Anda di halaman 1dari 70

TINDAK TUTUR

CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA JAMBI TAHUN 2013


DI DALAM VIDEO KAMPANYE

OLEH
ARIE PERMANA PUTRA
A1B110017
TINDAK TUTUR
CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA JAMBI TAHUN 2013
DI DALAM VIDEO KAMPANYE

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka masalah dalam
penelitian yang berjudul Tindak Tutur Calon Walikita dan Wakil Walikota Jambi
Tahun 2013 di Dalam Video Kampaye akan dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan calon walikota dan
wakil walikota Jambi tahun 2013 di dalam video kampaye?
2. Fungsi tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan calon walikota dan
wakil walikota Jambi tahun 2013 di dalam video kampaye?

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur calon walikota dan wakil walikota Jambi tahun
2013 di dalam video kampanye.
2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur calon walikota dan wakil walikota Jambi
tahun 2013 di dalam video kampaye.

C. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam lingkup kajian pragmatik yang
menganalisis Tindak Tutur Calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi Tahun 2013
di Dalam Video Kampanye. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian yang
berjenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Jenis penelititan deskriptif tersebut ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2007:72). Sedangkan
pendekatan kualitatif digunakan untuk merujuk pada pendekatan yang tergambar
pada tujuan yang telah dirumuskan, metode pengumpulan data, dan pada data yang
dikumpulkan yang berupa wacana, tuturan, atau kalimat (Wiryotinoyo, 2010:47).
Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu (Sukmadinata,
2007:94). Dari sini dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak menggunakan
hipotesis karena merujuk pada sifat deskriptif-kualitatif. Dengan demikian
penelitian ini sangat tepat bila menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.

2. Kehadiran Peneliti
Moleong (2008 :163) menyatakan bahwa ciri khas dari penelitian kualitatif
tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan-peranan
penelitianlah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Dalam penelitian ini,
peneliti berperan sebagai peneliti utama yang harus meneliti, mengamati,
mencermati, hingga menganalisis seluruh tuturan yang terdapat dalam video
kampanye, dan membuat penjelasan-penjelasan dari tuturan itu.
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sendiri sangat diperlukan dalam
pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam pengumpulan data, peneliti dan
sumber mendengarkan tuturan yang terdapat di dalam video kampanye. Dalam
penelitiannya, peneliti mencari setiap tuturan yang terdapat di dalam video
kampanye. Data yang dicatat bersifat apa adanya dan tidak dibuat-buat.

3. Data dan Sumber Data


a. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data verbal. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah semua tuturan calon walikota dan
wakil walikota Jambi tahun 2013 di dalam video yang terdapat di akun youtube
pasangan “Fasha-Abdullah Sani” dan “Sum Indra-Maulana”. Dengan
keterbatasan waktu, biaya serta merujuk pada data yang hanya berupa video
maka data yang dinalisis dalam penelitian ini dibatasi pada video-video yang
terdapat di akun youtube dua pasang calon walikota dan wakil walikota Jambi
yakni pasangan “Fasha-Abdullah Sani” dan “Sum Indra-Maulana”.
Untuk pasangan “Fasha-Abdullah Sani” video yang diambil sebagai
data sebanyak empat buah video yang direkam pada hari Minggu tanggal 17
Mei 2013 dan 24 Mei 2013. Keempat video tersebut direkam di tiga tempat,
yakni pada tanggal 17 Mei 2013 di Lapangan Honda Squere Jalan Jend.
Sudirman, Thehok Kota Jambi, dan tanggal 24 Mei 2013 direkam di RT.08
Kel. Mudung Laut, Kec. Pelayangan dan RT.11 Kel. Tambak Sari, Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi. Sementara itu untuk pasangan “Sum Indra-Maulana”
video yang diambil sebagai data sebanyak tiga buah video yang direkam pada
hari Sabtu 23 Mei 2013 di Lapangan Gor Kota Baru dan di RT.39, Kel.
Beringin, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi.

b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa file video. Adapun data
tersebut merupakan data yang bersifat tetap dan tidak bisa berubah karena telah
berbentuk rekaman video. Karena alasan waktu, biaya dan saat terjadinya
kampanye tersebut peneliti tidak ada disana maka peneliti menerapkan teknik
dokumentasi, yakni melalui pengambilan data yang sudah berupa video yang
terdapat di akun youtube dua pasang calon walikota dan wakil walikota Jambi
dengan cara diunduh atau didownload kemudian disimpan di dalam hardisk
komputer.
Peneliti menggunakan instrumen penelitian yang berupa catatan
lapangan yang dirancang sedemikian rupa guna menyesuaikan dengan bentuk
data yang berupa tuturan monolog atau berbentuk pidato yang kemudian
ditranskrip ke dalam wacana berisi konteks tuturan, jenis tindak tutur, dan
fungsi tindak tutur yang untuk kemudian dianalisis.

4. Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dengan teknik observasi. Teknik observasi dilakukan
dengan cara simak dan catat. Peneliti mencatat data verbal berupa tuturan.
Pengumpulan data terutama berupa wacana tuturan dilakukan dengan pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian, yang
pelaksanaanya langsung pada tempat kejadian peristiwa, serta keadaan situasi yang
sedang terjadi.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan teknik observasi langsung
di catat pada kertas Hvs. Mengingat peneliti melakukan penelitian ini
menggunakan video. Untuk itu peneliti perlu melakukan pengamatan yang cukup
baik dalam memperhatikan tuturan yang muncul. Dalam penelitian ini peneliti
mengamati setiap tuturan yang dituturkan.
D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian Tindak Tutur Calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi di
dalam Video Kampanye. Terdapat beberapa jenis dan fungsi tindak tutur (dalam hal ini
Tindak Tutur Calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi di dalam Video Kampanye)
di antaranya akan diuraikan sebagai berikut.
1. Jenis tindak tutur calon walikota dan wakil walikota Jambi tahun 2013 di dalam
video kampanye secara keseluruhan ditemukan sebanyak 20 jenis yang
diklasifikasikan ke dalam tindak lokusi dan tindak ilokusi. Adapun yang termasuk
ke dalam tindak lokusi ditemukan sebanyak delapan jenis yakni, (1) Tindak
Menyatakan, (2) Tindak Memohon, (3) Tindak Menjanjikan, (4) Tindak
Berterima Kasih, (5) Tindak Menginformasikan, (6) Tindak Meminta, (7) Tindak
Menunjukkan, (8) Tindak Mengakui. Tindak ilokusi ditemukan sebanyak dua
belas jenis yakni; (1) Tindak Mengharapkan, (2) Tindak Menanyakan, (3) Tindak
Meyakinkan, (4) Tindak Mengingatkan, (5) Tindak Mempesonakan, (6) Tindak
Menyanjung, (7) Tindak Menyombongkan, (8) Tindak Mengkomando, (9) Tindak
Menyarankan, (10) Tindak Berspekulasi, (11) Tindak Mempengaruhi, (12) Tindak
Mengarahkan.
2. Fungsi tindak tutur calon walikota dan wakil walikota Jambi tahun 2013 di dalam
video kampanye terungkap sebanyak 3 jenis, yaitu fungsi emotif, fungsi konotatif
dan fatik.

E. Saran/rekomendasi
Adapun saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pemakai bahasa khususnya dalam kampanye agar dapat
memperhatikan tindak tutur yang diucapkan agar isi pesan dari tuturan tersebut
dapat dipahami secara efektif dan efisien.
2. Disarankan kepada peneliti yang berminat terhadap kajian pragmatik agar dapat
memperluas cakupan penelitian ini khususnya mengenai tindak tutur.
TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM VIDEO PROGRAM NEWSHOW METRO
TV EPISODE JAM MALAM UNTUK PELAJAR

OLEH

DAHNIAL ILMI

A1B110059
TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM VIDEO PROGRAM NEWSHOW METRO
TV EPISODE JAM MALAM UNTUK PELAJAR

A. Rumusan Masalah
1. Jenis tindak tutur asertif apa saja yang digunakan dalam video program NewShow
Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar?
2. Apa saja fungsi tindak tutur asertif yang digunakan dalam video program
NewShow Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar?

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur asertif yang digunakan dalam video program
Newshow Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar.

C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian terhadap Tindak Tutur Asertif Dalam Video Program NewShow
Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini dilakukan semata-mata hanya
berdasarkan kepada fakta dan fenomena yang memang secara empiris hidup pada
penutur-penuturnya. “ Penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data” (Narbuko dan Ahcmadi,
2012:44) selain itu pendekatan kualitatif, yaitu “penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertuslis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati” (Bodgan, dan Taylor dalam Moleong, 2008:4).
Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian kualitatif tergambar dari
tujuan yang dirumuskan. Pengolahan data dilakukan dengan apa adanya tanpa
perhitungan statistik dan berupa angka-angka atau koefisien variabel karena objek
kajiannya adalah bahasa.

2. Data dan Sumber Data


Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut didapatkan. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman video yang didapatkan dari situs
youtube.com tayangan program NewShow yang ditayangkan oleh stasiun televisi
Metro TV episode Jam Malam Untuk Pelajar. Dan datanya adalah tuturan
pembawa acara dan bintang tamu dalam video tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam
mengumpulkan data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simak. Dalam hal ini Mahsun (2005:218) mengatakan “metode simak
adalah metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti
melakukan penyimakan bahasa”. Metode simak ini memiliki teknik dasar yaitu
teknik sadap. Teknik selanjutnya yaitu teknik libat cakap, catat, dan rekam.
Gunawan (dalam Mahsun, 2005:245) menjelaskan bahwa teknik catat adalah
teknik lanjutan yang diterapkan ketika menerapkan metode simak. Dari beberapa
teknik dalam metode simak, pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan
metode simak dengan teknik catat, dengan cara peneliti mencatat data yang akan
dihasilkan dalam pengamatan dan penyimakan dalam percakapan pembawa acara
dengan bintang tamu dalam video. Sedangkan teknik simak libat cakap dan teknik
rekam tidak digunakan karena peneliti tidak terlibat dalam percakapan.

4. Analisis Data
Dalam menganalisis data peneliti menggunakan pendekatan pragmatik.
Pendekatan ini sesuai dengan objek peneliti yakni Tidak Tutur Asertif Dalam
Video Program NewShow Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar.
Pendekatan pragmatik digunakan dengan tujuan penelitian ini akan
mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak Tutur Asertif Dalam Video Program
NewShow Metro TV Episode Jam Malam Untuk Pelajar.
Bodgan dan Biklen (dalam Moleong, 2004: 248) mengungkapkan bahwa
analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja sama
dengan data, pengorganisasian data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat dicerikatakan
kepada orang lain.
Untuk dapat mengetahui jenis dan fungsi tindak tutur asertif dalam video,
peneliti akan mengolah data dengan rincian sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi data
b. Menyalin ke dalam kartu data
c. Menganalisis kartu data dengan menggunakan analisis pragmatik

5. Pengecekan Keabsahan Data


Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan akan dicek keabsahannya.
Pengujian keabsahan hasil penelitian data diuji dengan teknik Triangulasi.
Triangulasi adalah upaya penggunaan cara-cara lain untuk mengatasi masalah
yang timbul dalam penyediaan data. Menurut Denzim (Mahsun, 2005: 236-237)
ada empat macam triangulasi, yaitu triangulasi data, peneliti, teori, dan metode.
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan teori. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, sedangkan
dengan triangulasi dengan teori yaitu melibatkan lebih dari satu teori yang
digunakan sebagai landasan penelitian.

D. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa tindak tutur asertif dalam video
program NewShow Metro TV episode jam malam untuk pelajar terdapat 7 jenis tindak
tutur dan 6 fungsi tuturan dengan 25 tuturan

E. Saran/rekomendasi
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Disarankan kepada peminat pragmatik agar dapat memperdalam penelitian
implikasi pragmatis dan dapat mengadakan perluasan penelitian tentang tindak
tutur.
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA

SMK TARBIYATUSSA’ADATAINI TEBO ILIR KABUPATEN TEBO

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

OLEH

RINI LESTARI

A1B110031
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA
SMK TARBIYATUSSA’ADATAINI TEBO ILIR KABUPATEN TEBO
DALAM PROSES PEMBELAJARAN

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji peneliti adalah, apa saja jenis tindak tutur
direktif yang digunakan guru bahasa Indonesia SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan
Tebo Ilir Kabupaten Tebo dalam proses pembelajaran?

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru SMK
Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo dalam proses
pembelajaran.

C. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian terhadap “Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia SMK
Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo dalam Proses
Pembelajaran” adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata atau lisan
dari objek yang diamati (Moleong, 2002:2). Penelitian kualitatif digunakan untuk
mendapatkan hasil ucapan atau tuturan guru pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia di SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo.
Metode deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai respon siswa
terhadap tindak tutur guru.

2. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir
Kabupaten Tebo. Penelitian ini dilakukan di SMK Tarbiyatussa’adataini, untuk
memperoleh data berupa tuturan guru peneliti harus datang dalam selama proses
pembelajaran berlangsung.
Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut didapakan. Sumber
data dalam penelitian ini adalah tuturan guru bahasa Indonesia yang mengajar di
SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo.

3. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diperlukan selama pengumpulan
data dari informan. Menurut Samari (1988:42) informan adalah seorang yang
melengkapi penelitian dengan contoh-contoh bahasa, baik sebagai ulangan dari apa
yang sudah diucapkan, maupun sebagai bentukan tentang apa yang mungkin
dikatakan. Sehingga keterlibatan penuh peneliti sangat diperlukan. Keterlibatan
penuh peneliti dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan informan. Narasumber
dari penelitian ini bersumber dari guru bahasa Indonesia (identitas terlampir).

4. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti dalam
melakukan pengamatan dilengkapi dengan alat tulis, lembar pengamatan dan alat
perekam berupa handphone. Peneliti merekam sendiri interaksi yang terjadi antara
guru dan murid pada saat pembelajaran berlangsung menggunakan alat perekam.
Hal ini dilakukan agar data tersebut tidak mudah hilang dan bisa diulang-ulang
untuk menghasilkan data yang terpercaya.

5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi/pengamatan. Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti hadir
beberapa kali di kelas. Setelah guru dan siswa di SMK Tarbiyatussa’adataini
Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo itu akrab dengan peneliti, selanjutnya
dilakukan pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode simak. Mahsun (2005:218) mengatakan
“Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan
cara peneliti melakukan penyimakan bahasa”. Metode simak yang digunakan yaitu
menyimak pengguna bahasa yang dituturkan oleh guru pada saat pembelajaran
bahasa Indonesia di SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten
Tebo. Metode simak dapat dijabarkan menjadi teknik yang sesuai dengan alat
penentunya, yaitu: (1) teknik simak bebas libat cakap, merupakan kegiatan
menyadap yang dilakukan tanpa melibatkan peneliti. Dalam hal ini peneliti tidak
terlibat dalam percakapan, peneliti hanya sebagai pengamat, (2) teknik rekam,
merupakan kegiatan penyimakan dengan menggunakan alat perekam, (3) teknik
catat, kegiatan pencatatan yang sudah direkam.
Dalam melakukan penelitian peneliti tidak hanya duduk dan merekam tetapi
melakukan pencatatan atau menggunakan teknik catat lapangan. Catatan lapangan
adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian.

6. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses untuk mencari dan mengatur secara sistematis
data-data yang terkumpul guna memudahkan untuk memahami dan menyusun
laporan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Mentranskripkan tindak tutur direktif dalam pembelajaran yang telah direkam
berupa data lisan ke dalam bahasa tulis.
b. Mengiventarisasikan tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia SMK Tarbiyatussa’adataini Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo.
c. Mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan kategori tindak tutur direktif.

7. Keabsahan Data
Teknik yang dilakukan untuk pengabsahan data dilakukan dengan
pengamatan tambahan jika ada data yang diragukan. Di samping itu, pengabsahan
data yang dilakukan dengan menanyakan kembali kepada guru-guru yang diamati,
apakah simpulan yang dihasilkan peneliti sama dengan yang dilakukan guru. Atau
dengan kata lain apakah peneliti mengikuti kenyataan yang diamati di lapangan.

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap tindak tutur direktif yang digunakan
guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di SMK Tarbiyatussa’adataini
Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo ditemukan penggunaan tindak tutur yaitu
tindak tutur menyuruh, tindak tutur memohon, tindak tutur menuntut, tindak tutur
menyarankan, tidak tutur menantang.
E. Saran/rekomendasi
Berdasakan hasil penelitian ini penulis mengharapkan kepada para peneliti
selanjutnya untuk meneliti tindak tutur direktif di tempat-tempat yang lain karena
banyak dijumpai tindak tutur direktif dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam media
elektronik seperti film.
TINDAK TUTUR GURU KELAS 1 SD NEGERI 189/IV

KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

OLEH

RIA OKTAVIANI

A1B1O8053
TINDAK TUTUR GURU KELAS 1 SD NEGERI 189/IV KECAMATAN JAMBI
SELATAN KOTA JAMBI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

A. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis tindak tutur yang digunakan guru kelas 1 SD negeri 189/IV
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran?
2. Apakah fungsi tindak tutur dari guru kelas 1 SD negeri 189/IV Kecamatan Jambi
Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran?

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan guru kelas 1 SD Negeri 189/IV
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran.
2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur guru kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan
Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran.

C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian terhadap Tindak Tutur Guru Kelas 1 SD Negeri 189/IV
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini dilakukan
semata-mata hanya berdasarkan kepada fakta dan fenomena yang memang secara
empiris hidup pada penutur-penuturnya. “Penggunaan bahasa yang digunakan oleh
penuturnya tidak mempertimbangkan benar salahnya” (Sudaryanto, 1988:62)
selain itu pendekatan kualitatif, yaitu “penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertuslis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati” Bodgan, dan Taylor (Moleong, 2008:4).
Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, tergambar
pada tujuan yang dirumuskan. Pengolahan data yang dilakukan apa adanya, tanpa
perhitungan statistik dan berupa angka-angka atau koefisien variabel karena objek
kajiannya adalah bahasa.
2. Kehadiran Peneliti
Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena kehadiran
peneliti sangat diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Peneliti
berperan sebagai pengamat yang tidak terlibat dalam percakapan. Proses
pengambilan data berlangsung hingga data terkumpul sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Mengenai waktu penelitian, peneliti melakukan penelitian selama
proses belajar mengajar berlangsung. Pada penelitian ini peneliti hanya berperan
sebagai penyimak berlangsungnya interaksi percakapan antara guru dan siswa
delam proses belajar mengajar dan tidak terlibat dalam percakapan.

3. Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data verbal. Data verbal
yang berupa kalimat yakni tuturan guru kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan
Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai alat
untuk menyampaikan pesan kepada petutur dalam berinteraksi.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari sumber data yang berupa informan
yaitu guru kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam
proses pembelajaran. Latar yang dijadikan sumber data adalah di kelas, ketika
interaksi belajar mengajar sedang berlangsung.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode simak (pengamata atau observasi) yang dilakukan dengan mencatat tindak
tutur yang dihasilkan oleh guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar di
kelas. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan metode simak dengan
teknik catat, dengan cara peneliti mencatat data yang dihasilkan dalam pengamatan
dan penyimakan pada percakapan guru dan siswa dalam berinteraksi pada proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas.

5. Teknik Analisi Data


Teknik analisi data dalam penelitan ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan objek peneliti yakni Tindak Tutur Guru
Kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam Proses
Pembelajaran yang dikaji berdasarkan kajian pragmatik.
Bodgan dan Biklen (Moleong, 2004: 248) mengungkapkan bahwa analisis
data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerjasama dengan
data, pengorganisasian data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memuruskan apa yang dapat dicerikatakan
kepada orang lain.
Untuk dapat mengetahi jenis dan fungsi tindak tutur guru, peneliti akan
mengolah data dengan rincian sebagai berikut.
a. Mentranskripkan data yang diperoleh
b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi data
c. Menyalin ke dalam kartu data
d. Menganalisis kartu data dengan menggunakan analisis pragmatik
e. Meyimpulkan

6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan
Kota Jambi. Peneliti kemudian akan melakukan penelitian khusus di kelas 1. Di
sekolah ini kelas 1 hanya terdapat satu ruang kelas dengan jumlah siswa sebanyak
36 siswa dan empat orang guru.

7. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk menguji keabsahan data yang ditemukan, diperlukan teknik
keabsahan data (Moleong, 2004:327) sebagai berikut.
a. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dalam tindak tutur guru kelas 1 SD Negeri
189/IV Kecamatan Jambi Selatan kota Jambi dalam proses pembelajaran,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

b. Triangulasi
Moleong (2004:330) menjelaskan bahwa “triangulasi yaitu teknik
pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu”. Dalam
penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan metode. Triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepecayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, sedangkan
triangulasi dengan metode yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

8. Tahap-tahap Penelitan
Dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut.
a. Tahap pralapangan
b. Tahap pekerjaan lapangan
c. Tahap pemeriksaan keabsahan data dan analisis data
d. Tahap laporan penelitian

D. Hasil Penelitan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur guru kelas 1 SD
Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam proses pembelajaran
terdapat beberapa jenis dan fungsi tindak tutur. Adapun keterangan yang lebih spesifik
adalah sebagai berikut.
1. Jenis tindak tutur guru kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan Kota
Jambi dalam proses pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa sebanyak 20
jenis tindak ilokusi menyatakan. Tindak ilokusi asertif berjanji, menyetujui, tidak
menyetujui, mengeluh dan mengusulkan. Tindak ilokusi direktif memaafkan,
meyarankan, memerintah, dan melarang. Tindak ilokusi komisif menawarkan,
bertanya dan mengancam. Tindak ilokusi ekspresif mengucapkan selamat,
memberi pujian, teguran, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf. Tindak
ilokusi direktif memberi hukuman dan tindak perlokusi membujuk.
2. Fungsi tindak tutur guru kelas 1 SD Negeri 189/IV Kecamatan Jambi Selatan Kota
Jambi dalam proses pembelajaran di kelas terungkap sebanyak lima jenis, yaitu
tukar menukar informasi faktual, tukar menukar informasi intelektual. Tukar
menukar sikap emosi, tukar menukar sikap moral, mempengaruhi/meyakinkan.
E. Saran/rekomendasi
Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Disarankan kepada pemakai bahasa agar dapat memahami tindak tutur terutama
yang berimplikasi pragmatis tuturan, supaya dapat berinteraksi dengan baik.
2. Disarakan kepada peminat pragmatik agar dapat memperdalam penelitian
implikasi pragmatis dan dapat mengadakan perluasan penelitian tentang tindak
tutur.
3. Selanjutnya untuk pembelajaran disarankan guru dapat memahami dan
menggunakan tindak tutur dalam berinteraksi pada proses pembelajaran, baik
secara lisan maupun tulisan untuk berbagai fungsi bahasa.
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WARGA PONDOK PESANTREN
NURUL IMAN DESA MUARO SEBAPO KECAMATAN MESTONG
KABUPATEN MUARO JAMBI

OLEH

YUDI KURNIAWAN

A1B107016
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WARGA PONDOK PESANTREN
NURUL IMAN DESA MUARO SEBAPO KECAMATAN MESTONG
KABUPATEN MUARO JAMBI

A. Rumusan Masalah
Berdasarkaan fokus masalah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut “Bagaimanakah Implikatur Percakapan Pada Warga di Pondok
Pesantren Nurul Iman Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi”.
Selanjutnya rumusan masalah tersebut dirinci sebagai berikut.
1. Bagaimanakah Bentuk Lingual (BL) Implikatur Percakapan Pada Warga di
Pondok Pesantren Nurul Iman Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten
Muaro Jambi?
2. Bagaimanakah Satuan Pragmatis (SP) pendukung Implikatur Percakapan Pada
Warga di Pondok Pesantren Nurul Iman Muaro Sebapo Kecamatan Mestong
Kabupaten Muaro Jambi?
3. Bagaimanakah Implikasi Pragmatis yang mewujudkan Implikatur Percakapan
Pada Warga di Pondok Pesantren Nurul Iman Muaro Sebapo Kecamatan Mestong
Kabupaten Muaro Jambi?

B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan Percakapan pada Warga Pondok Pesantren Nurul Iman Sebapo
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi. Aspek-aspek yang dideskripsikan
adalah.
1. Bentuk Lingual (BL) Implikatur Percakapan Pada Warga Di Pondok Pesantren
Nurul Iman Desa Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi.
2. Satuan Pragmatis (SP) pendukung Implikatur Percakapan Pada Warga di Pondok
Pesantren Nurul Iman Desa Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro
Jambi.
3. Implikasi Pragmatis yang mewujudkan Implikatur Percakapan Pada Warga di
Pondok Pesantren Nurul Iman Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten
Muaro Jambi.
C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa deskripsi tuturan warga
Pondok Pesantren Nurul Iman. Aminudin (dalam Rosianika, 2010:30) berpendapat
bahwa “penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya data dianalisis dan
hasilnya berbentuk deskripsi tidak berupa angka-angka tentang hubungan
fariabel”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa wacana, tuturan atau kalimat.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah simak karena cara yang
digunakan untuk memperoleh data adalah dengan cara menyimak penggunaan
bahasa (Mahsun, 2005:92). Dalam hal ini peneliti menyimak penggunaan
implikatur percakapan oleh warga Pondok Pesantren Nurul Iman.

2. Kehadiran Peneliti
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human
instrument). Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangat diperlukan sebagai
pengumpul data. Peneliti dalam proses pengambilan data menyamar menjadi santri
sehingga peneliti dapat berbaur dengan santri lainnya. Namun para ustadz dan
pengurus pondok pesantren mengetahui tujuan peneliti di Pondok Pesantren Nurul
Iman adalah untuk melakukan penelitian. Peneliti tidak dapat menyembunyikan
tujuannnya untuk melakukan penelitian karena peneliti saat menjadi santri harus
mengikuti kegiatan ngaji secara bergantian. Hal ini dilakukan karena waktu
kegiatan mengaji dengan kegiatan mengaji yang lain bersamaan dan berbeda
tempat. Sehingga peneliti perlu meminta izin kepada para ustadz agar bisa
mengikuti kegiatan mengaji secara bergantian dari kegiatan mengaji yang satu ke
kegiatan mengaji yang lain. Namun peneliti tidak menjabarkan secara detail
penelitian yang akan dilakukan agar para ustadz berkomunikasi sebagaimana
mereka berkomunikasi sehari-hari. Sehingga data yang diperoleh merupakan data
yang empiris tidak dibuat-buat.
Dalam proses pengambilan data peneliti bisa saja terlibat dalam percakapan
dengan informan maupun hanya menyimak pembicaraan informan. Maka dari itu
peneliti memakai dua teknik dalam pengambilan data yaitu Simak Libat Cakap
(SLC) dan Simak Bebas Libat Cakap (SBLC).

3. Data dan Sumber Data


a. Data
Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan dua macam data: (1)
wacana percakapan, (2) informasi situasi ujar (SU). Data pertama merupakan
wacana percakapan lisan yang dipetik dari percakapan dalam komunikasi
alami sehari-hari warga pondok pesantren dengan mitra tuturnya. Wacana
percakapan itu adalah wacana yang mengandung tuturan (T) bermuatan IP
sebagai objek penelitian.
Data kedua berupa situasi ujar (SU) yang melatari wacana percakapan
yang telah diambil sebagai data pertama. Wiryotinoyo (2010:48) menyatakan
informasi konteks atau segala aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan
sosial wacana percakapan, pengetahuan latar belakang yang sama-sama
dimiliki oleh n dan t, waktu, dan tempat, termasuk dalam data SU.

b. Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh dari sumber data yang berupa informan.
Informan dalam penelitian ini adalah warga pondok pesantren Nurul Iman
(Subjek) yang menghasilkan IP (objek) dalam percakapannya. Warga pondok
pesantren terdiri dari Pengurus, Ustadz dan Santri.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik dasar metode simak adalah sadap. Dengan teknik ini peneliti
menyadap percakapan antara warga Pondok Pesantren yang mengandung IP.
Teknik lanjut yang dipakai ada 4 macam. Teknik simak bebas libat cakap (SBLC),
SLC (Simak Libat Cakap), teknik rekam dan teknik catat (Mahsun, 2005:93).
Teknik SBLC digunakan karena peneliti hanya menyimak percakapan antar
informan dan tidak terlibat dalam percakapan tersebut. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa peneliti juga terlibat dalam percakapan maka dalam situasi ini
peneliti menggunakan teknik SLC (Simak Libat Cakap). Berdasarkan hasil
penyadapan, percakapan yang mengandung implikatur percakapan direkam
kemudian dicatat.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini memakai analisis pragmatik. Analisis
pragmatik ini dipakai untuk menjawab persoalan yang berupa satuan pragmatis
dan implikasi pragmatis implikatur percakapan. Data dianalisis dengan
menggunakan prinsip-prinsip pragmatik dan piranti pragmatik. Prinsip-prinsip
pragmatik meliputi prinsip kerja sama (PK) dan prinsip sopan santun (SP).
Sedangkan piranti pragmatik meliputi tindak tutur, pra anggapan, pengetahuan
tentang dunia, interpretasi lokal, analogi, dan konteks situasional. Namun karena
satuan pragmatis dan implikasi pragmatis di ungkapkan melalui Bentuk Lingual,
maka perlu adanya analisis terhadap BL, melalui analisis sintaksis untuk
mengklasifikasi BL yang berupa kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat
perintah.

6. Teknik Pengujian Keabsahan Data


Pengujian data dilakukan dengan teknik triangulasi yakni teknik triangulasi
dan antar penimbang. Teknik triangulasi data ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sejenis dari para informan, lalu dilanjutkan dengan teknik
triangulasi antar penimbang yaitu berdiskusi dengan teman sejawat yang
melakukan penelitian yang sama dan dosen ahli di bidang pragmatik.

7. Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahap yaitu:
a. Tahap pralapangan
b. Tahap pekerjaan lapangan
c. Tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data
d. Tahap analisis data
e. Tahap laporan penelitian

D. Hasil Penelitian
Peneliti menghasilkan beberapa temuan yaitu bentuk lingual (BL) pada
percakapan Warga Pondok Pesantren Nurul Iman berupa kalimat tanya, kalimat berita
dan kalimat perintah. Satuan pragmatis pada percakapan Warga Pondok Pesantren
Nurul Iman berupa menyuruh, mengingatkan, bertanya, menginformasikan dan
melarang.
Implikasi pragmatis (IP) yaitu (1) menyatakan keinginan, yakni keinginan
memperbaiki barang dengan menanyakan tempat dan keinginan menonton pergelaran
wayang kulit dengan cara menyampaikan informasi. (2) menyuruh yakni menyuruh
dengan cara melarang, menyuruh dengan cara bertanya (3) penolakan, yakni
penolakan dengan menginformasikan fakta, monolak dengan cara bertanya. (4)
mengingatkan, yakni mengingatkan dengan menginformasikan fakta (5) melarang,
yakni melarang dengan cara menyuruh, melarang dengan cara menginformasikan
fakta. (6) menginformasikan.

E. Saran/rekomendasi
1. Disarankan kepada pemakai bahasa Indonesia hendaknya dapat memahami makna
pragmatis dalam sebuah percakapan agar dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bagi warga pondok pesantren hendaknya dapat mengetahui bentuk tuturan yang
mengadung makna pragmatis sehingga dapat menambah pengetahuan.
3. Disarankan kepada peminat pragmatik agar dapat melakukan penelitian lanjutan
mengenai implikatur percakapan pada warga pondok pesantren, baik yang bersifat
pengulangan, perluasan maupun pendalaman agar dapat melengkapi kajian pada
kekurangan penelitian ini serta menambah keragaman aspek pragmatik.
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MEMBUJUK
DALAM BAHASA JAWA DI DESA BUNGO TANJUNG
KABUPATEN MERANGIN

OLEH
WAHYU ELI RAHMAWATI
A1B110001
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MEMBUJUK
DALAM BAHASA JAWA DI DESA BUNGO TANJUNG
KABUPATEN MERANGIN

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk lingual (BL) implikatur percakapan membujuk dalam bahasa
Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin?
2. Bagaimana satuan pragmatis (SP) implikatur percakapan membujuk dalam bahasa
Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin?
3. Apa saja macam-macam implikasi pragmatis percakapan membujuk dalam bahasa
Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin?
4. Bagaimana alur implikasi pragmatis pada implikatur percakapan membujuk dalam
bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin?
5. Bagaimana hubungan bentuk lingual, satuan pragmatis, implikasi pragmatis
membujuk dalam bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin?

B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan secara garis besar penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk lingual (BL) implikatur percakapan membujuk dalam
bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin.
2. Mendeskripsikan satuan pragmatis (SP) implikatur percakapan membujuk dalam
bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin.
3. Mendeskripsikan macam-macam implikasi prgamatis percakapan membujuk
dalam bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin.
4. Mendeskripsikan berbagai alur implikasi pragmatis pada implikatur percakapan
membujuk dalam bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin.
5. Mendeskripsikan hubungan BL, SP, dan implikasi pragmatis membujuk dalam
bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupten Merangin.
C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini tergambar
dari tujuan yang dirumuskan, metode pengumpulan data dan data yang
dikumpulkan berupa wacana, tuturan, atau kalimat. Penelitian ini menghendaki
pengolahan data tanpa perhitungan secara statistik. Penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai “penelitian yang tidak mengadakan perhitungan” (Moleong,
2010:3). Selain itu penelitian kualitatif, yaitu “penelitian yang menghendaki data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati” (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2010:4).
Sebagai penelitian bahasa yang hendak mengungkapkan fenomena
kebahasaan, peneliti berusaha mengamati percakapan para peserta beserta situasi
ujar untuk mendeskripsikan bentuk IP sehingga penelitian ini dapat dikategorikan
ke dalam jenis penelitan deskriptif, artinya penelitan yang dilakukan semata-mata
hanya berdasakan fakta yang ada dan data yang dikumpulkan berbentuk implikatur
percakapan untuk menyatakan bujukan dalam bahasa Jawa.

2. Kehadiran Peneliti
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri, Karena peneliti sangat
diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Pada penelitian ini, peneliti
berperan sebagai pengamat partisipasi. Peneliti mencermati percakapan yang
terjadi antara penutur (n) dan petutur (t) yang bermuatan IP membujuk tanpa
sepengetahuan informan. selain itu, peneliti mencatat data yang timbul ke dalam
catatan lapangan apa adanya beserta situasi yang melatarinya dan tidak menutup
kemungkinan peneliti terlibat dalam percakapan tersebut.

3. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini ada dua macam. Data pertama berupa wacana
percakapan lisan yang dipetik dari percakapan antara penutur dan petutur di
masyarakat Bungo Tanjung. Wacana percakapan ini adalah wacana tuturan yang
mengandung IP membujuk sebagai objek penelitian. Data kedua berupa informasi
situasi ujar yang melatari percakapan yang telah dipetik sebagai data pertama.
Informasi konteks yang berhubungan dengan lingkungan fisik yang sama-sama
dimiliki oleh n dan t, waktu dan tempat yang termasuk ke dalam situasi ujar. Data
ini sangat penting untuk memberikan interpretasi makna dan IP pada data pertama
dan data kedua yang dicatat dalam data lapangan.
Data dari penelitian ini bersumber dari informan masyarakat Bungo Tanjung
yang bermuatan IP membujuk. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang
penelitian ini, bahwa dalam percakapan sehari-hari pada masyarakat Bungo
Tanjung sangat memungkinkan terjadi interakasi secara verbal antara penutur dan
petutur.

4. Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu yang digunakan dalam penelitan ini yakni pada saat terjadinya dialog
percakapan membujuk yang digunakan oleh penutur dan petutur yang dalam
konteks ujarannya. Lokasi penelitian ini di Desa Bongo Tanjung Kabupaten
Merangin.

5. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah tata cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik simak. Disebut teknik simak atau penyimakan karena memang
berupa penyimakan yakni menyimak percakapan antara penutur dan petutur. Ini
dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial.
“Dalam ilmu sosial termasuk sosiolinguistik metode observasi merupakan yang
sangat vital dalam interpretasi makna tuturan” Katomiharjo (dalam Wiryotinoyo,
2010:51). Teknik simak memiliki teknik dasar sadap, pada prakteknya penyimakan
atau metode simak itu diwujudkan dalam bentuk penyadapan. Teknik sadap adalah
upaya untuk mendapatkan data dilakukan dengan menyadap pengguna bahasa
seseorang atau beberapa orang yang telah ditetapkan menjadi informan.
Penyadapan dilakukan bahasa lisan informan (berbicara atau bercakap-cakap).
Teknik simak ini diikuti oleh empat teknik lanjutan, yaitu: 1) teknik simak
libat cakap (SLC) yakni peneliti terlibat langsung untuk membentuk dan
memunculkan calon data, 2) teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dalam teknik
ini peneliti dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan
pemunculan calon data, 3) teknik rekam, 4) teknik catat (Sudaryanto, 1988:2).
Dari beberapa teknik simak tersebut yang digunakan hanya teknik simak
libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Dengan teknik SLC yang
digunakan, peneliti terlibat dalam percakapan sebagai pasangan bicara; sedangkan
dengan teknik SBLC peneliti tidak terlibat dalam aktivitas percakapan, tetapi dapat
terjadi peneliti hanya mengamati berlangsungnya percakapan mereka, antara n dan
t.
Dalam pemakaian teknik simak selanjunya, peneliti langsung memakai
teknik catat dengan format catatan lapangan seperti yang ada pada lampiran. Selain
mencatat wacana yang mengandung IP, melalui observasi dengan partisipasi
peneliti juga mencatat hasil observasi yang berupa SU yang melatarai wacana
percakapan.

6. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan analisis
pragmatik. Hal ini sejalan dengan penjelasan Wiryotinoyo (2010:52) yang
menyatakan “analisis pragmtik perlu dilakukan untuk memperoleh masalah makna
pada T yang bermuatan IP”. Jadi, analisis pragmatik ini dapat digunakan untuk
menjawab masalah-masalah penelitian antara lain: bagaimana satuan pragmatis
bujukan dan latar penyebab terjadinya IP pada masyarakat desa Bungo Tanjung.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data sebagai
berikut:
a. Menerjemahkan data ke dalam bahasa Indonesia, yaitu data yang ada dalam
catatan lapangan adalah data yang berupa ujaran berbahasa Jawa.
b. Mengidentifikasi data setelah data diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
selanjutnya peneliti mengidentifikasi ujaran-ujaran yang mengikuti kerjasama
sopan santun beserta implikasinya dengan menggunakan analisis pragmatik
tersebut.
c. Menginterpretasikan dan mengklasifikasikan data. Data yang sudah
diidentifikasi yang mengadung IP kemudian diinterpretasikan dan
diklasifikasikan.
d. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis tersebut. Dari hasil ini
nanti akan menghasilkan IP bujukan dalam bahasa Jawa.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tiga teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, dan triangulasi. Menurut Moleong (2010:327) “perpanjangan
keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai”. Perpanjangan keikutsertaan juga merupakan
penyediaan rentang waktu yang memadai untuk mengambil peristiwa komunikasi
yang terjadi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci serta kesinambungan terhadap peristiwa
komunikasi yang menonjol dalam percakapan. Selanjutnya triangulasi yang
dimaksud dalam penelitian ini merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data
yang menggunakan sesuatu yang lain. Triangulasi dalam penelitian ini
menggunakan reviu informan dengan cara berkonsultasi dengan petutur yang lain
dan mengadakan wawancara.

8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap pralapangan. Pada tahap ini peneliti menyusun rencana penelitian
berupa proposal penelitian.
a. Tahap pekerjaan lapangan.
b. Tahap analisis data
c. Tahap pengecekan dan keabsahan data
d. Tahap penulisan laporan

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap impilikatur membujuk dalam bahasa Jawa di Desa
Bungo Tanjung Kabupaten Merangin adalah sebagai berikut.
Bentuk lingual (BL) implikatur percakapan membujuk dalam bahasa Jawa di
Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin berupa kalimat berita, kalimat tanya dan
kalimat perintah.
Satuan pragmatis pendukung yang berfungsi menyatakan implikasi pragmatik
dan mewujudkan IP, terdiri dari menginformasikan yang diproduksi dari kalimat
tanya, bertanya yang diproduksi dari kalimat tanya, dan menyuruh yang diproduksi
dari kalimat perintah.
Implikasi pragmatis percakapan membujuk dalam bahasa Jawa di Desa Bungo
Tanjung Kabupaten Merangin terdiri dari sembilan macam, yaitu membujuk agar
berkunjung ke rumah, membujuk agar membeli durian, membujuk agar dipinjamkan
HP, membujuk agar pulang kampung, membujuk agar makan tahu goreng, membujuk
agar membatu memasak, membujuk agar belajar, membujuk agar melihat barang
dagangan, membujuk agar pergi arisan.
Alur implikasi pragmatis dalam bahasa Jawa di Desa Bungo Tanjung Kabupaten
Merangin ada tiga alur, yaitu alur sebab-akibat, alur akibat-sebab, alur kebiasaan, tiga
macam alur pragmatis yang telah disajikan itu memberikan gambaran alur makna
dari P pada BL sampai P pada implikasi pragmatis.
Hubungan BL, SP, dan implikasi pragmatis membujuk dalam bahasa Jawa di
Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin sangat erat sekali. Ketiga unsur tersebut
saling mendukung dalam IP. IP adalah implikasi pramatis yang terkandung dalam
suatu BL, yang diujarkan oleh n kepada t dalam percakapan.

E. Saran/rekomendasi
Saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut.
Disarankan kepada para pemakai bahasa daerah Bungo Tanjung dapat
memahami imlikatur percakapan terutama yang berimplikasi pragmatis membujuk
supaya dapat berkomunikasi dengan baik dan sopan santun.
Disarankan kepada peminat pragmatik agar dapat memperdalam penelitian
implikasi pragmatis membujuk dan dapat mengadakan perluasan penelitian tentang
implikatur percakapan membujuk.
Selanjutnya untuk pembelajaran disarakan agar siswa memahami dan dapat
menggunakan implikatur percakapan terutama yang berimplikasi pragmatis membujuk
dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan untuk berfungsi bahasa.
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MENYURUH DALAM
BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS
MASYARAKAT SUKA MAKMUR KECAMATAN SUNGAI BAHAR

OLEH
ERNI SALAMAH
A1B110043
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MENYURUH DALAM
BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS
MASYARAKAT SUKA MAKMUR KECAMATAN SUNGAI BAHAR

A. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk lingual (BL) implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa
dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar?
2. Apa saja satuan pragmatis (SP) implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa
Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar?
3. Apa saja implikasi pragmatis pendukung implikatur percakapan menyuruh dalam
bahasa bahasa Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan
Sungai Bahar?
4. Bagaimanakah hubungan implikasi pragmatis, bentuk lingual dan satuan pragmatis
implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa dialek Banyumas masyarakat
Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar?
5. Bagaimanakah alur implikasi pragmatis percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa
dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar?

B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan
secara garis besar penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk lingual (BL) implikatur percakapan menyuruh dalam
bahasa Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai
Bahar.
2. Mendeskripsikan satuan pragmatis (SP) implikatur percakapan menyuruh dalam
bahasa Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai
Bahar.
3. Mendeskripsikan macam-macam implikasi pragmatis implikatur percakapan
menyuruh dalam bahasa Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur
Kecamatan Sungai Bahar.
4. Mendeskripsikan hubungan implikasi pragmatis, bentuk lingual dan satuan
pragmaatis percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa dialek Banyumas
masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar.
5. Mendeskripsikan alur pragmatis implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa
Jawa dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar.
C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataf. Pendekatan ini
tergambar dari tujuan yang dirumuskan, metode pengumpulan data, dan data yang
dikumpulkan berupa wacana, tuturan, atau kalimat. Moleong (2010:6) menyatakan
bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,
persepsi, motovasi, tindakan, dll. Secara holisyik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pada penelitian ini datanya tidak
memerlukan suatu perhitungan. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
“penelitian yang tidak mengadakan perhitungan” (Moloeng, 2010:3). Selain itu
penelitian kualitatif, yaitu “penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”
(Bodgan dan Taylor, dalam Moloeng, 2010:4).
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan. Moleong (2010:23)
mengemukakan ada beberapa metode dalam pendekatan kualitatif yaitu etnografi,
peneliti lapangan (pengamatan-berperanserta) dan ground theory. Penelitian
lapangan ide pentinganya adalah bahwa peneliti berangkat ke ‘lapangan’ untuk
mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah
atau ‘in situ’. Dalam hal demikain pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan
berperanserta.
Sebagai penelitian bahasa yang hendak mengungkapkan fenomena
kebahasaan, peneliti berusaha mengamati percakapan para penutur beserta situasi
ujar untuk mendeskripsikan bentuk IP sehingga penelitian ini dapat dikategorikan
ke dalam jenis penelitian deskriptif, artinya penelitian yang dilakukan semata-mata
hanya berdasarkan fakta yang ada dan data yang dikumpulkan berbentuk
implikatur pernyataan untuk menyatakan suruhan dalam bahasa Jawa dialek
Banyumas.

2. Kehadiran Peneliti
Instrumen penelitian ini sendiri adalah peneliti sendiri, Karena kehadiran
peneliti sangat diperlukan sebagai alat pengumpulan data. Pada penelitian ini
peneliti berperanserta secara lengkap. Peneliti mencermati percakapan yang terjadi
antara penutur (n) dan petutur (t) yang bermuatan IP suruhan tanpa sepengetahuan
informan. Selain itu, peneliti mencatat data yang yang timbul ke dalam catatan
lapangan apa adanya beserta situasi ujar yang melatari dan tidak menutup
kemungkinan peneliti terlibat dalam percakapan tersebut.

3. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini ada dua macam. Data pertama berupa wacana
percakapan lisan yang dipetik dari percakapan antara penutur dan petutur di
masyarakat desa Suka Makmur. Wacana percakapan itu adalah wacana tuturan
yang bermuatan IP menyuruh yang menjadi objek penelitian. Data kedua berupa
informasi situasi ujar yang melatari percakapan yang telah dipetik sebagai data
pertama. Informasi konteks yang berhubungan dengan lingkungan fisik yang
sama-sama dimiliki oleh n dan t, waktu, dan tempat yang termasuk ke dalam
situasi ujar. Data ini sangat penting untuk memberikan interpertasi makna dan IP
pada data pertama dan data kedua yang dicatat dalam catatan lapangan.
Data penelitian ini bersumber dari informan masyarakat desa Suka Makmur
dengan tuturan bahasa Jawa dialek Banyumas yang bermuatan IP menyuruh. Hal
tersebut sesuai dengan latar belakang penelitian ini, bahwa dalam percakapan
sehari-hari pada masyarakat desa Suka Makmur yang menggunakan bahasa Jawa
dialek Banyumas sangat mungkin terjadi interaksi secara verbal antara pentur dan
petutur.

4. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi langsung. Teknik observasi langsung adalah cara mengumpulkan data
yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak
pada objek penelitian, yang pelaksanaannya langsung pada tempat kejadian
peristiwa, keadaan, atau situasi yang sedang terjadi. Dalam pengambilan data,
peneliti menggunakan teknik catat yang memakai metode simak.
“Dalam ilmu sosial termasuk sosiolinguistik metode observasi merupakan
metode yang sangat vital yang mengiterpretasikan makna tuturan” Katomiharjo
(Wiryotinoyo, 2012:82). Dalam penelitian ini peneliti mengamati fenomena
percakapan masyarakat desa Suka Makmur khususnya ujaran yang mengadung IP
menyuruh. Metode observasi merupakan metode yang sangat penting dalam
telaksananya penelitian pragmatik yang hendak menginterpertasikan makna
tuturan (T). Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari teknik observasi
langsung dicatat ke dalam catatan lapangan. Pencatatan lapangan adalah kegiatan
pengumpulan data melalui pengamatan terhadap tuturan IP menyuruh bahasa Jawa
dialek Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten
Muaro Jambi.

5. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan analisis
pragmatik. Hal ini sejalan dengan penjelasan Wiryotinoyo (2010:34-35) yang
menyatakan “analisis pragmatik perlu dilakukan untuk memperoleh pemecahan
masalah maka pada T yang bermuatan IP”. Jadi, analisis pragmatik ini dapat
digunakan untuk menjawab masalah-masalah penelitian antara lain; bagaimana
satuan pragmatis suruhan dan latar penyebab terjadinya IP pada masyarakat desa
Suka Makmur.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan menganalisis
data adalah sebagai berikut:
a. Menerjemahkan data ke dalam bahasa Indonesia, yaitu data yang ada dalam
catatan lapangan adalah data yang berupa ujaran berbahasa Jawa dialek
Banyumas.
b. Mengidentifikasi data setelah data diterjamahkan ke dalam bahasa Indonesia,
selanjutnya peneliti mengidentifikasi ujaran-ujaran yang mengikuti kerjasama
dan sopan santun beserta implikasinya dengan menggunakan analisis pragmatis
tersebut.
c. Menginterpertasikan dan mengklasifikasikan data. Data yang sudah
diidentifikasi yang mengadung IP kemudian diinterpertasikan dan
diklasifikasikan.
d. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis tersebut. Dari hasil ini
nanti akan menghasilkan IP suruhan dalam bahasa Jawa dialek Banyumas.

6. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tiga teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, dan triangulasi. Menurut Moleong (2010) perpanjangan keikutsertaan
berarti peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Perpanjangan keikutsertaan juga merupakan penyediaan rentang waktu yang
memadai untuk mengambil peristiwa komunikasi yang terjadi. Ketekunan
pengamatan yang dimaksud adalah mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap peristiwa komunikasi yang menonjol
dalam percakapan. Selanjutnya triangulasi yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu yang
lain. Triangulasi data dalam penelitian ini menggunakan reviu informan dengan
cara berkonsultasi dengan penutur yang lain dan mengadakan wawancara.
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pralapangan.
b. Tahap pekerjaan lapangan.
c. Tahap analisis data.
d. Tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.
e. Tahap penulisan laporan.

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa dialek
Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar adalah sebagai
berikut:
1. Implikasi pragmatis percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa dialek Banyumas
masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar terdiri dari 21 macam yaitu
menyuruh untuk memasukkan sepeda motor, menyuruh membeli obat nyamuk,
menyuruh untuk makan, menyuruh untuk mematikan pompa air, ujaran menyuruh
untuk masuk ke rumah, ujaran menyuruh untuk mengganti siaran televisi,
menyuruh untuk mengambil gula, menyuruh untuk pulang cepat, menyuruh untuk
mengambil lilin, menyuruh untuk membuat sop buah, menyuruh untuk melipat
baju, menyuruh untuk bangun tidur, menyuruh untuk membeli es, menyuruh untuk
menghidupkan disel, menyuruh untuk mengangakat papan, menyuruh untuk
membantu di kebun, menyuruh untuk mendampingi anak-anak tadarus, menyuruh
untuk mengambil piring, menyuruh untuk membawa karung, menyuruh untuk
mengabilkan agar-agar.
2. Bentuk lingual (BL) implikatur percakapan menyuruh dalam bahasa Jawa dialek
Banyumas masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar berupa kalimat
berita, kalimat tanya dan kalimat perintah.
3. Satuan pragmatis (SP) pendukung yang berfungsi menyatakan implikasi pragmatis
dan mewujudkan IP, terdiri dari menginformasikan fakta, menyatakan kehendak,
mengingatkan, bertanya, meminta, dan menyuruh.
4. Hubungan implikasi pragmatis, bentuk lingual dan satuan pragmatis terjalin sangat
erat karena masing-masing unsur saling mendukung dalam pemakaian IP dan
hubungan tersebut terjalin hubungan fungsi seperti penelitian BL menjembatani SP
dan mengimplikasikan implikasi pragmatis.
5. Alur implikasi pragmatis menyuruh dalam bahasa Jawa dialek Banyumas
masyarakat Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar terdapat empat alur, yaitu alur
analogis, kebiasaan, normatif, dan geseran.

E. Saran/rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pemakai bahasa Jawa dialek Banyumas dapat memahami
implikatur percakapan terutama yang berimplikasi pragmatis menyuruh supaya
dapat berkomunikasi dengan baik dan sopan.
2. Disarankan kepada peminat pragmatic agar dapat memperdalam penelitian
impilikasi pragmatis menyuruh dan dapat mengadakan perluasan penelitian
tentang implikatur percakapan menyuruh.
3. Selanjutnya untuk pembelajaran disarankan agar siswa memahami dan dapat
menggunakan implikatur percakapan yang berimplikasi pragmatis menyuruh
dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis untuk berbagai fungsi
bahasa.
4. Menjaga pemakaian IP sangat penting sehingga disarankan kepada para penulis
buku pelajaran BI agar temuan penelitian IP diintegrasikan ke dalam pembahasan
tema-tema pembelajaran. Pada setiap tema disajikan bentuk-bentuk lingual yang
bemuatan IP, latihan mengenai IP, latihan menciptakan IP ke dalam bentuk-bentuk
lingual, latihan menggunakan bentuk-bentuk lingual bermuatan IP dalam
melakukan percakapan. Dengan adanya buku sajian materi seperti itu, diharapkan
para siswa dan guru bahasa dapat memperoleh kemudahan dalam proses belajar
mengajar mewujudkan penguasaan IP.
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MENOLAK MAHASISWA FKIP
UNIVERSITAS JAMBI

OLEH
ARDILA
RRA1B110045
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MENOLAK MAHASISWA FKIP
UNIVERSITAS JAMBI

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang maka dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk lingual (BL) menolak mahasiswa FKIP Universitas Jambi?
2. Bagaimanakah satuan pragmatis (SP) menolak mahasiswa FKIP Universitas
Jambi?
3. Apa sajakah macam-macam implikasi pragmatis IP menolak mahasiswa FKIP
Universitas Jambi?

B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas maka secara garis besar
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk lingual (BL) IP menolak mahasiswa FKIP Universitas
Jambi.
2. Mendeskripsikan satuan pragmatis (SP) IP menolak mahasiswa FKIP Universitas
Jambi.
3. Mendeskripsikan macam-macam implikasi pragmatis IP menolak mahasiswa FKIP
Universitas Jambi.

C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menghendaki pengolahan data tanpa perhitungan statistik.
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai “penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan” (Moleong, 2006:3). Pendekatan kualitatif yang digunakan ini
tergambar dari tujuan yang telah diruyung dikumpulkan berupa wacana, tuturan
atau kalimat. Pendekatan penelitian kualitatif juga pendekatan naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural). Sugiyono (2009:15)
menyatakan penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah, objek yang
alamiah adalah objek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode observasi patisipatif, karena peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau orang yang dijadikan sumber data penelitian.
Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2009: 311) menyatakan “in participant
observation, the researcher observer what people do, listen to what they say, and
participates in their activites” dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi
dalam kegiatan mereka. Selain menggunakan observasi dengan partisipasi, peneliti
juga menggunakan metode wawancara. Metode wawancara yang digunakan adalah
metode wawancara informal, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
informasi SU juga sebagai metode pelengkap dari metode observasi dengan
partisipasi untuk meningkatkan kesahihan data.
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif, artinya
penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta yang ada atau fenomena
yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga penelitian yang
dihasilkan berupa paparan apa adanya. Arikunto (2010:3) menyatakan bahwa
“Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan
apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah
tertentu”. Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis sebagai jawaban terhadap
masalah penelitian sebagai lazimnya digunakan dalam penelitian berpendekatan
kuantitatif. Teori yang dibahas dikajian pustaka bukanlah menjadi dasar sebagai
pengikat gerak peneliti serta akhirnya bermuara pada hipotesis alternatif tertentu
yang perlu diverifikasi dengan data empiris. Teori lebih sebagai dasar berpijak
bekal wawasan yang memandu peneliti dalam menggeluti IP menolak mahasiswa
FKIP UNJA.

2. Kehadiran Peneliti
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, seperti yang
diungkapkan oleh Sugiyono (2009:305) bahwa “Pada penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (human
instrument)”. Sebagai instrumen dalam penelitiannya peneliti berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya. Kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai pengamat partisipan, peneliti
mendengar dan mencermati percakapan antara penutur dan petutur yang
bermuatan IP menolak tanpa sepengetahuan informan. Peneliti mencatat segala
tuturan yang bermuatan IP menolak beserta situasi yang melatarinya dan tidak
menutup kemungkinan peneliti terlibat dalam percakapan.

3. Data dan Sumber Data


Ada dua data yang digunakan dalam penelitian ini, pertama data berupa
wacana percakapan antara n dan t yang bermuatan IP menolak mahasiswa FKIP
UNJA, data kedua berupa situasi ujar yang melatar belakangi lahirnya IP menolak
di kalangan mahasiswa FKIP UNJA, konteks yang berhubungan mengenai
lingkungan fisik dan sosial wacana percakapan, pengetahuan latar belakang yang
sama-sama dimiliki oleh n dan t, temasuk waktu dan tempat tercakup dalam situasi
ujar. Data ini sangat penting untuk memberikan interpretasi makna dan IP pada
data pertama.
Data yang diperoleh oleh peneliti berupa data alamiah yang apa adanya
tidak dibuat-buat untuk melahirkan tuturan yang bermuatan IP menolak. Lahirnya
IP menolak di kalangan mahasiswa FKIP UNJA tercipta secara spontan yang
kemudian dicatat dalam catatan lapangan.
Data ini diperoleh dari sumber data yang berupa informan utama yang
memproduksi IP menolak yaitu mahasiswa, serta informan (pembantu peneliti)
yang mengumpulkan data serupa. Pembantu peneliti memenuhi kualifikasi sebagai
peneliti bahasa, karena ia juga seorang mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang memiliki bekal pengetahuan pragmatik, khususnya IP
yang sama dengan peneliti. Selain itu informan paham dengan apa yang harus
dilakukan.
Subjek dalam penelitian ini merupakan subjek yang tidak homogen
sehingga kesimpulan hasil penelitian tidak diberlakukan untuk semua populasi,
sampel yang dipilih nantinya bertujuan untuk mengumpulkan data maksimum.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Teknik ini dipilih karena
pertimbangan tidak tersedianya tenaga, waktu dan dana peneliti. Dalam sampel
purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi, penentuan unit
sampel dianggap telah memadai apabila ditambah data lagi tidak memberikan data
yang baru (datanya telah jenuh), cara peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberi data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan
data sebelumnya peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberi data lebih lengkap. Teknik inilah yang disebut snowball sampling.
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bahasa dan
Sastra Indonesia semester VII kelas H reguler mandiri yang berjumlah 35 orang.
Sampel ini dipilih karena peneliti setiap harinya hidup dan bergaul baik di rumah
ataupun di kampus bersama dengan sampel yang ditentukan ini. Selain itu sampel
yang dipilih penulis adalah orang-orang terdekat sehingga mampu memberikan
data yang dibutuhkan.

4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi
partisipatif. Metode partisipatif digunakan dalam pengumpulan data berupa
wacana percakapan yang bermuatan IP menolak mahasiswa FKIP UNJA serta data
kedua berupa informasi situasi ujar. Dalam hal ini peneliti berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari mahasiswa FKIP UNJA.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak. Teknik
dasar metode simak adalah teknik sadap. Teknik lanjut yang dipakai dalam
penelitian ini adalah teknik simak libat cakap (SLC), teknik simak bebas libat
cakap (SBLC) dan teknik catat (Sudaryanto, 1988:3-6). Menurut Sudaryanto
(1988:2) metode simak dapat disejajarkan dengan metode observasi dalam
penelitian ilmu sosial. Dalam penelitian ini metode simak dilakukan untuk
melakukan penyimakan terhadap percakapan mahasiswa dengan mitra bicaranya.
Dengan teknik SLC yang digunakan peneliti terlibat dalam percakapan mahasiswa,
sedangkan teknik SBLC peneliti tidak terlibat dalam aktivitas percakapan, tetapi
peneliti hanya mengamati berlangsungnya percakapan mereka. Selain itu teknik
wawancara juga digunakan dalam penelitian ini. Teknik wawancara yang
digunakan adalah secara luwes, tidak terlalu mengilat ataupun membuat kaku
pelaksanaan wawancara. Teknik wawancara informal digunakan untuk melengkapi
data kedua yaitu data situasi ujar, penggunaan teknik ini juga merupakan
pelengkap di dalam melakukan observasi dengan partisipasi untuk meningkatkan
kesahihan data.
Ketika digunakan teknik SLC dan atau SBLC, peneliti memakai teknik
rekam, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Berdasarkan hasil penyadapan,
wacana yang mengandung IP menolak direkam kemudian dicatat.

5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan analisis data metode Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:337) mengemukakan dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini
yaitu reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan saling
berinterkasi, berawal dari pengumpulan data dan berakhir pada selesainya
penulisan laporan penelitian.
Reduksi merupa identifikasi IP dan memilih T yang bermuatan IP menolak
dari ujaran alamiah mahasiswa melalui pemusatan perhatian pada seputar tuturan
yang berimplikasi pragmatis dengan berpegang pada konsep dan kriteria.
Pemilihan tuturan yang bermuatan IP menolak dilakukan dengan cara mengadakan
pemusatan perhatian seputar tuturan yang berimplikasi pragmatis menolak.
Berpegang pada teori Grice yang mengatakan bahwa IP digunakan untuk
menerangkan apa yang dimaksudkan berbeda secara lahiriah dengan apa yang
diucapkan oleh penutur, oleh sebab itu dalam tahap reduksi ini peneliti
mengumpulkan wacana percakapn yang dianggap secara tidak langsung menolak
ajakan, tawaran, atau perintah yang ditujukan pada diri n. Implikasi pragmatis
menolak ditandai dengan adanya bentuk penolakan n terhadap sesuatu yang
ditujukan pada dirinya, implikasi pragmatis menolak penyampaiannya dapat
tersirat dalam SP bertanya, menginformasikan fakta, menyatakan kehendak,
menilai, mengingatkan, mengeluh, menegaskan, dan menyuruh. Dalam kegiatan
reduksi selain didapat catatan lapangan berupa wacana percakapan ber-IP menolak
juga disertakan SU atau konteks saat percakapan itu terjadi.
Hasil reduksi menjadi bahan untuk penyajian data yang akan
diklasifikasikan. Pengklasifikasian didasarkan pada kriteria jenis penolakan, bisa
berupa menolak ajakan, perintah, permitaan pada diri n.
Sajian data yang ada nantinya akan menggiring peneliti ke dalam alur
pemikran untuk sampai pada verifikasi atau kesimpulan. Kesimpulannya
menyatakan bahwa terdapat macam-macam bentuk penolakan pada mahasiswa
FKIP UNJA. Seandainya penyajian terbentur pada kekurangan dan kelengkapan
data, maka kembali dilakukan reduksi melalui pengumpulan data.

6. Pengecekan Keabsahan Data


Data dalam penelitian ini diperlukan kemantapan data, sehingga nantinya
akan diperoleh kesimpulan yang mantap pula. Sutopo (dalam Wiryotinoyo,
2010:49) mengemukakan adanya tiga macam meningkatkan valitidas data: (1)
triangulasi, yang meliputi triangulasi data, peneliti, metodelogis dan teori, (2) reviu
informan, (3) memberi cek. Upaya peningkatan validitas data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara triangulasi dan reviu informan. Triangulasi disini meliputi
triangulasi data, peneliti dan metode. Triangulasi data dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis berupa percakapan mahasiswa yang bermuatan IP
menolak, triangulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan seseorang
peneliti (lain) untuk mengumpulkan data sejenis, triangulasi metode dilakukan
dengan bukan hanya memakai metode observasi saja, tetapi juga memakai metode
wawancara. Reviu iniforman dilakukan untuk meningkatkan validiatas dengan
cara memberikan kesempatan pada informan untuk mereviu laporan sehingga
dapat diketahui apakah yang ditulis oleh peneliti dapat disetujui benar tidaknya
oleh informan. Reviu informan dilakukan sebagai langkah terakahir usaha
meningkatkan kesahihan data.

7. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
a. Tahap Pra-Lapangan
b. Tahap Pengerjaan Lapangan
c. Tahap Analisis Data
d. Tahap pengecekan keabsahan data
e. Tahap laporan penelitian
D. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian terhadap implikatur percakapan menolak mahasiswa FKIP
Universita Jambi adalah sebagai berikut:
1. Bentuk lingual percakapan menolak mahasiswa FKIP Universitas Jambi terdapat
tiga jenis kalimat yaitu: kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya.
2. Satuan pragmatis percakapan menolak mahasiswa FKIP Universitas Jambi
ditemukan tujuh SP yaitu: menginformasikan, bertanya, menyatakan kesenangan,
menegaskan, mengeluh, menyatakan kehendak, dan menilai.
3. Implikasi pragmatis dalam percakapan menolak mahasiswa FKIP Universitas
Jambi secara garis besar dapat digolongkan ke dalam empat macam yaitu, menolak
ajakan, menolak perintah, menolak tawaran, dan menolak permintaan. Menolak
ajakan dalam berkomunikasi dapat tersirat dalam SP menginformasikan,
mengeluh, dan menilai. Menolak perintah dapat tersirat dalam SP bertanya,
mengingatkan, menilai dan menginformasikan. Menolak tawaran dalam
berkomunikasi dapat tersirat dalam SP bertanya dan menginformasikan. Menolak
permintaan dapat tersirat dalam SP bertanya, menginformasikan dan menyatakan
kehendak.

E. Saran/rekomendasi
Bersararkan kesimpulan yang telah diuraikan maka terdapat beberapa saran yang
dapat dikemukakan:
1. Disarankan kepada pemakai Bahasa Indonesia untuk dapat lebih mengenal dan
memahami mengenai implikatur percakapan, terutama yang berimplikasi
menolak. Karena dengan implikatur percakapan khususnya menolak kita mampu
melakukan penolakan baik berupa perintah, ajakan, tawaran, atau permintaan
tanpa menyinggung perasaan hati petutur dan tetap memenuhi prinsip sopan
santun dalam berkomunikasi.
2. Bagi para peminat pragmatik agar mampu melakukan penelitian lanjutan
khususnya implikatur percakapan demi memperkaya keragaman aspek pragmatik
yang sudah tentu akan menambah ilmu pengetahuan baru mengenai linguistik.
DEIKSIS PERSONA BAHASA BUGIS DI DESA LAMBUR LUAR

KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

OLEH

IKA PANGGIH WAHYUNINGSIH

A1B108077
DIEKSIS PERSONA BAHASA BUGIS DI DESA LAMBUR LUAR
KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk deiksis persona dalam Bahasa Bugis di Desa Lambur Luar
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjugn Jabung Timur?
2. Bagaimanakah pemakaian deiksis persona dalam Bahasa Bugis di Desa Lambur
Luar Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjugn Jabung Timur?

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk deiksis persona dalam Bahasa Bugis di Desa Lambur
Luar Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjugn Jabung Timur.
2. Mendeskripsikan pemakaian deiksis persona dalam Bahasa Bugis di Desa Lambur
Luar Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjugn Jabung Timur.

C. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaman bentuk
pemakaian deiksis persona bahasa Bugis di Desa Lambur Luar. Untuk mencapai
tujuan tersebut metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan jangkauan waktu sinkronis. Penelitian deskriptif dilakukan karena
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang secara alami atau difokuskan
pada kenyataan bahasa secara apa adanya (dalam hal ini deiksis Bahasa Bugis di
Desa lambur Luar), yang secara empiris bahasa tersebut masih hidup dalam
masyarakat penuturnya. Sehingga hasil yang diperoleh masih aktual, sedangkan
sinkronis adalah menyangkut pada suatu waktu tertentu saat penelitian ini
dilakukan.
Aminuddin (1990:16) berpendapat bahwa penelitian kualitatif selalu bersifat
deskriptif artinya data yang dianalisis dan hasilnya berbentuk deskripsi fenomena,
tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan fariabel.
Oleh karena itu penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah
dan menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan
dengan membuat kesimpulan, klasifikasi, analisis atau penggolongan data tentang
suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

2. Lokasi Penelitian
Desa lambur Luar merupakan salah satu Desa dari 13 Desa yang ada di
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dibentuk
sebelum tahun 1978. Desa Lambur Luar mempunyai luas wilayah 25 Km 2 dengan
jumlah penduduk 687 jiwa. Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan  12 Km
dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Simbur Naik
- Sebelah Timur berbatasan dengan Nipah Panjang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kuala Tungkal
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sabak

3. Kehadiran Peneliti
Insturmen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human
instrument). Dalam upaya memperoleh data penelitian ini, peneliti sebagai
pengamat peran serta. Pengamat peran serta adalah melakukan dua peran
sekaligus, yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok
yang diamati (Djajasudarma,1993:12).

4. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah berupa tuturan bahasa Bugis yang dipakai
masyarakat di Desa Lambur Luar, data yang diambil adalah mengenai deiksis
Persona dalan bahasa Bugis yang terdapat dalam percakapan dengan informan di
Desa Lambur Luar itu sendiri.
Objek penelitian ini adalah penduduk asli di Desa Lambur Luar. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung deiksis persona
bahasa Bugis dalam bentuk data lisan yang diperoleh dari informan.
Sumber data yang dipilih adalah penutur asli bahasa Bugis, agar data yang
diambil adalah data yang lengkap, informan harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Data yang dikumpulkan adalah data di tengah masyarakat saat
penelitian dilakukan.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah tata cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sadap dan teknik pancing. Teknik sadap adalah teknik dasar dari
metode simak dan teknik pancing merupakan teknik dasar dari metode cakap.
Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa
penyimakan, yakni menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan
metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial khsusnya dalam antropologi
(Sudaryanto, 1993:2).
Metode simak memiliki teknik dasar sadap, pada prakteknya, penyimakan
atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Teknik sadap adalah
upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa
seseorang atau beberapa orang yang telah ditetapkan menjadi informan.
Penyadapan dilakukan pada bahasa lisan informan (berbicara atau bercakap-
cakap). Metode simak ini diikuti dengan empat teknik lanjutan, yaitu: (1) teknik
simak libat cakap (TSLC) yakni peneliti terlibat langsung untuk membentuk dan
memunculkan calon data, (2) teknik simak bebas libat cakap ( TSBLC) dalam
teknik ini peneliti tidak dilibatkan langsung untuk menentukan pembentukan dan
pemunculan calon data, (3) teknik rekam, dan (4) teknik catat (Sudaryanto,
1998:2).
Dari beberapa teknik dari metode simak tersebut, yang digunakan hanya
teknik simak libat cakap dan teknik catat. Kegiatan penyadap itu dilakukan
pertama-tama dengan segenap kecerdikannya berpartisipasi dalam pembicaraan
dan menyimak pembicaraan. Jadi, si peneliti terlibat langsung dalam dialog.
Dengan demikian di dalam teknik sadap peneliti berupaya mendapatkan data
dengan menyadap penggunaan bahasa seseorarng yang menjadi informan. Seteleh
teknik sadap, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik pancingan.
Mashun (2005:90) menyatakan bahwa “teknik dasar berupa teknik pancing
pada praktiknya percakapan atau metode cakap itu diwujudkan dengan
pancingan”. Dalam hal ini pertama-tama si peneliti mendapatkan data dengan cara
segenap kecerdikannya memancing seseorang atau beberapa orang agar pembicara
melalui dialog dan memberikan beberapa pertanyaan kepada informan.

6. Teknik Analisis Data


Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena
pada tahapan ini kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah penelitian,
analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan kata ke dalam pola,
kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan tema serta
merumuskan hiotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Proses analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara, pengamatan data yang telah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumentasi pribadi, foto dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam penanganan tahapan analisis data itu diperlukan
metode dan teknik-teknik. Ada dua metode yang dipakai dalam menganalisis data
yaitu metode padan intralingual dan padan ekstralingual, kedua metode ini
digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan
ekstralingual. Mashun (2005:121) berpendapat bahwa “metode padan ekstralingual
ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa”. Teknik
lanjutannya adalah hubung banding menyamakan hal pokok, metode padan
ekstralingual adalah untuk menghubungbandingkan hal-hal yang di luar bahasa
seperti penutur bahasa yang dipilih berasal dari etnis mana konteks tuturannya.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data sangat penting dalam sebuah penelitian,
tujuannya adalah supaya data yang diteliti benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penelititan ini peneliti mengecek kebsahan data
dengan metode triangulasi. Moleong (2004:178) menyatakan “Metode triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesusatu yang lain
di luar data untuk keperluan pengecekan keabsahan data itu”.
Untuk memperoleh dan kemantapan dan kebenaran data sehingga diperoleh
kesimpulan yang lebih mantap, maka digunakan validitas dengan menggunakan
cara triangulasi teori. Lincoln dan Cuba (Moleong, 2007:349) mengatakan
“triangulasi dengan teori beranggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa
derjat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori pada dasarnya kenyataan jauh
lebih kaya daripada teori apapun yang digunakan.

8. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Pralapangan
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
c. Tahap Analisis Data
d. Tahap Pengecekan Keabsahan Data
e. Tahap Penulisan Laporan

D. Hasil Penelitian
Penelitian terhadap deiksis persona bahasa Bugis di Desa Lambur Luar
Kecamatan Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur ditemukan sebanyak 41
deiksis wacana secara keseluruhan dengan klasifikasi (9) deiksis persona pertama, (11)
deiksis persona kedua, (21) deiksis persona ketiga. Deiksis persona adalah kata frasa
yang merujuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan, misalnya pembicara,
yang dibicarakan dan entitas yang lain. Seperti dalam bahasa Indonesia, deiksis
persona juga terdapat dalam bahasa Bugis di Desa Lambur Luar. Yakni kategori
persona pertama, ketegori persona kedua, kategori persona ketiga.
Deiksis persona kategori orang pertama merujuk pada si penutur itu sendiri dan
bentuk-bentuk yang termasuk kategori deiksis pertama dalam bahasa Bugis di Desa
Lambur Luar yaitu iya, idi. Bentuk iya ‘saya’ merupakan pronominal tunggal. Bentuk
ini dipakai sebagai pengganti diri sendiri. Bentuk iya ‘saya’ digunakan tanpa
memandang siapa mitra bicara, pemakaiannya bersifat umum dan netral dipakai oleh
siapa saja dalam berkomunikasi. Bentuk idi ‘kami’ merupakan bentuk persona jamak
karena merujuk lebih dari satu orang. Bentuk idi ‘kami’ digunakan penutur apabila
dalam peristiwa berbahasa dalam lingkungannya. Pemakaian deiksis persona pertama
ini dapat juga berfungsi sebagai kata sapaan untuk berkomunikasi pengganti nama
yang biasa digunakan oleh masyarakat Desa lambur Luar.
Bentuk deiksis persona kedua merujuk kepada lawan bicara (petutur) satu orang
atau banyak. Dalam bahasa Bugis di Desa Lambur Luar iko, iko maneng, becce dan
bacco. Bentuk tersebut termasuk kategori persona kedua.
maneng, becce dan bacco. Bentuk tersebut termasuk kategori persona kedua
karena lawan bicara (petutur) satu orang. Bentuk-bentuk ini dipakai sebagai kata
sapaan kata ganti persona kedua dan sebagai kata sapaan kekerabatan. Pemakaian
bentuk iko ‘kamu’ dalam bahasa Bugis di Desa Lambur Luar tidak memiliki aturan.
Deiksis persona kategori ketiga mengacu kepada orang yang berada di luar
peristiwa berbahasa, baik satu orang atau lebih yang dibicarakan oleh penutur dan
petutur. Bentuk-bentuk deiksis kategori persona ketiga dalam bahasa Bugis di Desa
Lambur Luar yaitu nanae, alena, eppo, lato, nenek, emmak, daeng, fadaruane, deng,
fadakkunrai dan andrik.
Bentuk deiksis bahasa Bugis di Desa Lambur Luar dapat berupa bentuk bentuk
kata atau frasa yang tidak memiliki referensi yang tetap. Penggunaan deiksis dalam
bahasa Bugis memiliki ragam dan keunikan tersendiri contohnya adalah terdapat
beberapa kata yang pemakaiannya sama untuk tujuan yang berbeda.

E. Saran/rekomendasi
Penelitian yang penulis lakukan terhadap deiksis persona bahasa Bugis Desa
Lambur Luar Kecamatan Muara Sabak Timur belum pernah dilakukan untuk itu
penulis memberikan beberapa saran di antaranya sebagai berikut.
1. Sehubungan penelitian terhadap bahasa Bugis di Desa Lambur yang digunakan
oleh masyarakat Lambur peneliti tetap berlanjut, tidak terbatas hanya dalam
bidang deiksis persona, tetapi juga dibidang deiksis yang lainnya.
2. Penelitian ini sebagai masukan dan saran bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melakukan penelitian terhadap bahasa daerah.
Dengan bahasa daerah, maka mahasiswa tersebut telah melakukan suatu usaha
nyata dalam melestarikan bahasa daerah khususnya bahasa Bugis.
DEIKSIS SOSIAL BAHASA JAWA DI KILANGAN 1 DESA MEKAR JAYA
KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

OLEH

ITA SETIANINGSIH

A1B108035
DEIKSIS SOSIAL BAHASA JAWA DI KILANGAN 1 DESA MEKAR JAYA
KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa
Mekar Jaya?
2. Bagaimanakah pemakaian deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa
Mekar Jaya?

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk diperolehnya informasi tentang:
1. Deskripsi bentuk deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar
Jaya.
2. Deskripsi pemakaian deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar
Jaya.

C. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan pemakaian deiksis
sosial dalam bahas Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Penerapan metode tersebut dalam penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan secara kualitatif bentuk dan pemakaian deiksis sosial bahasa
Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya.
Penelitian deskriptif kualitatif dengan karakteristik penelitian, yakni (1)
deiksis sosial bersifat natural, karena peneliti tidak melakukan rekayasa terhadap
deiksis sosial bahasa Jawa tersebut, (2) peneliti sebagai instrumen yang
menganalisis deiksis sosial bahasa Jawa, (3) analisis atau pengolahan data
dilakukan apa adanya, tanpa perlakuan, perhitungan, statistik untuk memperoleh
pengertian dan memberikan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam
penggambaran suatu fenomena yang terjadi dalam lingkungan, dan (4) hasil
penelitian dinegosiasikan dengan pakar yang relevan.
2. Kehadiran Peneliti
Menurut Djajasudarma (1999:51) “Kehadiran peneliti di lapangan untuk
penelitian bahasa (kualitatif) mutlak diperlukan”. Maka dalam penelitian ini,
kehadiran peneliti sangat diperlukan selama proses pengumpulan data dan
pengolahan data. Peneliti dituntut untuk memiliki kejelian dalam memperoleh
informan untuk mendapatkan data secara lengkap dan lebih mendalam.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya. Kilang 1 Desa
Mekar Jaya terdiri dari 4 dusun, yaitu: Dusun Delapan, Dusun Makmur, Dusun
Pemerataan, dan Dusun Pendapatan. Lokasi penelitian ini lebih difokuskan di
Dusun Pendapatan. Karena semua masyarakatnya orang Jawa dan menggunakan
bahasa Jawa di tingkat pendidikan maupun pergaulan.
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Pendapatan adalah 120 KK, dengan
jumlah penduduk 335 jiwa (instrument Desa 2006:12). Mayoritas penduduknya
beragama Islam. Sedangkan mata pencaharian mereka sebagian besar adalah
bertani, dan sebagian kecil adalah berdagang dan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

4. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah bahasa Jawa yang digunakan masyarakat
Kilangan 1 Desa Mekar Jaya. Data yang akan diambil adalah data tuturan deiksis
sosial bahasa Jawa yang terdapat dalam percakapan dengan informan di Kilangan
1 Desa Mekar Jaya.
Objek dalam penelitian ini adalah deiksis sosial dalam bahasa Jawa di
Kilangan 1 Desa Mekar Jaya. Data yang diperoleh adalah bahasa Jawa ragam
lisan, dan data lisan diperoleh dari informan.
Samarin (1988:42) mengemukakan “informan adalah seorang yang
melengkapi peneliti dengan contoh-contoh bahasa, baik sebagai ulangan dari apa
yang diucapkan, maupun sebagai bentukan tentang apa yang mungkin dilakukan
orang”. Adapun syarat-syarat seorang informan yang baik, yakni:
(1) Umur; peneliti itu perlu memiliki informan-informan yang benar-benar dapat
dianggap mewakili dari suatu masyarakat bahasa, maka harus mencari orang yang
betul-betul sepenuhnya berpengalaman dalam soal ini (tidak berusia muda dan
tidak berusia lanjut), (2) jenis kelamin; akan lebih baik memilih informan yang
sama jenis kelaminnya dengan peneliti, (3) mutu kebudayaan dan psikologi;
informan dapat berbicara dengan bebas dan wajar mengenai sesuatu rentan pokok
pembicaraan yang luas dan yang relevansinya dengan kebudayaan, serta memiliki
daya ingat yang baik, (4) kewaspadaan; ada kaitannya dengan daya ingat. Yang
diperlukan adalah seorang yang menaruh perhatian dan tidak mudah terganggu,
baik oleh lingkungannya maupun oleh pikiran-pikirannya yang melintas sekilas.
Tidak kalah pentingnya adalah beberapa sifat sosial: kesabaran, kejujuran,
keterandalan, dan kegembiraan, dan (5) bahasa; informan yang dipilih hendaknya
seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang dipelajari (Samarin,
1988:55-71).

Dengan demikian, syarat-syarat informan dalam penelitian ini yakni (1)


informan merupakan penutur asli bahasa yang diteliti, (2) informan tidak berusia
muda dan tidak berusia lanjut, (3) informan tidak telalu lama meninggalkan
tempat asal, (4) informan dapat berbahasa Indonesia, (5) informan tidak cacat
wicara, (6) informan bersedia menjadi informan, (7) informan bersikap terbuka,
sabar, ramah, jujur, dan tidak emosional dan tidak mudah tersinggung, dan (8)
informan memiliki daya ingat yang baik, tidak malu, dan suka berbicara.
Sumber data yang akan diperoleh adalah penutur asli bahasa Jawa, agar data
yang diambil adalah data yang lengkap informan harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan adalah data di tengah mayarakat
saat penelitian dilakukan.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan
cakap. Pengumpulan data mengenai deiksis sosial dalam bahasa Jawa ini,
dilakukan dengan mengamati tindak tutur masyarakat Kilangan 1 Desa Mekar Jaya
dengan teknik simak yang diikuti dengan teknik simak libat cakap (TSLC) di mana
peneliti terlibat langsung untuk membentuk dan memunculkan calon data dan
teknik catat. Hal selanjutnya, penelitian difokuskan pada bentuk pemakaian deiksis
sosial dalam bahasa Jawa.
Peneliti langsung hadir di rumah informan untuk melakukan wawancara
dengan informan. Waktu yang dibutuhkan sekitar 20 sampai 30 menit dan bersifat
tidak resmi. Sebelum wawancara dengan informan, terlebih dahulu peneliti
memberikan penjelasan tentang tujuan wawancara tersebut, sehingga tidak
menyimpang dari pembahasan yang akan diteliti. Peneliti adalah penutur asli
bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya. Dengan demikian, peneliti
mengumpulkan data tentang deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa
Mekar Jaya dengan menggunakan metode simak dan metode cakap.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kajian padan
ekstralingual. Mahsun (2005:121) berpendapat bahwa “Metode padan
ekstralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual,
yakni menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa”.
Teknik lanjutannya adalah hubung banding menyamakan hal pokok, metode
padan ekstralingual juga digunakan untuk menghubungkan hal-hal di luar bahasa
seperti penutur bahasa yang dipilih. Sebagai contoh bentuk sapaan anda dalam
bahasa Jawa dapat dinyatakan dengan koe, sampean, panjenengan, yang
berentangan dari tingkat kesopanan berbahasa dari yang paling rendah hingga
paling tinggi. Contoh pemakaian bentuk koe, sampean, panjenengan adalah
sebagai berikut:
a. /koe saiki nengdi?/
‘Anda sekarang di mana?’
Pada kalimat (1) kata koe digunakan untuk orang yang umumnya di bawah
penutur atau sepadan. Kata koe digunakan juga oleh penutur yang mempunyai
status lebih tinggi untuk meninggalkan kesan akrab.
b. /Opo sampean sampun dahar?/
‘apa anda sudah makan?’
Pada kalimat (2) kata sampean digunakan untuk orang yang lebih tua atau
orang yang dihormati. kata sampean lebih digunakan dalam konteks pergaulan
sehari-hari untuk meninggalkan kesan sopan.
c. /Opo panjenengan keluargane Pak Yon?/
‘apa anda keluarga Pak Yon?’
Pada kalimat (3) kata panjenengan digunakan untuk orang yang lebih tua atau
orang yang dihormati. Kata panjenengan lebih sering digunakan dalam acara
formal seperti acara adat untuk meninggalkan kesan sopan.

Dari contoh tersebut memperlihatkan bahwa bentuk lingual koe, sampean,


panjenengan digunakan dalam konteks peristiwa berbahasa antara siapa yang
berbicara, siapa lawan bicara, dan di mana pembicaraan itu terjadi. Dalam hal ini
unsur siapa yang bicara, siapa lawan bicara, dan di mana pembicaraan itu terjadi
merupakan unsur di luar bahasa yang berhubungan dengan bentuk lingual koe,
sampean, panjenengan.
Data yang terkumpul melalui teknik simak dan teknik cakap tersebut
kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang digunakan, dengan urutan
sebagai berikut: (1) mentranskripkan tuturan yang deiksis ke dalam bahasa tulis,
(2) mengidentifikasi kata atau frasa yang bersifat deiksis sosial, (3)
mengidentifikasi data dalam kelompok deiksis sosial ke dalam bentuk tabel, (4)
menganalisis data berdasarkan bentuk dan pemakaiannya, (5) menyimpulkan data
berdasarkan data yang telah dianalisis.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Samarin (1988:192) mengatakan “Tujuan pengecekan yang utama adalah
menguji keabsahan analisis”. Penelitian ini menggunakan pengecekan keabsahan
data dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi teori. Triangulasi teori
dilakukan dengan membandingkan dengan teori-teori mengenai deiksis sosial.
Triangulasi metode dilakukan dengan memakai metode observasi, selain itu juga
menggunakan metode wawancara dan intropeksi diri.

D. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian deiksis sosial bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya,
ditemukan 44 bentuk, yang terdiri atas 38 bentuk deiksis sosial yang berbentuk
honorifiks dan 6 bentuk deiksis sosial yang berbentuk eufemisme.
2. Pemakaian deiksis sosial dalam bahasa Jawa di Kilangan 1 Desa Mekar Jaya,
dikelompokan menjadi enam kelompok pemakaian deiksis sosial berbentuk
honorifiks yakni: (1) pemakaian deiksis sosial berbentuk honorifiks berupa
sapaan, (2) pemakaian deiksis sosial bentuk honorifiks berupa profesi, (3)
pemakaian deiksis sosial bentuk honorifiks berupa pronominal persona, (4)
pemakaian deiksis sosial bentuk honorifiks berupa tingkatan bahasa, (5)
pemakaian deiksis sosial bentuk honorifiks berupa jabatan, dan (6) pemakaian
deiksis sosial bentuk honorifiks berupa gelar, dan pemakaian deiksis sosial
berbentuk eufemisme.
E. Saran/rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti mengemukakan saran-saran
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Saran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain, penulis menyarankan agar penelitian ini tetap berlanjut pada
deiksis-deiksis lainnya terutama deiksis wacana. Deiksis wacana sangat perlu
diteliti karena masih sangat sedikit sekali referensi dan informasi mengenai
deiksis tersebut.
2. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis
menyarankan untuk melakukan penelitian terhadap bahasa daerah. Meneliti
bahasa daerah, maka mahasiswa telah melakukan usaha nyata dalam melestarikan
bahasa daerah.
3. Bagi penutur bahasa Jawa penulis menyarankan agar menggunakan kata-kata
yang bersifat deiksis ini sesuai dengan konteksnya, sehingga komunikasi berjalan
lebih komunikatif.
DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI

DI PARIT BOM KECAMATAN NIPAH PANJANG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

OLEH

FAISAL

A1B108043
DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI
DI PARIT BOM KECAMATAN NIPAH PANJANG
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk deiksis ruang dan waktu bahasa Melayu Jambi di Parit Bom
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
2. Bagaimanakah pemakaian deiksis ruang dan waktu bahasa Melayu Jambi di Parit
Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk diperolehnya informasi tentang:
1. Deskripsi bentuk deiksis ruang dan waktu bahasa Melayu Jambi di Parit Bom
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Deskripsi pemakaian deiksis ruang dan waktu bahasa Melayu Jambi di Parit Bom
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

C. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Margono, (2003:39) menyatakan bahwa:
Metode kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya, data yang diperoleh
berupa kata-kata, tururan atau prilaku tidak diungkapkan dalam bentuk
bilangan atau angka statistik melainkan tetap dalam kualitatif, dengan
memberikan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam penggambaran
suatu fenomena yang terjadi dalam lingkungan.

Dalam penelititan ini peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan keragaman


bentuk dan pemakaian deiksis ruang dan waktu di Parit Bom Kecamatan Nipah
Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Metode deskriptif dipilih karena
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang memusatkan perhatian kepada
ciri-ciri atau sifat bahasa secara alami atau difokuskan pada kenyataan bahasa
secara apa adanya.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini peneliti diperlukan selama pengumpulan data. Peneliti sebagai
pengamat peran serta. Pengamat peran serta adalah melakukan dua peran sekaligus
yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamatinya (Djajasudarma, 1993:12). Pengumpulan data dilakukan dengan
berpartisipasi dan menyimak pembicaraan penutur bahasa Melayu Jambi secara
operasional juga dibantu perekaman dan pencatatan, karena selama penelitian
peneliti dituntut untuk kejelian dan ketelitian dalam mencari informan sekaligus
memperoleh data yang mendalam. Peneliti disini hanya sebagai pengamat, bukan
penutur asli bahasa Melayu Jambi di Parit Bom Kecamatan Nipah Panjang.
Peneliti langsung hadir di rumah informan untuk melakukan wawancara
dengan informan, sekaligus merekam tuturan informan. Sebelum merekam dari
tuturan informan, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan
wawancara tersebut, sehingga tidak menyimpang dari pembahasan yang akan
diteliti.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Parit Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Berdasarkan survei pada lokasi penelitian, Kecamatan
Nipah Panjang memiliki dua kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Nipah Panjang
I dan Kelurahan Nipah Panjang II. Parit Bom sebagai tempat atau lokasi sentral
dari penelitian ini termasuk ke dalam Kelurahan Nipah Panjang I.

4. Data dan Sumber Data


Objek dalam penelitian ini adalah deiksis ruang dan waktu bahasa Melayu
Jambi di Parit Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yang terdapat dalam percakapan dengan informan. Data dalam penelitian ini
adalah berupa tuturan bahasa Melayu Jambi ragam lisan yang dipakai masyarakat
Parit Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Sedangkan yang menjadi sumber data adalah penutur asli bahasa Melayu Jambi
yang tinggal di parit Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Dari jumlah sumber data yang ada diambil dua orang sebagai informan
yang nantinya akan ditanya peneliti mengenai bahasa Melayu Jambi di Parit Bom
dan informan tentu harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Syarat
informan akan dijekaskan oleh para ahli berikut ini:
Samarin (1988:82) menyatakan bahwa “Informan adalah seseorang yang
melengkapi peneliti dengan contoh-contoh bahasa, baik sebagai ulangan dari apa
yang diucapkan, maupun sebagai bentukan tentang apa yang mungkin dikatakan
orang”
Samarin (1988:83) mengemukakan syarat-syarat informan yang baik adalah
sebagai berikut:
(1) Pria atau wanita dewasa dengan usia 25-26 tahun, (2) orang tua, istri,
suami informan lahir dan dibesarkan di daerah itu serta tidak pernah
meninggalkan desanya (3) berpendidikan minimal pendidikan dasar SD-
SLTP, (4) berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi
mobilitasnya, (5) memiliki kebangaan terhadap isoleknya, sehat jasmani
dan rohani serta dapat berbahasa Indonesia.

Dari syarat-syarat informan yang dikemukanan Samarin (1988:83) di atas,


peneliti hanya mengambil tiga syarat informan untuk sumber data dalam penelitian
ini. Syarat tersebut antara lain: (1) pria atau wanita dewasa dengan usia minimal 25
tahun, karena umur orang diusia tersebut masih sehat atau baik indra pengecap
atau pendengarannya sehingga akan memudahkan proses pengumpulan data
dengan tanya jawab, (3) berpendidikan minimal tamat pendidikan dasar SD-SLTP,
karena informan juga harus mempunyai wawasan tentang apa yang akan
ditanyakan peneliti kepadanya sehingga informan tidak kebingungan ketika
ditanya, (4) berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi
mobilitasnya, karena diharapkan informan dapat membedakan bahasa asli
daerahnya dengan bahasa yang telah tercampur dengan bahasa lain.

5. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah tata cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sadap, dan teknik pancing. Teknik sadap merupakan teknik dasar
dari metode simak dan teknik pancing merupakan teknik dasar metode cakap.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan sumber data lisan
adalah metode simak dan cakap.
Mahsun (2005:92) menyatakan bahwa:
Teknik simak pada dasarnya berwujud teknik sadap dalam arti, peneliti
dalam upaya pencarian data dilakukan dengan menyadap penggunaan
bahasa seseorang yang menjadi informan. Sedangkan teknik cakap
memiliki teknik dasar berupa pancingan. Kerena percakapan diharapkan
sebagai manifestasi metode cakap ini dimungkinkan akan muncul apabila
peneliti memberi pancingan (dapat berupa sumber data dalam penelitian
ini).

6. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul melalui teknik simak dan teknik cakap kemudian
dianalisis berdasarkan teori-teori yang digunakan, dengan urutan sebagai berikut:
(1) mentranskripkan tuturan yang deiksis ke dalam bahasa tulis, (2)
mengidentifikasi kata atau frasa yang bersirat ruang dan waktu, (3)
mengidentifikasi data dalam kelompok deiksis ruang dan waktu ke dalam bentuk
tabel, (4) menganalisis data berdasarkan bentuk dan pemakaiannya, (5)
menyimpulkan data yang telah dianalisis.
Oleh karena itu, dalam penanganan tahapan analisis data itu diperlukan
metode dan teknik-teknik. Ada dua metode yang digunakan dalam menganalisis
data yaitu metode padan intralingual dan padan ekstralingual.
Mahsun (2005:121) berpendapat bahwa:
Metode padan ekstralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang
bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal
yang berada di luar bahasa. Teknik lanjutnya adalah hubung banding
menyamakan hal pokok, sedangkan metode padan ekstralingual digunakan
untuk menghubungbandingkan hal-hal di luar bahasa seperti penutur
bahasa yang dipilih berasal dari etnis mana konteks tuturannya. Kedua
metode ini digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Tujuan pengecekan yang pertama adalah menguji keabsahan analisis
(Samarin, 1988:192). Untuk memperoleh kebenaran data maka diusahakan
peningkatan validitas data dengan menggunakan meotode introspeksi. Metode
intropeksi adalah metode analisis data atau yang disebut juga metode reflektif-
introspektif, yaitu upaya-upaya melibatkan atau memanfaatkan sepenuh-penuhnya,
secara optimal, peran peneliti sebagai penutur bahasa tanpa meleburlenyapkan
peran kepenelitian itu (Sudaryanto,1993:118). Menurut Akhyarudin (1999:11)
metode introspeksi diri bertujuan untuk memeriksa kesahihan data dari informan
maupun dari penulis sendiri yang juga sebagai pembahan.
Metode introspeksi adalah metode penyediaan data dengan memanfaatkan
intuisi keabsahan peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya)
untuk menyediakan data yang diperlukan bagi analisis sesuai dengan tujuan
penelitian (Mahsun, 2005:104).

8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
c. Tahap Pengumpulan Data
d. Tahap Analisis Data
e. Tahap Pengecekan Keabsahan Data
f. Tahap Laporan Penelitian

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian deiksis ruang dan waktu dalam bahasa Melayu Jambi di Parit
Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian, ditemukan 40 deiksis ruang dan waktu dalam bahasa Melayu
Jamabi di Parit Bom Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung
Timur yang terdiri atas 23 bentuk deiksis ruang dan 17 bentuk deiksis waktu.
Deiksis ruang digolongkan lagi menjadi 3 bentuk pemakaian deiksis ruang yaitu:
pemakaian deiksis ruang untuk menyatakan petunjuk umum, pemakaian deksis
untuk menyatakan tempat, dan pemakaian deiksis ruang untuk menyatakan letak
geografis. Deiksis waktu juga digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu: deiksis
waktu absolut, dan deiksis waktu relatif. Sedangkan makna deiksis dikelompokan
lagi menjadi 6 kelompok yaitu: (1) deiksis waktu yang menyatakan mulai
terjadinya peristiwa, (2) deiksis waktu yang menyatakan akhir menyatakan
peristiwa, (3) deiksis waktu yang menyatakan terjadinya peristiwa pada waktu
tertentu, (4) deiksis waktu yang menyatakan terjadinya peristiwa pada waktu tidak
tentu, (5) deiksis waktu yang menyatakan waktu akan terjadinya peristiwa, (6)
deiksis waktu yang menyatakan waktu sekarang terjadinya peristiwa.
2. Bentuk deiksis ruang dan waktu dalam bahasa Melayu Jambi di Parit Bom
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat berupa kata
atau frasa yang tidak memiliki referensi yang tetap dan pemakaian deiksis ruang
dan waktu disesuaikan dengan siapa, di mana, dan kapan tuturan itu berlangsung
atau tergantung pada konteks atau situasi percakapan.

E. Saran/rekomendasi
Adapun saran peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur khususnya Kecamatan Nipah
Panjang hendaknya melestarikan atau mendokumentasikan bahasa Melayu Jambi
di Parit Bom baik dalam bentuk buku atau rekaman sehingga bahasa Melayu yang
asli tetap terjaga dan terlindungi dari kepunahan.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti deiksis, khsusnya deiksis ruang
dan waktu agar lebih mendalam dan teliti karena penelitian yang dilakukan
peneliti ini masih terdapat kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai