Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIOLOGI TANAMAN

“HORMON SITOKININ DAN GIBERELIN”

Disusun oleh

Kelompok 2 Kelas F

Fauzia Hidayati 125040200111024

Fachrurozi Nur U 125040200111155

Faroki Mochtar 125040201111105

Eka Purnamasari 125040201111140

Endang Puji Astutik 125040201111285

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah, Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”HORMON GIBERELIN DAN SITOKININ”.

Dalam penyusunannya, penyusun memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak, karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepadakedua orang tua dan segenap keluarga besar penyusun yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.

Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat dan membawa
barokah bagi semua pembaca.

Malang, 12 Desember 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 4
BAB II ISI ........................................................................................................... 5
2.1 Hormon Giberelin .......................................................................................... 5
2.1.1 Senyawa Dasar Pembentuk Hormon Giberelin .......................................... 5
Karakteristik Kimia Giberelin ............................................................... 5
2.1.2 Tempat Pembentukan Hormon Giberelin ................................................... 6
2.1.3 Cara Kerja Hormon Giberelin .................................................................... 7
2.1.4 Zat yang Diaktifkan dan Dinonatifkan Oleh Hormon Giberelin .............. 10
2.1.5 Cara Aplikasi Hormon Giberelin Pada Tanaman selain Fase Pembungaan
........................................................................................................................... 10
2.2 Hormon Sitokinin ........................................................................................ 11
2.2.1 Senyawa Dasar Pembentuk Hormon Sitokinin ........................................ 11
2.2.2 Macam-Macam Sitokinin ......................................................................... 14
2.2.3 Tempat Pembentukan Hormon Sitokinin .. Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Cara Kerja Hormon Sitokinin.................... Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Efek Fisiologi Hormon Sitokinin ............................................................ 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan
beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan
atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli
berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,
misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem
individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh
(bahasa Inggris plant growth regulator). (Anonymous, 2013a)
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup jenisnya. (Bey, 2005)
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil
(seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan
kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman).

1.2 Tujuan
Mengetahui asal mula dan kinerja fitohormon, khususnya hormon
giberelin dan sitokinin pada reaksi fisiologi tumbuhan

1.3 Manfaat
Mengetahui manfaat lebih dari penerapan fitohormon, khususnya hormon
giberelin dan sitokinin di bidang pertanian
BAB II

ISI

2.1 Hormon Giberelin

2.1.1 Senyawa Dasar Pembentuk Hormon Giberelin


Giberelin sering disingkat dengan GA merupakan diterpenoid yang
menempatkannya dalam keluarga kimia yang sama dengan klorofil dan
karotein. Bagian dasar kimia GA adalah kerangka giban dan kelompok karboksil
bebas. Macam-macam bentuk GA dibedakan oleh penggantian kelompok
hidroksil, metil atau etil pada kerangka giban dan karena adanya cincin laktona
yang dihasilkan oleh kondensasi karbon 20 ke karbon 19 dalam struktur giban
(Gardner, dkk., 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa adanya cincin laktona
seperti GA3, GA4 dan GA9 menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar dari
pada analog serupa yang tidak memiliki cincin laktona seperti GA12 dan GA13.

Hormon giberelin dapat terbentuk dengan senyawa dasar berupa molekul


asetil KoA. Jalur dimana hormon giberelin terbentuk adalah 3 molekul asetil KoA
dioksidasi oleh 2 molekul NADPH untuk memproduksi 3 CoA molekul sebagai
produk samping dan asam mevalonat.

Asam mevalonat kemudian terfosforilasi oleh ATP dan dekarboksilasi untuk


membentuk pirofosfat isopentil, 4 molekul ini membentuk geranylgeranyl
pirofosfat yang berfungsi sebagai donor untuk semua GA atom karbon. Senyawa
ini kemudian dikonversi menjadi copalylpyrophosphate yang memiliki 2 sistem
cincin. Copalylpyrophosphate kemudian dikonversi menjadi kaurene yang
memiliki 4 sistem cincin. Oksidasi selanjutnya mengungkapkan kaurenol (bentuk
alkohol), kaurenal (bentuk aldehida), dan asam kaurenoic masing-masing. Asam
Kaurenoic diubah menjadi bentuk aldehida GA12 oleh dekarboksilasi. GA12
adalah benar sistem cincin 1st gibberellane dengan 20 karbon. Dari bentuk
aldehida GA12 muncul baik 20 dan 19 giberelin karbon tetapi ada banyak
mekanisme yang senyawa lain muncul. (Campbell, 2002)

 Karakteristik Kimia Giberelin

Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua


kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C).
Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10),
sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid
disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma
dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif. (Anonymous, 2013a)
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat
dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang
mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus
hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3
dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain
yang memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’.
Semua giberelin dengan 19 atom adalah asam monokarbosiklik yang mengandung
grup COOH pada posisi 7 dan mempunyai sebuah laktonering.

Gambar 2.1 Struktur GA1

Gambar 2.2 Struktur GA3

Gambar 2.3 Struktur Ent-Gibberellane (gibbal skeleton)

2.1.2 Tempat Pembentukan Hormon Giberelin


Giberelin disintesis di tunas pucuk tanaman, terutama pada primordia daun
baru. Giberelin juga ditemukan pada embryo dan kotiledon biji muda dan di
dalam jaringan buah. Sebagai tambahan, sistem perakaran mensintesis giberelin
dalam jumlah besar, yang bergerak ke atas dalam tanaman. GA ditranslokasikan
dengan mudah di dalam tanaman ke dua arah, tidak seperti auksin, yang sebagian
besar bergerak dari pucuk ke arah bawah.
 Biosintesis dan Transport Giberelin
Biosintesis GA melibatkan 3 metabolit kimia, yaitu asam mevalonat yang
bertindak sebagai pelopor untuk pembentukan isoprena, yaitu bagian dasar dalam
karbon-19 dan karbon 20 kerangka giban, kaurena terbentuk dari isoprena, GA
terbentuk dari kaurena (Leopold dan Kriedemann, 1975 dalam Gardner, dkk.,
1991). Jalur biosintesis giberelin berasal dari prekursor asam mevalonat yang
dibentuk oleh asetil koenzim A. Giberelin disintesis pada daun yang sedang
berkembang, primordium cabang, ujung akar dan biji yang sedang berkembang.
Salisbury dan Ross menyatakan bahwa pengangkutan asam giberelat dalam
tumbuhan tidak terjadi secara polar. Pengangkutan berlangsung melalui difusi.
Selain itu, pengangkutan juga berlangsung melalui xilem dan floem. Giberelin
menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang, tetapi mereka
mempunyai efek yang sedikit di dalam pertumbuhan akar. Di dalam batang,
giberelin menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel. Giberelin
memfasilitasi penetrasi ekspansin ke dalam dinding sel, bekerja sama dalam
meningkatkan perpanjangan sel.

2.1.3 Cara Kerja Hormon Giberelin


Selama pertumbuhan aktif, tanaman akan memetabolisme sebagian besar
giberelin oleh hidroksilasi untuk konjugat aktif dengan cepat dengan pengecualian
GA3. GA3 yang terdegradasi jauh lebih lambat yang membantu untuk
menjelaskan mengapa gejala awalnya terkait dengan hormon dalam bakanae
penyakit yang hadir. Konjugasi aktif akan disimpan atau translokasi melalui floem
dan xilem sebelum pembebasan mereka (aktivasi) pada waktu yang tepat dan
dalam jaringan yang tepat (Arteca, 1996; Sponsel, 1995). Sebagian besar
tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus.
Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2
m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi
GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin.
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan
karena GA3 memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang
menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas
supaya bisa tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh giberelin.
Hal ini karena giberelin diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam sehingga
pengaruhnya hanya pada fase awal pertumbuhan yaitu berupa pemacuan
pertumbuhan tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak terbawa ke fase pertumbuhan
selanjutnya sehingga tinggi tanaman tidak terpengaruh. Penggunaan giberelin juga
bisa terjadi menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi
apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah
tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.
 Fungsi Giberelin
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses
pembelahan sel, meningkatkan pembungaan, memacu proses perkecambahan biji.
Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji
seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak
dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang
akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan
hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase.
Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada
endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan
sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil,
tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu merangsang
pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran buah, merangsang
pembentukan bunga, dan mengakhiri masa dormansi pada biji. Giberelin dengan
konsentrasi rendah tidak merangsang pembentukan akar, tetapi pada konsentrasi
tinggi akan merangsang pembentukan akar.
Giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel
terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan
(prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat. Giberelin
merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak auxin. Giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim
ini akan menghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang. Pada
proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa
adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis
giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang
dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995;
Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
1. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)

Giberelin merupakan hormon yang mampu merangsang pertumbuhan


secara sinergi, baik bagian batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian,
manfaat giberelin yang penting adalah mengatasi masalah genetic dwafism atau
kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism adalah suatu gejala yang di sebabkan
adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman yang tadinya tumbuh kerdil
dapat kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan pemberian giberelic
acid pada tanaman kacang menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.

2. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)

Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set.


Parthenocsrpy adalah proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu ,
pemberian giberelin bermanfaat dalam proses rekayasa untuk menghasilkan buah
yang tak berbiji. Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam meningkatkan
jumlah tandah buah (fruit set) dan meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin
juga dapat menyebabkan buah yang telah di panen tidak cepat busuk, sehingga
lebih tahan lama.

3. Mempercepat Proses Pertumbuhan


Pemberian giberelin pada fase perkecambahan (Germination) sangat
menguntungkan . Giberelin membantu proses anzimatik untuk mengubah pati
menjadi gula yang selanjutnya di translokasi ke embrio. Gula akan di gunakan
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, sehingga pertumbuhan embrio
berlangsung cepat. Pemberian GA3 dapat meningkatkan aktivitas kambium dan
perkembangan xilem sehingga aktivitas pertumbuhan berjalan lancar dan cepat.
Pemberian Giberelin pada tanaman kacang-kacangan akan memacu pertumbuhan
dan mempercepat perambatan. Begitu juga pada tanaman semangka, mentimun
air, dan mentimun yang di semprot giberelin mengalami perpanjangan batang
yang sangat cepat.

4. Mempercepat Proses Pembungaan


Giberelin berfungsi untuk mempercepat proses pembungaan. Giberelin
dapat memenuhi kebutuhan bunga beberapa jenis tanaman pada musim dingin
ketika potosintesis kurang dan memacu taanaman agar berbunga lebih awal.

5. Meningkatkan Produktivitas
Di Amerika serikat, Perkebunan anggur telah menggunakan giberelin
untuk meningkatkan kerenyahan dan ukuran anggur. Di Hawai, giberelin
digunakan untuk meningkatkan produksi tebu. Selain itu, giberelin yang
disemprotkan ke tanaman seledri menyebebkan tanaman bertambah panjang,
bertambah renyah, produksi meningkat. Penggunaan giberelin pada tanaman
anggur tahan terhadap infeksi cendawan. Penyemprotan giberelin dilakukan sejak
tanaman berbunga dan pada fase pembentukan rangkaian buah. Penyemprotan
giberelin pada buah dan daun jeruk nevel bisa mencegah timbulnya gangguan
pada kulit buah dan menjaga agar kulit tetap kencang selama penyimpanan.
2.1.4 Zat yang Diaktifkan dan Dinonatifkan Oleh Hormon Giberelin

 Zat yang diaktifkan oleh hormon giberelin

Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amylase. Enzimtersebut


berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada
endosperm(cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa
merupakan sumber energy pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada
tumbuhan kerdil,tumbuhan akan tumbuh normal kembali.Selain itu,
giberelin bereaksi pada sel-sel yang mengelilingiendosperma yang
menyebabkan pembentukan sejumlah enzim hidrolitik khusus (seperti
amylase dan protease) yang mencerna zat pati dan proteinendosperma
dengam demikian membuat persediaan gula dan asam amino bagi sel yang
sedang tumbu. Asam amino yang tersedia akibat aktivitas enzim protease
merupakan precursor terbentuknya jenis hormon tumbuh yang lain,seperti
triptopan yang merupakan bentuk awal dari auxin.2.

 Zat yang dinonaktifkan oleh hormon giberelin

Penonaktifan suatu zat oleh hormon giberelin tidak diketahui pasti.Tetapi,


hormon tersebut memiliki peran yang tidak sinergis pada dormansi biji dan
penuaan. Hormon giberelin bersifat antagonis dengan asam absisat(ABA)
dan gas etilen. Giberelin dan ABA bersifat antagonis pada
peristiwadormansi biji, dimana giberelin merupakan pemecah dormansi,
sedangkanABA merupakan penyebab dormansi biji. Dormansi merupakan
masaistirahat atau masa dimana biji tidak melakukan mekanisme
metabolic,meskipun berada pada kondisi lingkungan yang sesuai. Sehingga,
ABAdikenal sebagai hormon cekaman pada tumbuhan. Sementara itu, sifat
antagonis antara giberelin dan etilen terjadi pada mekanisme
senescense(penuaan) tanaman. Hormon giberelin dapat menunda atau
mencegah penuaan dan pematangan buah, sehingga suatu tumbuhan tetap
terlihat segar.Sebaliknya, etilen berperan pada proses penuaan tanaman
yaitu pada pemasakan buah dan pengguguran daun.

2.1.5 Cara Aplikasi Hormon Giberelin Pada Tanaman selain Fase


Pembungaan

Pemberian hormon giberelin pada tumbuhan berbeda-beda. Hal


itudikarenakan tiap spesies tumbuhan memiliki perbedaan sifat tanaman,
umur tanaman, serta jenis tanaman tersebut. Umumnya pemberian hormon
giberelinialah pada saat fase pembungaan. Namun, hormon giberelin juga
dapatdiberikan pada biji atau benih yang akan dikecambahkan. Maksudnya
ialahagar perkecambahan berjalan lebih cepat, karena giberelin akan
memacuterbentuknya auksin dan giberelin berfungsi dalam pembesaran
dan pemanjangan sel. Pemberian giberelin terrsebut dapat dilakukan
dengan perendaman benih atau biji, tetapi tidak semua bagian benih atau
biji direndamagar mendapatkan oksigen. Selain itu, pemberiannya dapat
pula dengan penyemprotan. Yang harus diperhatikan dari semua metode
ialah konsentrasidari hormon tersebut.Apabila hormon giberelin diberikan
pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman, maka akibatnya ialah semakin
meningkatnya hormon auksinsehingga semakin cepat membelah serta sel-
selnya akan semakin cepatmembesar dan memanjang oleh giberelin. Cara
pemberiannya dapat dengandisemprotkan pada daun.

2.2 Hormon Sitokinin

2.2.1 Senyawa Dasar Pembentuk Hormon Sitokinin


Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk
substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis)
(Gardner, dkk., 1991).
Sitokinin merupakan senyawa dengan struktur yang menyerupai adenine
(derivate adenine) yang mengawali (memacu) pembelahan sel dan memiliki
fungsi yang mirip dengan kinetin. Kinetin merupakan sitokinin yang pertama kali
ditemukan. Kinetin disebut juga sebagai sitokinin karena senyawa ini juga mampu
memacu sitokinesis (pembelahan sel). Namun merupakan senyawa alami, kinetin
ini tidak disintesis alami oleh tumbuhan oleh karena itu biasanya selalu
mengandung sitokinin sintesis (diartikan bahwa hormon ini disintesisnya di
tempat lain). Yang paling sering ditemukan pada tanaman dewasa ini dinamakan
dengan zeatin yang diisolasi dari tanaman jagung (Arteca, 1996; Mauseth, 1991;
Raven, 1992; Salisbury and Ross, 1992 dalam Author, tanpa tahun).
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu
molekul adenin. Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin
merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin
sintetik (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan
dasar mevalonic acid. Berikut adalah struktur kimia sitokinin.

Gambar 2.4 Struktur dasar dari sitokinin (zeatin)


Gambar 2.5 Struktur Sitokinin yang Lain

2.2.2 Macam-Macam Sitokinin

Sitokinin terbagi dua kelompok yaitu sitokinin alami dan sintetis.


 Sitokinin alami (endogen) adalah zeatin,dihydrozeatin (DHZ),
isopentenyladenosine (IPA).

zeatin
 Sitokinin sintetis adalah N6-Benzyl amino purine (BAP) dan Furfuryl
acetic acid (kinetin),benzyl adenine (benzylaminopurine; BA).Kinetin
merupakan produk samping dari degradasi atau pemecahan zeatin.

 Struktur kimia, sitokinin adalah turunan adenine (BAP, kinetin, zeatin)


dan turunan fenilurea (TDZ). TDZ dan BAP mempunyai respon fisiologi
yang sama, yaitu berperan dalam regulasi pembelahan sel, diferensiasi dan
pertumbuhan jaringan, organ serta biosintesis klorofil
(Gaba,2005)
 Turunan Adenine (amino purines)
 Tersusun dari:
the free nitrogenous base
a nucleoside (base + ribose)
a nucleotide (base + ribose + phosphate)
glycosides
 Keaktifan sitokinin akan hilang jika inti adenin berubah atau rusak
 Molekul adenin sgt penting utk keaktifan sitokinin
 Shg furfuril guanin dan benzil sitosin bersifat inaktif
 Ada bbrp senyawa non purin yg mpy aktifitas sitokinin tp lemah yi N,N-
diphenyl urea, benzimidazole dan myo-inositol
(Gaba,2005)

2.2.3 Tempat Pembentukan Hormon Sitokinin


Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan
(sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal:
kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin
sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif
terutama pada akar, embrio dan buah.
Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju
sel-sel target pada batang. Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar
muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan
(misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan
santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.

(Hendaryono, 1994)

2.2.4 Cara Kerja Hormon Sitokinin


 Transportasi sitokinin

Sitokinin ditransportasikan dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin,


menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Sitokinin yang masuk ke dalam
sistem tajuk dari akar, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan
tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Sitokinin diproduksi dalam akar, akan
sampai jaringan yang dituju dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di
dalam cairan xylem. Ada beberapa macam sytokinin yang telah diketahui,
diantaranya kinetin, zeatin (pada jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron,
dan Benzil Amino Purin (BAP) namun sitokinin ditemukan hampir di semua
jaringan meristem.

Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di


daerah meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini
disintesis dalam akar dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis
sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin.

Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut:


Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer,
isomer ini kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate
dengan bantuan sebuah enzim yang disebut isopentenyl AMP
synthase.Hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5'-fosfat (AMP isopentenyl).
Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl
pemindahan fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke
isopentenyl adenin dengan menghilangkan kelompok ribosa. Isopentenyl
adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami.

Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin.


Enzim ini menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives juga dapat
dibuat tetapi jalur yang lebih kompleks dan kurang dipahami. Ada dua jenis
hormon sitokinin, yaitu zeatin (merupakan sitokinin alami yang terdapat pada
biji jagung) dan kinetin yang merupakan sitokinin buatan. Efek dari sitokinin
berlawanan dengan auksin pada tumbuhan. Contoh jika sitokinin banyak
diberikan pada tumbuhan maka akan banyak tumbuh tunas, tetapi jika sedikit
diberikan pada tumbuhan maka akan terbentuk banyak akar. Hal ini terjadi
karena sitokinin dapat menghentikan dominasi pertumbuhan kuncup atas
(apikal) dan merangsang pertumbuhan kuncup samping (lateral).

 Sinergisme Hormon Giberelin Dengan Sitokinin

Salisbury dan Ross (1992), menyatakan bahwa giberelin tidak


hanyamemacu perpanjangan batang, tetapi juga pertumbuhan seluruh bagian
tumbuhantermasuk daun dan akar. Selain itu giberelin akan merangsang
sintesis auksinyang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Disamping itu
pula, secarasinergis peningkatan giberelin pada suatu tanaman selalu diiringi
oleh peningkatan auksin dan sitokinin. Sehingga giberelin, auksin, dan
sitokinin bekerja secara bersama-sama pada proses pertumbuhan dan
perkembangantanaman meskipun fase yang dipengaruhinya berbeda-beda.
Bentuk sinergismehormon giberelin dan sitokinin, antara lain :

1. Sinergisme hormon giberelin dan sitokinin dalam aktivitas fotosintesis

Hormon giberelin bersinergisme dengan sitokinin pada


aktivitasfotosintesa. Dikarenakan dalam hal tersebut, hormon giberelin
berfungsimerangsang perkembangan sel tanaman (memperbesar dan
memperpanjangukuran sel) yang terbukti dengan bertambahnya tinggi
tanaman dan luas daun,sehingga akan terjadi peningkatan aktivitas
fotosintesa. Sedangkan sitokinin berfungsi memacu perkembangan
kloroplas yang merupakan suatu plastid yangmengandung klorofil dan
merupakan bahan untuk proses fotosintesis. Sitokininsendiri dibentuk
dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, sehingga semakincepat suatu
jaringan aktif membelah (peran auksin dan giberelin), semakincepat pula
terbentuk hormon sitokinin. Sinergisme antara keduanya ialah bahwa
giberelin dapat memperluas ukuran daun, sedangkan sitokinin
berfungsidalam perkembangan kloroplas. Semakin luas ukuran daun, maka
semakin besar pula kloroplas karena semakin banyak klorofil yang
terbentuk, sehinggalaju fotosintesis berjalan lebih cepat.

2. Sinergisme hormon giberelin dan sitokinin dalam memperbesar


ukurandaun muda

Hormon sitokinin juga mampu memperbesar ukuran daun muda.


Berartihal tersebut merupakan sinergisme dengan hormon auksin dan
giberelin.Pembentukan daun muda merupakan hasil dari auksin yang
membelah sel-selmuda tanaman dan sel tersebut diperbesar serta
diperpanjang oleh giberelin.Disamping itu, pembentukan daun muda
tersebut juga dirangsang oleh hormonsitokinin.
3. Sinergisme hormon giberelin dan sitokinin dalam aktivitas pertumbuhan

Hormon giberelin memiliki fungsi dalam meningkatkan aktivitaskambium


dan perkembangan xilem. Sedangkan sitokinin adalah hormon
yangterbentuk pada jaringan yang aktif membelah, terutama pada akar.
Hormonsitokinin akan ditransfer ke bagian tubuh tanaman, khususnya
bagian tanamanyang masih muda, seperti daun, biji, dan buah. Dalam
transfer tersebut,sitokinin bergerak melalui pembuluh xilem dengan
mengikuti aliran air daritanah. Sehingga, jika semakin baik perkembangan
xilem, maka semakin lancar pula laju dari sitokinin, akibatnya aktivitas
pertumbuhan akan meningkat.

4. Sinergisme hormon giberelin dan sitokinin dalam mengatur


pertumbuhandaun pucuk

Hormon sitokinin juga berfungsi dalam mengatur pertumbuhan daun


pucuk. Sedangkan giberelin mampu memperbesar dan memperpanjang
ukuransel terutama sel yang masih aktif membelah. Oleh karena itu,
semakin cepat besar dan panjang suatu sel tanaman maka pertumbuhan
daun pucuk akansemakin cepat karena juga dirangsang oleh sitokinin.

5. Sinergisme hormon giberelin dan sitokinin dalam pembentukan akar

Hormon sitokinin berfungsi merangsang pembentukan akar dan


batang.Hormon sitokinin yang disintesis pada ujung akar, nantinya akan
menghambat penuaan. Sedangkan hormon giberelin merangsang
pembesaran dan pemanjangan sel yang awalnya pembelahan sel tersebut
dilakukan oleh auksin.Selain itu, hormon giberelin juga mampu memacu
perkembangan akar apabila konsentrasinya tinggi. Seghingga, sinergisme
antara giberelin dan sitokinin terletak pada semakin cepatnya pembentukan
akar karena dirangsang oleh sitokinin serta pembesaran dan pemanjangan
sel oleh giberelin. Namun, sinergisme tersebut juga dibantu oleh auksin
dalam pembelahan sel. (Salisbury, 1994)

2.2.5 Efek Fisiologi Hormon Sitokinin

a. Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel


Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif,
khususnya pada akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di
dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke
bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja bersama-sama
dengan auksin; sitokinin menstimulasi pembelahan sel dan
mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap
pertumbuhan sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk
tentang bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang
lengkap.Ketika satu potongan jaringan parenkhim batang dikulturkan
tanpa memakai sitokinin, maka selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi
tidak membelah. Sitokininsecara mandiri tidak mempunyai efek.Akan
tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin,
maka sel itu dapat membelah. (Taiz,2002)
b. Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi dalam
mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas
terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sampai
sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada
dominansi apikal, yaitu hipotesis penghambatan secara langsung,
menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara antagonistis
dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari. Berdasarkan atas
pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk dari
tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas
aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi memanjang
dengan mengorbankan percabangan lateral. Sitokinin yang masuk dari
akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin,
dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio
auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol
penghambatan tunas aksilar. Banyak penelitian yang konsisten dengan
hipotesis penghambatanlangsung ini. Apabila tunas terminal yang
merupakan sumber auksin utama dihilangkan, maka penghambatan
tunas aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak.
Aplikasi auksin pada permukaan potongan kecambah yang terpenggal,
akanmenekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan yang terlalu
banyak memproduksisitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin,
juga bertendensi untuk lebih menyemak dibanding yang normal.
c. Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan,
dengan menghambat pemecahan protein, dengan menstimulasi RNA
dan sintesis protein, dan dengan memobilisasi nutrien dari jaringan di
sekitarnya. Apabila daun yang dibuang dari suatu tumbuhan
dicelupkan ke dalam larutan sitokinin, maka daun itu akan tetap hijau
lebih lama daripada biasanya. Sitokinin juga memperlambat
deteorisasi daun pada tumbuhan utuh. Karena efek anti penuaan ini,
para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya
bunga potong tetap segar.
(Anonymous, 2013a)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon
auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Hormon
tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang aktif
dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman,
hormon tanaman harus memenuhi syarat, yaitu : Senyawa organik yang
dihasilkan oleh tanaman sendiri, Harus dapat ditranslokasikan, Tempat
sintesis dan kerja berbeda, Aktif dalam konsentrasi rendah. Giberelin
merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus
hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang
perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan
pertumbuhan pericarp.

Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk


merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung
akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem

Fungsi Citokinin :

- Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan


cabang akar dan batang dengan menghambat dominansi apikal;

- Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk;

- Memperbesar daun muda;

- Mengatur pembentukan bunga dan buah;

- Menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta


transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.

Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain


adalah seperti di bawah ini :

- Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan


perpanjangan.

- Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang.

- Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan


stratifikasi atau cahaya untuk menginduksi perkecambahan.
- Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia
untuk mobilisasi cadangan benih.

- Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).

- Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan


buah.

- Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2013a http://www.fisiologi-pohon.com/category/pembentukan-dan-


pemanfaatan-hormon/

Bey, Y., W. Syafii, dan N. Ngatifah. 2005.Pengaruh Pemberian Giberelin pada


Media Vacint dan Went Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek
Bulan(Phalaenopsis amabilis BL) Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis.
Vol1(2):57-61

Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002. Biology. Sixth Edition, Pearson


Education. Inc.San Francisco.

Gaba VP. 2005. Plant Growth Regulators in Plant Tissue Culture and
Developmant. Di dalam

Hendaryono, daisy & Arie Wijayani.1994. Teknik Kultur Jaringan.Yogyakarta


:Kanisius.

Murniati dan E. Zuhry. 2002.Peranan Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih


Kopi Robusta Tanpa Kulit. Jurnal Sagu. Vol 1(1):1-5Salisburry dan Ross.
1992.Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB: Bandung.

Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :


ITB Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. Bogor : Pusat
Antar Universitas IPB.

Salisbury.1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.Penerbit ITB.Bandung

Taiz, L., E Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition.SinauerAssociates, Inc.,


Publishers.Sunderland, Massachusetts.

Trigiano RN, Gray JD, editor. Plant Development and Biotechnology.CRC.Press.


New York. P. 87-99

Anda mungkin juga menyukai