyeksi perkembangan HIV pada masa yang akan datang. Berikut ini adalah proyeksi
situasi HIV yang dihasilkan melalui Asian Epidemic Modeling (AEM) (Depkes RI, 2009).

2.6 Gambaran dan Manajemen dari HIV pada klinik Sehari-hari


Dampak epidemi HIV-AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah koinfeksi pada
orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit infeksi lainnya
mendorong penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi tidak saja dapat memperburuk
status kesehatan orang dengan HIV, juga HIV itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk
infeksi lainnya. Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi AIDS
menjadi dapat diprediksi.

5
Saat ini telah dikembangkan algoritme uji terbaru HIV seroconversi (STARHS) yang
merupakan cara untuk menganalisa sampel HIV positif untuk menentukan apakah infeksinya
baru terjadi atau sudah berjalan. Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap
menghadapi epidemi HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga diperlukan peningkatan
kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali dan menangani koinfeksi HIV dengan pathogen
lainnya. Selain itu penularan HIV semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya.

2.7 Tren Pengidap HIV/AIDS Usia Produktif Terus Meningkat


Tren pengidap HIV AIDS pada populasi usia produktif 15-59 tahun, dari tahun-tahunnya
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 ODHA dengan usia 15-49 tahun sebanyak 277.700
orang, dan pada tahun 2014 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sampai 501.400 orang.
Demikian dikatakan Dyah Erti Mustikawati, Kasubdit AIDSPMS Departemen Kesehatan, di
Jakarta, Kamis (9/7). Peningkatan tersebut diakibatkan karena remaja saat ini semakin banyak
yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 2 SMU di Jakarta dan Surabaya,
14, 6 persen dari 1000 siswa yang diteliti pernah melakukan hubungan seksual.
“Remaja laki-laki lebih banyak ketimbang remaja perempuan, dan jumlahnya juga lebih banyak
di Surabaya,” ujarnya. Tak hanya perilaku seks bebas, meningkatnya pengguna narkoba terutama
yang menggunakan jarum suntik, ternyata juga berpengaruh pada peningkatan jumlah ODHA
diusia produktif. Dari data yang dipunyai Depkes 50 persen pecandu narkoba yang menggunakan
jarum suntik dia pasti terinfeksi HIV. Meningkatnya jumlah tersebut, kata Dyah, merupakan
kondisi yang memprihatinkan dan tidak dapat didiamkan. Jika pada umur 15 orang sudah
mengidap AIDS, berarti sejak umur 10 tahun penderita tersebut sudah menyimpan virus HIV di
dalam tubuhnya. Pasalnya perlu waktu 5 tahun bagi virus HIV berkembang menjadi AIDS. “Itu
berarti semenjak kecil mereka telah terinfeksi virus mematikan itu,” kata dia. Jika tren tersebut
terus berkembang, Dyah mengkhawatirkan akan terjadi missing link dan kualitas moral generasi
penerus semakin menurun. “Agar angka tersebut tidak terus meningkat, maka kelompok muda
sekarang harus menjadi perhatian. Kesadaran akan bahaya HIV AIDS di lingkungan masyarakat
juga harus digalakan melalui berbagai penyuluhan,” sarannya.
6
2.8 Peran Perawat
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS sangatlah
besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehinggan
pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat melakukan
tindakan kolaborasi dengan member rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat
diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV, konseling KB dan
perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada
konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit
HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun
negative disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing
telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif.

Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan
diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem
pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika
memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi
pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian
dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada
keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai AIDS,
sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita. Aspek spiritual juga
merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat. Bagi penderita yang terinfeksi
akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan
tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta meningkatkan
kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong untuk mendekatkan diri pada Tuhan,
jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa
mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelaah menjelaskan materi diatas dapat kami simpulkan bahwa banyak trend isu
keperawatan gangguan imunologi pada orang dewasa yang muncul saat ini misanya HIV
Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala
infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul, orang disebut
mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan. Ada pula yang gangguan
imunologi lainnya yaitu Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status
kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita
menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu.
Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan atau status kekebalan, kita dimasukkan pada
statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena
itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu. Tren Kasus AIDS di 33 Provinsi dari
Tahiun 2000-2009.Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, kasus AIDS dilaporkan banyak
ditemukan pada laki-laki yaitu 74,5%, sedangkan pada perempuan 25% (Depkes, 2009).

3.2 Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar (media dan
berita) yang terkait dengan materi ini. Dengan demikian belajar dokumentasi menjadi
pembelajaran yang menarik, kreatif dan berwibawa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah).Manual Pemberantasan Penyakit Menular 2006,


Infomedika, Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Umar Zein, Edward Siagian, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan: Aspek Klinis, Problema
Diagnostik dan Pengobatan Penderita AIDS Dewasa di Medan, Acta Medica Volume XXXV
Supplemen 2, Agustus 2003, 576 – 81.

Anda mungkin juga menyukai