Sumita Kelista Nurfi A - Tugas01 - Seismik
Sumita Kelista Nurfi A - Tugas01 - Seismik
EKSPLORASI SEISMIK
Disusun oleh:
Teknik Geofisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Tahun Ajaran 2018-2019
SEJARAH DAN PENGANTAR SEISMIK
Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang Geofisika untuk menerangkan
aktivitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan
bantuan gelombang seismic. Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode
seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur
di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak
berdasarkan interpretasi dari penampang seismiknya. Gelombang seismik adalah rambatan energi
yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau
ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer.
Metode ini memanfaatkan perambatan, pembiasan, pemantulan gelombang gempa.
Dengan menggunakan metode ini akan memudahkan pekerjaan eksplorasi hidrokarbon karena
dengan metode seismik dapat diselidiki batuan yang diperkirakan mengandung hidrokarbon atau
tidak. Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami, seperti:
pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik). Efek
Gelombang Seismik adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Secara umum
dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik adalah sebagai
berikut :
1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )
2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing )
3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation )
Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi
bawah permukaan yang mendekati struktur yang sebenarnya. Hal ini dapat dicapai apabila rasio
antara sinyal seismik dengan sinyal gangguan (S/N ratio) cukup tinggi. Karena proses pengolahan
data akan mempengaruhi seseorang interpreter dalam melakukan interpretasi, maka diperlukan
proses pengolahan data yang baik, tepat dan akurat. Kesalahan yang sedikit dalam processing
akan menyebabkan seorang interpreter menginterpretasikan yang salah juga.
𝜆 + 2𝜇
𝑉𝑝 = √
𝜌
Keterangan : 𝜆 = konstanta lame
𝜇 = rigiditas
𝜌 = densitas
Gambar 1. Gelombang-P
(Elnashai dan Sarno, 2008)
Gambar 2. Gelombang-S
(Elnashai dan Sarno. 2008)
2. Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang badan.
Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media
elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang
rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free survace dimana terdapat
perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu
gelombang Reyleigh dan gelombang Love.
Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit gerakannya elips
tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang
permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang
geser secara konstruktif. Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh (VR) adalah sebagai
berikut :
𝑉𝑅 = 0,92√𝑉𝑠
Dalam bentuk tiga dimensi, komponen perpindahan titik P (x, y dan z) ditulis dengan (u, v
dan w), sehingga Regangan normal adalah: (a.1), Regangan geser adalah: (a.2), sedangkan
komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara rotasional adalah: (a.3).
Perubahan dimensi yang disebabkan oleh strain normal akan mengakibatkan perubahan
volume. Perubahan volume per satuan volume disebut dilatasi (dilatation) dan diberi simbol
Δ, dengan: (a.4)
Hukum Hooke merumuskan hubungan antara tegangan dan regangan. Hooke
mengemukakan bahwa jika tegangan bekerja pada sebuah benda dan menimbulkan regangan
cukup kecil, maka terdapat hubungan secara linier antara tegangan dan regangan. Tanpa
memperhitungkan komponen arah atas kedua variabel tersebut, pada medium yang bersifat
homogen isotropik –Dalam seismologi, medium elastik yang bersifat homogen isotropik
didefinisikan sebagai sifat medium dimana tidak terdapat variasi densitas didalam medium
sehingga gelombang menjalar dengan kecepatan yang sama dalam medium–, Hooke
mendefinisikan: (a.5) & (a.6)
λ dan μ disebut konstanta Lame, dengan μ menyatakan hambatan regangan geser. Pada
harga tegangan tetap (σ) regangan akan menjadi besar bila modulus gesernya kecil, begitu juga
sebaliknya.
Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara tegangan-regangan dan perubahan
bentuk benda yang ditimbulkannya. Untuk medium yang homogen isotropik konstanta elastik
meliputi modulus Young, modulus Bulk, modulus Rigiditas dan rasio Poisson.
Modulus Young (Y) didefinisikan sebagai besarnya regangan yang ditunjukkan oleh
perubahan panjang suatu benda. Semua komponen regangan yang tidak searah sumbu panjang
adalah nol. Hal ini disebabkan tegangan hanya terjadi pada arah sumbu panjang tersebut, pada
arah yang lain tegangannya nol. Perumusannya adalah: (a.7)
Modulus Bulk (Κ) menyatakan regangan yang dialami oleh suatu benda yang ditunjukkan
oleh perubahan volume benda tersebut. Tegangan pada modulus ini didefinisikan sebagai
tekanan hidrostatik. Jadi modulus Bulk adalah hubungan antara tegangan dan regangan pada
benda yang mengalami tekanan hidrostatik. Bila tekanan hidrostatik Ph= F/A dan regangan
volume Δ= ΔV/V, maka modulus Bulk adalah: (a.8)
Modulus Rigiditas (μ)merupakan tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan
regangan berupa pergeseran pada salah satu permukaan bidangnya. Tekanan yang bekerja pada
benda ini disebut tekanan geser dan regangannya disebut regangan geser. Perubahan bentuk
akibat pergeseran ini tidak disertai perubahan volumenya. Hubungan antara tegangan dan
regangan yang menimbulkan pergeseran sederhana ini disebut modulus Rigiditas. Perumusan
matematisnya adalah: (a.9)
Rasio Poisson atau poisson’s ratio adalah ukuran besarnya regangan pada suatu benda
berupa kontraksi dalam arah transversal dan peregangan dalam arah longitudinal akibat terkena
tekanan. Apabila pernyataan tersebut diterapkan pada silinder dimana arah transversalnya
dinyatakan dengan diameter silinder (D) dan arah longitudinal dengan panjang silinder (L),
maka rasio Poisson adalah: (a.10)
Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik saling terkait
membentuk perumusan sebagaiberikut, yaitu: (a.11). Nilai empiris konstanta-konstanta elastik
dalam medium elastik (Muslim, Z., 1996) disajikan pada tabel berikut.
Gelombang Longitudinal
Dengan cara mendeferensialkan persamaan gerak ke arah sumbu x, y, dan z lalu dijumlahkan
akan didapat suatu persamaan gelombang longitudinal, adapun turunan persamaan gerak
adalah sebagai berikut :
jika persamaan (1), (2), dan (3) dijumlahkan akan dihasilkan suatu persamaan berikut :
Persamaan (4) ini mirip dengan persamaan gelombang yang telah dikenal dalam mekanika
yaitu :
b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan
membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens
mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring
dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).
Gambar 5. Prinsip Huygens
c. Primsip Fermat
Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi
kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona
kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).
b. Regangan
Regangan adalah deformasi yang terjadi pada suatu benda yang menerima beban dari luar.
Regangan juga bisa dikatakan sebagai nilai banding perubahan dimensi persatuan ukuran
terhadap dimensi awalnya. Terdapat tiga jenis regangan, yakni regangan normal, regangan geser,
dan regangan volumetrik.
a. Modulus Young
Hukum Hooke menyatakan bahwa penambahan tegangan berbanding lurus secara linier
dengan penambahan regangan atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
dengan huruf E atau yang disebut sebagai modulus elastisitas (Modulus Young). Modulus Young
menunjukan kemiringan atau slope dari diagram-diagram tegangan sampai batas proporsional.
Secara matematis hubungan antara tegangan dan regangan dapat ditulis sebagai berikut :
d. Poisson’s Ratio
Apabila suatu benda menerima beban tarik dalam arah longitudinal maka akan terjadi
perubahan dimensi dalam bentuk perpanjangan ke arah longitudinal dan penyempitan ke arah
lateral dan apabila yang ada adalah beban aksial maka akan terjadi pemendekan dalam arah
longitudinal dan pemekaran dalam arah lateral. Sehingga dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa
regangan yang terjadi pada suatu benda baik itu yang arahnya longitudinal dan lateral sifatnya
selalu berlawanan (positif dan negatif). Perubahan dimensi secara lateral selalu terjadi secara
proporsional dengan perubahan dimensi ke arah longitudinal. Persamaan yang digunalan dalam
rasio Poisson adalah sebagai berikut :
Interpretasi data refleksi yang akurat membutuhkan pengetahuan mengenai parameter kecepatan
(velocity) di semua titik sepanjang lintasan refleksi. Akan tetapi, ketika kita memiliki pengetahuan
yang terperinci dari kecepatan, perhitungan akan menjadi membosankan dan bahkan seringkali
kita mengasumsikan distribusi kecepatan yang sederhana yang cukup untuk memberikan hasil
yang dapat digunakan. Asumsi paling sederhana adalah bahwa kecepatan bernilai konstan antara
permukaan dan bidang dasar refleksi. Meskipun asumsi ini jarang bahkan kurang benar, asumsi
itu mengarah ke rumus sederhana yang dapat memberikan jawaban.
Masalah yang mendasar dalam survei seismik refleksi adalah untuk menentukan posisi
lapisan yang menimbulkan refleksi pada rekaman seismik. Hubungan antara arrival time vs offset
untuk bidang reflektor dengan kecepatan konstan adalah berupa grafik hiperbolik. Jarak ke
reflektor dapat diketahui dari waktu tiba refleksi pada shotpoint jika nilai kecepatan diketahui.
Variasi waktu kedatangan (arrival time) akibat geophone yang semakin menjauh dari shotpoint,
disebut normal moveout, yang memberikan kriteria paling penting dalam mengidentifikasi refleksi
dan salah satu metode untuk menentukan nilai kecepatan. Kemiringan (dip) dapat ditemukan
berdasarkan perbedaan waktu kedatangan dari refleksi pada lokasi yang berbeda setelah dilakukan
koreksi normal moveout; dip moveout berhubungan dengan kemiringan lapisan dan juga dengan
sudut pendekatan muka gelombang di permukaan serta kecepatan semu. Dip dan strike reflektor
dapat dilihat dari komponen dip moveout yang terlihat di intersection line seismik.
Metoda refraksi biasanya digunakan dalam mengkaji lapisan di bawah permukaan bumi
pada kedalaman dangkal yang berkisar beberapa puluh meter saja, meskipun dalam
beberapa kasus khusus dapat dipedalam dengan berbagai keterbatasannya. Metoda refleksi
di sisi lain telah berkembang dengan pesat khususnya untuk eksplorasi hidrokarbon.
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi
sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi
setelah gangguan pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya data first
break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh
cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok
konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas
batuan.
Data seismik, yang secara alami tidak stasioner, mempunyai berbagai kandungan frekuensi
dalam domain waktu. Dekomposisi waktu-frekuensi (yang juga disebut sebagai spectral
decomposition) dari data seismik merupakan atribut seismik yang bertujuan untuk mencirikan
tanggap frekuensi yang tergantung waktu dari batuan dan reservoar bawah permukaan. Spectral
decomposition yang biasanya dilakukan menggunakan transformasi Fourier untuk menghitung
spektrum amplitudo masing-masing jejak dari jendela waktu yang pendek yang meliputi semua
zona interest. Spektrum amplitudo tersebut dikontrol oleh satuan geologi, sehingga satuan-satuan
dengan sifat dan/atau ketebalan batuan yang berbeda akan menunjukkan tanggap amplitudo yang
berbeda. Jika dekomposisi sinyal dihitung untuk seluruh jejak pada volume seismik 3D dan
direpresentasikan dalam bentuk peta (biasanya sebagai slice frekuensi), peta yang dihasilkan
menunjukkan kemampuan bervariasi secara lateral.
Gambar 2. Ilustrasi dekomposisi sinyal menggunakan transformasi Fourier (Nissen, S.E., 2002)
Pembuatan peta waktu-frekuensi bukan merupakan proses yang unik, sehingga terdapat
berbagai metode untuk analisis waktu-frekuensi dari sinyal-sinyal tidak stasioner. Chakraborty dan
Okaya (1995) menjelaskan bahwa analisis sinyal tidak stasioner seperti sinyal seismik dengan
menggunakan perangkat lunak yang berbasis pada Transformasi Fourier, seringkali tidak bisa
memberikan informasi keadaan bawah permukaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya kelemahan dari perangkat lunak yang berbasis pada Transformasi Fourier tersebut.
Transformasi Fourier tidak dapat mengamati saat terjadinya sinyal dengan frekuensi tertentu.
Gambar Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel
Gambar Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel
Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan batuan yang memiliki
sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas batuan (ρ) dan cepat rambat gelombang
(v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis yang mempengaruhi refleksivitas seismik. Dengan
berdasar konsep tersebut sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk lapisan/struktur bawah
permukaan. Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai Impedansi Akustik, dimana sebagai
karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan perkalian antara densitas dan cepat rambat
gelombang pada medium, yang dinyatakan sebagai:
𝐼𝐴 = 𝜌 . 𝑣
Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki perbedaan nilai
impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi pada bidang batas antara kedua
lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai Koefisien Refleksi
:
𝜌2 𝑣2 − 𝜌1 𝑣1 𝐼𝐴2 − 𝐼𝐴1
𝐾𝑅 = =
𝜌2 𝑣2 + 𝜌1 𝑣1 𝐼𝐴2 + 𝐼𝐴1
Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium berbeda nilai IA nya
Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan desain survey dan
beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan survey, termasuk juga
kualitas data, yaitu :
https://www.academia.edu/8714657/Pengertian_Seismik_Eksplorasi_Eksplorasi
repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/.../4.%20BAB%20II.PDF?...4
juanita.blog.uns.ac.id/files/2011/01/gelombang-seismik1.pdf
digilib.unila.ac.id/2063/9/BAB%20III.pdf
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara
Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di
Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk Memetakan
Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia