Anda di halaman 1dari 6

Borang Portofolio

Topik :
Tuberculosis Paru Pada Anak
Tanggal (Kasus) : 25 September 2017 Presenter : dr. Siti Hardiyanti
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Asria Rusdi
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Sinjai
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Seorang anak perempuan usia 4 bulan dengan sesak
Tujuan :Mengetahui diagnosis, pentalaksanaan dan komplikasi Tuberculosis Paru Pada Anak
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien Nama: An. S Nomor Register: 116xxx
Nama Klinik : Poliklinik RSUD Sinjai Telp: - Terdaftar Sejak: 2017

Data Utama untuk Bahan Diskusi


1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Seorang anak usia 4 bulan dirawat di perawatan anak dengan keluhan
sesak yang dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dialami sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, berlendir ada,
demam ada dialami sejak 4 minggu yang lalu, tidak terus menerus, dan turun dengan obat penurunan panas, muntah tidak ada, BAK
lancar, BAB biasa. Saat ini tinggal serumah dengan ayahnya yang sedang menderita TB paru dan dalam pengobatan OAT.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
3. Riwayat Pengobatan:
Riwayat berobat sebelumnya tidak ada
4. Riwayat Imunisasi:
Hepatisis B : 2 kali (Saat lahir, bulan pertama)
Polio : 2 kali (Setelah lahir, bulan kedua)
BCG : 1 kali (Bulan kedua)
DPT : 1 kali (Bulan kedua)
Campak : belum

Daftar Pustaka
1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573
– 761.
2. Amin, Zulkifli dan Asril Bahar. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisikelima Jilid III. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, 2009; h. 2230-22472.
3. WHO. TB/HIV a clinical manual. Edisi ke-2. Geneva: World Health Organization;2004
4. Corry, S., Wahidiyat, I., Sastroasmoro, S. Diagnosis Fisis pada Anak. CV Sagung Seto, Jakarta.2003
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI, 2005
6. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al: Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC
2000, hal 1028 – 1042.
7. Kartasasmita CB, Basir D. Epidemiologi Tuberkulosis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta ; IDAI. 2013.
h.162-166
8. Rahajoe NN, Setyanto DB. Patogenesis dan Perjalanan Alamiah Tuberkulosis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta ; IDAI. 2013. h.169-177
9. Rahajoe NN, Setyanto DB. Diagnosis Tuberkulosis pada Anak. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta ; IDAI.
2013. h.194-211

Hasil Pembelajaran
Definisi, etiologi, gejala, penatalaksanaan serta komplikasi Tuberculosis Paru Pada Anak
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subjektif
Seorang anak usia 4 bulan dirawat di perawatan anak dengan keluhan sesak yang dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
dialami sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, berlendir ada, demam ada dialami sejak 4 minggu yang lalu, tidak terus menerus,
dan turun dengan obat penurunan panas, muntah ada, BAK lancar, BAB biasa. Saat ini tinggal serumah dengan ayahnya yang sedang
menderita TB paru BTA (+) dan dalam pengobatan OAT.
Kesimpulan subjektif:
- Batuk sejak 3 minggu yang lalu
- Sesak
- Demam 4 minggu yang lalu
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru BTA (+)
2. Objektif
Sex: perempuan
Umur: 4 bulan
BB: 4,5 kg
PB: 53 cm
Status gizi: baik
Tanda Vital:
Heart rate: 104 x/menit (reguler), Suhu: 37,3 C dan pernafasan: 60 x/menit.
Pemeriksaan Fisik Umum:
Kepala:
- Mata: edema -/-
- Conjunctiva pucat -/-, Ikterus -/-
- Sianosis -/-
Thoraks:
- Jantung: SI/II N murni reguler, murmur (-) dan gallop (-)
- Paru -paru: Suara nafas bronkovesikuler, BT: Ronchi +/+, Wheezing -/-
Abdomen :
- Distended (-) Ascites (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Ekstremitas:
- Edema -/-
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin:
- Wbc: 43.420 Hb: 11,2 g/dl plt: 475.000
- GDS: 105 LED: 13
Foto thorax
Perselubungan homogen lobus superior paru kanan dengan lesi noduler tersebar difus sugestif spesifik

3. Assesment (Penalaran Klinis):


Keluhan demam lama, batuk berdahak hingga sesak yang dialami anak ini disebabkan oleh adanya infeksi dari
Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan penyebab utama penyakit tuberkulosis pada manusia Terjadinya TB dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu jumlah dan virulensi kuman Mycobacterium tuberculosis dan status imunologis pasien (non spesifik dan
spesifik). Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Ukuran kuman TB sangat kecil (<5µm), sehingga kuman
yang terhirup dalam percik renik (droplet nuclei) dapat mencapai alveolus. Hal ini juga ditunjang dengan adanya riwayat kontak
anak dengan penderita TB BTA (+) di rumah sehari-hari yang merupakan ayahnya sendiri yang sedang dalam masa pengobatan
OAT serta hasil pemeriksaan foto thoraks dengan Perselubungan homogen lobus superior paru kanan dengan lesi noduler tersebar
difus sugestif spesifik.. Pada pasien ini perlu dilakukan tes tuberkulin sebagai konfirmasi penegakan diagnosis TB milier namun
karena keterbatasan pemeriksaan penunjang sehingga tidak bisa dilaksanakan. Sehingga dari hasil total skoring TB pada anak ini
didapatkan skor TB = 6 sudah dapat ditegakkan diagnosa Tuberculosis.

4. Plan
Edukasi:
Edukasi pada pasien mengenai penyakit, penatalaksanaan yang kemungkinan dapat dilakukan serta komplikasi penyakit yang
dapat terjadi.
Konsultasi:
Konsultasi dengan dokter spesialis Anak mengenai diagnosis pasien dan pentalaksanaan pasien. Dari hasil skoring TB walaupum
tanpa tes tuberculin akibat keterbatasan pemeriksaan penunjang, hasil skor TB sudah mencapai 6 sehingga sudah bisa diarahkan ke
diagnose tuberculosis, Pasien diberikan penatalaksanaan pemberian OAT untuk mengatasi infeksi. Pengobatan TB dibagi menjadi
dua fase, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal tiga
macam obat pada fase intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih).
Pemberian paduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraselular dan
ekstraselular. Pemberian obat jangka panjang, selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
relaps. Kortikosteroid (prednison) diberikan pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura, dan peritonitis TB.
Semua anak yang diduga atau di diagnosis TB seharusnya dirawat dirumah sakit sampai keadaan klinisnya stabil, tapi pada pasien
ini memilih untuk pulang paksa dan melanjutkan pengobatan di daerah asalnya.

Sinjai, 16 Desember 2017


Peserta Pembimbing

dr. Siti hardiyanti Aminuddin dr. Asria Rusdi

Anda mungkin juga menyukai