Skill Lab Balutbidai
Skill Lab Balutbidai
SKENARIO
Seorang remaja laki-laki berusia 27 tahun mengalami kecelakaan sepeda motor. Pasien
mengatakan ia tidak bisa mengendalikan kecepatan motornya ketika berpapasan dengan
sebuah mobil truk. pasien terkejut ketika didepannya melintas mobil sedan dengan
kecepatan tinggi. Dengan sigap pasien membanting stang motor ke arah pinggir jalan
sehingga menabrak sebuah pohon. Pasien terjatuh dari sepeda motor dan terpental sejauh
2 meter. Pasien mengatakan kaki kananya tidak bisa digerakkan. Hasil pengkajian ditemukan
luka dikaki kanan sepanjang 5 cm, fraktur tertutup pada kaki sebelah kiri. Pasien
kemungkinan juga mengalami dislokasi pelvis.
A. PENDAHULUAN
Pembalutan dan pembidaian adalah salah satu cara pertolongan pertama pada
cedera/trauma pada sistem mukuloskeletal. Tindakan tersebut dilakukan bertujuan
untuk menggimmobilisasi ekstremitas yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri,
dan mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
Pengetahuan tentang tata cara pemasangan balutan dan bidai sangat penting diketahui
oleh seorang perawat untuk dapat memberikan tindakan pertama pada cedera
muskuloskeletal sambil menunggu tindakan selanjutnya. Tindakan yang cepat dan tepat
akan mengurangi risiko lebih lanjut.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan praktikum mahasiswa mampu melakukan pemasangan balutan dan
bidai secara tepat dan benar
C. LANDASAN TEORI
BALUTAN (BANDAGE)
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cidera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator
/imobilisator. Penyangga yang biasa digunakan dalam balut bidai adalah splinting (spalk).
Kontra Indikasi
o Luka dengan hipereksudat
o Luka terinfeksi
o Terdapat undermining dan tunneling
Komplikasi
o Bula, kegagalan flap/graf
o Risiko perdarahan/hematoma
o Infeksi gram negatif, infeksi Candida
o Nyeri dan perdarahan saat penggantian balutan
o Iritan/dermatitis kontak alergi
Macam-macam pembalutan
1. Pembalut penutup
Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak
tersinggung dari anggota badan yang lain
Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara
Sebelum luka dibungkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan perawatan
luka.
Untuk menahan perdarahan
Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)
2. Pembalut penahan
Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit
Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit
Mengurangi rasa sakit
3. Pembalut penekan Menekan luka
Prinsip Balutan:
1. Pilih ukuran balutan yang tepat.
2. Jika memungkinkan selalu gunakan bahan balutan yang baru, karena setelah satu kali
penggunakan elastisitas bahan akan berkurang.
3. Pastikan kulit penderita bersih dan kering.
4. Tutup luka sebelum melakukan balutan.
5. Periksa neurovaskuler distal.
6. Berikan bantalan pada daerah yang berbahaya
7. Jika memungkinkan adanya asisten untuk memposisikan tungkai pada posisi yang
benar.
8. Balutan dimulai dari bagian distaltungkai.
9. Pertahankan ketegangan balutan untuk memberikan tekanan yang diinginkan.
10. Pastikan tidak ada kerutan setiap putaran balutan.
11. Pastikan memasang balutan sampai daerah distal dan proksimal lokasi cedera, namun
membiarkan ujung jari tetap terbuka untuk mengevaluasi status neurovaskuler.
12. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.
Teknik Pembalutan:
a. Circular Turn
Melakukan tindakan pembalutan pada ekstremitas yang cedera dengan cara overlapping
penuh pada setiap putaran balutan. Teknik ini biasa digunakan untuk memegang kassa pada
luka.
b. Spiral turn
Teknik ini melakukan pembalutan dengan cara evorlapping setengah lebar balutan pada
setiap putaran, yang dipasang secara asending dari distal ke proksimal ekstremitas.
Teknik ini biasanya digunakan pada tungkai yang berbentuk silinder, seperti pada
pergelangan tangan, jari, dan badan.
Bahu
Kaki
Mitella
Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk bulat. Dapat pula untuk
menggantung lengan yang cedera. Selain itu dapat dilipat sejajar dengan alasnya, menjadi
pembalut bentuk dasi (cravat), dalam hal ini mitella dapat diganti dengan pembalut pita.
Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut, lalu
ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan (b) diatas,
atau diikatkan pada tempat lain atau dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat
dan kepentingannya.
PEMBIDAIAN
Salah satu cara yang dilakukan untuk menangani patah tulang adalh dengan teknik bidai.
1. Tindakan pertolongan sementara
Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit
Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih
berat.
Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik dasar
pembidaian
2. Tindakan pertolongan definitif
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RS
Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan alat
dan bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah terlatih.
Jenis-Jenis Bidai
1. Bidai keras bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya
adalah mendapatkan bahan yang mempunyai syarat dilapangan.
Contoh; bidai kayu
2. Bidai traksi bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk
menopang, pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh: majalah, Koran, karton.
4. Gendongan /belat dan bebat pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya
dipakai misalnya dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cidera.
Tujuan:
1. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2. Mempertahankan posisi yang nyaman.
3. Mempermudah transportasi organ.
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
5. Mempercepat penyembuhan.
Kontra indikasi
1. Pernafasan dan sirkulasi penderita sudah distabilkan.
2. Gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat pada distal daerah fraktur,
3. Risiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit,
Komplikasi
1. Dapat menekan jaringan pembuluh darah / syaraf dibawahnya bila bidai terlalu ketat
2. Bila bidai terlalu longgar masih ada gerakan pada tulang yang patah
3. Menghambat aliran darah, iskemi jaringan, Nekrosis
Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan pembidaian
Gambar Pembidaian
PROSEDUR PEMASANGAN BIDAI
Pengertian: Suatu tindakan untuk mengatasi atau membantu pasien yang mengalami patah
tulang sehingga tidak terjadi pergerakan/ pergeseran sehingga pasien tidak
merasa sakit
Tujuan: untuk mencegah pergerakan tulang dan mengistirahatkan tulang yang patah
Persiapan :
Persiapan Alat:
Handscoen
Masker
Spalk/ bidai sesuai ukuran
Kassa balutan panjang
Plester
Pembalut elastis (ukuran 15 cm dan 7,5 cm)
Mitella (8 buah)
Gunting
Peniti
Persiapan:
Persiapan pasien
Persiapan penolong
PELAKSANAAN:
1. Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3. Apabila ada perdarahan, lakukan penekanan dengan menggunakan kassa
4. Bagian tubuh yang akan dipasang spalk diberikan posisi anatomi (posisi yang nyaman)
5. Ukur bidai pada dua sendi
6. Melakukan pemsaangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang yang
patah, dan memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis dengan metode
roll on.
Apabila menggunakan mitella Lakukan pembalutan/ pengikatan dengan menggunakan
mitella sebanyak 4 buah pada bagian yang patah/ luka
7. Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai
8. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
Evaluasi:
1. Evaluasi klien
Catat respon pasien dan bagian tubuh/ jari
2. Dokumentasikan: nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan, tahun, nama perawat
PEMBALUTAN (BANDAGE)
Pengertian: Suatu tindakan membatasi gerakan tungkai menggunakan bahan yang terbuat dari kain.
Tujuan: Memberikan efek immobilisasi parsial pada tungkai
Persiapan:
Persiapan pasien
Persiapan penolong
Pelaksanaan:
1. Melakukan inform consent.
2. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
4. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera pada posisi yang
diinginkan.
5. Jika diperlukan melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah
terjadinya ulkus dekubitus.
6. Melakukan pembalutan dengan teknik
Circular Turn
Spiral turn
Spiral reverse turn
Spica turn (figure of eight)
7. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.
8. Periksa kembali keadaan neurovaskeler distal
Evaluasi:
Evaluasi klien
Catat respon pasien dan bagian tubuh/ jari
Dokumentasikan: nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan, tahun, nama perawat
REFERENSI
Bucher, L; Melander, S. (1999). Critical care nursing. 1st edition. W.B. Saunders Company:
United States of America
Chapleau, W., Pons, P. (2007) Emergency medical technician. St. Louis: Elsevier
Caroline, N. (2007). Emergency care in the street. 6th ed. London: jones and bartlett
Harkreader & Hogan. (2000). Fundamental of nursing: Caring and clinical judgement. St.
Louis: Saunders
Holmes, N. (2006). Mastering ACLS. Second Edition. Lippincott Williams & Wilkins:
Philadelphia
Ganong, W.F. (2003). Buku ajar fisiologi kedokteran: Edisi 3. Jakarta: EGC
Lembaga Kajian Keperawatan Indonesia. (2011). Buku panduan pelatihan: Basic trauma
cardiac life support. LKKI