PROPOSAL
Oleh
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070
PROPOSAL
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Keperawatan (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Keperawatan
oleh
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070
ii
iii
PERNYATAAN
NIM : 152310101070
Remaja Usia Sekolah Menengah Pertama Full Day School di Kabupaten Jember”
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
Yang menyatakan,
NIM 152310101070
iii
iv
PROPOSAL
oleh
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Ns. Tantut Susanto, M. Kep., Sp. Kom., Ph.D.
iv
v
PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
v
vi
ABSTRACT
Adolescent with full day school, likely can impact maturity development in
emotional autonomy. The role of family very important to optimized adolescent
emotional development. The studi purpose to analized about association among
family social support with emotional autonomy in adolescent with full day school
in Districts of Jember. The research design cross-sectional was conducted 481
adolescent aged 13-15 with stratified random sampling. The questionnaire used to
measure the characteristics of adolescents. The Perceived Social Support From
Family questionnaire used measure the family social support, and emotional
autonomy was measured with Emotional Autonomy Scale questionnaire. A chi
square test was used to analize. The result showed that adolescent’s family social
support have good (70,8%) and high emotional autonomy (54,5%). There is a
significant association between family social support with emotional autonomy of
the adolescent aged junior high school with full day school (ꭓ 2=5,27; p-
value=0,02). Adolescent with moderate family social support can prevent
emotional autonomy immaturity (OR=0,427; 95% CI=0,205-0.891). A family
social support needed to optimize adolescent emotional autonomy. Therefore, the
parents needed koutch to giving social support for adolescent
vi
vii
ABSTRAK
Kata kunci: dukungan sosial keluarga, kemandirian emosional remaja, full day
school, perkembangan remaja, remaja awal.
vii
viii
RINGKASAN
viii
ix
ix
x
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya
Sekolah Menengah Pertama Full Day School di Kabupaten Jember”. Proposal ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Metodelogi
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
Universitas Jember;
2. Ns. Tantut Susanto, M. Kep., Sp. Kom., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
5. Ns. Fitrio Deviantony, M.Kep., selaku Dosen Penguji II, yang membantu
x
xi
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan proposal ini. Penulis berharap, semoga peroposal kegiatan ini dapat
bermanfaat.
Penulis
xi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
RINGKASAN ................................................................................................ viii
PRAKATA ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
xii
xiii
xiii
xiv
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Keaslian Penelitian .............................................................................. 33
4.1 Tabel pembagian sampel per kelas di SMP Al-Baitul Amien dan
SMP Al-Furqon ................................................................................... 44
4.2 Definisi Operasional Dukungan Sosial Keluarga dengan
Kemandirian Emosional ...................................................................... 47
4.3 Skor Respon Jawaban Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga yang
Favorable dan Unfavorable ................................................................ 51
4.4 Blue Print Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga (Perceived Social
Support from Family) .......................................................................... 51
4.5 Skor Respon Jawaban Skala Kemandirian Emosional yang Favorable
dan Unfavorable .................................................................................. 52
4.6 Blue Print Kuesioner Kemandirian Emosional (Emotional
Autonomy Scale).................................................................................. 53
4.7 Pemberian Kode dalam Penelitian ..................................................... 56
5.1 Distribusi Karakteristik Responden .................................................... 63
5.2 Distribusi Dukungan Sosial Keluarga Reamaja .................................. 64
5.3 Distribusi Kemandirian Emosional Remaja ........................................ 66
5.4 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kemandirian Emosional
Remaja................................................................................................. 69
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Teori.................................................................................... 32
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 39
5.1 Dukungan Sosial Keluarga Remaja Usia SMP Full Day School ........ 65
5.2 Kemandirian Emosional Remaja Usia SMP Full Day School ............ 67
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Lembar Inform Orang Tua ......................................................... 70
Lampiran B. Lembar Consent Orang Tua ....................................................... 72
Lampiran C. Lembar Inform Siswa................................................................. 73
Lampiran D. Lembar Consent Siswa .............................................................. 74
Lampiran E. Kuesioner Karakteristik Responden ........................................... 75
Lampiran F. Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga ....................................... 77
Lampiran G. Kuesioner Kemandirian Emosional ........................................... 79
Lampiran H. Hasil Uji Validitas Isi Kuesioner Kemandirian Emosional ....... 82
xvii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
(Rosdahl & Kowaiski, 2008). Terdapat 350 juta yaitu sekitar 22% dari jumlah
dengan usia 10-19 tahun 2016 adalah 6,1 juta. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jember menyebutkan bahwa hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah remaja di
perkembangan emosional remaja (Jahja, 2011). Salah satu peran orang tua adalah
(Potter & Perry, 2009). Oleh karena itu, untuk mencapai perkembangan
menuju remaja yang sehat, mandiri, dan bertanggungjawab (Pieter et al., 2011).
2
pada hubungan sosial (Anggraini & Alam, 2017). Berdasarkan hasil penelitian
dipengaruhi oleh faktor keturunan, pola asuh orang tua, sistem kehidupan di
masyarakat dan dan sistem pendidikan di sekolah (Fadhillah & Faradina, 2016).
emosional remaja seperti perubahan jasmani, pola interaksi dengan orang tua,
remaja yang tidak tercapai akan menyebabkan masalah kesehatan pada remaja.
Masalah kesehatan yang sering muncul pada periode perkembangan remaja antara
(Djiwandono, 2010; Susanto, 2018). Peranan orang tua sangat penting dalam
emosional yang tidak tercapai pada remaja seperti kenakalan remaja. Kenakalan
remaja dapat timbul dari sikap orang tua yang memberikan sedikit dukungan dan
3
lingkungan sosial pertama bagi anak terutama anak usia remaja (Santrock, 2003).
diri remaja (Aristya & Rahayu, 2018). Dukungan sosial dari keluarga khususnya
sosial keluarga yang dilakukan di Jember menunjukkan bahwa orang tua yang
(56,7%) remaja mendapat dukungan sosial dari keluarga tinggi sedangkan remaja
(Sari, 2015). Bentuk dukungan yang diberikan orang tua pada remaja yaitu berupa
1998). Sebagai orang tua perlu mendukung remaja dalam kematangan emosional
remaja yaitu dengan memberikan dukungan sosial pada remaja terutama pada
remaja usia menengah pertama yang mengikuti kegiatan full day school.
Full day school merupakan salah satu program pemerintah terbukti dengan
Republik Indonesia nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah. Hari sekolah
dilaksanakan selama 8 jam dalam sehari (Kemendikbud, 2017). Salah satu alasan
orang tua mengikutsertakan anak dalam program full day school karena sebagian
orangtua saat ini memiliki pekerjaan yang menyita waktu dari pagi hingga sore,
4
jika siang hari anak sudah pulang tidak ada yang menyambut dan menemani
mereka di rumah (Tambunan et al., 2017). Sesuai dengan tujuan full day school
Pendapat lain menjelaskan bahwa penerapan kegiatan full day school dapat
mengurangi aktivitas siswa karena waktu remaja tersita untuk kegiatan di sekolah
kondisi tersebut menyebabkan orang tua dan anak kurang untuk berkumpul karena
Noriyawati, 2017). Terlalu lama berada di dalam sekolah dapat menimbulkan rasa
bosan pada siswa (Hasan, 2006). Namun full day school memiliki kelebihan,
salah satu diantaranya adalah mendidik remaja sehingga remaja dapat lebih
program full day school telah terdaftar dan mendapat rekomendasi dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Jember yaitu SMP Al-Baitul Amien dan SMP Al-Furqan
masih ada beberapa SMP yang menerapkan program full day school namun tidak
dibawah naungan Yayasan Al-Baitul Amien yang menerapkan program full day
school sejak tahun 2009. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Al-Baitul
di SMP Al-Baitul Amien sekitar 8 jam 30 menit yang dimulai pukul 07.00 hingga
15.30. Jumlah siswa di SMP tersebut yaitu 156 siswa sekitar 50% yang berasal
dari daerah Kota Jember dan 50% berasal dari Kecamatan lainnya. Tujuan
penerapan full day school di SMP tersebut yaitu menghindarkan anak dari
swasta dibawah naungan Yayasan Al-Furqon yang menerapkan program full day
berlangsung selama 9 jam 15 menit. Jumlah siswa di SMP tersebut yaitu 325
siswa yang mayoritas berasal dari daerah Kota Jember. Orang tua siswa daari
SMP tersebut mayoritas sibuk bekerja dan pulang hingga sore. Pada tahun 2000,
sebelum diterapkan program full day school siswa pulang pukul 14.00 sedangkan
orang tua siswa masih bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
dengan ke mall, internet, game online, dan mencari kesenangan di luar rumah.
Kejadian tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal tersebut menjadi
salah satu alasan diterapkannya full day school di SMP tersebut karena dengan full
day school siswa memiliki kegiatan yang padat disekolah sehingga setelah pulang
sekolah siswa merasa ngantuk dan tidak memiliki kesempatan untuk mencari
kesenangan di luar rumah. Tujuan dari penerapan full day school di SMP Al-
6
Furqon adalah untuk membentuk akhlak siswa yang baik dan menghindarkan
mandiri, sehat, sukses, dan memiliki kepribadian yang baik. Remaja memerlukan
dukungan orang tua dan tidak hanya dukungan orang tua namun juga perlu ada
peranannya pada orang tua dan remaja dalam perkembangan emosional remaja
(Blais et al., 2002). Peran perawat memfasilitasi remaja untuk dapat mencapai
mandiri secara emosional pada tahap perkembangan selanjutnya (Potter & Perry,
2010). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait hubungan antara
Kabupaten Jember.
1.3 Tujuan
Menengah Pertama yang mengikuti kegiatan full day school di Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember
1.4 Manfaat
Data dan hasil penelitian ini dapat membantu instansi kesehatan seperti
pencarian dari google scholar, Elsevier, dan Pubmed dengan rentang tahun
publish 2013-2018. Hasil literatur dari google sholar dengan menggunakan kata
kunci social support family in adolesence terdapat artikel sebanyak 658 artikel,
terdapat hasil sebanyak 171 artikel. Hasil literatur dari Elsevier dengan
kata kunci social support family in adolesence terdapat 7.079 artikel, sedangkan
dukungan sosial keluarga dengan kemandirian emosional pada remaja usia SMP
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang bersatu dengan ikatan
individu dewasa dan anak yang hidup bersama dengan harmonis (Potter & Perry,
2010). Menurut tahap perkembangan siklus kehidupan keluarga dari Duvall dalam
dengan anak remaja merupakan Tahap V siklus kehidupan keluarga dengan anak
dengan anak remaja menurut Duval 1977 dalam Friedman 1998 antara lain:
Pada tugas perkembangan ini orang tua harus mengubah hubungan dengan
remaja dan orang tua sering menimbulkan konflik. Sehingga tugas perkembangan
keluarga harus berjalan dengan baik dan menyelesaikan konflik yang muncul
dimulai ketika anak-anak sudah lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
(Friedman, 1998). Pasangan suami istri lebih fokus pada tanggung jawab mereka
istri ketika memiliki anak balita dengan anak remaja berbeda. Pasangan suami
istri dengan anak balita sibuk dalam mengasuh anak sedangkan pasangan suami
istri dengan anak remaja dapat lebih fokus pada hubungan perkawinan karena
komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak, sehingga komunikasi
yang terbuka dapat menghindari adanya kesenjangan antar generasi. Pada tahap
ini remaja mulai bergerak dari ketergantungan dan kendali orang tua dan orang
dewasa lainnya melalui periode aktivitas dan pengaruh kelompok teman sebaya
yang kokoh hingga mulai menerima peran-peran dari orang dewasa (Adams, 1971
dalam Friedman, 1998). Dukungan sosial dari keluarga khususnya orang tua
tenang, percaya diri, merasa dicintai dan diperhatikan, serta dapat meningkatkan
rasa percaya diri (Kumalasari & Ahyani, 2012). Dukungan sosial keluarga
meliputi dukungan yang dapat diakses oleh anggota keluarga dan keluarga dapat
mengatakan bahwa dukungan sosial meliputi dua hal antara lain persepsi individu
terkait orang yang ada pada saat dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap
terpenuhi.
Dukungan sosial bersumber dari orang tua, teman sebaya, dan organisasi
komunitas (Sarafino & Smith, 2011 dalam Aristya & Rahayu, 2018). Dukungan
sosial bersumber dari dalam keluarga dan dari lingkungan masyarakat. Dukungan
sosial dapat datang dari jaringan sosial (teman, tetangga atau keluarga besar) yang
orang terdekat seperti orang tua, suami, istri, dan saudara kandung.
luar keluarga inti seperti jaringan kerja sosial dari keluarga inti.
13
tiga sumber dukungan sosial menurut Caplan (1974) dalam Friedman (1998).
a. Jaringan kerja spontan dan informal yaitu kelompok yang memberikan jumlah
kesehatan profesional
kesehatan.
(1998) yang saling terkait. Jenis-jenis dukungan sosial keluarga antara lain
sebagai berikut :
a. Dukungan Instrumental
b. Dukungan Informasional
pemberian nasehat, saran-saran, atau umpan balik. Pada aspek ini keluarga
14
tentang dunia.
c. Dukungan Penilaian
identitas anggota keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga berupa umpan
d. Dukungan Emosional
Pada aspek ini keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
a. Dukungan emosional
kebutuhan psiokososialnya.
dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
tahun (Potter & Perry, 1997; Santrock, 2003). Sedangkan menurut Peraturan
rentang usia 10-18 tahun. Remaja merupakan transisi dari periode anak-anak
menuju dewasa (Mubarak et al., 2015). Pada periode remaja meliputi perubahan
merupakan masa peralihan menuju dewasa untuk menemukan jati dirinya dalam
mengalami masa perubahan dari anak dan mulai beradaptasi pada perubahan-
rentang usia 13-15 tahun (Wong, 2012). Pada usia 13-15 tahun remaja banyak
ketergantungan dan kemandirian yang berhubungan dengan orang tua (Potter &
Perry, 2010). Remaja yang mengikuti full day school memiliki lebih banyak
Pada usia 13-15 tahun (early adolescence) merupakan awal perubahan dari
tahap industri versus perasaan rendah diri menuju tahap identitas versus
anak usia sekolah yaitu tahap industri vs perasaan rendah diri merupakan tahapan
masa anak akhir dengan rentang usia 6-12 tahun. Pada tahan ini, masa perluasan
keterampilan intelektual (Erikson dalam Santrock, 2003). Pada tahap ini anak
mulai memiliki pegalaman baru. Remaja mengalami perubahan dari anak menuju
remaja menurut Erikson (Santrock, 2003). Tahap ini remaja dihadapkan pada
banyak peran baru dan status yang menyangkut perkembangan selanjutnya yaitu
dewasa dengan teman sebaya dan perbedaan jenis kelamin, mencapai kemampuan
dalam melaksanakan peran sosial, menerima perubahan fisik dan menjaga tubuh
17
dengan efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
mempersipkan karir masa depan, serta memperoleh seperangkat nilai dan sistem
etika sebagai panduan dalam berperilaku (Stuart, 2013). Perkembangan emosi dan
sosial pada remaja merupakan sikap yang dicerminkan dengan tingkah laku
kemampuan orang untuk tidak tergantung pada orang tua dengan tidak
mengidealkan orang tuanya, dapat memandang orang tua sebagai orang dewasa
yang lainnya, bergantung pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap
pada kemampuan remaja untuk melepaskan diri secara emosi dengan orangtua
keinginan orang tuanya. Remaja tidak lagi memandang orang tua sebagai orang
teman dalam mendiskusikan berbagai hal saat mendapat masalah. Remaja tidak
hanya melihat interaksi antara orang tua sebatas hubungan antara orang tua dan
dari pada meminta bantuan dari orang tuanya. Remaja mampu menyelesaikan
masalahanya diluar keluarga dan merasa lebih dekat dengan teman sebanyanya
dibandingkan dengan orang tua. Remaja dapat dilihat dari kemampuan untuk
tidak meminta dukungan secara emosional pada orang tua ketika menghadapi
masalah.
tidak datang untuk meminta bantuan orang tua jika mendapat kesulitan,
sehingga merasa memiliki kehidupan pribadi yang tidak selalu diketahui oleh
orang tua.
a. Faktor keturunan
orang tuanya yang dikenal dengan istilah genotip (Gunarsa, 2008). Santrok (2003)
tua dan lingkungan disekitarnya. Misalnya, orang tua yang memiliki sikap
emosional yang tidak stabil akan menurun kepada remaja seperti sikap remaja
dalam bersoisalisasi dengan orang lain dan sebagian lainnya kurang bersosialisasi
Pola asuh orang tua pada anak remaja berperan penting pada perkembangan
remaja (Santrock, 2003). Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang
perkembangan emosi pada remaja (Fellasari & Lestari, 2016). Penelitian lain
menunjukkan bahwa gaya pola asuh orang tua berhubungan dengan kecerdasan
20
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berdampak pada masalah perkembangan
emosi setiap remaja akan berbeda begitu pula dengan jenis kelamin remaja yang
c. Sistem lingkungan
(2003) mengemukakan bahwa faktor keturunan dan faktor lingkungan tidak dapat
dipisahkan. Orang tua yang memiliki predisposisi genetik yang mandiri, orang tua
untuk memunculkan kemampuan dasar anak dalam masa tumbuh kembang anak
lebih tujuh sampai delapan jam dalam sehari (Kemendikbud, 2017). Pernyataan
a. Perubahan jasmani
pada masa pubertas yang merupakan tanda perubahan pada kematangan secara
jasmani yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terjadi selama masa
keadaan tersebut berpengaruh pada kondisi psikis remaja (Astuti, 2005 dalam
tidak semua remaja dapat menerima perubahan pada masa pubertas terutama yang
Perubahan yang muncul pada pola interaksi antara orang tua dengan anak
antara orang tua dan anak dapat membantu remaja dalam mencapai kematangan
emosi (Santrock, 2007 dalam Ramadhianti & Alfiasari, 2017). Interaksi antara
orang tua dan anak memiliki tujuan untuk membentuk karakteristik dan
Remaja tinggal dalam dunia orang tua dan teman sebaya yang saling
kematangan sosial emosional kurang lebih sama dengan remaja (Santrock, 2003).
remaja dengan orang tua menuju interaksi sosial dengan orang lain seperti teman
sebaya (Anggraini & Samsul, 2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Khaira
et al., (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara interaksi
dengan teman sebaya dengan kemandirian remaja yaitu semakin baik hubungan
interaksi remaja dengan teman sebaya maka tingkat kemandirian remaja semakin
baik pula. Pernyataan tersebut sejalan dengan peneliti lain yang mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan tingkat
terbentuk pola pikir yang membantu remaja menemukan jati diri remaja (Lusiana,
secara sosial dengan bermacam teman sebaya dan guru yang memili latar
(Susanto, 2018). Dampak positif dari ketercapaian remaja ditunjukan dalam sikap
yang optimal pada remaja dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari remaja yaitu
remaja dapat berprestasi, memiliki rasa percaya diri, memiliki pribadi yang
mandiri, dapat mengenal diri sendiri dan lingkungan, dapat mengambil keputusan,
dan mengarahkan diri sendiri untuk mewujudkan remaja yang mandiri (Susanto,
2018).
rasa nyaman pada masa kanak-kanak. Sehingga, upaya untuk memutuskan ikatan
tersebut harus menentang keinginan dan aturan orang tua (Budiman, 2012).
menjadi sikap mandiri. Jika ke cmandiran emosional tidak tercapai dengan baik
2018).
bentuk dan isinya oleh berbagai kelompok perilaku dan sikap terhadap sekolah,
menerapkan program pendidikan full day school. Program tersebut sesuai dengan
Indonesia nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah yang mengarah pada sekolah
sehari penuh karena siswa dituntut untuk belajar selama 7-8 jam sehari.
Full day school merupakan istilah dari bahasa inggris yang berarti sekolah
sehari penuh. Full day school merupakan sebuah model pendidikan yang
menerapkan peserta didik sehari penuh berada di sekolah untuk melakukan proses
bahwa full day school merupakan istilah untuk menggambarkan sekolah khusus
untuk anak-anak dengan masalah perilaku atau kondisi psikologis (Holm, 2014).
memahami pelajaran lebih mendalam. Sistem pembelajaran full day school dapat
yang baik untuk mengembangkan pendidikan secara tepat. Full day school
merupakan alternatif dari penuruan moral yang seperti saat ini dengan
Sistem pembelajaran dengan full day school memiliki tujuan yang baik
akidah dan akhlak siswa dan menanamkan nilai-nilai positif. Studi lain
mengemukakan bahwa program full day school bertujuan untuk membina akhlak
dan membentuk karakter yang baik pada peserta didik (Ningsih & Sugiaryo,
2016). Program tersebut tidak hanya memberi pengetahuan saja tetapi juga
juga kekurangan dalam penerapannya. Ditinjau dari kelebihan program full day
school yaitu dapat lebih diarahkan demikian juga pada aspek psikomotoriknya
26
remaja lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan misi dan orientasi
lembaga bersangkutan, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak
awal sudah diarahkan. Penerapan full day school juga terbukti efektif dalam
Sistem pembelajaran model full day school tidak terlepas dari kekurangan.
Menurut Hasan (2006), antara lain adalah sistem full day school menimbulkan
rasa bosan pada siswa karena siswa akan lebih lama berada di sekolah dari pada di
luar sekolah. Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan
kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus dari siwa. Sistem
pengelola, agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang berpola full
kabutuhan anak terutama dalam tahap perkembangan remaja serta tanggung jawab
pemahaman tentang perkembangan remaja dapat menolong remaja dan orang tua
untuk mengantisipasi terjadinya stres pada remaja (Potter & Perry, 1997). Perawat
yang menangani remaja perfokus pada perubahan remaja menuju orang dewasa
dengan mempertimbangkan aspek sosial, emosi, dan fisik pada keluarga, sekolah,
dan kelompok teman sebaya (Stuart, 2013). Perawat sebagai profesional tenaga
kesehatan memiliki peran yang penting dalam perawatan keluarga dengan anak
semua kelompok usia dan unit keluarga. Perawat memberikan perawatan ketika
perkembangan yang sehat. Seperti program pendidikan kelompok untuk orang tua
terkait cara menghadapi remaja dan meningkatkan pengetahuan orang tua tentang
perkembangan remaja.
emosional remaja.
aktual dan potensial. Peran perawat sebagai peneliti bertujuan untuk memperluas
kesehatan.
dengan orang tua dan memperkokoh kemampuan alamiah menjadi orang tua,
pengajaran, pemberi dukungan, dan model peran dianjurkan agar orang tua
pada Remaja
diri, dan ini memerlukan waktu dan kemampuan individu untuk merespon
tuntutan-tuntutan yang timbul baik berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Orang tua dengan anak remaja perlu belajar untuk menerima kenyataan
Pada tahap perkembangan remaja menuju dewasa, peran keluarga terutama orang
30
remaja (Friedman, 1998). Dukungan sosial dalam hal ini sangat berperan penting
pada tahap perkembangan remaja. Remaja akan merasa didukung apabila dihargai
dan dicintai orang-orang sekitarnya dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan
(2016), menyatakan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya pada remaja
remaja. Ketercapaian perkembangan remaja tidak lepas dari dukungan sosial baik
remaja adalah kemandirian emosional (Rosdahl & Kowaiski, 2008). Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan satu individu dengan jenis kelamin yang sama
dan orang tua. Remaja mulai berhubungan dengan orang lain lawan jenis dan
orang dewasa disekitarnya (Jahja, 2011). Sesuai dengan pernyataan Steinberg &
tua, memandang orang tua sebagai orang dewasa lainnya, bergantung pada dirinya
sendiri, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Hal tersebut merupakan
31
emosional.
hubungan dengan teman sebaya. Meskipun remaja mandiri secara emosi, remaja
tetap menjalin hubungan dengan orangtua namun remaja dapat memandang orang
tua sebagai orang dewasa lainnya. Remaja yang mandiri secara emosional tidak
membebankan pikiran orang tua meski dalam masalah. Remaja yang mandiri
secara emosional tidak melihat orang tua mereka sebagai orang yang tahu atau
bergantung pada orang tua. Anggraini & Alam (2017) menyatakan bahwa
tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tapi
juga dari anggota masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, ketercapaian tugas
2. (Adler- Penelitian tersebut Desain penelitian cross- Terdapat hubungan Hubungan yang positif
constantinescu, bertujuan untuk sectional. Dukungan signifikan yang positif antara dukungan sosial
Be, & mengeksplorasi hubungan sosial diukur dengan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri
Negovan, antara dukungan sosial Multidimensional Scale of dengan penerimaan diri pada remaja, sehingga
2013) dengan penerimaan diri Perceived Social Support pada remaja. penerimaan diri dari
pada remaja. (MSPSS). Penerimaan penting dalam masa
diri remaja diukur dengan peralihan antara sikap
34
3. (Ikiz & Savi, Menginsvestigasi Penelitian tersebut Terdapat hubungan yang dukungan sosial
2010) hubungan antara merupakan deskriptif signifikan positif antara keluarga penting dalam
dukungan sosial dengan study. Dukungan sosial dukungan sosial dengan perkembangan harga diri
harga diri pada remaja. pada siswa diukur dengan harga diri siswa. remaja.
kuesioner Social Support
Appraisals Scale For
Children and Adolescents
SSASFCA), harga diri
siswa diukur dengan
kuesioner Coopersmith
Self-Esteem Inventory
Short Form (SEISF).
4. (Ahmed, Untuk mengetahui Desain penelitian cross- Hasil penelitian Dalam keperawatan
Minnaert, hubungan antara sectional. Penerimaan menunjukkan bahwa dapat diterapkan karena
Werf, & penerimaan dukungan dukungan sosial diukur terdapat hubungan dukungan sosial penting
Kuyper, 2010) sosial (orang tua, teman dengan kuesioner Child antara dukungan sosial dalam memicu motivasi
sebaya, dan guru ) dengan and Adolescent Social (orang tua, teman emosi pada remaja.
motivasi kepercayaan dan Support Scale, sebaya, dan guru) yang
emosional pada remaja kepercayaan diukur mendukung pencapaian
awal. dengan kuesioner yang melalui jalur motivasi
diadaptasi dari Wigfield dan emosi pada remaja.
and Eccles tahun 2000.
35
5. Camara, Untuk mengetahui jenis Penelitian tersebut adalah Hasil penelitian Dukungan emosional
Bacigalupe, & dukungan yang penelitian kuliatatif. menunjukkan bahwa mendukung remaja
Padilla, 2015) dibutuhkan remaja yaitu Responden penelitian jenis dukungan yang selama tahap
emosional. terdapat 80 remaja yang dibutuhkan remaja yaitu perkembangannya.
terdiri dari pada 43 laki- emosional.
laki dan 37 perempuan
yang berusia antara 15–16
tahun.
6 Hadidi, & Untuk mengetahui Desain penelitian Cross- Hasil penelitian Dukungan sosial
Khateeb, 2014 perbedaan antara remaja cultural studies. menunjukkan bahwa dibutuhkan oleh remaja
yang mendapat dukungan Dukungan sosial diukur remaja dengan gangguan dengan gangguan
dan tidak mendapat dengan kuesioner pendengaran banyak pendengaran.
dukungan keluarga. Multidimensional Scale of mendapat dukungan
Perceived Social Support sosial.
(MSPSS).
7 Sai, L. et. all, Mengetahui hubungan Desain cross-sectional Hasil penelitian Dalam
2016 antara strategi regulasi dengan korelasi untuk menunjukkan bahwa perkembangannya
emosi dengan gejala mengetahui hubungan terdapat hubungan yang remaja rentan
depresi pada remaja. pada remaja yangberusia signifikan antara strategi mengalami gejala
12-18 tahun. Regulasi regulasi dengan gejala depresi dan gejala
emosi diukur depresi remaja. depresi tidak muncul
36
8 Wahyuni, 2016 Untuk mengetahui Desain penelitian Ada hubungan antara Kemampuan sosialisasi
hubungan antara menggunakan cross- dukungan sosial teman remaja yang semakin
dukungan sosial teman sectional. Alat ukur yang sebaya dengan baik menunjukkan
sebaya dugunakan skala kemampuan bahwa remaja tersebut
dengan kemampuan Dukungan Sosial Teman bersosialisasi pada siswa mendapat dukungan
bersosialisasi pada siswa Sebaya dan Kemampuan SMK Negeri 3 Medan. sosial yang baik dari
SMK Negeri 3 Medan Bersosialisasi. Metode teman sebayanya.
analisis data yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
Analisis korelasi Product
Moment dari Karl
Pearson.
9 Sancahya, & Untuk mengetahui Metode penelitian yang Ada hubungan positif Dukungan sosial
Susilawati, hubungan antara digunakan korelasi antara dukungan sosial keluarga pada remaja
2014 dukungan sosial keluarga kuantitatif. Metode keluarga dengan self yang baik maka
dengan self esteem pada pengumpulan datanya esteem pada remaja di penerimaan diri remaja
remaja di Kota Denpasar yaitu skala dukungan Kota Denpasar pada saat menuju
37
12 Ayu, 2015 Untuk mengetahui Desain penelitian ini Tidak ada hubungan Dalam menyelasaikan
hubungan antara cross-sectional dengan yang signifikan antara masalah yang dialami
dukungan sosial dari metode kuantitatif. dukungan sosial dari remaja, tidak hanya
teman sebaya dengan Pengumpulan data teman sebaya dengan dukungan sosial yang
38
problem solving pada menggunakan kuesioner problem solving pada dapat membantu remaja
remaja. yakni skala dukungan remaja dalam menyelesaikan
sosial dan skala problem masalah.
solving.
13 Paramitasari, & Untuk mengetahui apakah Jenis penelitian ini Terdapat hubungan yang Kematangan emosi pada
Alvian, 2012 terdapat hubungan antara penjelasan (explanatory signifikan antara remaja pada
kematangan emosi research). Alat kematangan emosi perkembangannya, dapat
dengan kecenderungan penguumpul data berupa dengan kecenderungan mempermudah remaja
memaafkan pada remaja kuesioner kematangan memaafkan pada remaja untuk memaafkan orang
akhir. Emosi dan alat ukur akhir. lain ketika terdapat
memaafkan The Enright masalah.
Forgiveness Inventory
(EFI) yang dikembangkan
oleh Enright and Human
Development Study
Group.
39
Pada bab ini akan menguraikan kerangka konsep dari peneliti yang akan
Honggowiyono (2015).
40
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: diteliti
: tidak diteliti
sectional. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga sedangkan variabel dependen pada
Populasi pada penelitian ini adalah remaja usia Sekolah Menengah Pertama
tahun ajaran 2018/2019 yang mengikuti full day school. Alasan pengambilan
populasi adalah remaja usia Sekolah Menengah Pertama dengan rentang usia 13-
15 tahun. Alasan populasi penelitian remaja yang berusia 13-15 tahun karena 90%
kelompok usia 13-15 tahun bersekolah di SMP atau MTs (Kepmendiknas, 2014).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang mengikuti program
full day school di Kabupaten Jember. Terdapat 2 SMP menerapkan program full
day school yang terdaftar dan mendapat izin dari Dinas Pendidikan di Kabupaten
42
Jember yaitu SMP Al-Baitul Amien dengan jumlah siswa 156 dan SMP Al-
Furqon dengan jumlah siswa 325. Jumlah populasi pada penilitian ini adalah 481
siswa.
Menengah Pertama yang masih aktif pada tahun ajaran 2018/2019 yang mengikuti
kegiatan full day school di Kabupaten Jember. Besar sampel minimal penelitian
N2h 2h
Nh 2h
N = besar populasi
Wh = fraksi dari observasi yang dialokasi pada strata-h= N h/N, Jika digunakan
alokasi setara, W = 1/L
5%, maka peneliti menggunakan nilai Z tabel yaitu 1,96. Penghitungan sampel
2h = 309,8
d = 0,05
L = 12
N = 481
12 1
Wh = 481 = 40
1,96² ∑12
ℎ−1 481²309,8 . 40
n=
481²0.05²+ 1,96² ∑12
ℎ−1 481.309,8
11011396,5
n= 57245,1
n = 192,3
n = 192
sampling yang digunakan untuk menentukan obyek yang akan diteliti berstrata.
siswa. Terdapat 2 SMP di Kabupaten Jember yang menerapkan sistem full day
156
SMP Al-Baitul Amien = [481 × 100 %] × 192
= 32,4 % × 192
= 62,2 = 62 siswa
325
SMP Al-Furqon = [481 × 100 %] × 192
= 67,6 % × 192
Tabel 4.1 Pembagian proporsi per kelas di SMP Al-Baitul Amien dan SMP Al-
Furqon
Sampel
SMP Unit kelas Proporsi per kelas per
kelas
Al- Kelas VII laki-laki 26/156 × 100% = 16,7% × 62 10
Baitul Kelas VII perempuan 31/156 × 100% = 19,8% × 62 13
Amien Kelas VIII laki-laki 28/156 × 100% = 17,9% × 62 11
Kelas VIII perempuan 26/156 × 100% = 16,7% × 62 10
Kelas IX laki-laki 24/156 × 100% = 15,3% × 62 10
Kelas IX perempuan 20/156 × 100% = 12,8% × 62 8
Al- Kelas VII laki-laki 75/325 × 100% = 23,0% × 130 30
Furqon Kelas VII perempuan 64/325 × 100% = 19,6% × 130 26
Kelas VIII laki-laki 53/325 × 100% = 16,3% × 130 21
Kelas VIII perempuan 47/325 × 100% = 14,4% × 130 19
Kelas IX laki-laki 50/325 × 100% = 15,3% × 130 20
Kelas IX perempuan 36/325 × 100% = 11,0% × 130 14
Total 192
Sumber : Dapodik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2018).
Jember yang menerapkan program full day school. Kriteria sampel ditetapkan
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
mendatangi remaja di sekolah tersebut sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan
emosional. Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut :
47
Tabel 4.2 Definisi Operasional Dukungan Sosial Keluarga dengan Kemandirian Emosional pada Remaja usia Sekolah Menengah
Pertama yang mengikuti kegiatan full day school
a. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh dari remaja itu sendiri. Data primer
b. Data sekunder
Peneliti memberikan surat izin dari fakultas ke LP2M setelah mendapat izin
penelitian dari fakultas. Peneliti mengajukan surat pengantar dari fakultas kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk meminta surat izin penelitian di dinas
menerapkan kegiatan full day school. Peneliti mengacak sekolah yang akan
dilakukan penelitian sesuai dengan besar sampel yang dibutuhkan. Peneliti yang
49
menjelaskan kepada pihak intitusi yang terpilih dan meminta izi melakukan
Peneliti meminta izin kepada guru wali kelas untuk meminta persetujuan
penelitian yang akan dilakukan pada siswa. Peneliti membagikan surat izin pada
siswa dan memberikan penjelasan pada siswa untuk diberitahukan ke orang tua
siswa masing-masing. Peneliti memberikan petunjuk pada siswa bahwa surat izin
penelitian dibawa pulang dan ditanda tangani oleh orang tua siswa dan dibawa
kesekolah keesokan harinya. Siswa yang tidak diizinkan oleh orang tua tidak
dilakukan penelitian.
responden tentang tujuan, manfaat dari penelitian yang dilakukan, dan proses
instrumen A yang berisi karakteristik responden yang meliputi data yang berisi
yang berisi tentang dukungan sosial dan kemandirian emosional. Kuesioner diisi
apabila pertanyaan dari kuesioner sulit dimengerti. Kuesioner yang telah diisi
dikumpulkan dan diperiksa oleh peneliti. Data yang telah diperoleh dari kuesioner
remaja yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, jumlah
saudara, tinggal serumah dengan orang tua, dan orang tua yang masih ada.
Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan tentang dukungan sosial keluarga yang
favorable dan unfavorable item memiliki nilai berbeda yang disajikan dalam tabel
Tabel 4.3 Skor Respon Jawaban Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga yang
Favorable dan Unfavorable
Skor
Jawaban
Favorable Unfavorable
Ya 3 2
Tidak 2 3
Tidak tau 1 1
jawaban “ya” diberi skor 3 karena menunjukkan bahwa ada dukungan dari
keluarga, jawaban “tidak” diberi skor 2, dan jawaban “tidak tau” diberi skor 1.
menunjukkan ada dukungan, jawaban “ya” diberi skor 2, dan jawaban “tidak tau”
Tabel 4.4 Blue Print Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga (Perceived Social
Support from Family)
Nomor item
Indikator Difinisi Favorable Unfavorable Jumlah
Informasional Keluarga sebagai sumber 6, 10, 15 4 4
informasi
Penilaian Keluarga memberikan 2, 7, 9, 13, 18 16 6
dukungan dalam
pemecahan masalah
Instrumental Keluarga memberi 1, 11, 14, 17 4
dukungan yang konkrit
atau secara nyata
Emosional Keluarga memberikan 5, 8, 12 3, 19, 20 6
dukungan emosional
Jumlah 15 5 20
52
untuk mengetahui adanya dukungan sosial keluarga. Interperasi hasil total skor
yang diperoleh di klasifikasikan menjadi tiga yaitu kurang, cukup, dan baik.
c. Kemandirian emosional
kemandirian emosional yang telah baku dan dilakukan back translate dalam
emosional dibagi menjadi bebrapa jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju dengan nilai yang berbeda. Masing-masing indikator
terdapat favorable dan unfavorable item memiliki nilai berbeda yang disajikan
Tabel 4.5 Skor Respon Jawaban Skala Kemandirian Emosional yang Favorable
dan Unfavorable
Skor
Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, jawaban “setuju” diberi skor 3, “tidak
53
setuju” diberi skor 2, dan jawaban “sangat tidak setuju ” diberi skor 1. Sedangkan
untuk indikator unfavorable, jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 4, jawaban
“tidak setuju” diberi skor 3, “setuju” diberi skor 2, dan jawaban “sangat setuju”
diperoleh dengan r tabel. Jika diperoleh hasil r hitung lebih besar dari r tabel
keluarga (Perceived Social Support From Family) sudah pernah dilakukan uji
validitas oleh Priastana et al., (2018). Berdasarkan hasil uji validitas tersebut
dilakukan terhadap 20 item pernyataan tersebut memiliki nilai r hitung > r tabel
kuesioner versi Bahasa Inggris yaitu Emotional Autonoy Scale dari Steinberg
dilakukan uji validitas terlebih dahulu sebelum digunakan yaitu dengan Content
Validitas isi melibatkan ahli untuk menilai setiap item dari kuesioner sudah
sering digunakan dalam riset keperawatan (Polit & Beck, 2006). Terdapat empat
cukup relevan, 4 = relevan (Polit & Beck, 2007). Isi kuesioner menunjukkan valid
jika hasil dari CVI lebih dari 0,80 (Polite & Beck, 2010). Conten validity index
(CVI) pada penelitian ini melibatkan tujuh dosen yang ahli dalam bidang
hasil CVI dari penilaian ahli didapatkan hasil 0,97 menunjukkan bahwa isi
Cronbach’s. Pada uji reliabilitas nilai r hasil merupakan nilai a. Jika a > r tabel
(Perceived Social Support From Family) sudah pernah dilakukan uji reliabilitas
oleh Priastana et al., (2018). Berdasarkan uji reliabilitas tersebut didapatkan hasil
bahwa setelah dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan hasil Cronbach Alpha
0,752 atau lebih besar dari 0,6 yang berarti item pertanyaan tersebut adalah
remaja.
4.7.1 Editing
suatu kegiatan untuk mengecek dan memperbaiki isian kuesioner yang sudah diisi
perbaikan pada daftar pernyataan kuesioner yang telah diisi oleh responden.
56
Bagian kuesioner yang diperiksa antara lain kelengkapan isi pertanyaan kuesioner,
4.7.2 Coding
berbentuk kalimat menjadi data yang berupa angka (Notoatmodjo, 2010). Coding
4.7.3 Entry
sudah diubah dalam bentuk kode (angka) ke dalam program pengolahan data di
SPSS. Program pengolahan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengolah
4.7.4 Cleaning
pengolahan data dengan melakukan pembetulan atau koreksi pada data yang
mungkin salah dan tidak lengkap dalam memasukan kode (Notoatmodjo, 2010).
pekerjaan orang tua merupakan data kategorik yang dianalisis untuk menghitung
distribusi frekuensi dan presentase, sedangkan usia merupakan data numerik yang
minimal. Penelitian ini memeiliki dua variabel yaitu dukungan sosial keluarga dan
1) Kurang = 20-33
2) Cukup = 34-47
3) Baik = 48-60.
Kuesioner tersebut terdiri dari empat persebaran yaitu sangat setuju, setuju, tidak
> 60 = Tinggi
40 – 60 = Sedang
˂ 40 = Rendah.
adalah kategorik dan kategorik dengan skala kedua variabel adalah ordinal
sehingga dilakukan uji analisis non parametrik yaitu Chi Square uji asosiasi (Chi-
Square Test for Association). Uji tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel. Syarat yang harus terpenuhi untuk menggunakan uji Chi
Square yaitu ukuran sampel harus besar, angka hasil observed value pada cell
tidak boleh sama dengan nol, dan angka prediksi (expected value) dalam setiap
60
cell harus lebih dari 5. Peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan
derajat kesalahan “a” sebesar 0,05. Ha diterima jika p value < alpha dengan
juga menjelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan manfaat penelitian yang akan
disediakan peneliti.
penelitian yang meliputi nama, usia, dan alamat responden agar tidak diketahui
menjelaskan bahwa perlakuan yang diberikan kepada responden adalah sama dan
penelitian kapan pun yang diinginkan responden. Kerahasiaan pada penelitian saat
penelitian.
62
didapatkan hasil bahwa terdapat dua SMP yang menerapkan program full day
shool. Sekolah menengah pertama tersebut adalah SMP Al-Baitul Amien dan
SMP Al-Furqon Kabupaten Jember. SMP Al-Baitul Amien memiliki jumlah siswa
sebanyak 156 dan SMP Al-Furqon memiliki jumlah siswa sebanyak 325. Total
jumlah populasi pada penelitian ini adalah 481 remaja usia sekolah menengah
SMP full day school Al-Baitul Amien dan Al-Furqon di Kabupaten Jember.
pendidikan, pekerjaan orang tua, tempat tinggal siswa, jumlah saudara kandung,
orang yang tinggal serumah dengan siswa, dan orang tua masih utuh.
sebagai berikut.
63
Dari tabel 5.1, dapat diketahui bahwa karakteristik remaja usia sekolah
menengah pertama yang mengikuti kegiatan full day school di SMP Al-Baitul
Amien dan SMP Al-Furqon pada penelitian ini adalah usia partisipan memiliki
nilai tengah 14 dengan rentang percentiles 25-75 yaitu 13 sampai dengan 15.
64
Partisipan pada penelitian ini paling banyak adalah remaja laki-laki (57,8%),
remaja mayoritas tinggal di kota (76,6%) dan hanya sebagian remaja yang tinggal
di desa. Karakteristik pekerjaan orang tua siswa yang paling banyak adalah
kandung dari partisipan yang lebih banyak adalah dua (42,9%), dan orang tua
Dukungan sosial dari keluarga yang diterima oleh partisipan tidak sama,
dukungan sosial keluarga partisipan dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai tengah dari
dukungan sosial keluarga yang diterima oleh remaja usia sekolah menengah
pertama yang mengikuti program full day school di Kabupaten Jember adalah 51
dengan rentang percentiles 25-75 yaitu 45 sampai 55. Hasil dari uji Kolmogorov-
Smirnov Test menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga dari 154 remaja
terdiri dari tiga tingkatan yaitu, dukungan sosial kurang, dukungan sosial cukup,
dan dukungan sosial baik, sehingga dari 154 partisipan akan diproporsi dengan
dukungan sosial keluarga pada remaja usia sekolah menengah pertama di SMP
full day school Kabupaten Jember dapat dilihat pada gambar 5.1 sebagai berikut:
Dukungan
Sosial Cukup
29,2%
Dukungan
Sosial Baik
70,8%
keluarga yang diterima oleh remaja usia sekolah menengah pertama di SMP Full
Day School Kabupaten Jember paling banyak yaitu dukungan sosial keluarga baik
emosional remaja usia sekolah menengah pertama yang mengikuti full day school
95%
Confidence
Kemandirian Emosional M ± SD t Signifikansi Interval
Min Max
Tidak mengidealkan orang
tua
Tidak bergantung pada
orang tua
50,86 ± 5,48 115,14 <0,001 a 49,98 51,73
Menganggap orang tua
orang dewasa lain
Bertanggungjawab pada
diri sendiri
Catatan: M=Mean; SD = Standar Deviasi; t = Nilai Hitung One Sample Test;
a
=Signifikan dengan One Sample Test
Sumber: Data Primer Penelitian, Januari 2019
remaja usia sekolah menengah pertama di SMP full day school Kabupaten Jember
sangat signifikan dengan nilai rata-rata 50,86 ± 5,48 (t = 115,14; 95% CI = 49,98-
melihat nilai dari partisipan. Adapun proporsi kemandirian emosional remaja usia
sekolah menengah pertama yang mengikuti full day school di Kabupaten Jember
Kemandirian Emosional
2,6%
kemandirian emosional remaja usia sekolah menengah pertama di SMP full day
usia sekolah menengah pertama di SMP full day school di Kabupaten Jember,
dianalisis menggunakan uji chi square. Uji ini menggunakan tabel 2x2 yang
kemandirian remaja menjadi dua dengan menggunakan nilai cut off point, yaitu
Analisa data penelitian ini menggunakan uji dengan tabel 2x3 tidak
memenuhi syarat dilakukan uji chi square karena terdapat nilai expected kurang
dari lima lebih dari 20% dari jumlah sel, sehingga menggunakan uji alternatif
yaitu dengan cara menggabungkan antar sel menjadi 2x2 dengan alasan subjek
yang memiliki kategori rendah paling sedikit (Dahlan, 2013). Adapun hasil
analisis dengan tabel 2x2 yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai
berikut.
69
antara dukungan sosial keluarga dan tingkat kemandirian emosional remaja usia
sekolah menengah pertama di SMP full day school Kabupaten Jember. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil uji Chi Square yang hasilnya adalah remaja yang
emosional remaja usia sekolah menengah pertama di SMP full day school
antara dukungan sosial keluarga dengan kemandirian emosional pada remaja usia
sekolah menengah pertama yang mengikuti kegiatan full day school di Kabupaten
70
Jember. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Steinberg & Silverberg dalam
Kaur (2013), remaja yang mandiri dalam aspek emosional ditandai dengan
kemampuan remaja untuk tidak bergantung pada orang tua terutama secara
emosional. Penelitian ini, remaja yang mendapat dukungan sosial cukup dari
keluarga memiliki kemandirian emosional tinggi. Oleh karena itu sebagai orang
dengan memberikan dukungan sosial yang cukup pada remaja maka akan
pertama di SMP full day school Kabupaten Jember menerima dukungan sosial
keluarga cukup sampai dengan baik (K-S = 1,507;p-value 0,02). Dukungan sosial
keluarga yang diterima oleh remaja usia sekolah menengah pertama di SMP Full
Day School Kabupaten Jember paling banyak yaitu dukungan sosial keluarga baik
(70,8%) dan dukungan sosial keluarga cukup (29,2%). Remaja tersebut menerima
remaja di desa.
keluarga pada penelitian ini berbeda, seperti faktor usia dan pekerjaan orang tua .
Sejalan dengan Peter (2015), seiring dengan bertambahnya usia kehidupan sosial
71
remaja semakin meluas sehingga peran dan dukungan orangtua mulai berkurang
karena remaja mencoba untuk menjadi individu yang mandiri. Faktor selanjutnya
yaitu pekerjaan orang tua, pada penelitian ini mayoritas orang tua bekerja sebagai
wiraswasta (44,8%). Orang tua yang bekerja di kantor memiliki kesibukan yang
lebih dan memiliki waktu kerja yang lebih banyak, sehingga orang tua dapat
estimasi menunjukkan remaja usia sekolah menengah pertama yang mengikuti full
SMP full day school Kabupaten Jember tinggi (t = 115,14; 95% CI = 49,98-51,73).
(Hapsari, 2013). Perbedaan tersebut dapat terjadi karena remaja pada penelitian
ini mengikuti full day school, sehingga remaja memiliki banyak waktu
tersebut adalah faktor usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Penelitian
laki-laki lebih tinggi dari pada kemandirian emosional perempuan (Ulfa, 2017).
Faktor selanjutnya yaitu tempat tinggal, mayoritas tempat tinggal remaja yang
mengikuti full day school di Kabupaten Jember tinggal di kota (76,6%). Sesuai
dengan Riyadi (2017), remaja yang tinggal di desa (95,70) memiliki hubungan
yang lebih erat dibandingkan dengan siswa yang tinggal di kota (89,80), sehingga
72
orang tua.
Hasil akhir pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara dukungan
pertama yang mengikuti kegiatan full day school di Kabupaten Jember. Apabila
orang tua dalam merespon sikap remaja sering kali mengarah pada sikap
pengekangan. Remaja yang terlalu dikekang oleh orang tua akan mengalami
perkembangan yang terhambat yaitu, remaja tidak mandiri; remaja takut untuk
bertanggung jawab; serta remaja akan lebih senang dipimpin daripada memimpin
(Peter, 2015).
untuk memfasilitasi orang tua dan remaja dalam mencapai kemandirian emosional
bimbingan pada orang tua dan remaja tentang perlunya dukungan sosial keluarga
yang dibutuhkan remaja saat itu. Orang tua juga perlu meberikan dukungan
informasional sesuai dengan keadaan pada saat itu. Dukungan sosial keluarga
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan. Keterbatasan pada penelitian ini
tidak dapat melihat suatu sebab dan akibat yang dialami dari ketercapaian
kegiatan full day school. Selain itu, karakteristik responden harus diperhatikan.
usia responden yang berbeda maka hasilnya juga akan berbeda. Peneliti berharap,
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
mengikuti kegiatan full day school di Kabupaten Jember dalam penelitian ini
(54,5%)
6.2 Saran
mengikuti kegiatan full day school di Kabupaten Jember. Hal yang dapat
keluarga sesuai dengan yang dibutuhkan remaja. Orang tua perlu mendampingi
masa perkembangan remaja, akan tetapi tidak baik jika memberikan dukungan
yang bertujuan untuk mengetahui adanya sebab akibat dari suatu permasalahan.
usia, karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap variabel yang akan
digunakan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aristya, D. N., & Rahayu, A. 2018. Hubungan Dukungan Sosial Dan Konsep Diri
Dengan Penyesuaian Diri Remaja Kelas X Sma Angkasa I Jakarta. Ikraith-
Humaniora, 2(2), 75–81.
Astuti, Endang Sri & Resminingsih. 2008. Bahan Dasar untuk Pelayanan
Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta : PT Gramedia Widia
Sarana Indonesia
Ayu, Suci M., Djannah, Sitti Nur, & Yuniar, Wardani. 2010. Hubungan Antara
Dukungan Sosial Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas
Vii Di Smp 1 Playen Gunungkidul. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(3): 144-
239. 1978-0575.
Badan Pusat Statistik. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Provinsi Jawa Timur 2016. Jawa Timur.
Blais, Kathleen K., Hayes, Janice S., Kozier, B., & Erb, Glenora. 2002.
Professional Nursing Practice: Concepts and Perspectives. 4th Ed. New
Jersey: Pearson Education Inc. Terjemahan oleh Yuningsih, Y., & Subekti,
N. 2007. Praktik Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. M., & Wagner, Cherly
M. 2016. Nursing Interventions Classifications (NIC). Edisi 6. Indonesia:
CV. Mocomedia.
Camara, M., Bacigalupe, G., & Padilla, P. 2015. The Role Of Social Support In
Adolescents : Are You Helping Me Or Stressing Me Out ?, 3843(December).
https://doi.org/10.1080/02673843.2013.875480.
Dhita, Yense Eldiana. 2011. Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan
Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di Tk Aba Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
Fellasari, F., & Lestari, Y. I., 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua
Dengan Kematangan Emosi Remaja. Jurnal Psikologi. 12(2): 84-90.
Hapsari, Annisa Sukma, Atiek, Sismiati, & Herdi. 2013. Profil Kemandirian
Remaja (Survey Di Sma Negeri 39 Jakarta Siswa Kelas Xi Tahun Ajaran
2012/2013). Survey Remaja. 1(2): 1-7.
Hasan, Nor. 2006. Fullday School (Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing).
Tadrîs. 1(1): 110-118.
Hinchliff, Sue, Norman, S., & Shober, J. 2014. Praktik keperawatan dan Layanan
Kesehatan Buku Pengantar. Edisi 5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ikiz, F. E., & Savi, F. 2010. Perceived social support and self-esteem in
adolescence, 5(2), 2338–2342. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.07.460.
Khaira, I., Helma, & Zaini, A. 2015. Correlation Between Peer Interaction with
Independence Behavior of Adolescent’s at grade X and XI of SMA N 1
Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Edukasi. 2(1): 1-9.
31.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, Meridean L., & Swanson, E. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi 5. Indonesia: CV. Mocomedia.
Mubarak, Wahit I., Indrawati, L., Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Ningsih, S., & Sugiaryo. 2016. Correlation Between The Implementation Full
Day School Toward Forming Character At The Xi Grade Students Of Man 1
Surakarta In The Academic Year Of 2016/2017. Jurnal Global Citizen. 2(2):
53-64.
Noriyawati. 2017. Pengaruh Sistem Full Day School Terhadap Sikap Religius
Siswa Di Sekolah Dasar Islamic Global School Sukun Malang. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Parra, A., Oliva, A., & Queija, A. S. 2015. Development Of Emotional Autonomy
From Adolescence To Young Adulthood In Spain. Journal of Adolescence.
38(2015): 57-67.
Peter, Rameot. 2015. Peran Orang Tua dalam Krisis Remaja. Humaniora. 6(04):
453-460.
Pieter, H. Z., janiwarti, B., & Saragih, M. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Polit, Danise F., & Beck, Cheryl T. 2006. The Content Validity Index: Are You
Sure Know Whats’s Being Reported? Critique and Recommendations.
Research in Nursing & Health. 29(2006): 489-497.
Polit, Danise F., Beck, Cheryl T., & Owen, Steven V. 2007. Focus on Research
Methods Is The CVI an Acceptable Indicator of Content Validity? Apprasial
and Recommendations. Research in Nursing & Health. 30(2007): 459-467.
Doi: 10.1002/nur.20147.
Polit, Danise F., & Beck, Cheryl T. 2010. Essentials of Nursing Research:
Appraising Evidence for Nursing Practice (7th ed.). Philadelphia, PA:
Wolters Kluwer Healthy, Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2009. Fundamental of Nursing, 7th Ed.
Singapore: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nggie, A. 2010. Fundamental
Keperawatan. Edisi 7. Indonesia: Elsevier Inc.
Priastana, I Ketut Andika, Haryanto, J., & Suprajitno, S. 2018. Peran Dukungan
Sosial Keluarga terhadap Berduka Kronis pada Lansia yang Mengalami
Kehilangan Pasangan dalam Budaya Pakurenan. Indonesian Jornal of Health
Research. 1(01): 20-26. Doi: https://doi.org/10.32805/ijhr.2018.1.18.
Riyadi, Indah Febriani. 2017. Perbandingan Siswa Smp Yang Tinggal Di Desa
Dengan Di Kota Ditinjau Dari Pola Asuh Otoritatif Dan Keeratan Keluarga.
Skripsi. Progam Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang.
Rosdahl, Caroline B., & Kowaiski, Mary T. 2008. Textbook of Basic Nursing (9th
Ed.). U.S.A: Circle Graphic.
Sahari, S. 2018. Fullday School Dalam Sorotan Ilmu Sosiologi, Psikologi, Dan
Ekonomi. Jurnal Pendidikan Islam Iqra’. 11(1): 1-16.
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, B. H., & Sarason, B. R. 1983. Assessing
Social Support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality
and Social Psychology. 44(1): 127-139.
Stuart, Gail W. 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed. 10th.
Singapore: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Keliat, Budi A. 2016. Prinsip dan
Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Indonesia: Elsevier Inc.
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan
Aplikasinya. Edisi 1. Jakarta: Prenadamedia Group.
82
Susanto, T., Saito, R., Kimura, R., Tsuda, A., Tabuchi, N., & Sugama, J. 2016.
Immaturity In Puberty And Negative Attitudes Toward Reproductive Health
Among Indonesian Adolescents. Int J Adolesc Med Health, 2, 1–11.
https://doi.org/10.1515/ijamh-2016-0051.
Tambunan, Abai M., Huda, M., & Degeng, I Nyoman. 2017. Strategi Kepala
Sekolah Dalam Mengelola Konflik Menyikapi Dampak Negatif Penerapan
Full Day School. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan.
2(6): 848-852.
Tambunan, Y. A. T., & Ediati, A. 2016. Problem Emosi Remaja Ditinjau Dari
Pola Asuh Orangtua: Studi Komparasi Pada Siswa SMA Parulian 1 Medan.
Jurnal Empati. 5(2), 340-347.
Ulfa, Lilik Maria. 2017. Perbedaan Kemandirian antara Remaja Laki-laki dan
Perempuan di MTS Pondok Pesantren Aulia Cendikia Palembang. Skripsi.
Palembang: Program Studi Psikologi Islam Fakultas PSikologi. Universitas
Negeri Raden Patah.
Vélez, C. E., Krause, E. D., Mckinnon, A., Brunwasser, S. M., Freres, D. R.,
Abenavoli, R. M., & Gillham, J. E. 2017. Social Support Seeking And Early
Adolescent Depression And Anxiety Symptoms: The Moderating Role Of
Rumination. J. Early Adolesc. 36(8): 1118–1143.
Yazid, A., Kasih, F., & Nofrita. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Remaja
Di Jorong Murni Panti Kenagarian Panti Kecamatanpanti Kabupaten
Pasaman. Jurnal Psikologi. 2(2): 2-10.
Zerwekh, Joann, & Garneau, Ashley Z. 2018. Nursing Today: Transition and
Trends. 9th Ed. United States of America: ELSEVIER.
84
PENJELASAN PENELITIAN
Apabila bapak/ibu atau wali dari siswa menyetujui bahwa siswa yang
bersangkutan akan diteliti, dapat membubuhkan tanda tangan pada lembar
persetujuan di halaman selanjutnya.
Demikian penjelasan penelitian yang saya sampaikan, atas perhatiannya
diucapkan terimakasih.
Jember, Januari 2019
Peneliti
86
SURAT PERSETUJUAN
PENJELASAN PENELITIAN
Jember, 2019
Peneliti
88
SURAT PERSETUJUAN
Saya mengetahui tidak ada risiko yang membahayakan dalam penelitian ini,
jaminan kerahasiaan data yang digunakan akan dijaga dan juga mamahami
mestinya.
Jember, 2019
Peneliti Responden
Nama Responden :
Perempuan
Pendidikan : Kelas 7
Kelas 8
Kelas 9
Wiraswasta Lain-lain(..................)
Saudara
Kuesioner B
Petunjuk pengisian :
3. Setiap pernyataan dibawah ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah
peneliti.
Kuesioner C
Petunjuk pengisian :
3. Setiap pernyataan dibawah ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah
peneliti.
Lampiran H. Hasil Uji Validitas Isi (Content Validity Index) Kuesioner Kemandirian Emosional Remaja
Item Expert 1 Expert 2 Expert 3 Expert 4 Expert 5 Expert 6 Expert 7 Kesetujuan I-CVI
1 1 1 1 1 1 1 1 7 1
2 1 1 1 1 1 1 1 7 1
3 1 1 1 1 1 1 1 7 1
4 1 1 1 1 1 1 1 7 1
5 1 1 1 1 1 1 1 7 1
6 1 1 1 1 1 1 1 7 1
7 1 1 1 1 1 1 1 7 1
8 1 0 1 1 1 1 1 6 0,88
9 1 1 1 1 1 1 1 7 1
10 1 0 1 1 1 1 1 6 0,88
11 1 1 1 1 1 1 1 7 1
12 1 0 1 1 1 1 1 6 0,88
13 1 1 1 1 1 1 1 7 1
14 1 1 1 1 1 1 1 7 1
15 1 1 1 1 1 1 1 7 1
16 1 1 1 1 1 1 1 7 1
17 1 1 1 1 1 1 1 7 1
18 1 1 1 1 1 1 1 7 1
19 1 1 1 1 1 1 1 7 1
20 1 0 1 1 1 1 1 6 0,88
Ʃ 20 16 20 20 20 20 20 Mean I-CVI 0,97
Proporsi Relevan 1 0,8 1 1 1 1 1
Sumber: Data Primer (Desember, 2018)
97
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.600 20
JENISKELAMINRESPONDEN
PEKERJAANORANGTUARESPONDEN
JUMLAHSAUDARAKANDUNGRESPONDEN
ORANGTUARESPONDENYANGMASIHUTUH
Descriptives
Median 14.00
Variance .668
USIARESPONDEN
Std. Deviation .817
Minimum 13
Maximum 15
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .133 .195
99
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
TOTALP
N 154
Mean 50.38
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 5.647
Absolute .121
Most Extreme Differences Positive .083
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z 1.507
Asymp. Sig. (2-tailed) .021
One-Sample Test
Test Value = 0
Lower Upper
KEMANDIRIANEMOSIONAL
KEMANDIRIANEMOSIONAL 4 Total
RENDAH+SED TINGGI
ANG
Count 14 31 45
CUKUP % within DUKUNGAN
31.1% 68.9% 100.0%
SOSIAL
DUKUNGAN SOSIAL
Count 56 53 109
BAIK % within DUKUNGAN
51.4% 48.6% 100.0%
SOSIAL
Count 70 84 154
Total % within DUKUNGAN
45.5% 54.5% 100.0%
SOSIAL
Chi-Square Tests
101
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.45.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper