Anda di halaman 1dari 26

TUGAS REVIEW

EKSPLORASI SEISMIK

Disusun oleh:

Sumita Kelista Nurfi A 03411640000013


Eksplorasi Seismik Kelas A

Teknik Geofisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Tahun Ajaran 2018-2019
SEJARAH DAN PENGANTAR SEISMIK
Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang Geofisika untuk menerangkan
aktivitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan
bantuan gelombang seismic. Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode
seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur
di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak
berdasarkan interpretasi dari penampang seismiknya. Gelombang seismik adalah rambatan energi
yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau
ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer.
Metode ini memanfaatkan perambatan, pembiasan, pemantulan gelombang gempa.
Dengan menggunakan metode ini akan memudahkan pekerjaan eksplorasi hidrokarbon karena
dengan metode seismik dapat diselidiki batuan yang diperkirakan mengandung hidrokarbon atau
tidak. Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami, seperti:
pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik). Efek
Gelombang Seismik adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Secara umum
dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik adalah sebagai
berikut :
1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )
2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing )
3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation )
Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi
bawah permukaan yang mendekati struktur yang sebenarnya. Hal ini dapat dicapai apabila rasio
antara sinyal seismik dengan sinyal gangguan (S/N ratio) cukup tinggi. Karena proses pengolahan
data akan mempengaruhi seseorang interpreter dalam melakukan interpretasi, maka diperlukan
proses pengolahan data yang baik, tepat dan akurat. Kesalahan yang sedikit dalam processing
akan menyebabkan seorang interpreter menginterpretasikan yang salah juga.

REVIEW KULIAH GELOMBANG


Kecepatan Gelombang Seismik
Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut sebagai body wave,
dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave. Sumber
gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan. Sumber alami terjadi karena adanya gempa
tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan/ longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan
yang disengaja.
1. Gelombang Badan/ Body Wave
Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah
perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada media dan arah
penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S.
Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang longitudinal. Kecepatan
gelombang P antara 1,5 km/s sampai 8 km/s pada kerak bumi. Gelombang ini memiliki kecepatan
rambat paling besar dibandingkan dengan gelombang seismik yang lain, dapat merambat melalui
medium padat, cair dan gas. Persamaan dari kecepatan gelombang P adalah sebagai berikut :

𝜆 + 2𝜇
𝑉𝑝 = √
𝜌
Keterangan : 𝜆 = konstanta lame
𝜇 = rigiditas
𝜌 = densitas

Gambar 1. Gelombang-P
(Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang S disebut juga gelombang shear/ gelombang transversal. Gelombang ini


memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat
merambat pada medium padat saja. Kecepatan gelombang S biasanya 60% sampai 70% dari
kecepatan gelombang P. Gelombang S tegak lurus terhadap arah rambatnya. Persamaan dari
kecepatan Gelombang S adalah sebagai berikut :
𝜇
𝑉𝑠 = √
𝜌

Gambar 2. Gelombang-S
(Elnashai dan Sarno. 2008)
2. Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang badan.
Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media
elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang
rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free survace dimana terdapat
perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu
gelombang Reyleigh dan gelombang Love.
Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit gerakannya elips
tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang
permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang
geser secara konstruktif. Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh (VR) adalah sebagai
berikut :
𝑉𝑅 = 0,92√𝑉𝑠

Gambar 3. Gelombang Reyleigh


(Elnashai dan Sarno, 2008)
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk
gelombang transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel
dengan permukaannya (Gadallah and Fisher, 2009).

Gambar 4. Gelombang Love

ELASTISITAS MEDIUM DAN PERSAMAAN GELOMBANG SEISMIK


Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan
gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan
dengan dua metode yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode aktif adalah metode penimbulan
gelombang seismik secara aktif atau disengaja menggunakan gangguan yang dibuat oleh manusia,
biasanya digunakan untuk eksplorasi.
Gelombang seismik termasuk dalam gelombang elastik karena medium yang dilalui yaitu
bumi bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran gelombang seismik bergantung pada
elastisitas batuan yang dilewatinya.
Teori lempeng tektonik telah menjelaskan bagaimana pergerakan dari lempeng bumi.
Pergerakan lempeng bumi menyebabkan batuan terdeformasi atau berubah bentuk dan ukuran
karena adanya pergerakan antar lempeng. Deformasi akibat bergerakan lempeng ini berupa
tegangan (stress) dan regangan (strain). Tegangan (Stress) didefinisikan sebagai gaya persatuan
luas. Gaya merupakan perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya tersebut
dikenakan. Gaya yang dikenakan tegak lurus terhadap benda maka tegangan tersebut normal, jika
gaya berarah tangensial terhadap luas maka tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak tegak
lurus maupun paralel maka gaya tersebut dapat diuraikan kekomponen yang paralel dan tegak
lurus terhadap elemen luas. Persamaan matematis dari tegangan (𝜎)
𝐹
𝜎=
𝐴
Benda elastis yang mengalami stess maka akan terdeformasi atau mengalami perubahan
bentuk maupun dimensi. Perubahan tersebut disebut dengan regangan atau strain.strain adalah
jumlah deformasi material persatuan luas. Hukum hooke menyatakan bahwa stress akan sebanding
dengan strain pada batuan (antara gaya yang diterapkan dan besarnya deformasi).
𝜎 = 𝐶. 𝑒
Strain (e) dan Stress (𝜎) merupakan besaran tensor, sedangkan adalah konstanta yang
berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari batuan, parameter merupakan
parameter elastik bebas yang dapat mencirikan sifat elastisitas batuan.
Untuk gaya yang bekerja dalam arah yang tidak sejajar dan tidak tegak lurus pada
permukaan, tegangannya dapat diuraikan ke dalam komponen normal dan komponen geser. Jika
kita meninjau sebuah elemen kecil volume dimana tegangannya berada pada dua permukaan yang
tegak lurus terhadap sumbu x, maka komponen-komponen tegangannya ditunjukkan seperti pada
gambar A. Tegangan normal ditunjukkan oleh σxx, sedangkan tegangan geser ditunjukkan oleh σyx
dan σzx. Jika benda berada dalam kesetimbangan statis, gaya-gaya yang bekerja padanya harus
setimbang. Ini berarti bahwa ketiga tegangan yakni: σxx, σyx dan σzx bekerja pada bidang OABC
haruslah sama dan berlawanan dengan hubungan tegangan yang ditunjukkan pada bidang DEFG.

Gambar 5 (a). Komponen tegangan, Gambar (b). Analisa regangan 2D


Gaya-gaya yang dikerjakan pada suatu benda berusaha meregangkan benda tersebut.
Perubahan fraksional suatu benda elastik baik bentuk maupun dimensinya dinamakan dengan
regangan (strain). Analisis kuantitatif dua dimensi (2D) regangan dapat diilustrasikan seperti
pada gambar B. Pada gambar tersebut kita dapat melihat perubahan posisi koordinat PQRS
menjadi P’Q’R’S’. Pada saat titik P berubah menjadi P’, PP’ mempunyai komponen u dan v.
Kita misalkan u= u(x,y) dan v= v(x,y), maka:

Dalam bentuk tiga dimensi, komponen perpindahan titik P (x, y dan z) ditulis dengan (u, v
dan w), sehingga Regangan normal adalah: (a.1), Regangan geser adalah: (a.2), sedangkan
komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara rotasional adalah: (a.3).
Perubahan dimensi yang disebabkan oleh strain normal akan mengakibatkan perubahan
volume. Perubahan volume per satuan volume disebut dilatasi (dilatation) dan diberi simbol
Δ, dengan: (a.4)
Hukum Hooke merumuskan hubungan antara tegangan dan regangan. Hooke
mengemukakan bahwa jika tegangan bekerja pada sebuah benda dan menimbulkan regangan
cukup kecil, maka terdapat hubungan secara linier antara tegangan dan regangan. Tanpa
memperhitungkan komponen arah atas kedua variabel tersebut, pada medium yang bersifat
homogen isotropik –Dalam seismologi, medium elastik yang bersifat homogen isotropik
didefinisikan sebagai sifat medium dimana tidak terdapat variasi densitas didalam medium
sehingga gelombang menjalar dengan kecepatan yang sama dalam medium–, Hooke
mendefinisikan: (a.5) & (a.6)
λ dan μ disebut konstanta Lame, dengan μ menyatakan hambatan regangan geser. Pada
harga tegangan tetap (σ) regangan akan menjadi besar bila modulus gesernya kecil, begitu juga
sebaliknya.
Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara tegangan-regangan dan perubahan
bentuk benda yang ditimbulkannya. Untuk medium yang homogen isotropik konstanta elastik
meliputi modulus Young, modulus Bulk, modulus Rigiditas dan rasio Poisson.
Modulus Young (Y) didefinisikan sebagai besarnya regangan yang ditunjukkan oleh
perubahan panjang suatu benda. Semua komponen regangan yang tidak searah sumbu panjang
adalah nol. Hal ini disebabkan tegangan hanya terjadi pada arah sumbu panjang tersebut, pada
arah yang lain tegangannya nol. Perumusannya adalah: (a.7)
Modulus Bulk (Κ) menyatakan regangan yang dialami oleh suatu benda yang ditunjukkan
oleh perubahan volume benda tersebut. Tegangan pada modulus ini didefinisikan sebagai
tekanan hidrostatik. Jadi modulus Bulk adalah hubungan antara tegangan dan regangan pada
benda yang mengalami tekanan hidrostatik. Bila tekanan hidrostatik Ph= F/A dan regangan
volume Δ= ΔV/V, maka modulus Bulk adalah: (a.8)
Modulus Rigiditas (μ)merupakan tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan
regangan berupa pergeseran pada salah satu permukaan bidangnya. Tekanan yang bekerja pada
benda ini disebut tekanan geser dan regangannya disebut regangan geser. Perubahan bentuk
akibat pergeseran ini tidak disertai perubahan volumenya. Hubungan antara tegangan dan
regangan yang menimbulkan pergeseran sederhana ini disebut modulus Rigiditas. Perumusan
matematisnya adalah: (a.9)
Rasio Poisson atau poisson’s ratio adalah ukuran besarnya regangan pada suatu benda
berupa kontraksi dalam arah transversal dan peregangan dalam arah longitudinal akibat terkena
tekanan. Apabila pernyataan tersebut diterapkan pada silinder dimana arah transversalnya
dinyatakan dengan diameter silinder (D) dan arah longitudinal dengan panjang silinder (L),
maka rasio Poisson adalah: (a.10)
Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik saling terkait
membentuk perumusan sebagaiberikut, yaitu: (a.11). Nilai empiris konstanta-konstanta elastik
dalam medium elastik (Muslim, Z., 1996) disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1 Nilai empiris konstanta-konstanta elastic dalam medium elastik


PERSAMAAN GELOMBANG SEISMIK

Gelombang Longitudinal
Dengan cara mendeferensialkan persamaan gerak ke arah sumbu x, y, dan z lalu dijumlahkan
akan didapat suatu persamaan gelombang longitudinal, adapun turunan persamaan gerak
adalah sebagai berikut :

jika persamaan (1), (2), dan (3) dijumlahkan akan dihasilkan suatu persamaan berikut :

yang kemudian dapat dituliskan menjadi :

Persamaan (4) ini mirip dengan persamaan gelombang yang telah dikenal dalam mekanika
yaitu :

PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK


Penjalaran Gelombang Seismik Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan
pada hukum Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius,
Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda
dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut
sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah
permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius yang dikembangkan dari
Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut
datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang
batas antara dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat,
2009)
Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan
sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009). Hukum
Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑣 𝑣𝑝1 𝑣𝑝2 𝑣𝑠1 𝑣𝑝2
= = = =
sin 𝑖 sin 𝜃𝑝 sin 𝑟𝑝 sin 𝜃𝑠 sin 𝑟𝑝
Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium
berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

Gambar 3. Hukum Snellius

b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan
membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens
mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring
dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).
Gambar 5. Prinsip Huygens
c. Primsip Fermat
Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi
kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona
kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).

Gambar 4. Prinsip Fermat


Teori Bidang Batas
Teori bidang batas merujuk pada hukum Snellius yang telah dibahas di atas. Hukum
Snellius Perambatan gelombang seismik dari satu medium ke medium lain yang mempunyai sifat
fisik yang berbeda seperti kecepatan dan densitas akan mengalami perubahan arah ketika melewati
bidang batas antar medium. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang
sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut
kritisnya dan akan dipantulkan jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis. Sudut kritis
adalah sudut datang yang menyebabkan gelombang dibiaskan 900. Jika suatu berkas gelombang
P yang dating mengenai permukaan bidang batas antara dua medium yang berbeda, maka sebagian
energi gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan sebagian
lagi akan dibiaskan sebagai gelombang P dan gelombang S, seperti yang diilustrasikan pada
gambar dibawah ini :
Gambar 6. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium
untuk gelombang P (Bhatia, 1986)
Teori Medium Elastis
a.Tegangan
Tegangan merupakan intensitas gaya dalam pada elemen struktur sebagai reaksi terjadinya
deformasi yang timbul akibat beerjanya beban luar, pada umumnya intensitas gaya berarah miring
pada bidang potongan. Dalam praktiknya, intensitas gaya dianggap tegak lurus dan sejajar dengan
medium sehingga dapat dihasilkan tegangan normal (normal stress) dan tegangan geser (shear
stress).

b. Regangan
Regangan adalah deformasi yang terjadi pada suatu benda yang menerima beban dari luar.
Regangan juga bisa dikatakan sebagai nilai banding perubahan dimensi persatuan ukuran
terhadap dimensi awalnya. Terdapat tiga jenis regangan, yakni regangan normal, regangan geser,
dan regangan volumetrik.

a. Modulus Young
Hukum Hooke menyatakan bahwa penambahan tegangan berbanding lurus secara linier
dengan penambahan regangan atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

dengan huruf E atau yang disebut sebagai modulus elastisitas (Modulus Young). Modulus Young
menunjukan kemiringan atau slope dari diagram-diagram tegangan sampai batas proporsional.
Secara matematis hubungan antara tegangan dan regangan dapat ditulis sebagai berikut :

d. Poisson’s Ratio
Apabila suatu benda menerima beban tarik dalam arah longitudinal maka akan terjadi
perubahan dimensi dalam bentuk perpanjangan ke arah longitudinal dan penyempitan ke arah
lateral dan apabila yang ada adalah beban aksial maka akan terjadi pemendekan dalam arah
longitudinal dan pemekaran dalam arah lateral. Sehingga dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa
regangan yang terjadi pada suatu benda baik itu yang arahnya longitudinal dan lateral sifatnya
selalu berlawanan (positif dan negatif). Perubahan dimensi secara lateral selalu terjadi secara
proporsional dengan perubahan dimensi ke arah longitudinal. Persamaan yang digunalan dalam
rasio Poisson adalah sebagai berikut :

GEOMETRI GELOMBANG SEISMIK

Topik ini menggunakan pendekatan geometris-optik untuk menurunkan hubungan


mendasar antara waktu tempuh (travel time) dan lokasi dari bidang refleksi atau
refraksi; kebanyakan interpretasi struktur bergantung pada pendekatan seperti ini.

Interpretasi data refleksi yang akurat membutuhkan pengetahuan mengenai parameter kecepatan
(velocity) di semua titik sepanjang lintasan refleksi. Akan tetapi, ketika kita memiliki pengetahuan
yang terperinci dari kecepatan, perhitungan akan menjadi membosankan dan bahkan seringkali
kita mengasumsikan distribusi kecepatan yang sederhana yang cukup untuk memberikan hasil
yang dapat digunakan. Asumsi paling sederhana adalah bahwa kecepatan bernilai konstan antara
permukaan dan bidang dasar refleksi. Meskipun asumsi ini jarang bahkan kurang benar, asumsi
itu mengarah ke rumus sederhana yang dapat memberikan jawaban.

Masalah yang mendasar dalam survei seismik refleksi adalah untuk menentukan posisi
lapisan yang menimbulkan refleksi pada rekaman seismik. Hubungan antara arrival time vs offset
untuk bidang reflektor dengan kecepatan konstan adalah berupa grafik hiperbolik. Jarak ke
reflektor dapat diketahui dari waktu tiba refleksi pada shotpoint jika nilai kecepatan diketahui.
Variasi waktu kedatangan (arrival time) akibat geophone yang semakin menjauh dari shotpoint,
disebut normal moveout, yang memberikan kriteria paling penting dalam mengidentifikasi refleksi
dan salah satu metode untuk menentukan nilai kecepatan. Kemiringan (dip) dapat ditemukan
berdasarkan perbedaan waktu kedatangan dari refleksi pada lokasi yang berbeda setelah dilakukan
koreksi normal moveout; dip moveout berhubungan dengan kemiringan lapisan dan juga dengan
sudut pendekatan muka gelombang di permukaan serta kecepatan semu. Dip dan strike reflektor
dapat dilihat dari komponen dip moveout yang terlihat di intersection line seismik.

 Metoda Seismik Refleksi Geometry


Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk melaju
dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan
tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada
suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk
keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur
lapisan tanah. Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-
batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa
 Metoda Seismik Refraksi Geometry

Metoda refraksi biasanya digunakan dalam mengkaji lapisan di bawah permukaan bumi
pada kedalaman dangkal yang berkisar beberapa puluh meter saja, meskipun dalam
beberapa kasus khusus dapat dipedalam dengan berbagai keterbatasannya. Metoda refleksi
di sisi lain telah berkembang dengan pesat khususnya untuk eksplorasi hidrokarbon.
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi
sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi
setelah gangguan pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya data first
break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh
cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok
konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas
batuan.

KARAKTERISTIK EVENT SEISMIK


Pengenalan dan pengidentifikasian dari kejadian seismik didasari oleh lima karakteristik:
(a) koheren(b) ketinggian amplitudo(c) karakter(d) pergerakan dip(e) pergerakan
normalKelimanya adalah hal terpenting dalam pengenalan sebuah event. Ketika sebuah
gelombangyang dapat dikenali menyebar, maka ia menghasilkan efek yang kira kira sama pada
setiap geophone. Apabila gelombang ini cukup kuat maka ia akan override gelombang lain
yangwaktu datangnya bersamaan.

TRANSFORMASI SINYAL GELOMBANG SEISMIK

Data seismik, yang secara alami tidak stasioner, mempunyai berbagai kandungan frekuensi
dalam domain waktu. Dekomposisi waktu-frekuensi (yang juga disebut sebagai spectral
decomposition) dari data seismik merupakan atribut seismik yang bertujuan untuk mencirikan
tanggap frekuensi yang tergantung waktu dari batuan dan reservoar bawah permukaan. Spectral
decomposition yang biasanya dilakukan menggunakan transformasi Fourier untuk menghitung
spektrum amplitudo masing-masing jejak dari jendela waktu yang pendek yang meliputi semua
zona interest. Spektrum amplitudo tersebut dikontrol oleh satuan geologi, sehingga satuan-satuan
dengan sifat dan/atau ketebalan batuan yang berbeda akan menunjukkan tanggap amplitudo yang
berbeda. Jika dekomposisi sinyal dihitung untuk seluruh jejak pada volume seismik 3D dan
direpresentasikan dalam bentuk peta (biasanya sebagai slice frekuensi), peta yang dihasilkan
menunjukkan kemampuan bervariasi secara lateral.

Gambar 2. Ilustrasi dekomposisi sinyal menggunakan transformasi Fourier (Nissen, S.E., 2002)
Pembuatan peta waktu-frekuensi bukan merupakan proses yang unik, sehingga terdapat
berbagai metode untuk analisis waktu-frekuensi dari sinyal-sinyal tidak stasioner. Chakraborty dan
Okaya (1995) menjelaskan bahwa analisis sinyal tidak stasioner seperti sinyal seismik dengan
menggunakan perangkat lunak yang berbasis pada Transformasi Fourier, seringkali tidak bisa
memberikan informasi keadaan bawah permukaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya kelemahan dari perangkat lunak yang berbasis pada Transformasi Fourier tersebut.
Transformasi Fourier tidak dapat mengamati saat terjadinya sinyal dengan frekuensi tertentu.

Metoda Seismik Refraksi


Metoda seismik refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui
bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan di bawahnya yang mempunyai
kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diukur adalah waktu tempuh gelombang dari
sumber menuju geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak dapat ditafsirkan
kondisi batuan di daerah penelitian. Seismik refraksi dipergunakan untuk mendeteksi batuan atau
lapisan yang cukup dangkal dan untuk mengetahui lapisan tanah penutup (overburden).
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi
sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah
gangguan pertama (first break) diabaikan sehingga hanya data first break saja yang dibutuhkan.
Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam
medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material
dan dikenal sebagai parameter elastisitas batuan.

DESAIN AKUSISI METODA SEISMIK REFRAKSI


Peralatan yang digunakan dalam survei seismik refraksi antara lain geophone, seismograf,
baterai, kabel, radio, dan portable drill. Sumber energi yang biasa digunakan antara lain Buffalo
gun, sledge hammer, bahan peledak, drop weight, serta air gun yang umumnya digunakan untuk
survei di danau atau laut.
Gambar Contoh sketsa survei seismik refraksi
Dalam survei seismik refraksi, perlatan disusun seperti gambar diatas. Ada beberapa
parameter lapangan yang harus diperhatikan. Trace adalah point untuk data seismik yang terekam
oleh geophone, sedangkan trace interval adalah jarak antar space. Station unit adalah alat yang
digunakan sebagai pengubah sinyal yang di terima yaitu sinyal analog ke dalam sinyal digital. Far
offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh. Near offset adalah jarak antara
sumber seismik dengan trace terdekat. Jumlah shot point adalah banyaknya SP yang digunakan
dalam satu lintasan. Jumlah trace adalah banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP. Record
length adalah lamanya merekam gelombang seismik. Fold coverage adalah jumlah atau seringnya
suatu titik di subsurface terekam oleh geophone.
Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu garis lurus. Near offset, far
offset, dan jarak antar geophone ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan. Pengambilan data
dilakukan dengan memberikan sumber getaran. Sistem perekaman dilakukan oleh geophone dalam
satu garis lurus dengan sumber getar. Pengukuran dilakukan dengan memberikan impuls vertikal
pada permukaan tanah dan merekam sinyal yang terjadi. Sensor diletakkan sepanjang garis lurus
dari sumber impuls. Akuisisi dalam pengambilan data seismik menggunakan cara end-on. Dari
akuisisi data akan didapatkan data mentah seismik berupa trace-trace seismik dari geophone yang
merekam waktu tempuh gelombang seismik.
PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFRAKSI
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran seismik refraksi adalah berupa data waktu
penjalaran gelombang yang terekam oleh geophone. Kemudian data tersebut dipadukan dengan
data offset geophone sehingga menghasilkan data kecepatan penjalaran gelombang seismik tiap
lapisan dan data ketebalan lapisan. Untuk mengetahui berapa lapisan yang ada di bawah
permukaan, menggunakan grafik hubungan antara offset geophone dan waktu penjalaran
gelombang. Namun di bawah permukaan bumi tidak seluruhnya lapisan berbentuk horizontal
melainkan ada pula yang miring atau berundulasi. Untuk lapisan miring dan berundulasi pada
pengukuran seismik refraksi dapat digunakan beberapa metode untuk memudahkan dalam
interpretasi data diantaranya metode intercept time, metode plus/minus, dan metode hagiwara.
INTERPRETASI DATA SEISMIK REFRAKSI
Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method, dan wave front method. Metode
interpretasi yang paling mendasar dalam analisa data seismik refraksi adalah intercept time.
Metode intercept time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang paling sederhana dan
hasilnya cukup kasar.

Gambar Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel
Gambar Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel

METODE SEISMIK REFLEKSI


Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang memanfaatkan sumber
seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll). Setelah gelombang buatan tersebut diberikan,
maka gelombang tersebut akan merambat melalui medium tanah/batuan di bawah permukaan,
dimana perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah
dan mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat dari adanya perbedaan kecepatan
ketika melalui pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak tertentu di permukaan, gerakan partikel
tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman tersebut selanjutnya dapat
diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.

Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan batuan yang memiliki
sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas batuan (ρ) dan cepat rambat gelombang
(v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis yang mempengaruhi refleksivitas seismik. Dengan
berdasar konsep tersebut sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk lapisan/struktur bawah
permukaan. Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai Impedansi Akustik, dimana sebagai
karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan perkalian antara densitas dan cepat rambat
gelombang pada medium, yang dinyatakan sebagai:

𝐼𝐴 = 𝜌 . 𝑣
Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki perbedaan nilai
impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi pada bidang batas antara kedua
lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai Koefisien Refleksi
:
𝜌2 𝑣2 − 𝜌1 𝑣1 𝐼𝐴2 − 𝐼𝐴1
𝐾𝑅 = =
𝜌2 𝑣2 + 𝜌1 𝑣1 𝐼𝐴2 + 𝐼𝐴1
Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium berbeda nilai IA nya

Koefisien refleksi menunjukkan perbandingan amplitudo (energi) gelombang pantul dan


gelombang datang, dimana semakin besar amplitudo seismik yang terekam maka semakin besar
koefisien refleksinya.

Ilustrasi survey metode seismik

Dalam penerapannya, metode seismik refleksi memiliki beberapa keunggulan


dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Dengan seismik dapat diketahui dan dipetakan
gambaran kondisi struktur bawah permukaan secara lateral maupun vertikal, dapat digunakan
dalam studi stratigrafi dan beberapa kenampakan pola pengendapan, dapat digunakan dalam studi
petrofisika (porositas, permeabilitas, kompaksi batuan), hingga memungkinkan untuk mendeteksi
langsung keberadaan hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Sehingga metode ini dijadikan sebagai
salah satu garda terdepan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi.

Kegiatan survey seismik (eksplorasi) dapat dikelompokkan dalam tiga serangkaian


kegiatan/tahapan utama, yaitu:
Akuisisi data seismik, tidak lain adalah tahapan pengukuran guna mendapatkan data
seismik berkualitas baik di lapangan. Data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan
menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya. Sehingga, dengan data yang baik akan membawa
hasil pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi yang akurat, yang
menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya.

Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan desain survey dan
beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan survey, termasuk juga
kualitas data, yaitu :

 Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target


 Resolusi vertikal
 Kualitas refleksi pada batuan
 Sumber gangguan/noise yang dominan
 Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
 Kemiringan target paling curam
 Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan

Medan pengukuran seismik mencakup pengukuran di darat, di laut, dan di lingkungan


transisi. Selain itu, survey seismik juga dapat dilakukan secara 2 dimensi maupun 3 dimensi.
Masing-masing kondisi tersebut akan memerlukan desain survey dan teknologi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.

Survey Seismik Refleksi Darat


Survey Seismik Refleksi Laut

ANALISA KECEPATAN (VELOCITY ANALYSIS)


Analisa kecepatan adalah upaya untuk memprediksi kecepatan gelombang seismik sampai
kedalaman tertentu. Analisa kecepatan dilakukan didalam proses pengolahan data seismik pada
data CMP (Common Mid Point) gather.
Terdapat empat macam analisa kecepatan:
1. Analisa t^2-x^2 (^2 adalah simbol untuk kuadrat)
2. CVP (Constant Velocity Panels)
3. CVS (Constant Velocity Stacks)
4. Analisa Velocity Spectra: Amplitudo Stacking, Amplitudo Stacking yang dinormalisasi,
Semblance.
Analisa t2-x2
Jika informasi waktu (t^2) dan offset (x^2) pada sebuah hiperbola refleksi (sebelum
dilakukan koreksi NMO) diplot, maka akan menghasilkan garis linear. Kemiringan garis linear ini
mencermikan kecepatan bumi (v^2) dari permukaan sampai batas refleksi yang bersangkutan.
Akar dari v^2 adalah kecepatan bumi yang diprediksi melalui analisis ini.

CVP (Constant Velocity Panels)


Beberapa kecepatan (dari permukaan bumi sampai kedalaman sebuah reflektor tertentu)
di-tes untuk melakukan koreksi NMO pada gather CMP. Kecepatan yang menghasilkan reflektor
horisontal adalah kecepatam CVP.
CVS (Constant Velocity Stacks)
Mirip dengan CVP akan tetapi metoda CVS diterapkan pada CMP gather kemudian
dilakukan Stacking. Kecepatan yang menghasilkan amplitudo stacking yang terbaik (amplitudo
tertinggi) adalah kecepatan CVS yang dipilih.

Analisa Velocity Spectra


Analisis ini dilakukan jika hasil stacking untuk beberapa kecepatan diplot dalam sebuah
panel untuk masing-masing kecepatan. Hasilnya dapat diplot sebagai tras maupun kontur
amplitudo.

MIGRASI GELOMBANG SEISMIK REFLEKSI


Migrasi Seismik adalah tahapan alternatif penting dalam pengolahan data seismik dalam
pengolahan data seismik yang bertujuan untuk memindahkan reflektor miring ke posisi yang
sebenarnya pada penampang seismik. Migrasi juga mampu menghilangkan efek difraksi sehingga
dapat memperjelas gambaran struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga dipandang
sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan resolusi spasial penampang seismik.
Apabila terdapat suatu reflektor miring pada penampang seismik yang kedalaman, maka
posisi sesungguhnya dari reflektor tersebut tidaklah berada di tempat itu. Karena penggambaran
penampang seismik tersebut menggunakan asumsi/rumus perambatan gelombang Snellius pada
bidang datar. Dengan demikian untuk bidang miring perlu dilakukan koreksi secukupnya, yaitu
dengan cara migrasi. Migrasi berarti mengembalikan titik titik reflektor ke posisi sebenarnya.
Terdapat beberapa macam migrasi menurut Yilmaz tahun 1987:
- Kirchhoff migration
- Finite Difference migration
- Frequency-Wavenumber migration
- Frequency-Space migration
INTERPRETASI KUALITATIF
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi suatu teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.
INTERPRETASI KUANTITATIF
Teknik analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistic, menghitung korelasi, regresi, uji
perbedaan, dan analisis jalur. Penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan
analisis yang bersifat naratif-kualitatif.
Teknik Interpretasi data dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) perluaslah hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan hubungan,
perbedaan antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil analisis sebelumnya,
(2) hubungkan temuan dengan pengelaman pribadi,
(3) berilah pandangan kritis dari hasil analisis yang dilakukan,
(4) hubungkan hasil-hasil analisis dengan teori-teori pada bab sebelumnya,
(5) hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
INVERSI DATA SEISMIK DAN ATRIBUT SEISMIK
Atribut didefinisikan oleh Turhan Taner sebagai seluruh informasi yang diperoleh dari data
seismik, baik secara pengukuran langsung maupun dengan perhitungan dan alasan-alasan
berdasarkan pengalaman. Atribut utama sebagai berikut :
a. Kuat Refleksi / Instantaneous Amplitude {A(t)}
b. Fase Sesaat / Instantaneous Phase {θ(t)}
c. Frekuensi Sesaat / Instantaneous Frequency {w(t)}

SEISMIK 3DIMENSI, VERTICAL SEISMIC PROFILING, BOREHOLE SEISMIC


IMAGING
Pada materi ini, mahasiswa akan mempelajari tentang seismik 3 dimensi, vertical seismic
profiling, dan atribut seismik. Seismik 3 dimensi adalah teknologi pencitraan (imaging) bawah
permukaan secara tiga dimensi. Umumnya para geoscientist lebih menyukai data seismik 3D,
karena dapat diperoleh informasi lebih dari berbagai sudut pandang untuk menciptakan gambaran
bawah permukaan.
Vertical Seismic Profiling adalah operasi seismik lubang bor dimana sumber seismik
diletakkan di permukaan bumi sementara geophone diletakkan pada level kedalaman yang berbeda
di sepanjang lubang bor.
Borehole Seismic Imaging adalah pencitraan dalam lubang bor untuk mengkalibrasikan
hasil pengukuran fitur-fitur pada reservoir di sekitar lubang bor

PEMANFAATAN METODA SEISMIK EKSPLORASI


Pada materi ini, mahasiswa akan mempelajari lebih lanjut tentang pemanfaatan metode
seismik dalam eksplorasi, baik seismik refleksi maupun refraksi. Dimana seismik refleksi
umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi. Sedangkan seismik refraksi banyak
digunakan pada studi geologi teknik, eksplorasi mineral, penyelidikan air tanah, pertambangan,
dan lain-lain Studi Kasus Paper Referensi
Pada materi ini, mahasiswa diminta mempelajari/mendiskusikan studi kasus penelitian
terkini mengenai eksplorasi seismik dari jurnal/paper terbaru. Hasil diskusi kemudian
dipresentasikan secara berkelompok
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8714657/Pengertian_Seismik_Eksplorasi_Eksplorasi
repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/.../4.%20BAB%20II.PDF?...4
juanita.blog.uns.ac.id/files/2011/01/gelombang-seismik1.pdf
digilib.unila.ac.id/2063/9/BAB%20III.pdf
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara
Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di

Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB

Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk Memetakan
Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai