MAKALAH LUKA Revisi
MAKALAH LUKA Revisi
Oleh:
BLITAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu
yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang
dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa
dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-
produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat
sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja yang harus dilakukan saat mengkaji luka?
b. Apa saja nutrisi yang dapat membantu dalam proses penyembuhan luka?
BAB II
PEMBAHASAN
bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai factor yang
obatan (seperti prednison, tamoxifen, NSAID) dan data laboratorium (kadar albumin,
perifer, anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis, dehidrasi, gangguan pernafasan
ditempat tidur,? Dikursi roda?. Apakah terjadi shearing selama memindahkan pasien
dari tempat yang satu ketempat lainnya? Apakah sepatu pasien terlalu ketat,? Apakah
luka traumatik atau luka bedah yang sembuh melalui intensi sekunder dan melalui
proses perbaikan yang tepat pada waktu dan mencapai hasil pemulihan integritas
anatomis.
b. Luka kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak sesuai dengan waktu
oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat pada individu, luka atau
lingkungan.
2.1.2. Mode Penyembuhan.
a. Intensi Primer (Primary Intention). Jika ada kehilangan jaringan minimal dan kedua
tepi luka dirapatkan baik dengan suture (benang), clips (aggrave) atau tape (plester).
melalui proses granulasi, kontraksi dan epithelization. Jaringan parut (scar) cukup luas.
d. Skin Graft. Skin graft ketebalan parsial atau penuh digunakan untuk mempercepat
jaringan terdekat.
a. Stage I: Lapisan epidermis utuh, namun terdapat erithema atau perubahan warna.
b. Stage II: Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis.
Erithema dijaringan sekitar yang nyeri, panas dan edema. Exudte sedikit sampai
melibatkan otot, tendon dan/atau tulang. Terdapat exudate sedang sampai banyak.
2.1.5. Lokasi.
Posisi luka, yang berhubungan dengan posisi anatomis dan mudah dikenali
didokumentasikan sebagai referensi utama. Lokasi luka diarea yang cenderung bergerak dan
tergesek, mungkin lebih lambat sembuh karena regenerasi dan migrasi sel terkena trauma
(siku, lutut, kaki). Area yang rentan oleh tekanan atau gaya lipatan (shear force) akan lambat
baik ( wajah ).
Dimensi ukuran meliputi ukuran panjang, lebar, kedalaman atau diameter (lingkaran).
Pengkajian dan evaluasi kecepatan penyembuhan luka dan modalitas terapi adalah komponen
Semua luka memerlukan pengkajian 2 dimensi pada luka terbuka dan pengkajian 3
direkomendasikan dalam bentuk plastik transparan atau asetat sheet dan memakai
spidol.
b. Pengkajian tiga dimensi.
Pengkajian kedalaman berbagai sinus tract internal memerlukan pendekatan tiga
dimensi. Metode paling mudah adalah menggunakan instrumen berupa aplikator kapas
lembab steril atau kateter/baby feeding tube. Pegang aplikator dengan ibu jari dan
telunjuk pada titik yang berhubungan dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik
aplikator sambil mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk yang memegangnya.
Ukur dari ujung aplikator pada posisi sejajar dengan penggaris sentimeter (cm).
Melihat luka ibarat berhadapan dengan jam. Bagian atas luka (jam 12) adalah titik
kearah kepala pasien, sedangkan bagian bawah luka (jam 6) adalah titik kearah kaki
pasien. Panjang dapat diukur dari ” jam 12 – jam 6 ”. Lebar dapat diukur dari sisi ke
2.1.7. Exudate.
Hal yang perlu dicatat tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna, konsistensi dan
bau.
a. Jenis Exudate
Serous: cairan berwarna jernih.
Hemoserous: cairan serous yang mewarna merah terang.
Sanguenous: cairan berwarna darah kental/pekat.
Purulent: kental mengandung nanah.
b. Jumlah
Kehilangan jumlah exudate luka berlebihan, seperti tampak pada luka bakar atau fistula
sekitar luka juga cenderung maserasi jika tidak menggunkan balutan atau
dari jenis bakteri yang ada pada luka terinfeksi (contoh, pseudomonas aeruginosa yang
berwarna hijau/kebiruan).
d. Konsistensi
Ini berhubungan dengan jenis exudate, sangat bermakna pada luka yang edema dan
fistula.
e. Bau
Ini berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan tubuh seperti
faeces terlihat pada fistula. Bau mungkin juga berhubungan dengan proses autolisis
Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan apakah ada sellulitis, edema,
benda asing, ekzema, dermatitis kontak atau maserasi. Vaskularisasi jaringan sekitar dikaji
dan batas-batasnya dicatat. Catat warna, kehangatan dan waktu pengisian kapiler jika luka
mendapatkan penekanan atau kompresi. Nadi dipalpasi terutama saat mengkaji luka di
tungkai bawah. Penting untuk memeriksa tepi luka terhadap ada tidaknya epithelisasi
dan/atau kontraksi.
2.1.9. Nyeri.
Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal harus dipastikan. Apakah nyeri
berhubungan dengan penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Atau apakah
nyeri berkaitan dengan praktek perawatan luka atau prodak yang dipakai. Nyeri harus diteliti
berkaitan dengan reaksi jaringan”. (Westaby 1985). Reaksi jaringan tergantung pada daya
tahan tubuh host terhadap invasi mikroorganisme. Derajat daya tahan tergantung pada faktor-
faktor seperti status kesehatan umum, status nutrisi, pengobatan dan derajat kerusakan
eviserasi, perdarahan dan infeksi sistemik yang mengancam kehidupan. Secara reguler klin
diobservasi terhadap adanya tanda dan gejala klinis infeksi sistemik atau infeksi luka.
a. Bersih
Tidak ada tanda-tanda infeksi. Luka dibuat dalam kondisi pembedahan yang
pencernaan.
b. Bersih terkontaminasi
Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau pencernaan. Luka
terkontaminasi oleh flora normal jaringan yang bersangkutan namun tidak ada
reaksi host.
c. Kontaminasi oleh bakteri diikuti reaksi host namun tidak terbentuk pus/nanah.
d. Terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar leukosit atau
makrophage.
Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman perlukaan dan hadirnya
luka. Kebijaksanaan dan pertimbangan harus digunakan dalam pengkajian terhadap masalah
potensial atau aktual yang berpengaruh kuat terhadap pasien dan perawatnya dalam kaitannya
terhadap;
a. Harga diri dan Citra diri.
b. Perubahan fungsi tubuh.
c. Pemulihan dan rehabilitasi.
d. Issue kualitas hidup.
e. Peran keluarga dan sosial.
f. Status finansial.
Nutrisi merupakan suatu substansi oleh bahan organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh berupa pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi
sendiri didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya di asimilasi oleh tubuh. Nutrisi
sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses penyembuhan luka. Peran
2.2.1. Karbohidrat
Telah dijelaskan bahawa kalori dibutuhkan untuk suplai energi yang didapat dari
karbohidrat melalui penggunaan laktat, dimana sel-sel kulit bergantung pada asupan tersebut
untuk penyembuhan luka pada fase poliferatif. Selama fase ini, matriks darah baru dan sel-sel
kulit mulai terbentuk, serta fibrolast yang berfungsi memproduksi kolagen juga terbentuk
Karbohidrat sendiri dapat mempengaruhi faktor lubriksi matriks pada sel, transport energi,
dalam penyembuhan luka digunakan untuk struktur dan sifat komunikatif. Karbohidrat telah
ditemukan menjadi faktor kunci dalam aktivitas heksokinase enzim sintase dan sitrat yang
dihasilkan memiliki efek penyembuhan luka, yaitu pada proses sintesis kolagen oleh fibroblas
Untuk menghitung kebutuhan kalori dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
LAKI-LAKI = 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) – (6.8 x U)
Keterangan:
U = Umur (tahun)
Untuk penderita luka diabetes mellitus atau ganggren makan nasi hanya sebanyak 45-
60 gram (kira-kira setengah gelas) per satu kali makan. Selain itu, penggunaan nasi sebagai
sumber kalori juga dapat digantikan dengan mengkonsumsi nasi merah, roti gandum, dan
oatmeal.
2.2.2. Lemak
Sekitar 20% sampai 25% dari kalori harus disediakan oleh lemak, tetapi tidak lebih
dari 2 g/ kg/day. Lemak berfungsi baik sebagai sumber energi dan juga sebagai molekul
sinyal dan penting untuk komposisi membrane yang mempengaruhi sel untuk mempengaruhi
chylomicron dan transportasi ke tubuh untuk energy atau penyimpanan.. Asam lemak tak
jenuh ganda yang digunakan untuk produksi membran sel, sedangkan asam lemak jenuh yang
sering digunakan pada keadaan stress oksidatif pada luka yang meradang , yaitu
2.2.3. Protein
Protein diperlukan untuk penyembuhan luka. Molekul dipeptida, polipeptida, dan
beberapa asam amino memiliki efek aktivitas anabolik. Proses pembaruan kulit melibatkan 2
komponen, yaitu proliferasi sel terutama fibroblas dan sintesis protein, terutama kolagen.
Kedua proses tersebut membutuhkan substrat protein. Setelah sel mengalami cedera,
yang mengalami trauma (perlukaan) maka jumlah kebutuhan proteinnya sekitar 1,2-2
2.2.4. Glutamin
Glutamin adalah asam amino yang paling banyak dalam tubuh dan menyumbang 60%
dari asam amino intraseluler. Asam amino ini dianggap kondisional penting sebagai
kekurangan yang dapat terjadi dengan cepat setelah cedera. Glutamine digunakan sebagai
sumber energy setelah respon stress seperti yang dilepaskan dari sel untuk menjalani konversi
glukosa dalam hati untuk digunakan sebagai energy. Selain itu, glutamin adalah sumber
bahan bakar utama untuk cepat membagi sel seperti sel epitel selama penyembuhan.
Glutamin memiliki aktivitas antioksidan kuat, menjadi komponen dari system
anticatabolic dan anabolic juga dan adalah tingkat-membatasi gen untuk sintesis protein baru.
2.2.5. Vitamin
a. Vitamin A
Perannya adalah mempromosikan sintesis kolagen dan diferensiasi fibroblast
perkembangan dari jaringan tulang, diferensiasi sel, dan sistem imunitas. Sumbernya
dari sayuran berdaun hijau, buah-buahan berwarna kuning dan orange, serta produk
organik lainnya pada matriks intraselular dari jaringan dan tulang. Defisiensi vitamin
lesi kutaneus, berkurangnya adhesi dari sel endotel, dan penurunan kekuatan dari
jaringan fibrosa. Vitamin C juga dibutuhkan untuk hidroksilasi dari prolin dan lisin
luka yang sudah sembuh dan meningkatkan angiogenesis. Suber vitamin C dapat
berasal dari tomat, paprika, kentang, bayam, jeruk, strawberry, brokoli, kol dan
kembang kol.
c. Vitamin K
Pembekuan darah adalah fase pertama dari proses penyembuhan luka, dan
vitamin K berperan besar dalam proses ini. Vitamin K bersama kalsium menghasilkan
trombin (agen utama pembekuan tubuh). Sumbernya dari sayuran berdaun hijau,
pencegahan dalam pembentukan jaringan parut. Vitamin ini berfungsi sebagai anti
2.2.6. Mineral
a. Zinc
Zinc merupakan kofaktor untuk polymerase RNA dan DNA dan karena itu,
terlibat dengan sintesis DNA, sintesis protein, dan proliferasi sel. Zinc juga
terlibat dalam fungsi kekebalan tubuh dan sintesis kolagen. Zinc juga merupakan
kofaktor untuk superoksida dismutase, antioksidan. Sumbernya dari seafood, domba,
daging merah, sereal, asparagus, sawi, kacang polong, miso, dan biji wijen.
Zinc tersedia dalam bentuk sediaan dan kekuatan dosis berikut:
Tablet: 10 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg.
Syrup: 10 mg/5ml, 20 mg/5 ml.
Cairan injeksi: 10 mg/10 ml.
b. Zat besi
Dalam proses sintesis kolagen, zat besi diperlukan untuk hidroksilasi proline
dan lisin. Jika orang kekurangan zat besi (anemia) akan mengganggu penyembuhan
luka. Sumbernya bisa dari kunyit, kacang panjang, aspragaus, tahu, jamur shiitake,
Sumbernya dari tomat, kentang, kacang hijau, jahe, sawi, terong, asparagus, biji
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
a. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan
pasien
c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang
Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: Stikep Muhammadiyah; 2007 Bryant,R dan Nix,D.