Anda di halaman 1dari 59

Agama

TUGAS AKHIR RESUME AGAMA

Kelompok 3

 Edwin (PO.62.20.1.17.210)
 Ega Permata Sari (PO.62.20.1.17.211)
 Evin (PO.62.20.1.17.212)
 Gopri (PO.62.20.1.17.214)
 Imelda Kristasia (PO.62.20.1.17.220)
 Irwandi Franiko (PO.62.20.1.17.221)
 Laela Agustinah (PO.62.20.1.17.223)
 Viona Phytaloka (PO.62.20.1.17.235)
 Yuni Azhari (PO.62.20.1.17.239)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Agama tentang “ Tugas Akhir Resume Agama”
tepatnya pendampingan atau tuntunan dan etika kita saat menangani klien.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami membuka diri untuk
menerima berbagai kritik dan saran demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Palangkaraya, 19 Desember 2017

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3
D. Manfaat Makalah ....................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4


A. Agama Islam ............................................................................................................................. 5
B. Agama Kristen .......................................................................................................................... 6
C. Agama Katolik ........................................................................................................................... 6
D. Agama Hindu ............................................................................................................................ 6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 4


A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 6
B. Saran........................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 4

ii
BAB I
(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang Masalah


Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita
tahu hal ini sangat berpengaruh di dalam pelayanan, hal ini terbukti dengan di dalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual ( walaupun tidak benar – benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya inin membagi ide atau pemikiran
saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang behubungan dengan
pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai
patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah
etika keperawatan yang tentu saja diharapkan daat menumbuhkan sikap profesional sesuai
dengan tuntutan dunia keperawatan, yan tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk
membentuk mahasiswa yang siap pakai dan tampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya
sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan
akhlak atau kaidah. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengap
pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika
keperawatan saja sudah cukup, karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku
perkuliahan.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi
masyarakat peran agama sangalah besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Seperti saat menangani pasien yang berbeda agama dan keyakian dengan si perawat
dan perawat harus bisa mengani pasien dengan baik dan sesuai dengan agama yang dianut
pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian apa itu Agama Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu ?
2. Mengapa seorang perawat harus belajar Agama Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu ?
3. Bagaimana pandampingan atau tuntunan kepada pasien yang beragama Islam,
Kristen, Katolik dan Hindu ?
4. Bagaimana etika saat klien beragama Islam, Kristen, Katolik dan Hindu ?

iii
C. Tujuan Masalah
Pada dasarnya tujuan makalah ini kami buat atas terbagi menjadi dua bagian yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah agama, sementara tujuan khususnya adalah pendampingan atau tuntunan agama
Islam, Kristen, Katolik dan Hindu

D. Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini kita bisa menangani klien yang berbeda agama dan keyakinan
dengan perawat, kita juga bisa melakukan tuntunan saat sakit dan etika yang dilakukan atas
dasar agama yang dianut si pasien.

iv
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Agama Islam
 Pengertian Agama Islam

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir
zaman.Islam (Arab: al-islām, ‫اإلسالم‬, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Dalam Al-Quran, Islam disebut juga Agama Allah
atau Dienullah (Arab: ‫ين‬ ِِ ّ
ِِ ‫)َللا ِد‬.

 Pengertian islam secara harafiyah


Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata
Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar
“selamat” (Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah
agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah
kematian).
Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat
Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan
shalat --sebagai ibadah utama-- yakni ucapan doa keselamatan "Assalamu'alaikum
warohmatullah" (ِ‫السالَم‬
ّ ِْ ‫َحمَةِ َعلَ ْيك‬
‫م‬ ْ ‫ )هللا َور‬--semoga keselamatan dan kasih sayang Allah
dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup shalat.
 Pengertian islam menurut bahasa
Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar
dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫إسالما يسلم أسلم من مصدر اإلسالم‬
Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam
memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (‫)الس ْلم‬ ّ yang berarti damai atau kedamaian. Firman
Allah SWT dalam Al-Quran:

ِ‫جنَحوا وَإِ ْن‬ ِِ ‫لس ْل‬


َ ‫م‬ ّ ِ‫َح ل‬
ِْ ‫اجن‬ ِْ ‫َللا َعلَى َوتَو َّك‬
ْ ‫ل لَهَا َف‬ ِِ ّ ِ‫ميعِ ه َِو إِنّه‬ ّ
ِ ‫الس‬ ِ‫ْال َعلِيم‬

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8:61).
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan
salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan
umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan
atau konflik dan kekacauan.

ِِ ‫اق َتتَلوا ْالم ْؤ ِمنِينَِ ِمنَِ طَائِ َفتَا‬


ِ‫ن وَإِ ْن‬ ْ ‫صلِحوا‬ ْ َ‫ن ۖ بَ ْينَهمَا َفأ‬ ِْ ِ‫ت َفإ‬ ِْ ‫حدَاهمَا بَ َغ‬ ْ ِ‫خرَىِ َعلَى إ‬ ْ ‫اْل‬ْ
ّ
‫ح ّتىِ تَ ْب ِغي التِي َف َقاتِلوا‬ َ ِِ ّ ۖ ‫ن‬
َ ‫َللا أ ْم ِِر إِلَىِ تَ ِفي َِء‬ ِْ ‫َت َف ِإ‬ ِْ ‫صلِحوا َفاء‬ َ
ْ ‫ل بَ ْينَهمَا َفأ‬ ْ
ِِ ‫بِال َع ْد‬
‫سطوا‬ ْ
ِ ‫ن ۖ وَأق‬َ ّ ّ
ِ ِ‫َللا إ‬
َِ ِ‫حب‬ ِ ‫طينَِ ي‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ْالم ْق‬

v
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan
yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 49 : 9).
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran baru mengizinkan atau memperbolehkan
kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.

َ ‫ون لِل ّ ِذينَِ أ ِذ‬


ِ‫ن‬ ِْ ‫ن ۖ ظلِموا بِأَنّه‬
َِ ‫م ي َقاتَل‬ ِّ ِ‫َللا وَإ‬
َِ ّ ِ‫م َعلَى‬
ِْ ‫ه‬ ْ َ‫لَ َق ِديرِ ن‬
ِ ‫ص ِر‬

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya


mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu.” (QS. 22 : 39).

ْ َ‫ )أ‬yang berarti berserah diri atau pasrah.


َ َ‫سل‬
2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ (ِ‫م‬
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan
serta menjauhi segala larangan-Nya.

ْ ‫سنِ َوم‬
ِ‫َن‬ ْ َ‫ن ِدي ًنا أ‬
َ ‫ح‬ ِْ ‫م‬ ْ َ‫َجهَهِ أ‬
َِ َ‫سل‬
ّ ‫م ِم‬ ِِ ّ ِ ‫سنِ وَه َِو‬
ْ ‫لِل و‬ ْ ‫عم‬
ِ ‫ح‬ َِ ّ‫م ِمل‬
َِ َ‫ة وَاتّب‬ َِ ‫هي‬ ِ ‫حنِي ًفا إِ ْبرَا‬
َ
ۖ‫ذ‬َِ ‫خ‬ ّ
َ ‫َللا وَات‬ ّ
ِ ‫م‬ َِ ‫هي‬ ً
ِ ‫يال إِ ْبرَا‬
ِ ِ‫خل‬ َ

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan
seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang
ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT,
dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83).

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah


SWT. Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

ِ‫َل‬ َِ ‫ون ْاليَ ْو‬


ْ ‫م همِ ب‬ َِ ‫َسلِم‬
ْ ‫ست‬
ْ ‫م‬

vi
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS 37 : 26)
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim atau
pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga
serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208).

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (ِ‫)سلِ ْيم‬


َ yang berarti bersih dan suci.

ِْ ‫ه أَتَى م‬
ِ‫َن إِ َّل‬ َِ ّ‫سلِيمِ بِ َق ْلبِ ال‬
َ
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (QS. 26 : 89).

ِ‫سلِيمِ بِ َق ْلبِ َربّهِ جَا َِء إِ ْذ‬


َ

"(Ingatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci." (QS.
37: 84).
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang
dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

5. Islam Berasal dari ‘salam’ (ِ‫)سالَم‬


َ yang berarti selamat dan sejahtera.

َ ‫سالمِ َقا‬
ِ‫ل‬ َ ‫ك‬ ْ َ‫سأ‬
َِ ‫ست َْغ ِفرِ َعلَ ْي‬ َ ‫ك‬ َِ ‫ح ِفيًّا بِي َك‬
َِ َ‫ان إِنّهِ َربِِّي ل‬ َ
"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (QS. 19 : 47).

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan
juga keselamatan pada setiap insan.
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa
kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci
dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam.

 Pengertian islam menurut istilah


Menurut istilah, Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman
hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke
jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Secara istilah juga, Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir untuk umat manusia,
berlaku sepanjang zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijma' Ulama.
1. Islam sebagai Wahyu Ilahi.
Wahyu ialah perintah atau kata-kata Allah (‫ )كالم هللا‬yang disampaikan kepada para
rasul-Nya. Nabi Muhammad sebagai salah seorang rasul (pesuruh) Allah Ta'ala juga
menerima wahyu yang disampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril.

(٥) ‫شدِيدُ ْالقُ َوى‬ ٌ ْ‫( ِإ ْن ه َُو ِإال َوح‬٣) ‫َو َما يَ ْن ِط ُق َع ِن ْال َه َوى‬
َ ُ‫( َعلَّ َمه‬٤) ‫ي يُو َحى‬

vii
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 : 3-4).

Wahyu Allah kini terhimpun semuanya dalam Mushaf Al-Quran, kitab suci Umat Islam,
sebagai sumber utama ajaran agama islam.

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)


“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-
bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan
diri.” (QS. 3 : 84)

3. Islam sebagai Pedoman Hidup.


َ‫اس َو ُهدًى َو َرحْ َمةٌ ِلقَ ْو ٍم يُوقِنُون‬ َ َ‫َهذَا ب‬
ِ َّ‫صائِ ُر ِللن‬

“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini" (QS. 45 : 20).
Islam adalah jalan hidup (way of life). Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam
menjadi bacaan wajib sekaligus panduan dalam menjalani kehidupan.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW


“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.


Allah SWT berfirman (QS. 6 : 153).
َ‫صا ُك ْم بِ ِه لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َّ ‫سبِي ِل ِه ذَ ِل ُك ْم َو‬ ُّ ‫اطي ُم ْست َ ِقي ًما فَاتَّبِعُوهُ َوال تَتَّبِعُوا ال‬
َ ‫سبُ َل فَتَفَ َّرقَ بِ ُك ْم َع ْن‬ ِ ‫َوأ َ َّن َهذَا‬
ِ ‫ص َر‬

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.”

Dalam QS Al-Fatihah, umat Islam membaca doa "Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus":
َ ‫ط ْال ُم ْستَ ِق‬
‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِّ ِ ‫ا ْه ِدنَا‬

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, ada empat perkataan ulama tentang makna jalan
lurus (shiratal mustaqim):
a. Kitabullah (Al-Quran). Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat ‘Ali
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. Agama Islam. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan, dan
Abul ‘Aliyah rahimahumullah.

viii
c. Jalan petunjuk menuju agama Allah. Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari sahabat
Ibnu ‘Abbas dan juga pendapat Mujahid rahimahumullah.
d. Jalan (menuju) surga. Pendapat ini juga dinukil dari Ibnu ‘Abbas r.a.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mejelaskan : “Shiratal mustaqim
adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju Allah dan surga-Nya,
yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya” (Taisirul Kariimir Rahman).

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat


Islam adalah agama yang membawa pemeluknya kepada kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Dengan amal kebaikan (amal shalih) yang dikerjakannya, sesuai dengan syariat
Islam, kaum Muslim akan menjalani kehidupan yang baik, tentram, dan di akhirat nanti pun
demikian.

َ‫س ِن َما كَانُوا َي ْع َملُون‬ َ ً ‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّهُ َحيَاة‬
َ ْ‫ط ِِّيبَةً َو َلنَجْ ِزيَ َّن ُه ْم أَجْ َر ُه ْم ِبأَح‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan" (QS. 16 : 97).

Demikian Pengertian Islam Menurut Bahasa dan Istilah dalam Al-Quran. Semoga kita
memahami Islam dengan baik dan mampu mengamalkannya. Amin Ya Rabbal
'Alamin. Wallahu a’lam bish-shawabi.

 Tuntunan Pada Klien yang Sakit, Sekarat dan sakratul maut.

Tuntunan doa ini bisa dibaca sendiri atau dihafalkan oleh pasien maupun dituntun
oleh keluarga, rohani atau petugas kesehatan yang beragama islam. Bisa sendiri-sendiri
atau bersama-sama.

a. Tutunan terhadap pasien yang sakit

Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu
hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk
kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang
merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba
Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat
mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan
menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.

b. Tuntunan terhadap pasien sekarat

Kepercayaan Spiritual dan Keagamaan Penanganan penyakit secara serius pada klien
biasanya melibatkan intervensi medis untuk memulihkan atau menjaga kesehatan. Sebagai
rangkaian praktik kedua, strategi yang transformatif, mengakui keterbatasan hidup, dan
membantu individu yang sekarat menemukan arti dalam penderitaan sehingga mereka dapat
melampaui atau melangkah lebih ke depan, keberadaan diri mereka. Praktik yang
transformatif dihubungkan dengan penyembuhan, komunikasi, dan kepercayaan spiritual atau

ix
keagamaan (Myers,2003). Sumber daya spiritual termasuk kepercayan pada kekuatan
tertinggi, komunitas pendukung, temanteman, rasa pengharapan dan arti hidup, dan praktik
keagamaan. Spiritualitas klien dan anggota keluarga memengaruhi kemampuan mereka untuk
beradaptasi terhadap rasa kehilangan. Individu yang memiliki hubungan yang kuat dengan
kekuatan tertinggi menunjukan ketabahan dan kemampuan untuk mengalami pemulihan dari
rasa kehilangan (Matheis, Tulsky, dan Matheis,2006). Integrasi spiritual terjadi ketika
individu mencapai kata sepakat dengan kehidupannya dan meletakkan potongan-potongan
kehidupannya bersama-sama dalam suatu cara yang sesuai dengan seluruh kehidupannya.
Mendekati akhir kehidupan, integrasi tersebut membantu individu memperbaiki hubungan
yang rusak atau menyelesaikan urusan yang belum terselesaikan (O‟gorman, 2002). Fiqih
Islam memberikan tuntunan terkait tindakan yang dilakukan terhadap orang yang sakit keras/
sekarat (muhtadlir). Apabila nampak tanda-tanda ajalnya sudah tiba, maka tindakan yang
sunah dilakukan oleh orang yang sedang menungguinya adalah:

 Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan untuk menghadapkannya ke


arah kiblat. Jika tidak memungkinkan, misalnya disebabkan karena tempatnya terlalu
sempit atau ada semacam gangguan pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan
pada lambung sebelah kiri. Dan jika masih tidak memungkinkan, maka tidurkanlah
dengan melentangkan menghadap kiblat dengan memberi ganjalan di bawah kepala
agar wajahnya bisa lurus menghadap ke arah tersebut.
 Membaca surat Yasin dengan agak keras dan al-Ro‟du dengan suara yang pelan.
Faidah pembacaan Surat ini kata al-Qulyubi, adalah mempermudah keluarnya ruh,
disamping ada sebuah hadits yang menjelaskan, bahwa ia akan mati, masuk dan
bangkit dari alam kubur dalam keadaan segar bugar. Dalam Nihayah Az-Zain, Syaikh
Nawawi Banten menambahkan, jika tidak mungkin membaca keduanya, maka surat
yang dibaca disesuaikan dengan keadaan muhtadlir. Yakni apabila masih ada
kesadaran dalam diri muhtadlir, maka surat Yasin-lah yang dibaca. Dan jika sudah
tidak ada, maka yang dibaca adalah surat al-Ro‟du karena surat ini berfaedah
mempermudah keluarnya ruh.
 Men-talqin dengan kalimat Tahlil secara santun (lembut) tidak menampakkan kesan
memaksa. Misalnya, mulaqqin (orang yang mentalqin) mengingatkan disampingnya
dengan ucapan: “ dzikir kepada Alloh itu amat diberkahi”, atau mengajak hadirin
dzikir bersama. Dalam talqinnya, Mulaqqin tidak perlu menambahkan lafadz Asyhadu
kecuali muhtadlir bukan seorang mukmin dan ada harapan ia masuk Islam, maka
talqinnya disamping harus mencantumkan lafadz tersebut juga harus disempurnakan
menjadi dua kalimat syahadat agar ia meninggal dalam keadaan Islam. Talqin ini
tidak usah diulang kembali jika muhtadlir telah mampu mengucapkannya, selama ia
tidak berbicara lagi dan menurut Ulama‟ Jumhur, walaupun mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan akhirat. Karena tujuan talqin ini, agar kalimat Tahlil menjadi
penutup kalimat yang terucap dari mulutnya. Rosululloh bersabda : Barang siapa yang
akhir perkataannya adalah “Laa ilaaha illallâh”, maka dia masuk sorga.
 Sunah memberi minum, jika nampak gejala ia menginginkannya. Karena dalam
kondisi seperti itu, syaitan bisa saja menawarkan minuman yang akan ditukar dengan
keimanannya.

x
 Sesaat Setelah Ajal Tiba Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti
adanya tanda-tanda mengendurnya telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan
hidung yang tampak lemas, tindakan berikutnya yang sunah dilalukan adalah:
a. Memejamkan kedua matanya
b. Jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka cara
memejamkannya dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari kakinya secara
bersamaan, niscaya kedua mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.
c. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang agak lebar agar
mulutnya tidak terbuka.
d. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha
dan paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian jari-jari tangannya
dilemaskan. Jika agak terlambat sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah
dilemaskan memakai minyak. Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah
proses pemandian dan pengkafanannya nanti.
e. Melepaskan pakaiannya secara perlahan. Kemudian disedekapkan lalu mengganti
pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang ujungnya diselipkan di
bawah kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia sedang
menunaikan ibadah Ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka.
f. Meletakkan beban seberat 20 dirham (20gr x 2,75gr = 54,300 gr) atau secukupnya
di atas perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.
g. Membebaskan segala tanggungan hutang atau lainnya. Dan jika tidak mungkin
dilakukan pada saat itu, maka segeralah ahli warinya malakukan aqad Hawalah
(pelimpahan tanggungan hutang) dengan orang-orang yang bersangkutan. Dan
sunah bagi mereka menerima tawaran tersebut.

c. Tuntunan terhadap pasien yang sakratul maut


 Mendampinginya dengan tegar Apabila diperkenankan, membisikkan kalimat atau
bacaan Tauhid ditelinga pasien dan di doakan
 Pasrah dan ikhlas atas segala yang terjadi, serta menyadari bahwa semua takdir yang
terjadi merupakan kehendak-Nya
 Adapun bimbingan bagi keluarga pasien yang sakaratul maut: *Mengajak keluarga
untuk tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien sakaratul maut dengan
ridho dan ikhlas atas apa yang terjadi *Menghimbau untuk menciptakan suasana yang
tenang *Ajak untuk berdoa bersama serta pasrah dengan apa yang akan terjadi dan
menyadari bahwa semata-mata atas kehendak-Nya.

 Tuntunan Pada Klien Persalinan, Gizi dan Pengobatan

 Bimbingan dan doa bagi ibu hamil

Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami (Sunnatullah) bagi kaum wanita.
Hampir semua wanita akan mengalami dua masa yang cukup “melelahkan” ini, kecuali
mereka yang mengalami penyakit tertentu atau karena faktor-faktor lain yang menyebabkan
sperma dan ovum tidak mampu bertemu dan berkembang di dalam rahim seorang wanita.

xi
Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap. Walaupun pada bulan-bulan
pertama beban yang dipikul tidak begitu terasa berat dan melemahkan kekuatan jasmaninya,
namun pada beberapa wanita telah mengalami perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering
merasa mual, muntah, pusing dan mengidam. Bagi wanita hamil, perjalanan dari hari ke hari
terasa panjang dan lama. Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil mengalami
kelelahan, dan kelemahan. Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang wajar,
Allah SWT tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi sebagai karunia dan rahmat.
Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil sangat dituntut adanya ketulusan hati, kesediaan
menderita, penuh kesabaran dan ketabahan, kepasrahan penuh pada Allah SWT dan penuh
harap akan rahmat-Nya. Al-Qur’an sendiri telah menegaskan dalam Surah Luqman:14 ,
sebagai berikut :Artinya : ……ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah…….
Begitu juga saat melahirkan anak sangatlah sarat dengan kondisi menegangkan, penuh
dengan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan dan kesusahan. Bahkan beberapa kaum
wanita yang ditakdirkan untuk “mati Syahid” ditengah-tengah “medan jihad” melahirkan.
Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu
langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan agar senantiasa berada
dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju kearah mendapatkan anak yang soleh/solehah.
Dalam perspektif Islam, disamping usaha-usaha lahiriah, do’a memegang peran yang penting
dan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan diamalkan oleh wanita selama menghadapi kehamilan, adalah sebagai
berikut :

a. Memperbanyak mengingat Allah SWT dengan memohon ampun dan taubat

Ibu hamil dianjurkan untuk banyak bermunajat kehadirat Allah SWT dan berdo’a kepada-
Nya semoga anak dalam kandungan senantiasa sehat dan agar dimudahkan melahirkan,
Do’anya adalah sbb: ”dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Pengasih. Ya Allah,
peliharalah anakku selama didalam kandungan dan sembuhkanlah ia, Engkau maha
Penyembuh, tiada sembuhan melainkan penawar-Mu, sembuh yang tidak meninggalkan
kesan buruk ya Allah, lahirkanlah ia dari kandunganku dengan kelahiran yang mudah dan
sejahterah. Ya Allah jadikanlah ia sehat sempurna, Ya Allah perbaikilah akhlaknya,
fasihkanlah lidahnya dan merdukannlah suaranya untuk membaca Al-Qur’an dan hadis
dengan berkat Nabi Muhammad S.a.w.”

b. Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan segala


larangan-Nya

Perbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan larangan Allah SWT,
seperti : Shalat malam, shalat-shalat sunat, senantiasa menutup aurat. Sementara suami juga
dianjurkan memperbanyak ibadah, puasa sunat terutama senin dan kamis.

c. Memperbanyak membaca Al-Qur’an

Wanita hamil dianjurkan Perbanyak membaca Al-Qur’an dan memahami kandungannya.


Antara surat yang baik dibaca adalah : Surah Al-Fatihah, Surah Yasin, Surah At-Taubah,

xii
Surah Yusuf, Surah Maryam, Surah Luqman, surah an-Nahl ayat 78 dan surah al-A’raf ayat
189
Dengan membaca surah dan ayat tersebut, selain sebagai ibadah ia juga bisa memudahkan
dalam menghadapi persalinan, mendapat anak yang sehat dan sempurna, anak yang soleh dan
solehah, anak yang patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

d. Memperbanyak wirid dan dzikir-dzikir kepada Allah SWT.

Seorang wanita hamil juga yang hampir melahirkan sangatlah membutuhkan do’a, wirid-
wirid dan dzikir-dzikir, baik yang sama dengan wirid harian ataupun yang dikhususkan
baginya. Hal ini perlu untuk menstabilkan perasaan dan memberikan kekuatan secara “ghaib”
bagi kaum wanita dalam menjalani kehamilan dan menghadapi masa melahirkan. Ada banyak
literatur yang dapat dijadikan panduan bagi ibu hamil dan hendaknya literatur tsb harus
memiliki rujukan yang shahih dari hadits-hadits Rasulullah Saw, sehingga tidak perlu ragu-
ragu akan terjebak kedalam perbuatan bid’ah yang dilarang, karena telah melakukan ritualitas
agama yang tidak dituntunkan oleh Nabiyullahu al-Mustafa. Salah satu do’a-do’a, wirid-wirid
dan dzikir-dzikir yang dianjurkan adalah membaca Al-Mathurat terutama setiap pagi dan
sore.

 Panduan Bagi Ibu Melahirkan

1) Dzikir dan do’a ketika hampir melahirkan


Amalan berdzikir dan berdo’a amatlah dituntut bagi wanita hamil, karena dengan berdo’a
dan berdzikir dapat menentramkan fikiran dan dapat memupuk kesabaran ketika dalam
kesakitan melahirkan anak nanti. Selain membaca wirid yang telah biasa diamalkan sejak
awal kehamilan, ada beberapa dzikir dan do’a yang sangat baik diamalkan, diantaranya : ”Ya
Tuhan karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak yang baik sempurna (Tidak cacat).
Sesunguhnya Engkau senantiasa mendengar dan menerima rayuan dan doa hamba-Mu”.
“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Engkau (Allah), Maha suci Ya Allah, sesunguhnya
aku termasuk di kalangan orang-orang yang zalim”.
a. Untuk mendapatkan bakal anak yang sholeh bacalah doa :
“Tuhanku berilah kepadaku (Seorang anak) dari anak-anak yang sholeh”
b. Dan Apabila hampir melahirkan bacalah doa :
“Allah telah mencukupi sgala sesuatu bagiku dan kepada-Nya lah segalanya kuserahkan”
c. Untuk mempermudah bersalin dianjurkan pula membaca ayat Al-Kursi
Lalu diteruskan dengan membaca : Artinya : Bahwasanya Tuhanmu, adalah Allah
yang telah menjadikan langit dan bumi dan yang diantara keduanya didalam enam
hari kemudian dia bersemayam atas Arasy. Dia memasukkan malam kedalam sarang
yang mencarinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang semuanya ditundukkan
dengan perintah-Nya. Dan ketahui olehmu, Allah yang mempunyai pencipta dan
suruhan. Maha Mulia Allah Tuhan semesta alam.
d. Seterusnya perbanyak membaca tasbih :
”Maha Suci Allah”, “Aku mohon ampun kepada Allah”.

 Adab Menyambut Bayi Baru Lahir

1. Disunnahkan memberi kabar gembira dan mengucapkan selamat kepada orang yang
dikaruniai anak, Allah SWT berfirman : Artinya : “maka kami beri dia kabar gembira dengan
seorang anak yang sabar” (Ash-Shoffat[37] : 101)

xiii
Dan dianjurkan untuk mendo’akan kesejahteraan bagi orang yang dikaruniai anak dan anak
yg baru lahir, antara do’a/ucapannya adalah :
Artinya : Semoga Allah memberkati karunia-Nya syukurilah atas pemberian ini, penuhilah
keperluannya dan rezkikannlah masa depannya.
Kemudian setelah do’a ini diucapkan, maka disunnahkan pula untuk yang dikaruniai anak
menyahutnya dengan ucapan :
Artinya : Mudah-mudahan engkau juga diberkati Allah serta dilimpahi keberkatan kepadamu

2. Mengumandangkan Adzan ditelinga kanan bayi


Dalam hadits riwayat timidzi yang artinya : dari abu Rafii, ia berkata “saya pernah
melihat rasulullah Saw. Menbaca adzan pada telinga Hasan bi Ali takkala dilahirkan oleh
Fatimah, seperti adzan shalat” Rahasia/hikmah disyariatkan adzan ini – Wallohu ‘alam –
adalah :
a. Supaya yang pertama mengetuk pendengaran manusia, adalah kalimat-kalimat
adzan yang mengandung kebesaran dan keagungan Allah SWT.
b. Sedangkan kalimat sahadat yang terkandung dalan lafaz adzan sebagai kalimat
pertama yang memasukkan orang kedalam Islam merupakan talqin baginya
akan sebah syiar Islam ketika pertama kali ia masuk ke alam dunia
sebagaimana ia juga akan ditalqinkan dengan kalimat tsb ketika akan
meninggal dunia.
c. Hikmah lainnya, larinya syaitan ketika mendengar seruan adzan. Dimana ia
senantiasa mengintai bayi ketika lahir dan menjadi pendampingnya ketika
menghadapi ujian yang Allah kehendaki dan takdirkan.
d. Makna lainnya, agar ajakan terhadap bayi kepada Allah, agama Islam dan
kepada beribadah kepada-Nya mendahului ajakan syaitan.

3. Melakukan taknik
Dalam Ash-shohiihain dari hadits abu burdah dari musa, ia berkata : “ aku dikaruniai seorang
anak kemudian aku membawanya kepada Nabiyullahu Saw. Maka beliau menamainya
Ibrohim lalu mentakniknya dengan sebutir kurma.”
Mentaknik artinya mengambil kurma, lalu mengunyahnya hingga lembut, lalu mengambilnya
dari mulut dan meletakkan diatas jari telunjuk dan memasukkannya kedalam dimulut sang
bayiserta dengan perlahan-lahan jari itu digerakkan kekiri dan kekanan didalam mulut bayi.
Adapun orang yang melakukan taknik ini diutamakan kepada mereka yang taqwa dan sholeh.
Hikmah dari mentaknik ini adalah untuk menguatkan anggota mulut bayi supaya lebih
mampu untuk menghisap susu ibunya.

4. Mencukur rambut dan bersedekah seberat timbangan rambutnya


Adalah antara amalan yang disunnahkan untuk dilakukan keatas diri bayi baru lahir sebaik-
baiknya adalah pada hari ketujuh kelahirannya.
Dalam hal ini Rasulullah Saw. Bersabda yang bermaksud :
Ketika Fatimah melahirkan hasan dan husin : “timbanglah Rambut Husin dan sedekahkanlah
seberat timbangan perak” (HR : Al-Hakim)
Ketika Fatimah melahirkan Hasan, baginda bersabda yang bermaksud : “cukurlah rambutnya,
sedekahlah seberat timbangan (rambutnya) itu dengan perak” (HR : Ahmad)
Hikmahnya adalah :
a. Bisa menguatkan pertumbuhan rambut seterusnya, menghilangkan selaput
kepala (sejenis cairan yang menutupi kulit kepala) dan juga dapat memberi
kekuatan dan ketajaman pada penglihatan mata, bau dan pendengaran.

xiv
b. Dari sudut kemasyarakatan, memberi peluang untuk bersedekah dengan
timbangan rambut tersebut (rambut yang dicukur), disamping itu
menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas karunia-Nya.
5. Berkhitan
Khitan termasuk sunah-sunah, sebagaimana sabda Nabi yang maksudnya :
“Fitrah (kesucian) itu ada lima; khitan, mencukur bulu kemaluan, memangkas rambut,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak” (HR : Bukhori dan Muslim).
Terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang hukum Khitan:
Menurut Imam Abu Hanifa dan Imam Hasan Al-basri bahwa khitan itu sunah hukumnya,
berdasarkan hadits yang maksudnya :
“Bekhitan itu sunnah bagi kaum lelaki dan baik bagi kaum wanita” (HR : Ahmad)
Sementara Imam Syafie, Imam Hanafi dan setengahnya yang lain mengatakan bahwa khitan
itu hukumnya wajib, berdasarkan hadits yang bermaksud :
“siapa yang menganut Islam, hendaklah ia berkhatan sekalipun ia dari golongan dewasa”
Sementara khitan bagi perempuan hukumnya adalah suatu kelebihan (keutamaan), sesuai
dengan hadits tersebut diatas (HR : Ahmad)
Sedangkan waktu berkhitan ada yang berpendapat dilakukan sepekan pertama sejak
kelahiran, dan ada juga yang mengatakan sampai mendekati baligh. Yang lebih afdhol adalah
dihari ketujuh, berdasarkan hadits yang bermaksud :
“Baginda Rosulullah Saw. Melaksanakan aqiqah pada hasan dan husin serta mengkhatan
keduanya dalam waktu tujuh hari (setelah kelahiran)” (HR : Baihaqi).

6. Memberi Nama
Sunnah Rosulullahu Saw. Menyebutkan ada tiga ragam waktu menamai anak : ketika anak
lahir, tiga hari setelah kelahiran, menamainya dihari ketujuh kelahirannya. Perbedaan ini
adalah Ikhtilaf Tanawwu (perselisihan pendapat dengan beberapa alternatif yang sama-sama
benar). Dimana ini menunjukkan bahwa urusan ini longgar dan segala puji hanya milik Alloh
robbul’alamin.
Memberi nama adalah hak ayah, sedang ibu tidak ada hak untuk menolaknya. Kalau
keduanya bertentangan, maka ayah dimenangkan. Sedangkan jika ada mufakat keduanya,
terdapat kelonggaran untuk saling merelakan.
Tentang nama yang disunnahkan, Rosulullah Saw bersabda :
“sesungguhnya kalian akan dipanggil kelak dihari kiamat dengan nama-nama kalian dan
nama ayah kalian, maka baguskanlah nama kalian” (HR : Abu Dawud)
Beliau juga bersabda :
“berilah nama dengan nama para nabi, dan nama yang paling disukai Alloh adalah; ‘Abdulloh
dan ‘Abdurrahman. Sedangnkan nama yang paling benar adalah Harits dan Hamman.
Sementara nama yang paling buruk adalah Harb dan Murroh”
Dalam menamai anak, terdapat beberapa panduan, antara lain :

1. Hendaklah nama yang dipilih itu memberi pengertian dan maksud yang baik.
Sehubungan dengan itu, dilarang menamakan anak dengan maksud dan
pengertian yang buruk yg bisa mengurangi kehormatan atau mungkin menjadi
ejekan dan memalukan anak tsb.
2. Jangan menamakan anak dengan nama yang mencemarkan atau nama yang
susah untuk dimengerti maknanya.
3. Jangan menamakan anak dengan nama-nama yang khusus kepada nama Allah,
mis; Ahad, Ar-Rahman, Al-Khalid dsb.jika nama itu akan diberikan pada anak,
hendaknya disertai dengan nama lain didepannya, mis; Abdurrahman, Abdul
Khalid dsb.

xv
4. Jangan menggunakan nama yang dikaitkan dengan abdul (hamba) kepada selain
Allah, mis; abdul Uzza (hamba kepada berhala Uzza), abdul Nabi (hamba kepada
Nabi) dsb. Ulama sepakat bahwa itu adalah haram hukumnya.
5. Hindari dari menamakan anak dengan nama-nama orang kafir atau nama-nama
yang menyerupai dengan nama orang yang bukan islam, mis: jhon, sally, cristin
dsb.
6. ‘Aqiqah dan hukumnya
Aqiqah adalah amalan Sunnah sesai dengan hadits rosulullah, yang
maksudnya :
Dari Salman bin’Amir Abdh-Dhibbi, ia berkata : Rosulullahu Saw
bersabda,”setiap anak ada Aqiqohnya, maka tumpahkanlah darah karenanya dan
sinngkirkanlah kotoran darinya” Beliau juga bersabda, “setiap anak tergadai
dengan Aqiqohnya; yang disembelih dihari ketujuh (kelahiran)nya, saat ia diberi
nama dan dicukur rambutnya.” (HR : semua para penyusun kitab sunan dan
menurut Imam at-Tirmizi, hadits hasan-sahih). Beliau juga bersabda, “untuk bayi
lelaki dua ekor kambing yang sama besar dan untuk bayi perempuan satu ekor.”
(HR : Ahmad). Adapun waktu penyembelihan hewan ‘Aqiqah, yakni pada hari
ketujuh, jika tidak bisa pada hari keempat belas, jika tidak bisa maka dihari kedua
puluh satu, dan jika belum tersedia bagi mereka tidak apa-apa dilakukan sesudah
itu.
Tujuan ‘Aqiqah adalah menghidupkan salah satu sunnah Rosulullah Saw dan
mengikuti ajaran yan g beliau bawa. Adapun faedah ‘Aqiqah antara lain.
a. ‘Aqiqah itu melepas ikatan anak itu dari tergadaikan dan baru ditebus dengan
‘Aqiqah-nya. Maksud dari tergadai adalah bahwa anak itu tergadaikan
(tertahan) dari memberi syafaat kedua orangtuanya (menurut Imam Ahmad,
Imam Ath’ bin Abu Rabah)
b. Aqiqah merupakan tebusan untuk menebus bayi yang baru dilahirkan seperti
Allah SWT menebus ‘Ismail as. Dengan qibas. Binatang yang
disembelih hendaklah dipersembahkan kepada Allah SWT sebagai suatu
ibadah seperti halnya Qurban

D.Gizi dan Pengobatan


 Gizi

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan
thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti
ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS.
‘Abasa 80 : 24 )
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua
sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88;
al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

 Pengobatan
Sesungguhnya segala sesuatu itu berlaku hanya karena izin Allah Subhanah Wa Ta`ala;
baik suka-duka, senang-susah, sehat-sakit dan sebagainya. Kesemuanya bermuara pada
keimanan dan keyakinan yang mendalam terhadap keMaha Kuasaan Allah. Dengan
kesungguhan dalam meyakini tersebut, maka kuasa Allah akan terasa secara langsung tanpa
ada penghalang walau sedikitpun.

xvi
Dalam sebuah hadits ada diutarakan:
Sunan Abu Daud dan Sunan at-Tirmidzi, dari Utsman bin Affan, dia berkata, Rasulullah
bersabda: “Tidaklah seorang hamba pada setiap pagi hari atau setiap petang hari
mengucapkan: (Bismillàhilladzi la yadhurru ma’as-mihi syai’un fil-ardhi walâ fis-samâ’ i wa
huwa sami’ul-’alim) ‘Dengan Nama Allah Yang apa pun dengan nama-Nya tidak akan
membawa mudharat baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat’, sebanyak tiga kali berturut-turut, kecuali tidak akan ada yang dapat
mencelakakannya.”
Imam Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini dinilai Hasan shahih.”, Lafal tersebut adalah lafal
Tirmidzi.
Sedangkan pada lafal Abu Daud: “Tidak akan tertimpa musibah secara tiba-tiba.”
Tidak membawa mudharat segala sesuatu dengan asma Allah; baik dilangit maupun dibumi.
Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah Subhanahu Wa Ta`ala memiliki salah satu nama yang indah, iaitu Assyaafi yang
berarti “Yang Maha Penyembuh”. Seperti yang terkandung dalam doa berikut ini:

ّ ‫َب اللّه‬
ِ‫م‬ ِّ ‫اس ر‬
ِِ ‫ب ال ّن‬ ِ ‫ ْالبَاسَِ أَ ْذ‬، ‫ه‬
ِِ ‫ه‬ ْ ‫ت‬
ِِ ‫اش ِف‬ َِ ‫الشافِى وَأَ ْن‬
ّ ، َ ‫َل‬ ِ ّ ‫َل‬
ِ ‫ش َفا َِء‬ ِ ِ‫ك إ‬ ِ َ ‫َل‬
ِ ، ‫ش َفا ًِء‬
َِ ‫ش َفاؤ‬ ِ ِ‫ما ي َغا ِدر‬
ً ‫س َق‬
َ

“Ya Allah Rabb (pencipta dan pelindung) semua manusia, hilangkanlah penyakit ini dan
sembuhkanlah, Engkau adalah Asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh), tidak ada kesembuhan
kecuali kesembuhan (dari)-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit (lain)”.
Doa diatas pernah digunakan Rasulullah saat memohon pertolongan Allah untuk
mengobati kerabat Baginda yang tengah tertimba sakit. Dalam hal pengobatan terhadap
segala macam penyakit baik yang real maupun yang abstrak, yang terdiagnosa maupun yang
tersembunyi; secara sederhana dapat dilakukan oleh diri sendiri tanpa adanya perantara
dokter, tabib, dukun maupun ahli terapi.

 Pengobatan Dengan Metode Islami


Langkah pengobatan tersebut dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
Metode yang dapat dilakukan dalam terapi ini adalah:
Bacalah:

1. Bismillah 3x

2. Syahadatain 3x

3. Shalawat 3x

4. Alfatihah untuk Rasulullah 1x

5. Alfatihah untuk kedua orang tua 1x


6. Alfatihah untuk nabi-nabi 1x*

xvii
7. Alfatihah untuk diri 1x

8. Alfatihah untuk bumi/air/angin/api 1x**


9. Alirkan kedaerah yang terasa sakit ***

catatan:
* Nabi yang dimaksud adalah Nabi yang memiliki mukjizat tertentu dan dengan mukjizat
Nabi tersebut Anda memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala bantuan/ kekuatan dari
mukjizat Nabi tersebut.

contoh: untuk mengendalikan makhluk ghaib, maka hadiahkan Alfatihah untuk Nabi
Sulaiman AS yang memiliki kemampuan mengendalikan makhluk ghaib.

** Alfatihah untuk bumi/ air/ angin/ api; maksudnya adalah hadiahkan Alfatihah untuk materi
yang dipilih dan Malaikat penjaganya, salahsatu dari keempat materi diatas (maksudnya:
bumi saja atau air saja atau angin saja atau api saja). Selama Anda membaca Alfatihah
tersebut, ucapkan dalah hati:

“Ya Allah, dengan syafaat yang Kau berikan kepada bumi/air/angin/api, aku memohon
kepadaMu untuk mengutus MalaikatMu guna membantuku mengabulkan hajatku berupa
….(ungkapkan lah niat yang diinginkan)”

***Alirkan kepada daerah yang menjadi target pengobatan, yaitu:

 jika Anda menggunakan materi air, maka minumlah air tersebut agar sampai
kesumber yang dituju atau jika tempatnya jauh, maka boleh dipercikkan keudara
ataupun dialirkan kesumber air.
 jika Anda menggunakan materi bumi, maka tepuk lah bumi atau tanah disekitar.
 jika Anda menggunakan materi angin, maka tiupkan lah ke udara.
 jika Anda menggunakan materi api, maka tiupkan lah udara panas ke udara atau
alirkan kesumber panas.

peringatan:

 Dalam melakukan pengobatan secara mandiri ini, harus dalam keadaan suci dari
hadats dan wajib mengharapkan kepada Allah saja.
 Kesembuhan Anda tergantung kepada besarnya keyakinan Anda terhadap Allah.

4. Pandangan Agama Islam Terhadap Aborsi dan Pencangkokan

 Aborsi

Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam


Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsidapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh
(nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat)
bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya.
Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh.
Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Yang

xviii
memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M)
dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada
pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w.
1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan
Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak
bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada
kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk
menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan
dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah
janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan
sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang
Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah
Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah
ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah
Saw telah bersabda:
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari
dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam
bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR. Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi]. Maka dari itu, aborsi setelah kandungan
berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa.
Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan
pada.dalil-dalil.syar’i.berikut.

Firman Allah SWT :


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-An’aam [6]: 151)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-Isra` [17]: 31).

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)


melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).” (Qs. al-Isra` [17]: 33).

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh.” (Qs. at-Takwiir [81]: 8-9)

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau
telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam. Adapun aborsi sebelum kandungan berumur
4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini.
Akan tetapi menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman Al

xix
Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut.
Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia
kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal
ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin.
Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya
boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem
Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung,
Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Dr.
Abdurrahman Al Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ). Dalil
syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah
hadits Nabi Saw berikut:
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat
itu bertanya (kepada Allah), ‘Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-
laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR. Muslim dari Ibnu
Mas’ud r.a.].

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda: “(jika nutfah telah lewat) empat puluh
malam…”
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-
anggota tubuhnya, adalah sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian,
penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai
tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan
penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas,
maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan
ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari. Siapa saja dari mereka yang
melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak
kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak
laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta),
sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw
bersabda : “Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-
laki atau perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.] (Abdul Qadim
Zallum, 1998). Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim
belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan
darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai
manusia. Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat
disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan
perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar
vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana
akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel
sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.

Rasulullah Saw telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada
beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak
mengingin¬kan budak perempuannya hamil. Rasulullah Saw bersabda kepa¬danya:
“Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]. Namun

xx
demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah
peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi
seperti ini, dibolehkan melakukan aborsidan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa
ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai
firman Allah SWT:

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Qs. al-Maa’idah [5]: 32). Di samping
itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan Rasulullah
Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka
berobatlah kalian!” [HR. Ahmad]. Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:

“Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan birtikabi akhaffihima”

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih
ringan madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa
Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35). Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan
menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,
meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu
mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya
juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih
ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan
ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsidiharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang
tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur
dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu
pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut
Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85
adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan
nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam
sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat
kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan
dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya
terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada
setelah pembuahan. Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang
mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya
kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang
tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara implisit menyatakan
bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan
pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah
pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah
haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya
kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum bertemu).
Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah Saw. Dengan kata lain, pendapat yang
menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah
adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.

xxi
 Pandangan Agama Islam Terhadap Transplantasi Organ

pencangkokan organ dari para pemikir Muslim. Terkait dengan karakter agama Islam
maupun konteks sosial Muslim, tak mengherankan jika tak semua pertanyaan di atas tidak
mendapatkan penekanan yang sama. Secara umum, kelompok-kelompok kegamaan,
khususnya Islam, memberikan soratan cukup mendasar pada persoalan boleh tidaknya—dari
sudut pandang nilai-nilai keagamaan—melakukan pencangkokan organ.
Literatur Islam mengenai isu ini didominasi oleh pendekatan fikih (hukum/
jurisprudensi). Dan persoalan utama yang mendominasi fikih biasanya terbatas pada
masalah halal-haram , meskipun tidak selalu demikian. Dalam Islam, pertanyaan penting
mengenai apakah pencangkokan organ diperbolehkan oleh agama dijawab dengan merujuk
pada sumber tekstual utama (Qur’an dan hadis) maupun kitab-kitab hukum fikih.
Dari segi metodologi, untuk menjawab masalah-masalah kontemporer ulama mencari
kasus-kasus yang dibahas dalam kitab-kitab lama itu, atau kasus-kasus yang analog
dengannya. Pengambilan keputusan seperti ini dibimbing oleh seperangkat prinsip umum,
yang disebut usul fikih (prinsip-prinsip fikih). Di antaranya, ada prinsip pertimbangan
manfaat dan mudarat (keburukan) dari suatu keputusan; prinsip mendahulukan menghindari
keburukan; prinsip bahwa manfaat yang amat besar dapat mengatasi keburukan-keburukan
inheren yang lebih kecil; prinsip darurat (sesuatu yang dalam keadaan normal tak
diperbolehkan, tapi dalam keadaan darurat diperbolehkan); prinsip maslahah atau
kesejahteraan publik; dan sebagainya.
Dalam hal pencangkokan organ, keputusan-keputusan legal-etis bisa dicari dengan
melihat bagaimana kitab-kitab klasik itu memandang penggunaan bagian-bagian tubuh
manusia untuk tujuan penyembuhan. Kadang-kadang, seperti akan ditunjukkan contohnya di
bawah, upaya ini dilakukan dengan tak memperhatikan konteksnya dengan baik, tapi hanya
melihat kasus dimana organ tubuh manusia diperlakukan meski dalam konteks yang amat
jauh berbeda dengan konteks pencangkokan. Meskipun pendekatan ahistoris semacam ini
telah sering dikritik, tapi masih juga kerap digunakan.
Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam, pendapat
yang muncul tak hanya satu, tapi beragam, dan satu dengan lainnya bahkan terkadang saling
bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang identik. Di sini akan
disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai isu ini.
Pandangan yang menentang pencangkokan organ diajukan atas dasar setidaknya tiga alasan:
1. Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang,
karena ada beberapa perintah yang jelas mengenai ini dalam Al-Qur’an. Dalam kaitan
ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk
menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi
mayat: “Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya
dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih hidup.”
2. Tubuh manusia adalah amanah : hidup, diri, dan tubuh manusia pada dasarnya adalah
bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena
itu manusia tak memiliki hak mendonorkannya pada orang lain.
3. Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda material semata: pencangkokan dilakukan
dengan mengerat organ tubuh seseorang untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain; di
sini tubuh dianggap sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya bisa
dipindah-pindah tanpa mengurangi ke-tubuh-an seseorang.
Sedangkan pandangan yang mendukung pencangkokan organ memiliki beberapa dasar,
sebagai berikut:

xxii
1. Kesejahteraan publik (maslahah) : pada dasarnya manipulasi organ memang tak
diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa
mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup manusia, yang
mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan alasan ini pun, ada beberapa
kualifikasi yang mesti diperhatikan: Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada
alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa; derajat keberhasilannya cukup tinggi ada
persetujuan dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya); penerima organ sudah tahu
persis segala implikasi pencangkokan ( informed consent )

2. Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu manusia lain,
khususnya sesama Muslim; pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk
altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima
uang untuk tindakannya), dan karenanya dianjurkan. Sekali lagi, untuk ini pun ada
beberapa syarat:

¨ Ada persetujuan dari donor;


¨ Nyawa donor tak terancam dengan pengambilan organ dari tubuhnya;
¨ Pencangkokan yang akan dilakukan berpeluang berhasil amat tinggi.
¨ organ tak diperoleh melalui transaksi jual-beli,

Ada satu implikasi yang menarik dari sini. Jika syarat ini dikombinasikan dengan
kebolehan (dan dalam kasus tertentu kewajiban) melakukan pencangkokan organ, maka
mendonorkan organ bagi Muslim hukumnya adalah wajib-sosial ( fardh kifayah ), yaitu,
dalam suatu komunitas Muslim, adalah kewajiban bagi salah seorang Muslim untuk
mendonorkan organnya jika ada orang lain yang membutuhkan! (Sekali lagi, tentu dengan
memenuhi pembatasan-pembatasan di atas.)

5 .Tuntunan terhadap pasien keluarga berencana

KB yang kami maksud adalah Keluarga Berencana dengan merencanakan dan


mengatur jarak kelahiran. Adapun KB dengan maksud membatasi kelahiran, apalagi
mengharuskan hanya dua saja maka hal ini adalah bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Kemudian latar belakang kami menulis hal ini adalah ada beberapa ikhwan-akhwat,
walaupun tidak banyak, menganggap KB atau menggunakan KB terlarang secara mutlak
semuanya. Ada beberapa ikhwan-akhwat yang kurang paham tentang bagaimana mengatur
jarak kelahiran. Atau beralasan kaku bahwa kita tidak boleh menolak anak yang akan
dianugrahkan kepada kita. Ataupun juga menganggap kaku bahwa tindakan KB yang harus
melakukan tindakan invasif pada kemaluan yang kurang sesuai dengan syariat dan alasan
lainnya. Padahal mengenai KB ada rincian penjelasan dari para ulama mengenai hukumnya
berdasarkan metodenya. Sehingga tidak jarang kita mendengar berita ada ikhwan yang
istrinya mengalami rupture rahim/ rahimnya jebol, atau harus operasi caesar atau minimal
bayinya kurang sehat dan harus dirawat intensif di NICU [Neonatal Intensif Care Unit] dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini bisa disebabkan jarak kehamilan yang sangat
dekat kemudian ditambah lagi kondisi istri yang kurang begitu baik atau sedang mengidap
penyakit tertentu.

xxiii
 Hukum KB

Hukumnya sudah dijelaskan oleh para ulama dengan rinciannya. Kami mendapat faidah
dari guru kami, Ustadz Aris Munandar, SS. MA. Hafidzahullahbahwa Secara umum hukum
KB sebagai berikut:

1. [‫ ]النسل تحديد‬Tahdidun nasl/ membatasi kelahiran

Jelas hukumnya terlarang karena bertentangan ajaran Islam. Baik dengan alasan tidak
bisa mencari rezeki ataupun susah mengurus anak.

ُ ‫عن أنس بن مالك قال َكانَ َر‬


‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬

َ ‫يَأ ْ ُم ُر بِالبَا َءةِ َو َي ْن َهى َع ِن التَّبَت ُّ ِل نَ ْهيًا‬


‫ش ِد ْيدًا‬

‫اء يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


ِ َ‫َويَقُ ْو ُل ت َزَ َّو ُج ْوا ْال َود ُْودَ ْال َولُ ْودَ فَإِنِِّي ُمكَاثِ ُر ْاْل َ ْنبِي‬

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan untuk
menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat
penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian
dihadapan para nabi pada hari kiamat ” [HR Ibnu Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani dalam Irwa’ no 1784] Allah Ta’ala berfirman:

ً‫َو َج َع ْلنَا ُك ْم أ َ ْكثَ َر نَ ِفيرا‬

Dan Kami jadikan kelompok yang lebih besar. [Al-Isra’: 6] Dan jumalah yang banyak adalah
karunia semua kaum. Kaum Nabi Syu’aib ‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka,

‫َواذْ ُك ُرواْ إِذْ ُكنت ُ ْم قَ ِليالً فَ َكث َّ َر ُك ْم‬

Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah
kamu. [Al-A’raf: 86]

2. [‫ ]اَلسل تنظيم‬tandzimun nasl/mengatur kelahiran

Hal ini boleh jika dengan alasan kesehatan dan berdasarkan saran dari dokter yang
terpercaya, karena jika sudah jelas berdasarkan fakta dan penelitian bahwa itu berbahaya
maka tidak boleh dilakukan. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِّ ‫َوالَ ت ُ ْلقُواْ ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت َّ ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُ َواْ ِإ َّن‬

“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”[Al-Baqarah: 195]

 Cara yang mudah dan aman

Cara yang tidak perlu menggunakan hormon dan obat. Yaitu kombinasi antara KB
metode penanggalan, coitus interuptus/ ‘azl dan barier seperti kondom. Cara ini sederhana
tetapi butuh kedisiplinan dan kemampuan menahan hasrat. Tidak dianjurkan bagi mereka
yang tidak bisa mengendalikan hasrat dan tidak istiqomah menjalankannya

xxiv
 Metode penanggalan

Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri adalah 14 hari setelah hari pertama
menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/sel telur wanita telah matang dan siap untuk
dibuahi. Para ahli mengambil kemungkinan empat hari sesudah ataupun sebelumnya bisa
terjadi masa subur. Metode KB dengan penanggalan yaitu jangan menumpahkan sperma
kedalam rahim saat masa subur.

Misalnya:

Hari pertama menstruasi adalah tanggal 1 oktober. Maka perkiraan tanggal suburnya
adalah tanggal 14, berpatokan dengan maka empat hari sebelum dan sesudahnya. Jangan
menumpahkan sperma ke dalam rahim pada dari tanggal 10-18 oktober. Jika menstruasi
berhenti pada tanggal 7 Oktober, Berarti waktu yang boleh:

-tanggal 8-9 Oktober kita boleh menumpahkan sperma ke rahim

-tanggal 19 Oktober sampai dengan menstruasi selanjutnya.

Untuk jaga-jaga bisa juga dipakai lima hari sebelum dan sesudahnya. Dan biasanya 1
atau 2 hari setelah mentruasi adalah waktu yang aman. Bisa juga dibantu menggunakan
kalender dengan menandai/membulatkan tanggal hari mulai menstruasi misalnya tanggal 5
Oktober, maka perkiraan hari subur adalah tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah
berarti tanggal 15-23 Oktober. Maka arsir merah atau tandai deretan tanggal tersebut di
kalender dan menjadi patokan bahwa rentang tanggal tersebut tidak boleh menumpahkan
sperma ke rahim.

 Metode coitus interuptus/ ‘Azl

Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menukil bab dalam shahih Bukhari menjelaskan
tentang ‘Azl,

‫باب العزل أي النزع بعد اإليالج لينزل خارج الفرج‬

“Bab tentang Al-‘Azl yaitu mencabut (penis) setelah penetrasi agar (air mani) tertumpah di
luar farji/vagina” [Fathul-Bariy 9/305, Asy-Syamilah]

Hukum ‘Azl ada perselisihan diantara ulama, namun pendapat terkuat adalah mubah. Dengan
beberapa dalil.

Perkataan sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu

.‫كنا نعزل على عهد النبي صلى هللا عليه وسلم‬

“Kami (para shahabat) melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa


sallam” [HR.Bukhari no. 5207/ 5208-5209, Muslim no. 1440]

Diriwayat lainnya,

.‫كنا نعزل على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فلم ينهنا عنه‬

xxv
“Kami melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau tidak
melarang kami darinya” [Shahih Muslim no. 1440, Musnad Abi Ya’laano. 2255].

Jika ada yang mengatakan bahwa ‘Azl adalah pembunuhan terselubung/kecil-kecilan,


maka kita jawab dengan hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

‫ بلغ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قال‬،‫عن أبي سعيد الخدري‬

.‫أن اليهود يقول إن العزل هو الموؤودة الصغرى‬

،‫ كذبت يهود‬: ‫فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

.‫ لو أفضيت لم يكن إال بقدر‬: ‫ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : “Telah sampai kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bahwasannya orang Yahudi berkata : ‘Sesungguhnya ‘azl itu pembunuhan kecil-
kecilan’. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang Yahudi telah
berdusta. Seandainya engkau menyetubuhinya, tidaklah akan menghasilkan anak kecuali
dengan takdir Allah”[HR.Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 3/31-32 no. 4348
dengan sanad hasan, At-Tirmidzi no. 1136, Abu Dawud no. 2173, Ahmad no. 11110 dengan
sanad yang shahih]

jadi ‘Azl bisa dilakukan pada rentang waktu yang tidak boleh menumpahkan sperma ke
dalam rahim. Pada contoh kita yaitu tanggal 10-18 Oktober

perlu diketahui juga bahwa jika melakukan ‘Azl pada istri kita sebaiknya meminta izin
kepada istri terlebih dahulu,

‫ي‬ ِِّ ‫ب النَّ ِب‬ ْ َ‫ص قَ ْو ٌم ِم ْن أ َ ْه ِل ال ِع ْل ِم ِم ْن أ‬


ِ ‫ص َحا‬ َ ‫َوقَدْ َر َّخ‬

‫سلَّ َم َو َغي ِْر ِه ْم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
ُ‫ َو َال ت ُ ْستَأْ َم ُر اْل َ َمة‬،‫ «ت ُ ْست َأ ْ َم ُر ال ُح َّرة ُ فِي ال َع ْز ِل‬:‫فِي ال َع ْز ِل وقَا َل َما ِلكُ ْبنُ أَن ٍَس‬

“Para ahli ilmu dari sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan sabahat yang lain
memberikan rukshah/keringanan tentang ‘azl.”

Maalik bin Anas radhiallahu ‘anhu berkata,

“Dimintai ijin (untuk melakukan ‘azl) bagi wanita merdeka, dan tidak dimintai ijin bagi
budak wanita” [HR. At-Tirmidzi 3/435 no.1137, dishahihkan oleh Al-Albani, tahqiq Ahmad
Syakir, Asy-Syamilah].

 Metode barier/kondom

Kondom bisa kita kiaskan dengan ‘Azl karena alasan/illat adalah mencegah tertumpahnya
sperma ke dalam rahim. Maka hukumnya juga mubah. Karena penggunaan kondom bisa
menggantika ‘Azl. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,

‫حكم البدل حكم المبدل منه‬

xxvi
“hukum pengganti sama dengan hukum yang digantikan”

Jika tidak bisa menahan saat akan ejakulasi dengan ‘Azl, maka bisa menggunakan kondom.
Kodom bisa digunakan pada rentang waktu yang tidak boleh menumpahkan sperma ke rahim.

 Metode yang lainnya yang sederhana

Ada beberapa metode lainnya yang sederhana juga tetapi kurang praktis, misalnya metode
lendir yaitu wanita subur jika lendir vagina agak kental, cara mengetahuinya dengan
memasukkan sedikit ibu jari dan telunjuk ke vagina kemudian ada lendirnya dan
merenggangkan ibu jari dan telunjuk. Jika lendirnya masih menyatu ketika dipisahan oleh
kedua jari, berarti kental dan ini adalah waktu subur.

 Kemudian metode suhu yang menyatakan bahwa wanita yang subur mengalami
kenaikan suhu 0,5-1 derajat. Metode ini mengukur suhu setiap hari ketika bangun
tidur dan mencatatnya dikalender kemudian akan menjadi sebuah pola. Menurut kami
ini tidak praktis.
 Metode lainnya yang menggunakan alat dan obat
 Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB

kami berpendapat jika ada metode sederhana seperti yang kami jelaskan kemudian ia
sanggup melakukannya. Maka sebaiknya ini ditinggalkan. Belum lagi ada pendapat
dikalangan medis bahwa penggunaan Obat dan suntikan KB berupa hormon estrogen dan
progesteron bisa memacu kanker. Walaupun ini perlu penelitian jangka panjang. Dan juga
kita perlu mengingat hadits Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa haid dan nifas
adalah ketetapan/kodrat wanita. Sebaiknya kita tidak melawan kodrat kita.

ِ ‫علَى بَ َنا‬
‫ت آ َد َم‬ َّ ُ‫فَ ِإنَّ ذَ ِلكَ ش َْى ٌء َكتَبَه‬
َ ُ‫َّللا‬

“Sesungguhnya, haid adalah ketetapan/kodrat yang Allah tetapkan bagi para wanita
keturunan Adam.” [H.R. Bukhari dalam bab Haidh dan Muslim]

 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim [AKDR] misalnya spiral

Boleh menggunakannya. Karena secara medis insya Allah tidak merusak rahim. Hanya
sebgai pencegah atau mematikan sperma ketika hendak masuk ke rahim. Tetapi hendaknya
diperhatikan bahwa ini akan membuka aurat wanita. Jika yang memasang dokter kandungan
laki-laki jelas haram jika masih ada dokter wanita atau bidan. Sebenarnya wanitapun tidak
boleh melihat aurat sesama wanita begitu juga laki-laki. Tetapi karena ini adalah satu-satunya
jalan. Kami tetap menyarankan memakai cara sederhana yang kami paparkan jika ia sanggup.

 vasektomi dan tubektomi

Jelas metode ini adalah haram karena membuat laki-laki dan wanita tidak bisa membuat
keturunan selamanya. Dan ini termasuk menggubah ciptaan Allah dan keluar jauh dari tujuan
penciptaannya yaitu untuk memperoleh keturunan. Kita telah jelaskan dalil mengenai
perintah agar memperbanyak keturunan. Kemudian ini juga ditempuh dengan metode operasi
yang melakukan invasif pada tubuh dengan alasan yang kurang benar.

xxvii
B. Agama Kristen
 Pengertian Agama Kristen

Agama Kristen atau Kristianitas adalah sebuah agama Abrahamik monoteistik berasaskan
riwayat hidup dan ajaran Yesus Kristus, yang merupakan inti sari agama ini. Agama Kristen
adalah agama terbesar di dunia, dengan lebih dari 2,4 miliar penganut,[ atau 33% dari
populasi global, yang disebut Orang Kristen atau Umat Kristiani. Orang Kristen percaya
bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Juru Selamat umat manusia yang datang sebagai Mesias
(Kristus) sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab Perjanjian Lama.

Teologi Kristen terangkum dalam syahadat-syahadat seperti Syahadat Para Rasul dan
Syahadat Nikaia. Syahadat atau pengakuan-pengakuan iman ini berisi pernyataan bahwa
Yesus telah menderita sengsara, wafat, dimakamkan, turun ke alam maut, dan bangkit dari
maut, untuk mengaruniakan kehidupan kekal kepada siapa saja yang percaya kepadanya dan
mengandalkannya demi beroleh pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Syahadat-syahadat ini selanjutnya menyatakan bahwa Yesus secara jasmaniah naik ke surga,
tempatnya memerintah bersama Allah Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, dan bahwa ia
kelak datang kembali untuk menghakimi orang-orang hidup dan orang-orang mati serta
mengaruniakan kehidupan kekal bagi para pengikutnya. Inkarnasi, karya pelayanan,
penyaliban, dan kebangkitannya seringkali disebut "Injil", yang berarti "kabar baik". Injil
juga berarti catatan-catatan riwayat hidup dan ajaran Yesus, empat di antaranya—Injil
Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes—dianggap kanonik dan dijadikan bagian
dari Alkitab Kristen.

Agama Kristen adalah suatu agama Abrahamik yang bermula sebagai sebuah sekte agama
Yahudi era Bait Allah kedua pada pertengahan abad pertama tarikh Masehi. Sekte ini berasal
dari Yudea dan menyebar pesat ke Eropa, Suriah, Mesopotamia, Asia Kecil, Transkaukasia,
Mesir, Etiopia, serta India, dan pada akhir abad ke-4 telah menjadi agama resmi Kekaisaran
Romawi. Sesudah Zaman Penjelajahan, agama Kristen menyebar ke Benua Amerika,
Australasia, Afrika sub-Sahara dan ke segenap penjuru dunia melalui karya misi dan
kolonialisme. Agama Kristen telah berperan besar dalam pembentukan Peradaban Dunia
Barat.

Sepanjang sejarahnya, agama Kristen telah mengalami skisma dan pertentangan teologis
yang mengakibatkan munculnya bermacam-macam gereja dan denominasi. Tiga cabang
agama Kristen yang terbesar di dunia adalah Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, dan
bermacam-macam denominasi dari Mazhab Protestan. Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks
Timur saling memutuskan hubungan persekutuan dalam peristiwa Skisma Timur–Barat pada
1054, sementara Mazhab Protestan muncul pada era reformasi di abad ke-16 sebagai pecahan
dari Gereja Katolik.

 Tuntunan Klien Pada Orang Sakit Menurut Pandangan Agama Kristen


Protestan
Iman adalah faktor yang terlupakan oleh penyedia layanan kesehatan dan
melimpahkannya kepada para pemuka agama. Iman Kristen adalah iman yang berlandaskan
kasih. Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi manusia. Walaupun demikian,
kasih Allah tersebut bukan hanya untuk orang Kristen saja, melainkan untuk semua orang.

xxviii
Dengan adanya iman, orang Kristen tidak bisa disamakan begitu saja dengan orang yang
tidak beriman. Seseorang yang benar-benar mengasihi Allah harus melakukan apa yang
seturut dengan kehendak Allah (Yoh. 14:15).
Kesehatan adalah salah satu bukti bahwa manusia mengasihi dirinya sendiri. Di dalam
Alkitab, kata sehat ini diulang dalam 37 ayat yang berbeda. Walaupun hanya diulang sedikit
saja, bukan berarti kesehatan tidak begitu penting bagi orang Kristen. Di dalam ke-37 ayat
tersebut bahkan ditekankan pentingnya kesehatan tubuh, jiwa, dan roh manusia sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
Seperti halnya iman, kesehatan itu sendiri adalah karunia. Setiap orang beriman yang diberi
kesehatan oleh Tuhan, tidak boleh memegahkan diri. Karena itu bukanlah hasil usaha kita,
melainkan karunia dari Tuhan (Ef. 2:9). Akan tetapi bukan berarti dengan demikian orang
Kristen tidak boleh berusaha, hanya berharap saja, serta meminta kesehatan jatuh dari langit,
padahal ada tertulis, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17; 2:26).3 Kesehatan tubuh
manusia, seperti halnya keselamatan, adalah janji Tuhan bagi setiap orang yang benar-benar
mampu mengasihi (1 Kor 2:9).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tuntunan klien yang sakit menurutt agama
Kristen Protestan, yaitu antara lain :
1. Selalu berpengharapan kepada-Nya
2. Mengakui segala dosa dan memohon ampun dihadapan Tuhan Yesus
3. Percaya bahwa rencana-Nya adalah indah dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya
4. Mengubah pola hidup yang jelek atau tinggalkan kebiasaan buruk
5. Selalu bersyukur dalam segala hal
6. Selalu berdoa dan sempatkan untuk membaca alkitab
7. Melantunkan pujian penyembahan untuk Tuhan Yesus

 Tuntunan Klien Pada Orang Yang Sakratul Maut Menurut Pandangan


Agama Kristen Protestan
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Perawat dari segi rohani kristen adalah suatu panggilan untuk menolong sesama sebagai
insan ciptaan yang Maha kuasa,pangilan sebagai seorang perawat terlepas dari menolong dari
sisi fisik tetapi ada hal yang tak kala penting yaitu bagaimana perawat sebagai beban
pengabdian yang tidak melupakan sisi psikologis dan bahkan rohani spiritual kristen untuk
memberikan dukungan spriritual,sehinga pasien paliatif betul – betul merasakan asuhan
keperawatan dengan dasar kasih Yesus untuk memperoleh pemulihan iman dan yakin bahwa
ada kuasa yang dasyat dibalik semua situasi yang dialami melalui jamahan rohani kristen
melalui perawat.
Tuntunan klien pada orang yang sakratul maut adalah selalu bersyukur apa yang terjadi
kepada Tuhan, sebab itu semua adalah rencana Tuhan yang terbaik. Berpengharapan dan
bersyukur itulah hal yang baik disaat seseorang mengalami sakratul maut.

xxix
 Pandangan Kematian menurut perspektif Kristen
Mendapatkan perspektif tepat mengenai kematian berarti mendapatkan perspektif tepat
pula tentang kehidupan. Hal ini berarti seorang membuka diri terhadap dimensi yang lain,
yaitu dimensin rohaniah. Menghadapi dan mengerti kematian berarti menghadapi dan
mengerti Allah dan kehidupan. Konsep-konsep kita mengenai waktu dan ruang sebenarnya
membatasi segi pandangan kita. Kita membutuhkan titik pandangan abadi. Reaksi anda
terhadap kematian akan ditentukan oleh reaksi anda terhadap Allah. Mereka yang takut pada
Allah adalah mereka yang paling takut terhadap kematian. Mereka yang mengenal-Nya
dengan baik agaknya menyukai kesempatan untuk menghabiskan waktu bersasma-sama
dengan-Nya. Mengenal Allah adalah dimensi yang mengubah kematian itu.

• Pandangan iman kristen tentang gizi dan pengobatan

Kesehatan adalah salah satu bukti bahwa manusia mengasihi dirinya sendiri. Di dalam
Alkitab, kata sehat ini diulang dalam 37 ayat yang berbeda. Walaupun hanya diulang sedikit
saja, bukan berarti kesehatan tidak begitu penting bagi orang Kristen. Di dalam ke-37 ayat
tersebut bahkan ditekankan pentingnya kesehatan tubuh, jiwa, dan roh manusia sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Seperti halnya iman, kesehatan itu sendiri adalah karunia. Setiap orang
beriman yang diberi kesehatan oleh Tuhan, tidak boleh memegahkan diri. Karena itu
bukanlah hasil usaha kita, melainkan karunia dari Tuhan (Ef. 2:9). Akan tetapi bukan berarti
dengan demikian orang Kristen tidak boleh berusaha, hanya berharap saja, serta meminta
kesehatan jatuh dari langit, padahal ada tertulis, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17;
2:26).3 Kesehatan tubuh manusia, seperti halnya keselamatan, adalah janji Tuhan bagi setiap
orang yang benar-benar mampu mengasihi (1 Kor 2:9).

Alkitab menyebutkan sejumlah penyakit dan penderitaan. Misalnya, jika orang Israel
tidak taat, mereka akan menderita berbagai gangguan kesehatan seperti tuberkulosis, bisul,
bawasir, eksem, dan kegilaan. Hukum menyediakan keterangan untuk mendiagnosis dan
menangani kusta. Keturunan Harun yang mengidap kadas dilarang melakukan tugas
keimaman, dan binatang yang berkadas tidak layak dipersembahkan sebagai korban. Dengan
kuasa Allah, Yesus Kristus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (Yoh 9:1-7), yang tuli
(Luk 7:22), penderita penyakit sembap (Luk 14:1-4), kusta (Luk 5:12, 13), sakit ayan,
lumpuh, dan sebagainya (Mat 4:23, 24). Di Malta, Paulus menyembuhkan ayah Publius, yang
”menderita karena demam dan disentri”.—Kis 28:1-8.

 Pandangan Iman Kristen tentang Aborsi

Kitab suci mengajarkan bahwa manusia sudah terbentuk sebagai manusia sejak dalam
kandungan ibu:
Yes 44:2: “Beginilah firman TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau
sejak dari kandungan dan yang menolong engkau…”
Allah sendiri mengatakan telah membentuk kita sejak dari kandungan, artinya, sejak dalam
kandungan kita sudah menjadi manusia yang telah dipilih-Nya.
Ayb 31: 15: “Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga?
Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?” Ayub menyadari bahwa ia dan
juga orang-orang lain telah diciptakan/ dibentuk oleh Allah sejak dalam kandungan.Yes 49,
1,5: “….TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak

xxx
dari perut ibuku…. Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari
kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya…”
Nabi Yesaya mengajarkan bahwa Allah telah memanggilnya sejak ia masih di dalam
kandungan (sesuatu yang tidak mungkin jika ketika di dalam kandungan ia bukan manusia).
Kitab Suci mengajarkan bahwa setiap kehidupan di dalam rahim ibu adalah ciptaan yang
unik, yang sudah dikenal oleh Tuhan:
 Yer 1:5: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau,
Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Mazmur 139: 13,
15-16: “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam
kandungan ibuku…. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan
di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling
bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”
 Gal 1:15-16: “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan
memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam
aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka
sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”
 Luk 1:41-42: “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di
dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus lalu berseru,
“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” Di
dalam kisah ini, Yohanes Pembaptis yang masih berada dalam kandungan Elisabet
dapat melonjak gembira pada saat mendengar salam Maria. Lalu Elisabet-pun
mengucapkan salam kepada Maria dan kepada Yesus yang ada dalam kandungan
Bunda Maria sebagai ‘buah rahim’-nya. Tentulah ini menunjukkan bahwa kehidupan
janin di dalam kandungan sudah menunjukkan kehidupan seorang manusia, yang
sudah dapat turut melonjak karena suka cita, dan layak untuk ‘diberkati’ sebagai
manusia. Janin di dalam kadungan bukan hanya sekedar sepotong daging/ fetus tanpa
identitas. Sejak di dalam kandungan, Allah telah membentuk kita secara khusus,
memperlengkapi kita dengan berbagai sifat dan karakter tertentu agar nantinya dapat
melakukan tugas-tugas perutusan kita di dunia.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memperhatikan dan mengasihi saudara-saudari kita
yang terkecil dan terlemah, sebab dengan demikian kita melakukannya untuk Kristus sendiri.
Mat 25:45: “… sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang
dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Aborsi yang pada akhirnya membunuh janin, entah di dalam atau di luar kandungan,
adalah tindakan pembunuhan yang bertentangan dengan perintah Yesus untuk
memperhatikan dan mengasihi saudari-saudari kita yang terkecil dan terlemah. Kitab Suci
menuliskan bahwa kita tidak boleh membunuh, atau jika mau dikatakan dengan kalimat
positif, kita harus mengasihi sesama kita. Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22; 19:18: “Jangan
membunuh.” Mat 22:36-40; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9, Gal 5:14: “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Yoh 3:15 “Setiap orang yang membenci
saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” Jika di dunia ini mulai

xxxi
banyak kampanye untuk melindungi binatang-binatang, (terutama binatang langka), maka
adalah suatu ironi, jika manusia malahan melakukan aborsi yang membunuh sesama
manusia, yang derajatnya lebih tinggi dari binatang. Apalagi jika aborsi dilegalkan/
diperbolehkan secara hukum. Maka menjadi suatu ironi yang mengenaskan: ikan lumba-
lumba dilindungi mati-matian, tetapi bayi-bayi manusia dimatikan dan tidak dilindungi.
Suatu permenungan: seandainya kita adalah janin itu, tentu kitapun tak ingin ditusuk dan
dipotong-potong sampai mati. Maka, jika kita tidak ingin diperlakukan demikian, janganlah
kita melakukannya terhadap bayi itu. Atau, kalau kita mengatakan bahwa kita mengimani
Kristus Tuhan yang hadir di dalam mahluk ciptaan-Nya yang terkecil itu, maka sudah
selayaknya kita tidak menyiksanya apalagi membunuhnya! Kita malah harus sedapat
mungkin memeliharanya dan memperlakukannya dengan kasih.
Kitab Suci menuliskan, bahwa jika kita tidak peduli akan nasib saudara-saudari kita yang
lemah ini, kita sama dengan Kain, yang pura-pura tidak tahu nasib saudaranya sendiri. Kel 4:
9 Firman Tuhan kepada Kain, “Di mana Habel adikmu itu?” Ia (Kain) menjawab, “Aku tidak
tahu.” Padahal tidak mungkin ia tidak tahu sebab Kain sendirilah yang memukul Habel
adiknya hingga ia mati (lih. Kel 4:8).
Adalah suatu fakta yang memprihatinkan, yang menyangkut Presiden Barrack Obama
yang terkenal oleh kebijakannya memperbolehkan aborsi. Pada suatu kesempatan dalam
wawancara tanggal 16 Agustus 2008 (pada saat itu ia masih menjadi senator Illinois), ia
ditanya oleh Pastor Rick Warren, “Jadi kapan menurut anda seorang bayi memperoleh hak
azasinya?” Ini adalah pertanyaan yang menyangkut iman dan bagaimana iman itu bekerja
dalam hati nurani dan kebijaksanaan sang (calon) Presiden. Namun sayangnya jawaban
Obama adalah, “Answering that question with specificity, you know, is above my pay grade.”
(Menjawab pertanyaan itu dengan detailnya, kamu tahu, itu melampaui batas gaji/
penghasilan saya). Suatu jawaban yang kelihatan sangat enteng untuk pertanyaan yang sangat
serius. Ini sungguh mirip dengan jawaban Kain, “Aku tidak tahu.” Padahal, tentu bukannya
tidak tahu, tetapi lebih tepatnya tidak mau tahu. Sebab fakta science dan bahkan akal sehat
sesungguhnya telah begitu jelas menunjukkan kapan manusia terbentuk sebagai manusia.
Alkitab menunjukkan dan bahkan ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kehidupan
manusia berawal dari masa konsepsi. Satu sel ini kemudian berkembang menjadi janin yang
sungguh sudah berbentuk manusia, walaupun masih di dalam kandungan. DNA dan
keseluruhan 46 kromosom terbentuk saat konsepsi. Jantung janin telah berdetak di hari ke-18,
keseluruhan struktur syaraf terbentuk di hari ke- 20. Di hari ke 42, semua tulang sudah
lengkap, gerak refleks sudah ada. Otak dan semua sistem tubuh terbentuk di minggu ke-8.
Semua sistem tubuh berfungsi dalam 12 minggu. Hanya orang yang menutup diri terhadap
semua fakta ini dapat berkata, “aku tidak tahu” kapan kehidupan manusia dimulai, dan
apakah janin itu seorang manusia atau bukan.

 Pandangan Agama Kristen Protestan tentang pencangkokan tubuh

Pencangkokan tubuh atau bisa juga disebut dengan transplantasi. transplantasi adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat
tersebut melipui kecocokan organ dari donor dan resipen. menurut pandangan protestan

xxxii
sendiri memperbolehkan transplantasi. Iman kristen didasarkan dalam kehidupan Yesus
Kristus. Sepanjang hidupnya, Yesus mengajar orang untuk mencintai satu sama lain dan dia
membuktikan cintanya kepada dunia atas salib. Hal ini karena hal ini bahwa orang Kristen
menganggap donor organ tubuh sebagai tindakan cinta sejati dan cara mengikuti teladan
Yesus. Gereja Kristen mendorong donasi organ dan jaringan, yang menyatakan bahwa kita
diciptakan untuk kemuliaan Allah dan untuk berbagi kasih Allah. Sebuah resolusi pada tahun
1985, yang diadopsi oleh Majelis Umum, mendorong anggota Gereja Kristen (Murid-murid
Kristus) untuk mendaftar sebagai donor organ dan dukungan doa mereka yang telah
menerima transplantasi organ "Gereja tidak menentang donor organ tubuh selama organ-
organ dan jaringan digunakan untuk kehidupan manusia yang lebih baik, yaitu, untuk
transplantasi atau untuk penelitian yang akan mengarah pada peningkatan dalam pengobatan
dan pencegahan penyakit. Sumbangan organ dan jaringan adalah tindakan yang tidak
mementingkan diri sendiri. Dalam pandangan agama Protestan, hal itu tertulis dalam Kitab
Matius 22:38-39:

“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu.

Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri.”

 Pandangan Iman Kristen Tentang KB

Menurut Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: “beranak- cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi “, firman Tuhan menjelaskan dalam ayat ini bahwa manusia diberi
tugas oleh Allah untuk berketurunan dan memenuhi bumi guna menjaga, mengolah, merawat,
mengusahakan, dan berkuasa atas bumi.(band. Juga Kej.2:15). Namun sebelum itu manusia
harus diberkati terlebih dahulu oleh Allah. Ilustrasi diatas adalah contoh keseharian manusia.
Apakah keputusan yang diambil pasangan suami istri itu benar? Mungkin dimata manusia, itu
tindakan yang tepat tapi belum tentu di mata Tuhan. Disinilah kita dapat melihat perbedaan
antara Etika sosial dengan etika Kekristenan.

Etika sosial menonjolkan peran manusia, yakni masyarakat dan hati nurani.Etika social
bersifat humanistik dalam pengambilan keputusan tentang apa yang baik yang harus
dilakukan seseorang.

Secara etika social keputusan untuk ber-KB yang diambil pasangan suami istri itu adalah
tepat, karena mengingat kegiatan sang istri yang sangat padat dan rencana keselamatan sang
buah hati yang belum ada. Mungkin jika sang istri memaksakan diri untuk hamil, selain
aktivitasnya akan terganggu, keselamatan calon anakpun akan terancam. Namun Etika
Kristen berbicara tentang kehendak Tuhan.Ukuran untuk menilai tindakan atau tingkah laku
manusia menurut Etika Kristen harus dilihat dan dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
kehendak Tuhan. Hal ini penting sebab tindakan yang dinilai benar adalah tindakan yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan mencari kehendak Tuhan berarti juga mencari
Tuhan itu sendiri. Berangkat dari pemahaman ini, keputusan yang diambil pasangan suami

xxxiii
istri itu telah bertentangan dengan kehendak Tuhan, sebab dalam (Kej 1:28) tadi telah
dijelaskan bahwa salah satu tugas manusia adalah untuk berketurunan,sedangkan pasangan
ini belum mau untuk berketurunan walaupun alasan yang diajukan masuk akal dan sangat
manusiawi. Menunda kehadiran anak dalam keluarga sama juga menolak anugerah Tuhan
dalam hidup manusia. Sesuai dengan firman Tuhan dalam Matius 18:5 “Dan barangsiapa
menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku”.

Bertitik tolak dari semua ini, apakah kita boleh menyimpulkan bahwa program KB tidak
baik dimata Tuhan? Belum tentu.

Penyelenggaraan Program KB di Indonesia Khususnya, sangatlah bermanfaat untuk


meningkatkan kesejahteraan hidup.Dalam KB terdapat aspek yang ingin dicapai dalam
bidang pembangunan seperti pembangunan social, kesehatan, pendidikan dan pengetahuan
umum, modernisasi kehidupan, pembangunan melalui ekonomi dan social, serta
kesejahteraan rakyat.Aspek-aspek ini berkaitan erat dengan tugas manusia dalam
pengusahaan. Pemeliharaan,pengolahan dan penguasaan bumi. Sebenarnya program ini
memiliki tujuan yang baik yaitu hanya menunda laju angka pertumbuhan penduduk, bukan
menghentikan manusia untuk bergenerasi. Namun pemanfaatan program ini sering salah
digunakan sehingga citra KB dianggap buruk oleh sebagian masyarakat.

Berdasarkan paham agama-agama yang ada di Indonesia, pada umumnya menyatakan


dapat menerima gagasan Keluarga Berencana. Dengan kata lain prinsip untuk
mensejahterakan umat manusia dari program KB ini tidak dilarang oleh agama manapun.
Hanya saja perbedaan pandangan yang masih ada ialah tentang cara-cara pelaksanaannya
atau alat-alat yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam KB. Berikut ini adalah beberapa
ayat yang menjelaskan anak dari perfektif Allah.

1. Anak adalah hadiah dari Allah (kejadian 4:1;kejadian 33:5).

 Kejadian 4:1

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan
itu, lalu melahirkan kain; maka kata perempuan itu: ” aku telah mendapat seorang anak laki-
laki dengan pertolongan Tuhan.”

 Kejadian 33:5

Kemudian Esau melayangkan pandangannya, dilihatnya perempuan-perempuan dan anak-


anak itu, lalu ia bertanya: “siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?: jawab yakub:
“anak-anak yang telah di karuniakan Allah kepada hambamu ini.”

2. Anak adalah warisan dari Tuhan (Mazmur 127:3-5).

 Mazmur 127:3-5

Ayat 3

banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.”

xxxiv
Ayat 4

tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku,Engkaulah kemuliaanku dan
yang mengangkat kepalaku.

Ayat 5

dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-

Nya yang kudus.”

3. Anak adalah berkat dari Tuhan (Lukas 1:42).

 Lukas 1:42

Lalu berseru dengan suara nyaring: “diberkatilah Engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu.

4. Anak adalah mahkota orang-orang tua (Amsal 17:6).

 Amsal 17:6

Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek
moyang mereka.

5. Allah memberkati perempuan-perempuan mandul dengan anak-anak (Mazmur 113:9;


kejadian 21:1-3; 25:21-22; 30:1-2; 1 Samuel 1:6-8; Lukas 1:7,24-25).

 Mazmur 113:9

Ia mendudukan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh suka
citanya. Haleluya!

 Kejadian 21:1-3

Ayat 1

Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang di firmankan-Nya, dan Tuhan melakukan


kepada Sara seperti yang di janjikan-Nya.

Ayat 2

maka mangandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham
dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah
kepadanya.

Ayat 3

Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.

xxxv
 Kejadian 25:21-25

Ayat 21

berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk istrinya, sebab istrinya itu mandul; Tuhan
mengabulkan doanya, sehingga Ribka istrinya itu mengandung.

Ayat 22

tetapi anak-anaknya bertolak-tolakkan di dalam rahimnya dan ia berkata: “ jika demikian


halnya, mengapa aku hidup?” dan ia pergi meminta petunjuk kepada Tuhan.

Ayat 23

firman Tuhan kepadanya: “dua bangsa ada dalam kandungannya, dan dua suku bangsa
akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain,
dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.”

Ayat 24

setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang didalam kandungannya.

Ayat 25

keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab
itu ia di namai Esau.

 Kejadian 30:1-2

Ayat 1

ketika di lihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada
kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan
mati.”

Ayat 2

maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: “aku kah pengganti
Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?

 1 Samuel 1:6-8

Ayat 6

tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena Tuhan telah menutup
kandungannya.

xxxvi
Ayat 7

demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi kerumah Tuhan, Penina
menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.

Ayat 8

lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis, dan
mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga
bagimu daripada sepuluh anak laki-laki?”

 Lukas 1:7,24-25

Ayat 7

Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabeth mandul dan keduanya telah lanjut
umurnya.

Ayat 24-25

Beberapa lama kemudian Elisabeth, istrinya, megandung dan selama lima bulan ia tidak
menampakkan diri, katanya inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan
menghapuskan aibku didepan orang.

6. Allah membentuk anak-anak dalam kandungan (Mazmur 139:13-16).

 Mazmur 139:13-16

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan
ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib, ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu,
ketika aku dijadikan ditempat yang tersembunyi, dan aku direkam dibagian-bagian bumi yang
paling bawah, mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis
hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

7. Allah mengetahui anak-anak sebelum mereka dilahirkan (Yeremia 1:5; Galatia 1:15).

 Yeremia 1:5

Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan
sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bagsa-bangsa.

 Galatia 1:15

Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh
kasih karunia-Nya.

xxxvi
i
A. Agama Katolik
 Pengertian Agama Katolik

Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya
"universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya
sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja
yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22
Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat
Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna
segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa,
tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja
Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik,
dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh
para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya
masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan
Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi
dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap
Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain. Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat
Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik sesuai Kredo Nicea tahun
381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."

 Tuntunan pada pasien sakit

Penderitaan dalam arti yang paling luas merupakan suatu kenyataan dan pengalaman
universal yang dapat menimpa semua manusia. Penderitaan manusia dapat dimengerti dan
dinilai hanya dalam hubungan dengan salib Yesus Kristus. Sehubungan dengan itu Yesus
mengundang semua orang dengan bersabda: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya tiap hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23). Salah satu
penderitaan yang dialami oleh manusia adalah kesakitan. Paus Yohanes Paulus II
berpendapat bahwa. “sakit ata penderitaan dalam rupa apapun yang dialami oleh manusia
adalah rahmat, sebagaimana penderitaan Kristus adalah rahmat bagi kita”. Sebagai bentuk
perhatian kepada orang yang sakit, Gereja Katolik sendiri menetapkan tanggal 11 Februari
sebagai hari orang sakit se dunia.

 Tuntunan pada pasien sekarat

kematian banyak mempengaruhi sikap mereka dalam menghadapi kematian. Keadaan


menjelang ajal yang dimaksud adalah suatu keadaan orang yang menderita penyakit parah,
dalam hal ini atas pernyataan dokter yang biasanya disebut penderita penyakit stadium
akhir.Sikap orang – orang yang berada disekitar baik dari kalangan para medis maupun dari
pihak keluarga sendiri banyak menimbulkan dampak negatif bagi orang yang dalam keadaan
menjelang ajal. Walaupun ada maksud baik dari mereka untuk menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya, keadaan seperti ini dapat disebut “ dusta penuh kasih “ yakni
menyembunyikan keakraban emosional antara individu yang sedang mendekati ajalnya dan
kelarganya. Namun sisakit juga dapat merasakan bahwa sebenarnya ada sesuatu yang
disembunyikan daripadanya. Hal inilah yang membuat mereka merasa tidak nyaman serta
merasa kesepian di tengah – tengah keramaian, itu yang menjadi persoalan besar yang sedang
dialaminya.

xxxvi
ii
Dalam rangka mendampingi orang menjelang ajal maka hal yang perlu diketahui oleh
pastor adalah pemahaman umum manusia dalam menghadapi kematian bahwa manusia yang
pada umumnya dalam segala hal suka mempertahankan diri , wajib menerima dimana pada
suatu ketika akan menemui ajalnya. Bahwa dunia dan masyarakat akan berjalan terus tanpa
dia. Dan ingatan kepadanyapun lama-kelamaan akan hilang. Pemahaman manusia akan
dirinya mengenai

Dengan mengetahui apa yang sedang di alami dan dirasakan oleh orang menjelang ajal
seorang gembala akan lebih baik mendampingi orang tersebut. Lalu apa yang
sebaiknya dilakukan oleh gembala setelah mengetahui dan mengenali seluk-beluk sisakit.
Bons Storm mengatakan dengan mengutip ungkapan Willem Berger bahwa “ penghiburan
gereja tidak sama dengan mengatakan kepada sisakit bagaimana ia seharusnya. Jadi
penghiburan gereja bukan “ saudara harus percaya “ atau “ saudara harus menyerahkan diri
kepada Tuhan ” tetapi penghiburan gereja ialah persekutuan yang tercipta kalau seorang sakit
diperbolehkan mengatakan apa yang ada didalam hatinya.
Dengan demikian menjadi pendengar yang baik adalah hal yang sangat perlu dilakukan
oleh seorang gembala. Hal yang sangat pentig di ingat gembala bahwa menggunakan ayat-
ayat Alkitab sangat mendukung pelayanan namun dengan tetap ,melihat konteks, kalau
memungkinkan ayat yang cocok adalah : Amsal 3: 5,6; dan yang sejenisnya yang sifatnya
penguatan, dan doa adalah hal yang sangat penting.

 Tuntunan pada kematian

Pandangan Kristen mengenai kematian mengarah pada pemahaman iman dari para
penulis Kitab Suci. Kematian dapat berarti sebuah perutusan untuk menerima penebusan dan
penghakiman, yang dipengaruhi juga oleh situasi dan pilihan hidup pribadi. Dalam pesan
Kitab Suci yang ditujukan bagi kita semua tampak bagaimana Yesus Kristus menebus kita
dengan memberikan diri-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang, agar semua
mendapat keselamatan yang dijanjikan Allah kepada manusia.
Manusia dapat memahami kematian dengan baik apabila ia memiliki disposisi batin yang
siap, yakni kesadaran, kebebasan dan kematangan pribadi. Kematian bukan sesuatu yang
lepas dari pengalaman eksistensial manusia. Maksudnya kematian merupakan bagian dari
hidup manusia. Dalam menghadapi kematian, kita dapat bercermin dari Yesus. Sikap
penyerahan diri Yesus di kayu salib menunjukkan pengharapan akan adanya kebangkitan
setelah menghadapi kematian. Penyerahan diri Yesus di kayu salib menunjukkan
pengharapan akan adanya kebangkitan setelah menghadapi kematian. Iman kristen
mengajarkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kematian merupakan
kesempatan untuk dapat berjumpa dengan Allah yang penuh cinta. Kematian bukanlah akhir,
tetapi menjadi awal kehidupan baru dalam kasih Allah yang besar.
Kesadaran manusia akan keterbatasan hidup, mengarahkannya untuk semakin menyadari
kebesaran Allah. Kematian juga membawa kesadaran akan tujuan hidup sejati kedalam hidup
manusia. Hidup di dunia ini tidak abadi, hanya sementara saja. Namun, arti hidup manusia
ditentukan di dunia. Kematian merupakan penyelesaian atas pengembaraan manusia.
Keputusan definitif pada saat kematian dapat diambil oleh manusia yang mempunyai
kedalaman iman yang kuat dan teguh. Putusan untuk menyerahkan diri kepada Allah pada
saat kematian dapat membawa orang untuk menerima kematian sebagai penebusan, seperti
yang telah Yesus ajarkan kepada umat-Nya.
Secara teologis, kematian berarti memasuki hidup abadi bersama Kristus. Manusia
merasakan kasih Allah yang besar dalam Kristus, Juruselamat manusia. Dalam Yesus,
manusia mengenal Allah Bapa (Yoh 14:17). Paulus menyatakan bahwa manusia yang turut

xxxix
mati bersama Kristus akan dibangkitkan pula bersama Dia dan akan memperoleh hidup yang
baru (Rm 6:1-14). Orang yang tidak dapat merasakan kasih Allah yang begitu besar adalah
orang berdosa. Komunikasi antara Allah dan manusia terputus oleh dosanya.

 Tuntutan pasien dalam persalinan

Gereja katolik memang tidak mengalami sakit melahirkan sebagai dogma. Bunda Maria
dikandung tidak bernoda sedangkan sakit melahirkan disebabkan karena dosa asal. Baik
bunda Maria maupun Kristus yang dilahirkannya tidak mempunyai dosa asal, maka bunda
Maria tidak mengalami konsekuensi dosa asal ini. Maka bunda Maria tidak mengalami sakit
melahirkan.
Pemberian asuhan pada masa persalinan untuk :
 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
 Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merunjuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
 Memberikan pelayanan keluarga berencana.
 Mendapatkan kesehatan emosi.

 Tuntutan pasien dalam gizi

Perkembangan teknologi pangan telah berhasil meningkatkan kesejahteraan hidup umat


manusia di planet bumi. Produk pertanian berhasil di tingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Namun peningkatan kuantitas dan kualitas makanan tidak menjamin
kesehatan seseorang. Banyak manusia yang saat ini bermasalah bukan karena kekurangan
makanan melainkan karena kelebihan makan.
“A man is what he eats” demikian bunyi slogan yang menekankan pentingnya gizi.
Salah satu metode penelitian dasar dalam bidang ilmu gizi adalah menerapkan menu berbeda
kepada dua atau lebih kelompok. Kelompok yang satu diberi makanan standar ataua yang
umum, disebut kelompok kontrol. Sedangkan kelompok yang satu lagi diberikan menu yang
mau diteliti, untuk dibandingkan khasiatnya dengan yang standar. Kelompok kedua ini sering
disebut sebagai kelompok eksperimental. Setelah masa eksperimen berakhir, hasilnya
dibandingkan dan dianalisa serta ditarik kesimpulan.
Satu eksperimen ilmu gizi yang tertua dicatat dalam buku Daniel pasal satu. Ayat 12
dan 13 menguraikan adanya dua kelompok skolar yang masing-masing diberikan menu
berbeda selama 10 hari. Kelompok kontrol terdiri dari para skolar Babilonia yang diberikan
menu jenis makanan Raja, mencakup daging dan minuman anggur. Kelompok eksperimen
terdiri dari empat orang muda Ibrani: Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka
diberi menu vegetarian lebih unggul dan menunjang kesehatan manusia.

 Tuntutan pasien dalam pengobatan

Dalam agama katolik, tidak ada larangan bagi orang sakit untuk menjalani dan
pengobatan paliatif. Selama pengobatan ini dapat menyembuhkan atau membuat keadaan
menjadi lebih baik. Hal ini berdasarkan pada landasan ajaran agama katolik, yaitu : Hukum
Cinta Kasih dan KGK 1506 ± 1510. Di mana Kristus mengajak para murid ± muridnya dan
juga gereja untuk menyembuhkan dan merawat para orang sakit.

xl
Sakramen pengurapan orang sakit perlu diterima tiap saat penyakit memuncak mejadi
gawat, yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat mencemaskan. Dengan
pengurapan orang sakit. Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada
kemurahan Tuhan. Agar ia menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah melakukan
dosa. Maka dosanya diampuni. “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang
sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia: dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya
itu akan diampuni” (Yak 5 : 15).
Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi
perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui
kematian telah masuk ke dalam kehidupan.

 Pandangan agama terhadap aborsi


Terminologi : Agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai penggunaan istilah, maka
baiklah kita menyepakati beberapa istilah yang biasa dipakai dalam pembicaraan mengenai
aborsi dan yang akan dipakai dalam pembahasan.
Aborsi (abortion) = berasal dari kata bahasa Latin abortio ialah pengeluaran hasil
konsepsi dari uretus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar
kandungan. Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 28 minggu. Secara
medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 28 minggu dan mengakibatkan
kematian; sedangkan pengeluaran janin sesudah umur 28 minggu dan mati tidak disebut
aborsi tetapi pembunuhan bayi (infanticide). Sedangkan dalam terminologi moral dan hukum,
aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang
mengakibatkan kematian. Yang dimaksud adalah aborsi dalam arti moral dan hukum.

a. Macam – macam Aborsi

1. Pengguguran yang disengaja (procuder abortion, induced abortion, abortus abortion)


= pembunuhan yang disengaja dan langsung diarahkan kepada manusia pada tahap
awal hidupnya, antara saat pembuahan sampai dengan kelahirannya, dengan cara apa
pun juga pelaksanaannya.
2. Aborsi terapeutik = aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan hidup atau
kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil; kadang-kadang dilakukan sesudah
pemerkosaan atau inses (incest).
3. Aborsi terapeutik langsung = aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan hidup atau
kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil. Tindakan medisnya sendiri
ditujukan langsung untuk membunuh janin itu.
4. Aborsi terapeutik tidak langsung = aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan
hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil. Tindakan medisnya
sendiri bukan ditujukan langsung untuk membunuh janin itu tetapi pada suatu yang
lainnya, misalnya pengangkatan rahim atau saluran telur yang di dalamnya ada
janinnya. Karena rahimnya diangkat maka janinnya ikut mati.
5. Aborsi eugenik = Aborsi yang dilakukan terhadap janin yang cacat atau jenis
kelaminnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
6. Keguguran (miscariage, spontaneous abortion) = aborsi yang terjadi secara alami.
Aborsi yang terjadi tanpa campur tangan manusia tetapi terjadi secara alamiah oleh
karena berbagai macam sebab. Secara moral, keguguran ini tidak menimbulkan
masalah moral sebab terjadi tanpa campur tangan manusia.

xli
Pastoral Aborsi : Masalah aborsi adalah masalah sepanjang masa pada akhir-akhir ini
intensitasnya menjadi makin marak oleh karena dampak langsung maupun tidak langsung
dari kemajuan teknologi.
Pertama, soal bahaya fisik aborsi. Dahulu aborsi bisa sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan penderitaan fisik yang tak berkesudahan, cacat fisik atau bahkan kematian
ibu; akan tetapi, oleh karena adanya alat-alat kedokteran canggih dewasa ini, maka aborsi
bisa dilakukan tanpa beresiko tinggi. Tentu saja bagi sebagian orang , resiko aborsi kecil ini
menjadikan aborsi bukan lagi hal yang harus ditakuti.
Kedua, ada beberapa tenaga medis yang melupakan sumpahnya untuk tidak melakukan
pengguguran dan lebih banyak berorientasi pada uang sehingga mereka dengan mudah
melayani orang yang ingin melakukan pengguguran, tanpa merasa bersalah. Ada tempat-
tempat tertentu yang menyediakan jasa semacam ini, meskipun secara resmi di Indoneia ini
aborsi dilarang.
Ketiga, adanya internet dan hand phone (HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang
banyak situs-situs porno. Kemudian ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan melihat
semua hal yang selama ini tidak boleh dilihat karena dipandang tabu dan porno. Dengan
adanya kemudahan teknologi itu, orang lebih mudah bermain-main dengan seksualitasnya
yang mengakibatkan semakin banyak terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki dan yang
berakhir pada aborsi.

 Pandangan Agama Katolik Terhadap Pencangkokan

Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita,
asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis
yaitu otak kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian medis lainnya.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, maka kita dianjurkan untuk
melakukannya. Sedangkan menjadi donor mati, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk
dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati sepenuhnya,
jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati untuk dipanen organ, dan ini
terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ. Sebuah
pemahaman yang benar 1 Korintus 15:35-49 mengajarkan perbedaan yang besar antara tubuh
fisik pada saat kematian, yang mungkin terkubur atau dibuang dengan beragai cara dan tubuh
rohani kebangkitan. Pandangan Katolik transplantasi sebagai tindakan amal dan cinta.
Transplantasi secara moral dan etika dapat diterima. Paulus XVI menyatakan "Untuk menjadi
donor organ berarti untuk melaksanakan suatu tindakan cinta kepada seseorang yang
membutuhkan, ke arah seorang saudara dalam kesulitan. Ini adalah tindakan bebas cinta yang
setiap orang yang berkehendak baik dapat melakukannya setiap saat untuk memberikan organ
kepada siapa saja mungkin membutuhkan.’’ Alkitab tidak melarang memperpanjang hidup
melalui prosedur medis transplantasi organ. Dalam pandangan Agama Katolik, transplantasi
ditegaskan Paus Yohanes Paulus I pada September 1978: “Mendonorkan anggota tubuh
setelah meninggal adalah sumbangan kemanusiaan yang mulia dalam rangka memperbaiki
dan memperpanjang hidup sesamanyaâ” Jadi, menurut pandangan agama kristen katolik
sendiri Transplantasi Organ itu diperbolehkan sebagai amal dan tindakan cinta kepada
seseorang yang membutuhkan.

 Tuntunan pada pasien KB (keluarga berencana)

Gereja Katolik memandang program KB dapat diterima. Namun, cara melaksanakannya


harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri, dengan mengindahkan
kesejahteraan keluarga.

xlii
Gereja Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap
tanggung jawab. Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu, umat katolik
harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab. Pelaksanaan pengaturan
kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-
nilai agama dan sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Sejauh ini Gereja Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB dengan cara
pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur).
“Para uskup Indonesia mendukung ajaran paus dengan memberi anjuran hendaknya
metode ilmiah (KB Alamiah-pantang berkala) beserta segala perbaikannya lebih
diperkenalkan dan dianjurkan,” ujar Romo Jeremias mengutip pedoman Pastoral keluarga
tahun 1975 No.26.
Paus Paulus VI pernah menyatakan, ajaran gereja “berdasarkan kaitan tak terceraikan
yang dihendaki oleh Allah dan karena itu tidak dapat dibatalkan oleh manusia atas
prakarsanya sendiri antara kedua makna tindakan perkawinan, yakni arti ‘pemersatu’ dan arti
‘prokerasi’.
Namun, manakala umat katolik tidak dapat melaksanakan cara tersebut (KB alamiah),
padahal mereka juga ingin mengatur kelahiran, apa yang harus mereka lakukan ? Menurut
Romo Jeremias, Gereja Katolik menyadari sepenuhnya berbagai kesulitan yang dihadapi
keluarga katolik dalam usaha mengatur kelahiran.

xliii
B. Agama Hindu
1. Pengertian Agama Hindu

Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma ससससस सससस “Kebenaran


Abadi”), dan Vaidika-Dharma (“Pengetahuan Kebenaran”). kata Hindu berakar dari kata
Sindhu. Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu
(wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut
bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam
Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada
awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu.

 AGAMA

Kata “agama” yang dipergunakan oleh umat Hindu dalam hidup berketuhanan Yang
Maha Esa berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata “gam” yang artinya “pergi” atau
“perjalanan”. Urat kata “gam” ini mendapat prefix “a” yang berarti “tidak” dan tambahan “a”
di belakang yang berarti “sesuatu” atau dapat berfungsi sebagai suffix dalam bahasa
Sanskerta guna mengubah kata kerja menjadi kata sifat. Dengan demikian kata agama
diartikan “sesuatu yang tidak pergi”, tidak berubah atau tetap, langgeng (abadi). Yang tidak
pernah berubah- ubah atau kekal abadi itu hanyalah Tuhan beserta ajarannya. Sebagai suatu
istilah kemudian kata agama mengandung suatu pengertian aturan- aturan atau ajaran- ajaran
yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa) diturunkan berupa
wahyu (Sruti) melalui para Nabi (Maha Resi) untuk mengatur alam semesta beserta isinya
baik dalam kehidupan rohaniah maupun dalam kehidupan jasmaniah.

 DHARMA

Kata “Dharma” berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata “dhr” (baca: dri) yang artinya
menjinjing, memangku, memelihara, mengatur, atau menuntun. Akar kata “dhr” ini kemudian
berkembang menjadi kata dharma yang mengandung arti hukum yang mengatur dan
memelihara alam semesta beserta segala isinya. Dalam hubungan dengan peredaran alam
semesta, kata dharma dapat pula berarti kodrat.

Sedangkan dalam kehidupan manusia, dharma dapat berarti ajaran, kewajiban atau
peraturan- peraturan suci yang memelihara dan menuntun manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup yaitu tingkah laku dan budi pekerti yang luhur.

Pustaka Smrti Santi Parwa 109.11:


Dharanad dharma ityahur
Dharmena widrtah prajah

xliv
Artinya:
Kata dharma dikatakan datang dari kata Dharana (yang berarti memangku, menjunjung, atau
mengatur).
Dengan dharma semua makhluk diatur

Istilah Hindu yang dipergunakan sekarang sebagai nama agama pada umumnya tidak
dikenal pada jaman klasik. Beratus- ratus tahun sebelum tahun masehi, penganut ajaran kitab
suci Weda tumbuh subur dan berkembang pesat dalam masyarakat, sehingga para ahli
menyebutkannya dengan nama agama Weda atau Jaman Weda.

Kemudian Hindu dipakai nama dengan mengambil nama tempat di mana agama itu mulai
berkembang, yakni di sekitar sungai Sindu atau Indus. Kata Sindu inilah yang kemudian
berubah menjadi kata Hindu karena terkena pengaruh hukum metathesis dalam bahasa
Sanskerta di mana penggunaan huruf “s” dan “h” dapat ditukar- tukar, misalnya kata “Soma”
dapat menjadi kata Homa, kata “Satima” dapat menjadi Hatima, dan sebagainya.

Kata Hindu atau Sindu dalam bahasa Sanskerta adalah tergolong kata benda masculine,
yang berarti titik- titik air, sungai, laut, atau samudra. Air melambangkan Amrita yang
diartikan air kehidupan yang kekal abadi, dipergunakan dalam upacara- upacara agama Hindu
dalam bentuk tirtha (air suci).

2. Tuntunan Pada Klien yang Sakit, Sekarat dan Kematian.

Tuntunan doa ini bisa dibaca sendiri atau dihafalkan oleh pasien maupun dituntun oleh
keluarga, rohani atau petugas kesehatan yang beragama Hindu. Bisa sendiri-sendiri
atau bersama-sama.

1. PUJASTUTI UNTUK KECEMASAN

OM TRYAM BHAKAM YA JAMAHE, SUGHANDIM PUSTHI VARDHANAM


,URVARU KHAM IVA BHANDHANAT, MRTYOR MUKHSYA MAMRTAT.

Artinya :

Ya Tuhan Brahman, penyebar keharuman, kami memujaMU, bebaskanlah dari rasa cemas,
kegelisahan. Bebaskanlah kami dari belenggu dosa.

2. PUJASTUTI PERSIAPAN OPERASI TINDAKAN MEDIS MAYOR

1. OM SARVA PAPAVINASINI, SARVA ROGA VIMOCANE, SARVA KLESAVINASANA


M, SARVA BHOGAM A VAPNUYAT
2. OM SRIKARE SAPA HUTKARE, ROGA DOSA VINASANAM, SIVA LOGHAM
MAHAYASTE, MANTRA MANAH PAPA KELAH.

Artinya :

1.Ya Tuhan Brahman, engkau musnahkan segala derita, jauhkan dari segalapenyakit dan
bahaya, berikanlah kami sarana hidup melalui upaya ini.

xlv
2.Ya Tuhan Brahman yang dipuja sebagai penguasa semesta, Tuhan menjiwaisegala
mantram, bebaskanlah dari segala dosa dan derita, serta tuntunlah pikiran kami dari
kenestapaan ke jalan kesembuhan dan kebenaran.

3. PUJASTUTI UNTUK MELENYAPKAN PENYAKIT

OM SARVA VIGHNA, SARVA KLESA , SARVA LARA ROGA VINASA YA NAMAH


SVAHA.

Artinya:

Ya Tuhan Brahman, segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan pada
kami musnah oleh MU.

4. PUJASTUTI UNTUK PASIEN DYING POCESS (SAKRATUL MAUT/MEGAT)

Bisikkan mantram Gayatri masing-masing di telinga kiri dan kanan sebanyakmungkin ( 108
kali) .

OM BHUR, BWAH, SWAH TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYADIM


AHI, DHYOYONAH PRACODAYAT.

5. PUJASTUTI UNTUK ORANG MENINGGAL (MELAYAT)

OM SVARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU MURCANTU. OM KSMASAMPURNA


YA NAMAH SVADA.

Artinya:

Ya Tuhan Brahman, Jiwatmannya (arwahnya) mencapai swarga manunggal denganMU,


mencapai keheningan, tempat tanpa suka duka. Ampunilah ia, sempurnakanlah atas
kemahakuasaanMU.

6. PUJASTUTI MEMPEROLEH KESEMBUHAN ATAU KEBAHAGIAN

OM AYU LABHATE DHANAM, VRDHI GUNA SUCI YAJNA, SUDHA SILASUDHAJ


NANAM, BHUKTI MUKTI PHALAM SVARGAM.

Artinya :

Ya Tuhan Brahman, semua keberuntungan, kekayaan, kepandaian adalah YajnaMU. Semoga


tingkah laku dan pikiran kami menjadi bersih serta menikmati pahala sorga.

7. PUJASTUTI BAYI YANG BARU LAHIR

Bisikkan mantram Gayatri masing-masing tiga kali di telinga kiri dan kanan.

xlvi
OM BHUR, BWAH, SWAH TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYADIMAHI,
DHYOYONAH PRACODAYAT

3. Tuntunan Pada Klien Persalinan, Gizi dan Pengobatan

 Bimbingan Dan Doa Bagi Ibu Hamil


Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami bagi kaum wanita. Hampir semua wanita
akan mengalami dua masa yang cukup “melelahkan” ini, kecuali mereka yang mengalami
penyakit tertentu atau karena faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma dan ovum tidak
mampu bertemu dan berkembang di dalam rahim seorang wanita.

 Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap


Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap. Walaupun pada bulan-bulan
pertama beban yang dipikul tidak begitu terasa berat dan melemahkan kekuatan jasmaninya,
namun pada beberapa wanita telah mengalami perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering
merasa mual, muntah, pusing dan mengidam. Bagi wanita hamil, perjalanan dari hari ke hari
terasa panjang dan lama. Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil mengalami
kelelahan, dan kelemahan. Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang wajar,
Tuhan tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi sebagai karunia dan rahmat. Oleh
karena itu, wanita yang sedang hamil sangat dituntut adanya ketulusan hati, kesediaan
menderita, penuh kesabaran dan ketabahan, kepasrahan penuh pada Hyang Widhi Wasa dan
penuh harap akan waranugraha-Nya.

 Pustaka Suci veda sendiri telah menegaskan bahwa :


“Prnja nartha striyah srstah samtarnartham ca manavah. Tasmat sadahrano dharmah crutam
patnya sahaditah”“untuk menjadi ibu, wanita diciptakan dan untuk menjadi ayah, laki-laki itu
diciptakan. Upacara keagamaan karena itu ditetapkan di dalam Veda untuk dilakukan oleh
suami dengan istrinya”

Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu
langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan agar senantiasa berada
dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju kearah mendapatkan anak yang Suputra. Dalam
perspektif Hindu, disamping usaha-usaha lahiriah, do’a memegang peran yang penting dan
sangat menentukan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan diamalkan oleh wanita selama menghadapi kehamilan, adalah sebagai
berikut :

a. Niyacchayaccha samyaccha cendriyani mahasthatha


Memperbanyak mengingat Tuhan dengan memohon ampun dengan selalu merapalkan
mantra-mantra keagamaan, salah satunya mantram gayatri MantramMemperbanyak
melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan segala larangan-Nya, melakukan
pengendalian diri dengan menjaaga pikiran, perkataan dan perbuatan. Sarasamuccaya 90
menyatakan :Niyacchayaccha samyaccha cendriyani mahasthathaPratisedhayesvavdyesu
durlabhesvahitesu caArtinya :Karena itu hendaknya dikekang, diikat kuat-kuat Panca Indra
dan pikiran itu, jangan biarkan akan melakukan tindakan melanggar, melakukan sesuatu yang
tercela, sesuatu yang sukar untuk dicapai atau melakukan sesuatu yang pada akhirnya tidak
menyenangkan.

xlvii
Selain dengan melaksanakan beberapa ketentuan di atas dalam persfektif Hindu dalam hal
bimbingan dan doa bagi ibu hamil juga dilaksanakan dengan media pelaksanaan
ritual/upacara dan ketaatan pada Pali atau pantangan yang dalam bahasa Dayak dimaksud
agar anak tidak Pahingen (cacat/kelainan).

 Ritual-ritual yang dilaksanakan pada masa kehamilan dalam agama Hindu


Kaharingan yaitu :
Tiga Bulanan : Peleteng Kalangkang SawangTujuh Bulanan : Nyaki DilitSembilan Bulanan :
Mangkang Kahang Badak (Panaturan)

Selama kehamilan berjalan normal, boleh saja melakukan hubungan seks sampai akhir
kehamilan meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks pada
minggu terakhir kehamilan (saat kehamilan berusia 8 bulan) karena bila perempuan
mengalami orgasme dan rahim mengalami kontraksi dikhawatirkan bayi dapat lahir
premature. Hubungan seks dilarang bila : terdapat pendarahan melalui vagina, sering
mengalami keguguran, ketuban pecah, mulut rahim terbuka.

 PANDUAN BAGI IBU MELAHIRKAN


Reg Veda X.37.7 : Prajavanto anamiva anagasah Artinya : Ya, sang Hyang surya, semoga
kami memiliki anak cucu dan bebaskan dari penyakit dan dosa

 Jenis-jenis ritual yang dilaksanakan pasca kelahiran, adalah sebagai berikut :


Upacara Palas BidanUpacaran Pemberian Nama (Nahunan)
a. Upacara untuk meningkatkan status kesucian seseorang seperti upacara kelahiran,
perkawinan dan seterusnya dalam tradisi Hindu disebut upacara Manusa Yadnya.
Dalam Kitab Manawa Dharmasastra hal itu dinyatakan sebagai Sarira Samskara.
Artinya, upacara untuk meningkatkan kesucian seseorang.Untuk mencapai
peningkatan tersebut hendaknya diupayakan keseimbangan pertumbuhan antara
badan (sarira) jasmani dan rohani.

Ini artinya bukan hanya jasmani yang membutuhkan makanan bergizi lengkap dan
seimbang dalam pertumbuhannya. Rohani pun harus juga diberikan santapan spiritual untuk
membangun pertumbuhan rohani itu sendiri menuju rohani yang sehat.Manusa Yadnya
tidaklah sekadar mengupacarai anak-anak dari lahir sampai dia kawin. Upacara Manusa
Yadnya tersebut barulah merupakan nyasa-nyasa atau simbol untuk menanamkan konsep
filosofi Manusa Yadnya melalui media ritual yang sakral.Yadnya tersebut selajutnya harus
diimplementasikan lebih lanjut dalam perilaku nyata untuk memelihara dan mendidik
manusia itu dari ia masih dalam kandungan sampai ia dapat mandiri

 Upacara Manusa Yadnya itu bertujuan untuk membangun aspek niskala saja
Upacara Manusa Yadnya itu bertujuan untuk membangun aspek niskala saja. Sedangkan
melahirkan, memelihara dan mendidik mausia itu secara normatif sebagai upaya
sekalaSlokantara 2, baris ketiga sbb: Yadnya sataad vai parama'pi putra. Artinya, memiliki
seorang putra utama jauh lebih tinggi nilainya daripada seratus kali berupacara
yadnya.upacara yadnya tersebut baru tahap menanamkan nilai-nilai spiritualnya lewat media
ritual yang sakral. Tanpa implementasi nilai tersebut dalam kehidupan nyata atau sekala
maka nilai-nilai yang masih bersifat niskala itu akan tidak dapat memperbaiki kehidupan
manusia secara nyata dalam kehidupan ini. Karena itu, secara sekala Manusa Yadnya itu
harusnya diimplementasikan lebih nyata.

xlviii
 Manawa Dharmasastra I. 89 sbb: Prajanam raksanam daanam
Manawa Dharmasastra I.89 sbb: Prajanam raksanam daanam. Artinya pada kenyataannya
yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah rasa aman (raksanam) dan kesejahteraan (daanam).

 BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL


Upacara Pagedong-gedongan ( Garbha Wedana atau Upacara Bayi dalam Kandungan
)Upacara ini bertujuan memohon kehadapan Hyang Widhi agar bayi yang ada di dalam
kandungan itu di berkahi kebersihan secara lahir bathin. Demikian pula ibu beserta bayinya
ada dalam keadaan selamat dan dikemudian setelah lahir dan dewasa dapat berguna di
masyarakat serta dapat memenuhi harapan orang tua. Di samping perlu adanya upacara
semasih bayi ada di dalam kan-dungan, agar harapan tersebut dapat berhasil, maka si ibu
yang sedang hammil perlu melakukan pantangan-pantangan terhadap perbuatan atau
perkataan-perkataan yang kurang baik dan sebaliknya mendengarkan nasehat-nasehat serta
membaca membaca buku-buku wiracarita atau buku lain yang mengandung pendidikan yang
bersifat positif. Sebab tingkah laku dan kegemaran si ibu di waktu hamil akan mempengaruhi
sifat si anak yangmasih di dalam kandungan.

 BIMBINGAN DAN DOA BAGI BAYI BARU LAHIR


Doa untuk kelahiran bayi:OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO JAGATAH
STHATURUBHAYASYA YO WASI SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA
TWASME KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih,
yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang
bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk
ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)Setelah bayi
dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan
Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang telinga
kanan dan kiri bayi itu.

 TUNTUNAN AGAMA HINDU TERHADAP IBU NIFAS :


Masa nifas merupakan saat dimana seorang ibu dalam rangka 40 hari setelah melahirkan dan
kadang-kadang sering mengalami masalah nifas.Pada saat masa nifas ibu dianjurkan untuk
makan makanan yang bergizi sebagai pengganti cairan dan darah yang keluar.Pada masa
nifas sebaiknya tidak melakukan hubungan suami istri karena dapat menimbukan masalah
kesehatan bagi ibu yang sedang mengalami masa nifas.Pada masa pasca melahirkan atau
nifas seorang perempuan tidak diperkenankan memasuki tempat suci dikerana dalam keadaan
cuntaka.

 Kebersihan mandi bagi ibu nifas


Dalam pandangan agama Hindu kebersihana mandi pada ibu nifas sangat diharapkan untuk
dapat dilakukan dalam usaha menjaga kesehatan, tetapi hal itu tidak diharuskan terhadap ibu
nifas yang sedang mengalami masalah/gangguan dalam masa nifas sebab dapat menyebabkan
penyakit.

 BIMBINGAN MENGHADAPI SAKRATUL MAUT


Persiapan Menuju KematianHendaknya setiap saat, setiap manusia harus berusaha untuk
mempersiapkan diri dalam menhadapi kematian. Karena kematian akan datang tiba-tiba tanpa
mengira waktu dan sebab penyakit tertentu, kita tidak akan mengetahui kapan akan dipanggil

xlix
untuk kembali kepada-Nya, maka setiap manusia yang masih hidup seharusnya
mempersiapkan diri dengan berbagai bekal untuk melakukan perjalanan panjang ini; dengan
menabung karma baik, tetap berjalan dijalan dharma dan menjauhkan diri dari berbagai hal
yang akan membawa diri pada awidya.

Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya maut, maka sebaiknya ia mengingat
sang penciptanya dan melafalkan doa atau mantram-mantra, misalnya Gayatri Mantram : Om
Bhur Bvah svah Tat Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhimahi Dhiyo yo nah Pracodayat.
Atau bisa juga dengan menyebut nama Tuhan,, sedangkan orang yang berada disekelilingnya
membantunya dengan menuntunnya dan saling memohon maaf agar jalannya pulang lancar.

4.GIZI DAN PENGOBATAN

 Pengertian Usada

Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memec
ahkan masalah di bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfa
atkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan,pengobatan, rehabilitasi serta pen
elitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Kata usada berasal dari kata ausadhi (bhs. Sansekerta) yang berarti tumbuhtumbuhan yang m
engandung khasiat obat-
obatan (Nala, 1992:1). Kata usada ini tidaklah asing bagi masyarakat di Bali, karena kata usa
da sering dipergunakan dalam percakapan sehari-
hari dalam kaitan dengan mengobati orang sakit.
 Usada Dalam Weda

Jika disimak lebih dalam isi lontar tutur maupun usada yang beredar di Bali, sumber utamany
a kebanyakan dari kitab Ayurveda. Kitab ini bukanlah kitab suci Yajur Veda yang merupakan
salah satu dari kitab suci Catur Samhita Veda Sruti. Kitab Ayurveda ini adalah bagian dari ki
tab Upaveda dari Veda Smerti. Pada dasarnya beberapa bagian dari isi kitab Ayurveda ini dia
mbil dari kitab Atharva Veda yang banyak memuat tentang ilmu pengobatan beserta doa-
doanya. Kitab Atharva Veda ini memang bagian dari kitab suci Catur Samhita Veda Sruti (Na
la, 1996).

Di beberapa daerah kata Usada yang berasal dari bahasa sansekerta telah dijadikan bahasa Ba
li, sehingga menjadi wisada, yang berarti ubad, tamba, atau obat. Lontar Usada yaitu lontar y
ang menguraikan tentang penyakit, nama-
nama penyakit, pemberian obat serta penyembuhan dengan cara-
caranya. Usada Bali merupakan suatu pengetahuan pengobatan yang disusun berdasarkan sua
tu acuan tertentu digabungkan dengan pengalaman praktik pengobatan di Bali selama ratusan
tahun. Usada tidak hanya berisi penyakit dengan ramuan tumbuhan saja, tetapi juga mencaku
p pengetahuan tentang medico-

l
psikomatik, farmakologi, farmasi, cara mendiagnosis penyakit, tanda-
tanda kehamilan, merawat bayi, hari baik untuk melaksanakan pengobatan, sampai tanda-
tanda seseorang yang akan meninggal.

Usada umumnya terdapat dalam naskah kuno lontar yang ditulis dengan Bahasa kuno (Sanse
kerta) tersebar di masyarakat atau etnis Bali, terutama dari Balian, pemuka adat, para pelaksa
na upakara adat dan ada yang telah tersimpan di Gedung Kertya (Singaraja), Perpustakaan Pu
sat Denpasar, dan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Isi dari satu usada dengan usada lain
terdapat persamaan pengobatan tetapi penggunaan bahan dapat berbeda, selalu ada kekhasan
masing –
masing sesuai nama usada. Pokok pengetahuan yang menjadi dasar usada adalah mencangku
p pandangan masyarakat Bali tentang sifat manusia (Bhuana alit, mikroskosmos) dan hubung
annya dengan alam nyata (sekala), alam gaib (niskala), dan lingkungan tempat manusia hidup
(Bhuana agung, makrokosmos).
 Pengertian Tanaman Obat

Tanaman obat adalah Jenisjenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat
dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkha
siat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu
atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan /
sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.

Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utamaproduk obat herbal. Tanaman obat
adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuh
an obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradision
al atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat.

Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebag
ai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-
tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat
. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.

 Pengertian Obat Tradisional


Obat tradisional adalah obatobatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun, berdasarkan
resep nenek moyang, adatistiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic
maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obatobatan tradisional mema
ng bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dija
ngkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak
digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, kar
ena masih bisa dicerna oleh tubuh.

li
 Manfaat Tanaman Obat Dalam Kehidupan Sehari-hari
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tu
mbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disaj
ikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Berikut adalah manfaat tanaman obat dal
am kehidupan sehari-hari :
1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah t
erbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-
anak, remaja dan orang lanjutusia.
2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dim
anfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbi
ng wuluh, sayur-sayuran, buah-buahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara u
ntuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah pe
nghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan
rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelest
arian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.

 Contoh Tanaman Obat dan Kegunaanya


1. Daun dewa (Gynura Segetum) Mengobati muntah darah dan payudara bengkak
2. Seledri Mengobati tekanan darah tinggi
3. Belimbing Mengobati tekanan darah tinggi
4. Kelor Mengobati panas dalam dan demam
5. Daun bayam duri Mengobati kurang darah
6. Kangkung Mengobati insomnia
7. Saga (Abrus precatorius) Mengobati batuk dan sariawan
8. Pacar cina (Aglaiae ordorota Lour) Mengobati penyakit gonorrhoe (penyakit kelamin)
9. Landep (Barleriae prionitis L.) Mengobati rematik
10. Miana (Coleus atropurpureus Bentham) Mengobati wasir

5. Pandangan Agama Hindu Terhadap Aborsi

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa
karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa”
mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi
sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera
setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam
“Lontar Tutur Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh
Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”. Selanjutnya
Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I Karen,
sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I
Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-
Pat berubah nama menjadi masing-masing: I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya
setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom.
Nyama Bajang yang artinya “saudara yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan

lii
Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan
jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan
serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.

Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-
kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: “Ma no mahantam uta ma no
arbhakam” artinya: Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29:
“Anagohatya vai bhima” artinya: Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan
Atharvaveda X.1.29: “Ma no gam asvam purusam vadhih” artinya: Jangan membunuh
manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup
3000 tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada
dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul
selamanya.

Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu
sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava
Dharmasastra maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu
adalah “Dharmasampati” artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan
memperoleh putra yang tiada lain adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus
lahir kembali menjalani kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu
dengan Tuhan atau dalam istilah Theology Hindu disebut sebagai “Amoring Acintya”. Oleh
karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai
berikut : Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan
memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan
melakukan hubungan sex hanya untuk kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda
adalah yang penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk
pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai
sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian
ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang baik. Sakralnya
hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa
hubungan sex hendaknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih
dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi
Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan
sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh kasih sayang.
Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih, mabuk atau tidak sadar,
akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.

Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-
mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal
dan tidak dibenarkan.

Jadi jika aborsi dilihat dari kacamata agama dan alasan medis, ada beberapa perbedaan
pandangan:

a) Perbedaan Pandangan

liii
Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan janin
yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu maka yang “anti”
aborsi menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya
alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang
pasti secara teologis semuanya adalah hak Tuhan Yang Maha Esa.

b) Perbedaan Paham

Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia. Pembuahan terjadi


di rahim, di situlah kehidupan dimulai, tapi belum menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi
menjadi calon ‘siapa’. Semakin tua usia janin semakin komplek masalahnya bila melakukan
aborsi. Bahwa benar atau salah melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.

Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong atau
dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif
dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika
tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan, missal demi

keselamatan jiwa ibu. Namun ini bukan berarti tindakan aborsi diperbolehkan, karena
aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang
yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan
bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun harus melihat
realitas yang ada. Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar.
Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang
menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih.

6. Pandangan Agama Hindu Terhadap Transplantasi Organ

Berdasarkan prinsip-prinsip ajaran agama, dibenarkan dan dianjurkan agar umat


Hindu melakukan tindakan transplantasi organ tubuh sebagai wujud nyata pelaksanaan
kemanusian (manusa yajna). Tindakan kemanusiaan ini dapat meringankan beban derita
orang lain. Bahkan transplantasi organ tubuh ini tidak hanya dapat dilakukan pada orang yang
telah meninggal, melainkan juga dapat dilakukan pada orang yang masih hidup, sepanjang
ilmu kedokteran dapat melakukannya dengan tetap mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan
(Heri, 2008).

Menurut ajaran agama Hindu, transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan
alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar ia bebas dari
penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama,
mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Tetapi sekali lagi,
perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih
dan buka dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih
bersifat logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani
yatha wihaya nawani grihnati naro parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati
nawani dehi” Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka
pakaian lama, begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan

liv
meninggalkan badan-badan lama yang tiada berguna. Kematian adalah berpisahnya Jiwatman
atau roh dengan badan jasmani ini. Badan jasmani atau sthula sarira(badan kasar) terbentuk
dari Panca Maha Bhuta (apah = unsur cair, prethiwi = unsur padat, teja = unsur sinar, bayu =
unsur udara dan akasa = unsur eter), ibarat pakaian. Apabila badan jasmani (pakaian) sudah
lama dan rusak, kita akan membuangnya dan menggantikannya dengan pakaian baru (Heri,
2008).

Prinsip kesadaran utama yang diajarkan dalam agama Hindu adalah bahwa badan
identitas kita yang sesungguhnya bukanlah badan jasmani ini, melainkan adalah Jiwatman
(roh). Badan jasmani merupakan benda material yang dibangun dari 5 zat (Panca Maha
Bhuta) dan akan hancur kembali menyatu kedalam makrokosmos dan tidak lagi mempunyai
nilai guna. Sedangkan Jiwatma adalah kekal, abadi, dia tidak mati pada saat badan jasmani
itu mati, senjata tidak dapat melukaiNya. Wejangan Sri Kresna kepada Arjuna dalam
Bhagawadgita: “Engkau tetap kecil karena sepanjang waktu engkau menyamakan dirimu
dengan raga jasmani. Engkau berpikir, “Aham Dehasmi”, ‘aku adalah badan’, pikiran ini
menyebabkan engkau tetap kecil. Tetapi majulah dari “aham dehasmi ke aham jiwasmi”, dari
aku ini raga ke aku ini jiwa, percikan tuhan” (Heri, 2008).

Berkat kemajuan dan bantuan teknologi canggih dibidang medis (kedokteran), maka
system pencangkokan organ tubuh orang yang telah meninggalpun masih dapat
dimamfaatkan kembali bagi kepentingan kemanusiaan. Dialog spiritual Sri Krisna dengan
Arjuna dalam kitab Bhagawadgita dapat ditarik suatu makna bahwa badan jasmani ini
diumpamakan sebagai pakaian jiwatman. oleh karena itu ajaran Hindu tidak melarang
umatnya untuk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengorbanan
tulus iklas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia.
Demikian pandangan agama Hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu
bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna(Heri, 2008.

7. Tuntunan tehadap keluarga berencana menurut Agama Hindu

Tujuan agama Hindu adalah “Moksartham Jagathita Ya Ca Iti Dharma” yaitu tercapainya
kesejahteraan jasmani dan kebahagiaan rohani secara seimbang. Baik kehidupan didunia
maupun disurga

Keluarga Berencana menurut pandangan agama Hindu bukan saja mengatur atau
membatasi kelahiran anak, namun yang lebih penting adalah merencanakan keluarga yang
ideal, agar tercipta keluarga yang bahagia rohani dan sejahtera jasmani.

Jadi jumlah anak yang diharapkan dalam keluarga sangat relatif tergantung dari tingkat
kemampuan sosial ekonomi sebuah keluarga. Misalya mampukah seseorang menghidupi,
memelihara, serta mening katkan pendidikan agar dapat diciptakan anak yang berkualitas
tinggi atau suputra yaitu anak yag baik berguna bagi nusa dan bangsa, keluarga serta
agamanya.

 CATUR ASRAMA SEBAGAI SISTEM MENUJU BAHAGIA DAN


SEJAHTERA

lv
Catur Asrama adalah empat fase kehidupan yang seyogianya harus dijalani oleh setiap
orang secara alamiah. Keempat asrama ini adalah :

1. Brahma Cari, tingkat hidup menuntut ilmu (masa belajar)

2. Grahasta, tingkat hidup berumah tangga.

3. Wanaprasta, tingkat kehidupan mempersiapkan diri untuk melepaskan diri dari ikatan
duniawi (kegiatan sosial)

4. Bhiksuka, tingkat hidup melepaskan diri dari ikatan duniawi.

 MEMBINA KELUARGA BAHAGIA DAN SEJAHTERA

Keluarga berasal dari kata kaula dan warga. Kaula berarti abdi dan warga berarti
kelompok yang berada dalam suatu ikatan, suami istri, anak, famili keluarga besar,
masyarakat dan bangsa. Jadi keluarga berarti pengabdian seseorang kepada orang lain yang
masih dalam satu ikatan.

Bahagia adalah suatu keadaan dimana rohani (jiwa) terbebas dari penderitaan, dalam
arti jiwa dalam keadaan tenteram dan damai (santih).

Dalam agama Hindu kebahagiaan yang tertinggi adalah moksah yaitu suka yang tiada
diikuti oleh duka

Sejahtera berarti terpenuhinya segala kebutuhan lahiriah yang berupa sandang,


pangan, papan termasuk kesehatan dan sebagainya yang dalam agama Hindu tercakup dalam
bhoga, upabhoga dan paribhoga

BAB III
(PENUTUP)

2.1 Kesimpulan

lvi
Pada makalah ini kami sebagai perawat bisa memberikan pertolongan pada orang
sakit, gizi, pengobatan, persalinan, dan yang sedang sekaratul maut sesuai agama yang dianut
klien. Dan makalah ini juga berguna sebagai penambah pengetahuan bagi kami agar kami
memberikan pertolongan sesuai kaidah – kaidah dan kepercayaan yang dianut klien.

2.2 Saran

Di dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari apa yang di sebut sempurna. Untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun. Karna penulis masih dalam tahap belajar semoga
makalah ini menjadi salah satu motivasi bagi kami semua.

DAFTAR PUSTAKA
 Williams, Irfan. “Bimbingan dan Doa Bagi Ibu Hamil” . 9 Desember 2017.
http://slideplayer.info/slide/2816249/

lvii
 Sutengsu, Karuni. “Makalah Obat Dalam Lontar Usada”. 9 Desember
2017. https://karuniakaruni.wordpress.com/tag/makalah-agama-hindu-tentang-
obat/
 Dewi, Ni Kadek Badaci. “ Pandangan Agama Hindu Tentang Aborsi”. 9
Desember 2017. http://badacidewi.blogspot.co.id/2015/03/pandangan-agama-
hindu-tentang-aborsi.html
 Sumber / Rujukan:
Al-Quran Tafsir Jalalain & Tafsir Ibnu Katsir
Shahih Bukhari & Shahih Muslim
Kuliah Al-Islam, KH Endang S. Anshari, Pustaka Bandung, 1978.
Dienul Islam, Drs. Nasruddin Razak, Al-Ma’arif Bandung, 1989
Islam in Focus, Hammudah Abdalati, American Trust Publications Indianapolis-
Indiana, 1975

lviii

Anda mungkin juga menyukai