Pedoman STBM 2011 PDF
Pedoman STBM 2011 PDF
Manlak STBM
PEDOMAN
PELAKSANAAN
SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
Jakarta, 2011
Hal
ini
berimplikasi
bahwa
program
STBM
akan
termasuk
pada
program
yang
secara
langsung
berada
di
bawah
pengawasan
Unit
Kerja
Presiden
bidang
Pengawasan
dan
Pengendalian
Pembangunan
(UKP4).
Lebih
dari
itu,
pelaksanaan
STBM
juga
diharapkan
mampu
untuk
menyumbang
90%
kebutuhan
pencapaian
MDGs
target
nomor
7.C.
STBM
sebagai
program
nasional
membutuhkan
kontribusi
dan
peran
dari
seluruh
tingkatan
pemerintah,
lembaga
non
pemerintah,
termasuk
masyarakat
dan
swasta.
Dengan
dikeluarkannya
pedoman
pelaksanaan
STBM
ini
diharapkan
setiap
pemangku
kepentingan
yang
terkait
dengan
pelaksanaan
STBM
dapat
memahami
perannya
masing-‐masing
yang
saling
melengkapi
dan
dapat
bersinergi
untuk
mendapatkan
hasil
yang
lebih
maksimal.
Kami
mengucapkan
terima
kasih
kepada
berbagai
pihak
yang
tidak
dapat
kami
sebutkan
satu
per
satu
yang
telah
turut
berkontribusi
dalam
penyelesaian
dokumen
ini.
Jakarta
,
13
Oktober
2011
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar
i
Daftar
Isi
ii
Daftar
Singkatan
iii
BAB
1
PENDAHULUAN
1
BAB
2
PENGERTIAN
SANITASI
TOTAL
BERBASIS
MASYARAKAT
4
2.1.
Tujuan
STBM
2.2.
Definisi
Operasional
BAB
3
PELAKSANAAN
STBM
6
3.1.
Komponen
STBM
3.2.
Tahapan
Pelaksanaan
STBM
3.3.
Peran
Kelembagaan
3.4.
Mekanisme
dan
Koordinasi
BAB
4
PEMBIAYAAN
STBM
13
4.1.
Sumber
Pembiayaan
4.2.
Pola
Pembiayaan
4.3.
Komponen
Pembiayaan
BAB
5
PEMANTAUAN,
EVALUASI
DAN
PENGELOLAAN
PENGETAHUAN
STBM
17
5.1.
Kerangka
Pemantauan
Pencapaian
dan
Kinerja
Program
5.2.
Pemantauan
Pencapaian
5.3.
Pemantauan
Kinerja
Program
Pemerintah
Daerah
5.4.
Pengelolaan
Pengetahuan
Program
STBM
5.5.
Peran
dan
Fungsi
Pemangku
kepentingan
dalam
Pemantauan
dan
Evaluasi
BAB
6
PENUTUP
26
ii
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
1
PENDAHULUAN
Tantangan
yang
dihadapi
Indonesia
terkait
dengan
masalah
air
minum,
higien
dan
sanitasi
masih
sangat
besar.
Hasil
Studi
Indonesia
Sanitation
Sector
Development
Program
(ISSDP)
tahun
2006,
menunjukkan
47%
masyarakat
masih
berperilaku
buang
air
besar
ke
sungai,
sawah,
kolam,
kebun
dan
tempat
terbuka
lainnya.
Studi
Basic
Human
Services
(BHS)
di
Indonesia
tahun
2006,
perilaku
masyarakat
untuk
mencuci
tangan
dilakukan:
(i)
setelah
buang
air
besar
12%;
(ii)
setelah
membersihkan
tinja
bayi
dan
balita
9%;
(iii)
sebelum
makan
14%;
(iv)
sebelum
memberi
makan
bayi
7%;
dan
(v)
sebelum
menyiapkan
makanan
6%.
Sementara
studi
BHS
lainnya
terhadap
perilaku
pengelolaan
air
minum
rumah
tangga,
menunjukkan
99,20%
telah
merebus
air
untuk
mendapatkan
air
minum,
akan
tetapi
47,50%
dari
air
tersebut
masih
mengandung
Eschericia
coli.
Implikasinya,
Diare,
yang
merupakan
penyakit
berbasis
lingkungan,
masih
merupakan
pembunuh
nomor
satu
untuk
kematian
bayi
di
Indonesia
dan
menyumbang
42%
dari
penyebab
kematian
bayi
usia
0-‐11
bulan.
Di
Indonesia,
sekitar
162
ribu
balita
meninggal
setiap
tahun
atau
sekitar
460
balita
setiap
harinya
(Riset
Kesehatan
Dasar
2009).
Dari
sudut
pandang
ekonomi,
Indonesia
mengalami
kerugian
sekitar
$6,3
miliar
akibat
buruknya
kondisi
sanitasi
dan
higien.
Ini
setara
dengan
2,3%
dari
besarnya
produk
domestik
bruto.1
Hasil
studi
WHO
(2007),
intervensi
lingkungan
melalui
modifikasi
lingkungan
dapat
menurunkan
risiko
penyakit
diare
sampai
dengan
94%.
Modifikasi
lingkungan
tersebut
termasuk
didalamnya
penyediaan
air
bersih
menurunkan
risiko
25%,
pemanfaatan
jamban
menurunkan
risiko
32%,
pengolahan
air
minum
tingkat
rumah
tangga
menurunkan
risiko
sebesar
39%
dan
cuci
tangan
pakai
sabun
menurunkan
risiko
sebesar
45%.
Laporan
kemajuan
Millenium
Development
Goals
(MDGs)
yang
dikeluarkan
oleh
Bappenas
pada
tahun
2010
mengindikasikan
bahwa
peningkatan
akses
masyarakat
terhadap
jamban
sehat
(target
MDGs
7.C)
ini
tergolong
pada
target
yang
membutuhkan
perhatian
khusus,
karena
kecepatannya
akses
yang
tidak
sesuai
dengan
harapan.
Dari
target
akses
sebesar
55,6%
pada
tahun
2015,
akses
masyarakat
pada
jamban
keluarga
yang
layak
pada
tahun
2009
baru
sebesar
34%.
Terdapat
ceruk
21%
peningkatan
akses
dari
sisa
waktu
6
tahun
(2009-‐2015).
Untuk
mencapai
sasaran
sanitasi
MDGs
tersebut,
harus
ditemukan
cara
untuk
lebih
mempercepat
akses
sanitasi
baik
di
perdesaan
maupun
di
perkotaan.
Di
sisi
lain
dengan
anggaran
pemerintah
yang
terbatas
maka
perlu
dilakukan
cara-‐cara
yang
lebih
efektif
dan
inovatif.
Mengatasi
permasalahan
tersebut
Pemerintah
Indonesia
melalui
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
telah
mengembangkan
dokumen
Strategi
Nasional
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
dengan
dikeluarkannya
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008,
yang
menjadikan
STBM
sebagai
Program
Nasional
dan
merupakan
salah
satu
sasaran
utama
dalam
RPJMN
2010
–
2014,
yang
1
Economic
Impacts
of
Sanitation
in
Indonesia,
Studi
Lima
Negara
dilaksanakan
di
Kambodia,
Indonesia,
Lao
PDR,
Philippina,
dan
Vietnam
dalam
rangka
Economics
of
Sanitation
Initiative
(ESI).
Water
and
Sanitation
Program,
Agustus
2008.
-‐1-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
menargetkan
bahwa
pada
akhir
tahun
2014,
tidak
akan
ada
lagi
masyarakat
Indonesia
yang
melakukan
praktik
buang
air
besar
sembarangan
(BABS).
Gambar
1.1
Pencapaian
target
MDGs
bidang
sanitasi
di
Indonesia
Mempertegas
komitmen
pemerintah
Indonesia
dalam
pembangunan
sanitasi
perdesaan,
saat
ini
STBM
telah
menjadi
bagian
dari
Rencana
Tindak
Percepatan
Pencapaian
Sasaran
Program
Pro
Rakyat
yang
diamanatkan
dalam
Instruksi
Presiden
Nomor
3,
tahun
2010,
mengenai
Program
Pembangunan
yang
Berkeadilan
dimana
pelaksanaannya
diawasi
langsung
oleh
Unit
Kerja
Presiden
bidang
Pengawasan
dan
Pengendalian
Pembangunan
(UKP4).
Upaya
lain
dari
Pemerintah
adalah
dengan
meningkatkan
aksesibilitas
masyarakat
terhadap
layanan
air
minum
dan
sanitasi
yang
memadai
melalui
kerjasama
pendanaan
dengan
pihak
lain,
seperti
lembaga
donor,
lembaga
swadaya
masyarakat
(LSM),
swasta
(investasi
langsung
maupun
Corporate
Social
Responsibility)
dan
masyarakat.
Terkait
dengan
hal
tersebut
di
atas,
Kementerian
Kesehatan
melalui
Peraturan
Menteri
Kesehatan
mengeluarkan
Pedoman
Pelaksanaan
STBM
(Manlak
STBM)
yang
disusun
dengan
tujuan
memberikan
pemahaman
secara
utuh
kepada
berbagai
pihak
pelaku
STBM
mulai
dari
tingkat
Nasional
sampai
ke
tingkat
Desa.
Pedoman
ini
dapat
dijadikan
acuan
dalam
pelaksanaan
program
STBM
secara
nasional,
agar
program
ini
dapat
berjalan
secara
efektif
dan
efisien.
Pedoman
Pelaksanaan
ini
dikembangkan
berdasarkan
pembelajaran
dan
pengalaman
di
banyak
kabupaten
yang
telah
melaksanakan
STBM
untuk
pembangunan
sanitasi
di
wilayah
perdesaan.
Namun
demikian
prinsip-‐prinsip
pedoman
ini
dapat
menjadi
acuan
untuk
pembangunan
sanitasi
di
wilayah
perkotaan.
Pedoman
Pelaksanaan
STBM
meliputi
:
BAB
1
PENDAHULUAN
BAB
2
PENGERTIAN
SANITASI
TOTAL
BERBASIS
MASYARAKAT
BAB
3
PELAKSANAAN
STBM
BAB
4
PEMBIAYAAN
STBM
-‐2-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
-‐3-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
2
PENGERTIAN
SANITASI
TOTAL
BERBASIS
MASYARAKAT
2.1. Tujuan
STBM
Tujuan
program
STBM
adalah
untuk
mencapai
kondisi
sanitasi
total
dengan
mengubah
perilaku
higien
dan
sanitasi
melalui
pemberdayaan
masyarakat.
2.2. Definisi
Operasional
1. Kondisi
Sanitasi
Total
adalah
kondisi
ketika
suatu
komunitas
(i)
tidak
buang
air
besar
sembarangan;
(ii)
mencuci
tangan
pakai
sabun;
(iii)
mengelola
air
minum
dan
makanan
yang
aman;
(iv)
mengelola
sampah
dengan
aman;
dan
(v)
mengelola
limbah
cair
rumah
tangga
dengan
aman.
2. Sanitasi
dalam
dokumen
ini
meliputi
kondisi
sanitasi
total
di
atas.
3. Sanitasi
dasar
adalah
sarana
sanitasi
rumah
tangga
yang
meliputi
sarana
buang
air
besar,
sarana
pengelolaan
sampah
dan
limbah
rumah
tangga.
4. Berbasis
masyarakat
adalah
kondisi
yang
menempatkan
masyarakat
sebagai
pengambil
keputusan
dan
penanggungjawab
dalam
rangka
menciptakan/
meningkatkan
kapasitas
masyarakat,
untuk
memecahkan
berbagai
persoalan
terkait
upaya
peningkatan
kualitas
hidup,
kemandirian,
kesejahteraan,
serta
menjamin
keberlanjutannya.
5. Tidak
buang
air
besar
sembarangan
adalah
kondisi
ketika
setiap
individu
dalam
suatu
komunitas
tidak
buang
air
besar
di
sembarang
tempat,
tetapi
di
fasilitas
jamban
sehat.
6. Jamban
sehat
adalah
fasilitas
pembuangan
tinja
yang
efektif
untuk
memutus
mata
rantai
penularan
penyakit.
7. Cuci
Tangan
Pakai
Sabun
(CTPS)
adalah
perilaku
cuci
tangan
secara
benar
dengan
menggunakan
sabun
dan
air
bersih
yang
mengalir.
8. Sarana
CTPS
adalah
sarana
untuk
melakukan
perilaku
cuci
tangan
pakai
sabun
yang
dilengkapi
dengan
sarana
air
mengalir,
sabun
dan
saluran
pembuangan
air
limbah.
9. Pengelolaan
Air
Minum
dan
Makanan
Rumah
Tangga
(PAMM-‐RT)
adalah
suatu
proses
pengolahan,
penyimpanan
dan
pemanfaatan
air
minum
dan
air
yang
digunakan
untuk
produksi
makanan
dan
keperluan
oral
lainnya,
serta
pengelolaan
makanan
yang
aman
di
rumah
tangga
yang
meliputi
5
(lima)
kunci
keamanan
pangan
yakni:
(i)
menjaga
kebersihan,
(ii)
memisahkan
pangan
matang
dan
pangan
mentah,
(iii)
memasak
dengan
benar,
(iv)
menjaga
pangan
pada
suhu
aman,
dan
(v)
menggunakan
air
dan
bahan
baku
yang
aman.
10. Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
(PS-‐RT)
adalah
proses
pengelolaan
sampah
dengan
aman
pada
tingkat
rumah
tangga
dengan
mengedepankan
prinsip
mengurangi,
memakai
ulang
dan
mendaur
ulang.
Pengelolaan
sampah
yang
aman
adalah
pengumpulan,
pengangkutan,
pemrosesan,
pendaurulangan
atau
pembuangan
dari
material
sampah
dengan
cara
yang
tidak
membahayakan
kesehatan
masyarakat
dan
lingkungan.
-‐4-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
11. Pengelolaan
Limbah
Cair
Rumah
Tangga
(PLC-‐RT)
adalah
proses
pengelolaan
limbah
cair
yang
aman
pada
tingkat
rumah
tangga
untuk
menghindari
terjadinya
genangan
air
limbah
yang
berpotensi
menimbulkan
penyakit
berbasis
lingkungan.
12. Pemerintah
daerah
adalah
gubernur,
bupati,
atau
walikota
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan
daerah.
13. Pemerintah
pusat
yang
selanjutnya
disebut
Pemerintah
adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan
Negara
Republik
Indonesia
sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-‐Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945.
14. Peningkatan
kebutuhan
sanitasi
adalah
upaya
sistematis
untuk
meningkatkan
kebutuhan
menuju
perubahan
perilaku
yang
higienis
dan
saniter.
15. Peningkatan
penyediaan
sanitasi
adalah
meningkatkan
dan
mengembangkan
percepatan
penyediaan
akses
terhadap
produk
dan
layanan
sanitasi
yang
layak
dan
terjangkau
dalam
rangka
membuka
dan
mengembangkan
pasar
sanitasi
perdesaan.
16. Penciptaan
lingkungan
yang
kondusif
adalah
menciptakan
kondisi
yang
mendukung
tercapainya
sanitasi
total,
yang
tercipta
melalui
dukungan
kelembagaan,
regulasi,
dan
kemitraan
antara
pelaku
STBM,
termasuk
didalamnya
pemerintah,
masyarakat,
lembaga
swadaya
masyarakat,
institusi
pendidikan,
institusi
keagamaan
dan
swasta.
17. Sanitasi
komunal
adalah
sarana
sanitasi
yang
melayani
lebih
dari
satu
keluarga,
biasanya
sarana
ini
dibangun
di
daerah
yang
memiliki
kepadatan
tinggi
dan
keterbatasan
lahan.
18. Verifikasi
adalah
proses
penilaian
dan
konfirmasi
untuk
mengukur
pencapaian
seperangkat
indikator
yang
dijadikan
standar.
19. LSM/NGO
adalah
sebuah
organisasi
yang
didirikan
oleh
perorangan
atau
sekelompok
orang
secara
sukarela
yang
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
umum
tanpa
bertujuan
untuk
memperoleh
keuntungan
dari
kegiatannya.
-‐5-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
3
PELAKSANAAN
STBM
3.1. Komponen
STBM
Program
STBM
dilaksanakan
melalui
proses
pelembagaan
3
(tiga)
komponen
sanitasi
total
yang
merupakan
satu
kesatuan
integral
saling
berpengaruh
yaitu:
a).
Penciptaan
lingkungan
yang
kondusif;
b).
Peningkatan
kebutuhan
dan
permintaan
sanitasi;
dan
c).
Peningkatan
penyediaan
sanitasi.
!"#$#%&'('#))
*$#%&+#%'#))
,'#%)&-#.+/$0)
5#/6(+/$-#'*$/'/$)
!"#$#%&'('#)) !"#$#%&'('#))
1"2+(+3'#)/'#$('/$) 4"#,".$''#)/'#$('/$)
Gambar
3.1.
Komponen
sanitasi
total
Ketiga
komponen
sanitasi
total
tersebut
menjadi
landasan
strategi
pelaksanaan
untuk
pencapaian
5
(lima)
pilar
STBM.
A. Penciptaan
Lingkungan
yang
Kondusif
Komponen
ini
mencakup
advokasi
kepada
para
pemimpin
Pemerintah,
pemerintah
daerah
dan
pemangku
kepentingan
dalam
mengembangkan
komitmen
bersama
untuk
melembagakan
program
pembangunan
sanitasi
perdesaan,
yang
diharapkan
akan
menghasilkan:
• Komitmen
pemerintah
daerah
untuk
menyediakan
sumber
daya
untuk
melaksanakan
program
STBM
yang
dinyatakan
dalam
surat
kepeminatan;
-‐6-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
• Kebijakan
daerah
dan
peraturan
daerah
mengenai
program
sanitasi
seperti
SK
Bupati,
Perda,
RPJMP,
Renstra,
dan
lain-‐lain;
• Terbentuknya
lembaga
koordinasi
yang
mengarusutamakan
sektor
sanitasi,
yang
menghasilkan
peningkatan
anggaran
sanitasi
daerah,
koordinasi
sumber
daya
dari
pemerintah
maupun
non
pemerintah;
• Adanya
tenaga
fasilitator,
pelatih
STBM
dan
program
peningkatan
kapasitas;
• Adanya
sistem
pemantauan
hasil
kinerja
program
serta
proses
pengelolaan
pembelajaran.
B.
Peningkatan
Kebutuhan
dan
Permintaan
Sanitasi
Komponen
peningkatan
kebutuhan
sanitasi
merupakan
upaya
sistematis
untuk
mendapatkan
perubahan
perilaku
yang
higienis
dan
sanitair,
berupa
:
a. Pemicuan
perubahan
perilaku;
b. Promosi
dan
kampanye
perubahan
perilaku
higiene
dan
sanitasi;
c. Penyampaian
pesan
melalui
media
massa
dan
media
komunikasi
lainnya;
d. Mengembangkan
komitmen
masyarakat
dalam
perubahan
perilaku;
e. Memfasilitasi
terbentuknya
komite/tim
kerja
masyarakat;
f. Mengembangkan
mekanisme
penghargaan
terhadap
masyarakat/institusi.
C.
Peningkatan
Penyediaan
Sanitasi
Peningkatan
penyediaan
sanitasi
secara
khusus
diprioritaskan
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan
percepatan
penyediaan
akses
dan
layanan
sanitasi
yang
layak
dalam
rangka
membuka
dan
mengembangkan
pasar
sanitasi
perdesaan,
yaitu
:
1. Mengembangkan
opsi
teknologi
sarana
sanitasi
yang
sesuai
kebutuhan
dan
terjangkau;
2. Menciptakan
dan
memperkuat
jejaringan
pasar
sanitasi
perdesaan;
3. Mengembangkan
mekanisme
peningkatan
kapasitas
pelaku
pasar
sanitasi.
3.2. Tahapan
Pelaksanaan
STBM
Pelaksanaan
STBM
dilakukan
melalui
tahapan
kegiatan
yang
melibatkan
seluruh
pemangku
kepentingan
dalam
kurun
waktu
penyelesaian
siklus,
3
sampai
dengan
5
tahun.
Keseluruhan
tahapan
persiapan
pelaksanaan
STBM
di
semua
tingkat
harus
memperhatikan
koordinasi
lintas
sektor
dan
lintas
pemangku
kepentingan,
termasuk
lintas
program
pembangunan
air
minum
dan
sanitasi,
sehingga
didapatkan
keterpaduan
dalam
persiapan
dan
pelaksanaan
STBM.
-‐7-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Tahapan
Pelaksanaan
STBM
!"#$%&$'$$'()(-+',%$-(
%"1$2$-$'(3$'(
2$&4$.$%$-,
!"#$%&$'$$')(*+',%$-( !" :$*'4('1''1,
5$678$-"'(3$'( -$1)194'+'1,
%"1$2$-$'9,
-$0%)1+''1,($*'0'(,
!".&+$8$'(:*;<()*+',%$-(
!" 62784'(),2'1,(8()'*)('(), 2$19'1,-$%);3'1,2),
5$678$-"',
-0890'%,BCD#,4$-'2', %'(<'0'4'+",,
!" 62784'(),4$-'2', (+'4$>8*2$0,4$;'%'+'1, 5" :$*'4('1''1,0$1;'1',
-$%$0)1+'>,4'.3-'+$1, 5" #$1<3(31,0$1;'1',2'1, -$%'1+'3'1=
2$19'1,%$*).'+4'1, )%-*$%$1+'(), %$19$1'*4'1,%$+82$,
BK:L,+$04')+,2'1, 48%31)4'(),-$03.'>'1, -$%'1+'3'1,-'0+)()-'+)&,
4$;'%'+'1", -$0)*'43, 8*$>,%'(<'0'4'+,%$*'*3),
5" :$1<3(31'1,(+0'+$9), ?" #$%.'1931, -$%);3'1,
-$19$*8*''1,-0890'%,, 4$%'%-3'1,(3--*<, ?" #$198-$0'()4'1,()(+$%,
BCD#,4'.3-'+$1, *84'*,31+34, 7$0)@)4'(),($(3'),
%$*)-3+)G,48%)+%$1G, %$*'4('1'4'1,(+0'+$9), )12)4'+80,%'()19A
0$1;'1','4()G, -$%'('0'1,<'19,2)-)*)>", %'()19,-)*'0,,
($9%$1+'()MN81)19M E" #$19'48%82'(),
;*3(+$0)19M-$1+'>'-'1, -$0%)1+''1,%'(<'0'4'+,
0$1;'1',-$1$0'-'1, 2'*'%,-08($(,BCD#,
!".&+$8$'(:*;<()*+',%$-( !"#$%&$'$$'()*+',%$-(
(+0'+$9),-$%'('0'1G,, F" #$%.'1931,4'-'()+'(,, !./0+'&+,
!./0+'&+(
0$1;'1',-$%'1+'3'1G, 4'.3-'+$1,2'1,
!".&+$8$'(:*;<()(*+',%$-( !" O)($+,:'('0,+)194'+,, -$19$*8*''1,.'1+3'1, 4$;'%'+'1,31+34, !" #$%&'()*)+'(),
!7&$-, :08-)1(),Q,4'/)'1, 2'1,0$1;'1',(+0'+$9), %$19)%-*$%$1+'()4'1, -$%.$*'/'0'1,2'1,
+$0>'2'-,*)194319'1, -$*'4('1''1G, 0$1;'1',-$*'4('1''1G, -$%'1+'3'1,*)1+'(,
!" :$1<)'-'1,RB:K,
HR80%'G,B+'12'0G, -$1234319,=-'2', -$%'1+'3'1G,0$1;'1', -$%'1+'3'1,2'1, 4'.3-'+$1,,
:$28%'1G,K0)+$0)'J, 4'.3-'+$1,('('0'1", -$19$*8*''1,.'1+3'1, -$%.$*'/'0'1G,+$0%'(34, 5" 62784'(),2'*'%,0'194',
5" 62784'(),2'1, 5" #$%.'1931,(+0'+$9), 2'1,O$1;'1', -$%'1+'3'1,2'1, -$0*3'('1,2'1,
48%31)4'(),4$, :$%'('0'1,,K$%)+0''1, -$%.$*'/'0'1,($0+', 7$0)@)4'(),'4($(,('1)+'(), -$19$%.'19'1,-0890'%,,
-$%$0)1+'>,2'$0'>, 2'1,4$.)/'4'1, '199'0'1,!AF,+'>31", ($(3'),)12)4'+80"
?" #$199'*),-8+$1(), .$4$0/'('%',2$19'1, ?" D$0('%',P1(+'1(), H;81+8>I,7$0)@)4'(),BDB,
-$%.)'<''1, (+'4$>8*2$0,-08-)1()", 4$;'%'+'1, 31+34,-)*'0,('+3,J,,,
E" #$19$%.'194'1, ?" #$19)2$1+)@)4'(), %$19)2$1+)@)4'(),2'1,
-$1)194'+'1,4'-'()+'(,
.$0.'9'),-)*)>'1, %3*'),%$*'4('1'4'1,
)1(+)+3(),
-$%.)'<''1,,.$0('%', %$4'1)(%$,-$%);3'1,
F" #$19$%.'194'1,()(+$%,
-$%'1+'3'1G,$7'*3'(), 4'.3-'+$1,2'*'%, .$02'('04'1,
2'1,-$%.$*'/'0'1,, -$19$*8*''1,'199'0'1,, 4$-$%)1'+'1,,
-‐8-‐
3.3. Peran
Kelembagaan
Sesuai
dengan
Undang-‐undang
No.32
Tahun
2004
tentang
pemerintah
daerah,
penanganan
sanitasi
menjadi
kewajiban
dan
tanggung
jawab
pemerintah
daerah,
baik
dalam
hal
kebijakan
maupun
penganggaran.
Hal
ini
memiliki
konsekuensi
bahwa
pelaksanaan
program
STBM
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
daerah
dimana
pemerintah
kabupaten
menjadi
pelaksana
utama
program
STBM.
Selain
dengan
pendanaan
melalui
APBD
kabupaten
untuk
pembangunan
sanitasi
perdesaan,
pelaksanaan
STBM
di
kabupaten
akan
didukung
oleh
Pemerintah
dalam
penyediaan
bantuan
teknis
untuk
pengembangan
kapasitas
institusi.
Untuk
mendapatkan
bantuan
teknis
tersebut,
kabupaten
diharuskan
untuk
menyusun
proposal
yang
berisi
peta
jalan
(road
map)
STBM
kabupaten
atau
Rencana
Strategis
pembangunan
higien
dan
sanitasi
kabupaten
dengan
format
yang
akan
disediakan
dalam
Panduan
Teknis
STBM.
Pemerintah
provinsi
akan
memberikan
bimbingan
untuk
memastikan
proposal
STBM
yang
dikembangkan
kabupaten
telah
sesuai
dengan
prinsip
dan
prosedur
STBM
dan
mengkonsolidasikan
proposal
kabupaten
untuk
diserahkan
kepada
Pemerintah.
Pemerintah
provinsi
juga
akan
menyiapkan
proposal
untuk
rencana
koordinasi
pelaksanaan
STBM
tingkat
provinsi
yang
didalamnya
termasuk
melaksanakan
riset
pasar
tingkat
provinsi,
melakukan
kajian
lingkungan
yang
mendukung
(enabling
environment)
pada
kabupaten
sasaran
dan
mengembangkan
kemitraan
dengan
organisasi
non
pemerintah
(seperti
dengan
program-‐program
Corporate
Social
Responsibility).
Keterlibatan
pemangku
kepentingan
lainnya
(donor,
LSM,
swasta,
institusi
pendidikan,
institusi
agama,
dll)
mendukung
upaya
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
dalam
pelaksanaan
program
STBM
berupa
dukungan
pembiayaan,
advokasi,
dan
bantuan
teknis.
Dukungan
yang
dilakukan
oleh
lembaga
non
pemerintah
ini
dapat
dilakukan
di
berbagai
tingkatan
pemerintahan
maupun
tahapan
pelaksanaan,
sesuai
dengan
keberadaan
dan
kapasitas
dari
pemangku
kepentingan
tersebut.
Dukungan
tersebut
wajib
dikoordinasikan
dengan
Pemerintah/
pemerintah
daerah
maupun
lembaga
koordinasi
di
wilayah
setempat
agar
sesuai
serta
bersinergi
dengan
kebijakan
dan
strategi
nasional
STBM.
Peran
masyarakat
adalah
pelaku
utama,
motivator
dan
fasilitator
STBM
dalam
penyusunan
rencana
aksi,
pelaksanaan,
pemantauan
dan
evaluasi
dari
rencana
aksi
yang
telah
tersusun.
3.4. Mekanisme
dan
Koordinasi
a. Mekanisme
Dukungan
Peningkatan
Kapasitas
Dukungan
dalam
rangka
peningkatan
kapasitas
pemerintah
daerah
akan
disediakan
oleh
Pemerintah
selama
satu
tahun
anggaran
berdasarkan
skala
prioritas
dan
kepeminatan.
Setelah
itu
diharapkan
sepenuhnya
menjadi
tanggungjawab
pemerintah
daerah.
Mekanisme
dukungan
dari
pusat
akan
dilakukan
setelah
proposal
disetujui,
dan
diprioritaskan
pada
provinsi
yang
telah
siap
untuk
melakukan
riset
pasar
dalam
mengembangkan
strategi
pemasaran
sanitasi
guna
mengembangkan
pasar
sanitasi
perdesaan.
Dukungan
Pemrintah
akan
diprioritaskan
untuk
membantu
kegiatan
persiapan
dalam
membangun
advokasi
lingkungan
politik
dan
kelembagaan
yang
kondusif,
termasuk
9
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
-‐
Memobilisasi
masyarakat
-‐
Ketrampilan
dalam
memicu
-‐
Tindak
lanjut,
pemantauan
dan
verifikasi
ODF
-‐
Memfasilitasi
dalam
memilih
opsi
teknologi
sanitasi
dan
pilihan
informasi.
Gambar
3.2
-‐10-‐
lembaga
dalam
pelaksanaan
STBM
Kerangka
kerja
pengembangan
kapasitas
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
c. Koordinasi
Pelaksanaan
Dalam
melaksanakan
mekanisme
tersebut
kebutuhan
koordinasi
menjadi
bagian
penting
yang
wajib
ada
pada
masing-‐masing
peran
dan
jenjang
wilayah
sesuai
tugas
pokok
serta
fungsinya
(tupoksi).
1. Koordinasi
STBM
di
tingkat
pusat,
terdiri
dari
Tim
Pengarah
Nasional
STBM
dan
Tim
Pembina
Nasional
STBM.
Keduanya
memiliki
deskripsi
kerja
yang
berbeda
yang
akan
saling
mendukung.
2. Koordinasi
STBM
tingkat
Provinsi,
dimulai
dari
Gubernur,
Tim
Pembina
STBM
Tingkat
Provinsi
dan
SKPD
terkait
di
Tingkat
Provinsi,
institusi
atau
perorangan
yang
menjadi
pelaku
STBM
di
tingkat
provinsi
termasuk
elemen
pelaku
supply
yang
terintegrasi
ke
dalam
komponen
pelaksanaan
program
STBM.
3. Koordinasi
STBM
tingkat
Kabupaten/Kota,
dimulai
dari
Bupati/Wali
Kota,
SKPD
terkait
tingkat
kabupaten/kota,
Tim
Pembina
STBM
Kabupaten/Kota,
dan
institusi
atau
perorangan
yang
menjadi
pelaku
STBM
di
tingkat
kabupaten/kota
termasuk
elemen
pelaku
supply
yang
terintegrasi
ke
dalam
komponen
pelaksanaan
program
STBM.
4. Koordinasi
STBM
tingkat
Kecamatan
dimulai
dari
Camat
Kepala
Wilayah
Kecamatan,
Tim
Kerja
STBM
Kecamatan,
dan
institusi
atau
perorangan
yang
menjadi
pelaku
STBM
di
tingkat
kecamatan
termasuk
elemen
pelaku
supply
yang
terintegrasi
ke
dalam
komponen
pelaksanaan
program
STBM.
5. Koordinasi
STBM
tingkat
Desa,
dimulai
dengan
Kepala
Desa,
Tim
Kerja
STBM
Desa,
dan
institusi
atau
perorangan
yang
menjadi
pelaku
STBM
di
tingkat
desa/masyarakat
termasuk
elemen
pelaku
supply
yang
terintegrasi
ke
dalam
komponen
pelaksanaan
program
STBM.
Keberadaan
sekretariat
di
daerah
tergantung
pada
kebutuhan
atau
dapat
diintegrasikan
menjadi
tugas
kelompok
kerja
teknis
yang
telah
ada,
seperti
Kelompok
Kerja
Air
Minum
dan
Penyehatan
Lingkungan
(Pokja
AMPL)
dan
Tim
Teknis
STBM.
-‐11-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Kementerian
Sekretariat
STBM
Nasiona
l
Gubernur
SKPD
Tim
STBM
Provinsi
Terkait
Provinsi
Bupati/Wali
kota
SKPD
Tim
STBM
Kab/Kota
Terkait
Kab/Ko
ta
Camat
Tim
Kerja
STBM
Kecamatan
Kecamata
n
Kepala
Desa
Tim
Kerja
STBM
Desa
Tim
Kerja
STBM
Dusun/RW
Gambar
3.3
Diagram
Mekanisme
dan
Koordinasi
Pengelolaan
STBM
-‐12-‐
K
e
c
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
4
PEMBIAYAAN
STBM
Sumber
dan
pola
pembiayaan
serta
pengalokasiannya
harus
dapat
diarahkan
untuk
menciptakan
program
STBM
dalam
skala
luas,
berkelanjutan,
dan
menciptakan
rasa
kepemilikan
terhadap
program.
Secara
umum
prinsip
pembiayaan
program
STBM
diarahkan
untuk
menggali
dan
mendorong
potensi-‐potensi
yang
ada
dari
sektor
terkait
dan
sumber-‐sumber
yang
ada
di
masyarakat,
termasuk
potensi
kegiatan
sosial
kolektif
yang
ada
di
masyarakat
seperti
gotong
royong
untuk
mewujudkan
akses
masyarakat
terhadap
sarana
untuk
semua
pilar.
Subsidi
tidak
diperbolehkan
untuk
pembangunan
sarana
sanitasi
dasar
yang
didefinisikan
sebagai
sarana
sanitasi
rumah
tangga/jamban
atau
sarana
individual
lainnya.
Subsidi
hanya
dapat
dilakukan
untuk
sarana
sanitasi
komunal
yang
dilengkapi
dengan
sistim
pengelolaan
yang
disepakati
masyarakat
di
komunitas
yang
telah
mencapai
status
tidak
buang
air
besar
sembarangan.
4.1
Sumber
Pembiayaan
Sumber
pembiayaan
program
STBM
dapat
diperoleh
dari
Pemerintah
melalui
APBN
dan
pemerintah
daerah
melalui
APBD.
Selain
sumber
pembiayaan
Pemerintah/
pemerintah
daerah,
juga
terdapat
sumber
pembiayaan
dari
non
pemerintah
yang
berasal
dari
lembaga
donor,
organisasi
non
pemerintah
atau
LSM,
swasta,
masyarakat,
serta
sumber
lain
yang
sah
dengan
tetap
mengacu
pada
prinsip-‐prinsip
pembiayaan
program
STBM.
Perusahaan
milik
negara
dan
swasta
publik
diwajibkan
menyisihkan
dana
untuk
manfaat
sosial
baik
melalui
kegiatan
program
kemitraan
bina
lingkungan
(PKBL)
bagi
perusahaan
milik
negara,
dan
corporate
social
responsibility
–
CSR
untuk
perusahaan
swasta
publik.
Agar
dana
sosial
perusahaan-‐perusahaan
ini
sejalan
dengan
program-‐
program
Pemerintah,
khusus
untuk
program
STBM
diperlukan
suatu
mekanisme
di
pemerintah
daerah
yang
mengatur
keterlibatan
swasta
dalam
penyusunan
upaya
bersama
dengan
mengidentifikasi
sinergi
kepentingan
antara
pemerintah
daerah
dan
pihak
swasta.
4.2
Pola
Pembiayaan
Pola
pembiayaan
program
STBM
bersifat
saling
mengisi
dan
terpadu
baik
sumber
pembiayaan
Pemerintah/
pemerintah
daerah
(keterpaduan
antar
program)
maupun
antara
pemerintah
dengan
non
pemerintah.
Sumber
pembiayaan
pemerintah
dapat
dalam
bentuk
kerjasama
antara
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah.
Sedangkan
sumber
pembiayaan
pemerintah
dengan
non
pemerintah
didasarkan
atas
kerjasama
atau
kemitraan
secara
proporsional
misalnya
dalam
bentuk
sharing
anggaran,
kegiatan
pendampingan,
ataupun
kerjasama
sponsor.
4.3
Komponen
Pembiayaan
Komponen
pembiayaan
mengacu
pada
uraian
kegiatan
program
STBM
yang
dilakukan
dari
tingkat
pusat
sampai
tingkat
masyarakat
seperti
yang
diuraikan
pada
Bab
3
-‐13-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
-‐14-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Sumber
Sumber
Tingkatan
Komponen
Pembiayaan
Pembiayaan
Pembiayaan
Utama
Alternatif
Mengidentifikasi
berbagai
pilihan
pembiayaan
bersama
kabupaten
dalam
pengelolaan
anggaran
Memfasilitasi
pembelajaran
dan
APBD
Donor,
LSM
pemantauan
lintas
kabupaten
Advokasi
dalam
rangka
APBD
Donor,
LSM
perluasan
dan
pengembangan
program
Persiapan
Advokasi
kepada
pemerintah
APBD
Donor,
LSM
tingkat
kabupaten
dengan
melibatkan
kabupaten
SKPD
terkait
dan
kecamatan
Penyusunan
strategi
pengelolaan
APBD
Donor,
LSM
program
STBM
kabupaten
meliputi,
komitmen,
rencana
aksi,
segmentasi
/
zoning
/
clustering
/
pentahapan
rencana
penerapan
strategi
pemasaran,
rencana
pemantauan,
pengelolaan
bantuan
dan
rencana
strategi
pelaksanaan,
pemantauan,
rencana
pengelolaan
bantuan
dan
rencana
pembelajaran
serta
anggaran
1–5
tahun
Bersama
instansi
kecamatan
APBD
Donor,
LSM
mengidentifikasi
dan
mulai
melaksanakan
mekanisme
pemicuan
berdasarkan
kepeminatan
Pelaksanaan
–
Advokasi
dan
sosialisasi
APBD
Donor,
LSM
tingkat
program
STBM
kepada
kabupaten
dan
pemangku
kepentingan
kecamatan.
kecamatan
Menyusun
rencana
dan
APBD
Donor,
LSM,
implementasi
komunikasi
swasta
perubahan
perilaku
Membangun
kemampuan
supply
APBD
Donor,
LSM,
lokal
untuk
melaksanakan
swasta
strategi
pemasaran
yang
dipilih
Mengakomodasi
permintaan
APBD
Donor,
LSM,
masyarakat
dalam
proses
STBM
swasta
Pelaksanaan
–
Pelaksanaan
peningkatan
APBD
Donor,
LSM,
tingkat
permintaan
selaras
dengan
swasta,
kecamatan
dan
pemicuan
di
masyarakat
masyarakat
-‐15-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Sumber
Sumber
Tingkatan
Komponen
Pembiayaan
Pembiayaan
Pembiayaan
Utama
Alternatif
masyarakat
Pelaksanaan
rencana
Masyarakat
pemantauan
dengan
mengenalkan
metode
pemantauan
partisipatif
oleh
masyarakat
melalui
pemicuan
Mengoperasikan
sistem
Masyarakat
verifikasi
sesuai
indikator
masing-‐masing
pilar
-‐16-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
V
PEMANTAUAN,
EVALUASI
DAN
PENGELOLAAN
PENGETAHUAN
STBM
Tujuan
dari
pelaksanaan
pemantauan
dan
evaluasi
program
STBM
adalah
untuk
dapat
mengukur
perubahan
dalam
pencapaian
program
serta
mengidentifikasi
pembelajaran
yang
ada
dalam
pelaksanaannya.
Secara khusus, tujuan dari pemantauan dan evaluasi dalam STBM antara lain:
-‐17-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
-‐18-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Pengembangan
kerangka
kerja
pemantauan
pada
STBM
akan
mengikuti
pola
pikir
sebagai
berikut:
• Bantuan
teknis
Masukan
• Adanya
lembaga
pelaksana
tingkat
lokal
(LSM,
Swasta,
(Input)
Ormas,
dll)
• Mobilisasi
masyarakat
• Dukungan
personil
dan
anggaran
pemerintah
pusat
dan
daerah
• Pendanaan
dari
luar
(swasta
dan
lembaga
donor)
Gambar
5.1.
Kerangka
pemantauan
dan
evaluasi
STBM
Gambaran
pelaksanaan
pelaksanaan
dan
evaluasi
untuk
setiap
tingkatan
indikator
diuraikan
seperti
di
bawah
ini:
1. Indikator
input
dan
output
dapat
dipantau
secara
periodik
sesuai
pelaksanaan
masing-‐masing
kegiatan.
Misalkan:
informasi
anggaran
sanitasi
pemerintah
daerah
dapat
secara
rutin
termutakhirkan
setiap
tahunnya.
Demikian
pula
dengan
jumlah
fasilitator
dan
pelatih
STBM,
dapat
termutakhirkan
setiap
tahunnya.
-‐19-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Mengacu
kepada
pola
pikir
di
atas,
maka
dapat
diuraikan
indikator
capaian2
seperti
di
bawah
ini:
Tabel
5.1.
Indikator
capaian
-‐20-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Indikator
proses
dan
capaian
tambahan
yang
mungkin
dilembagakan
dan
digunakan
oleh
Pemda
untuk
tujuan
tertentu,
antara
lain:
Tercapainya
kondisi
semua
masyarakat
telah
BAB
ke
jamban
sehat,
dapat
disebut
bahwa
masyarakat
tersebut
telah
mencapai
SBS
(stop
buang
air
besar
sembarangan)4.
Sementara
itu
bila
suatu
masyarakat
telah
mencapai
ke-‐lima
pilar
STBM,
dapat
dikatakan
bahwa
masyarakat
sebagai
komunitas
“STBM
Teladan”
4
SBS
merupakan
konteks
dalam
bahasa
Indonesia
untuk
ODF
(Open
Defecation
Free).
Suatu
komunitas
dapat
dikatakan
SBS
dijelaskan
lebih
lanjut
pada
Panduan
Pemantauan
dan
Evaluasi
STBM.
-‐21-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Keberhasilan
pencapaian
indikator
hasil-‐hasil
kegiatan
STBM
seperti
tertuang
pada
sub-‐
pokok
bahasan
(A)
tidak
terlepas
kepada
bagaimana
pemerintah
daerah
melaksanakan
strategi
programnya
dengan
baik
dan
tepat
sasaran.
Pemantauan
kinerja
program
pemerintah
daerah
ini
menjadi
penting
dilakukan
dengan
beberapa
pertimbangan
seperti
di
bawah
ini:
Prinsip
dasar
dalam
melakukan
pemantauan
kinerja
program
pemerintah
daerah
ini
adalah
independensi
pelaksanaan
pemantauannya.
Berdasarkan
pengalaman
yang
ada
di
provinsi
Kalimantan
Timur,
Sulawesi
Selatan
dan
Jawa
Timur,
pelibatan
pihak
ketiga
yang
independen
seperti
institusi
media
massa
menjadi
penting
perannya
dalam
membangun
kompetisi
yang
baik
dan
terbuka.
Pemantauan
kinerja
program
pemerintah
daerah
terkait
dengan
aspek
sanitasi
akan
mengacu
kepada
indikator
sebagai
berikut:
Tabel
5.2.
Indikator
pemantauan
kinerja
Kelompok
Indikator
pemantauan
kinerja
Bobot
penilaian
indikator
Input
Rasio
anggaran
sanitasi
per
rumah
Semakin
besar,
bobot
nilainyaakan
tangga
yang
belum
terlayani
lebih
baik
Proporsi
anggaran
sanitasi
untuk
Semakin
besar,
bobot
nilainya
kegiatan
non-‐konstruksi
dari
total
akan
lebih
baik
anggaran
sanitasi
daerah
Output
Persentase
kemajuan
pemicuan
kelima
Semakin
besar,
bobot
nilainya
pilar
STBM
pada
tahun
pelaksanaan
akan
lebih
baik
-‐22-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
5
Indikator
yang
dapat
dikembangkan
untuk
pemantauan
kinerja
ini
baru
dapat
dijabarkan
untuk
pilar
satu
(Stop
BABS)
dari
5
pilar
STBM.
-‐23-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Ketiga
tahapan
tersebut
merupakan
sebuah
siklus
yang
perlu
selalu
dijaga
pelaksanaannya
agar
pembelajaran
yang
didapatkan
selalu
akan
dimutakhirkan
sesuai
kondisi
di
lapangan.
Pelaksanaan
ketiga
tahapan
ini
merupakan
satu
kesatuan
dengan
kegiatan
pemantauan
dan
evaluasi.
Identifikasi
pembelajaran
dapat
dengan
melakukan
survey,
wawancara,
lokakarya
(untuk
berbagi
pengalaman),
kegiatan
tindak
lanjut
hasil
temuan
kegiatan
pemantauan
evaluasi/audit,
dll.
Setelah
itu
pembelajaran
yang
teridentifikasi
dipilah
mana
yang
dianggap
bisa
meningkatkan
efektivitas
dan
efisiensi
program
di
daerah
tersebut,
kemudian
dikemas
dalam
bentuk
yang
dapat
didiseminasikan
dan
diakses
dengan
mudah.
Pengemasan
misalkan
dijadikan
tulisan/buku,
presentasi,
foto,
video,
dll.
Pembelajaran
yang
telah
dikemas
kemudian
didiseminasikan
pada
para
pemangku
kepentingan
agar
mendapatkan
lebih
banyak
masukan
dan
dapat
dipraktekkan
lebih
luas
lagi.
Pembelajaran
dalam
dikelompokkan
menurut
6
(enam)
strategi
STBM,
yaitu:
A. Penciptaan
lingkungan
yang
kondusif;
B. Peningkatan
kebutuhan;
C. Peningkatan
penyediaan;
D. Pengelolaan
pengetahuan;
E. Pembiayaan;
dan
F. Pemantauan
dan
evaluasi.
5.5. Peran dan Fungsi Pemangku kepentingan dalam Pemantauan dan Evaluasi
Program
STBM
yang
dilaksanakan
saat
ini
memiliki
banyak
pemangku
kepentingan.
Untuk
mensinergikan
berbagai
pemangku
kepentingan
ini,
maka
diperlukan
pembagian
peran.
Berikut
ini
adalah
pembagian
peran
yang
dapat
dilakukan.
Tabel
5.3.
Pembagian
peran
dalam
pemantauan
dan
evaluasi
Pemangku
Peran
kepentingan
Pemerintah/
Mensinergikan
dan
mengkoordinasikan
berbagai
kegiatan
dan
sumber
pemerintah
daerah
daya
yang
ada
dari
semua
pemangku
kepentingan
untuk
kepentingan
pemantauan
–
evaluasi
dan
pengelolaan
pengetahuan.
Swasta
Mengembangkan
berbagai
alat
bantu
pemantauan
dan
evaluasi
bersama
pemerintah
daerah.
Donor
Memfasilitasi
peningkatan
kapasitas
yang
diperlukan
untuk
pemantauan
dan
evaluasi.
-‐24-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
-‐25-‐
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
BAB
6
PENUTUP
Masalah
yang
terkait
dengan
air
minum,
higien
dan
sanitasi
masih
menjadi
tantangan
besar
di
Indonesia.
Untuk
itu
diperlukan
suatu
pedoman
yang
dapat
menjadi
acuan
untuk
mengatasi
masalah
tersebut
secara
nasional.
Dengan
adanya
Pedoman
Pelaksanaan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
diharapkan
para
pemangku
kepentingan
dapat
melaksanakan
program
dengan
baik
sehingga
berkontribusi
dalam
menurunkan
secara
signifikan
angka
kejadian
diare
dan
penyakit
berbasis
lingkungan
serta
mencapai
target
RPJMN
dan
MDGs
nomor
7.
Semoga
apa
yang
menjadi
harapan
di
atas
dapat
terwujud
dengan
baik.
Kepada
semua
pihak
yang
telah
memberikan
sumbangsihnya,
baik
gagasan
pemikiran
dan
kontribusi
lainnya
diucapkan
banyak
terima
kasih.
Menteri
Kesehatan
Endang
Rahayu
Sedyaningsih
-‐26-‐