Anda di halaman 1dari 8

BERKAS PORTOFOLIO (LAPORAN KASUS)

Nama Peserta : dr. Andi Nadya Febriama


Nama Wahana : Puskesmas Kassi-Kassi
Topik : Demam Tifoid
Tanggal (kasus) : 29 September 2016
Nama Pasien : Ny. S/ 46 thn No. RM : -
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Linda Tanod
Tempat Presentasi : Puskesmas Kassi-Kassi
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansi Bumi
a l
Deskripsi :
Seorang perempuan 46 tahun datang dengan keluhan deman sjak 4 hari yang
lalu, deman terus menerus. Buang air besar encer sejak 3 hari yang lalu frekuansi
±5 kali hari ini, ampas ada, lendir dan darah tidak ada. Mual ada disertai muntah
frekuensi ± 3 kali hari ini, nyeri ulu hati ada.
Tujuan : memberikan penanganan pada pasien demam tifoid
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi  Pos
Email

Data pasien : Nama : Ny. S No.register:


Nama klinik : Puskesmas Kassi-Kassi Telp : - Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Seorang perempuan 46 tahun datang dengan keluhan deman sejak 4 hari yang lalu,
deman terus menerus. Buang air besar encer sejak 3 hari yang lalu frekuansi ±5
kali hari ini, ampas ada, lendir dan darah tidak ada. Mual ada disertai muntah
frekuensi ± 3 kali hari ini, nyeri ulu hati ada. Buang air kecil lancer
2. Riwayat pengobatan:
Pasien konsumsi paracetamol tapi tidak ada perubahan
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Pasien tidak pernah menderita keluhan serupa sebelumnya.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien bekerja sebagai tukang jamu
6. Lain-lain:
-
Daftar Pustaka:
1. Basuki B, Purnomo. Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Resiko Tinggi.
Dalam: Dasar-dasar urologi edisi kedua. Jakarta. 2003 : 48-56.
2. Universitas Sumatera Utara (USU). 2012, Infeksi Saluran Kemih, [on line]. Dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25633/4/Chapter%20II.pdf [ 2016]

Hasil Pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis Demam Tifoid
2. Memberikan penanganan awal Demam Tifoid.
3. Edukasi untuk mencegah berulangnya Demam Tifoid.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Seorang perempuan 46 tahun datang dengan keluhan deman sjak 4 hari yang
lalu, deman terus menerus. Buang air besar encer sejak 3 hari yang lalu frekuansi
±5 kali hari ini, ampas ada, lendir dan darah tidak ada. Mual ada disertai muntah
frekuensi ± 3 kali hari ini, nyeri ulu hati ada. Buang air kecil lancar
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh,
KU : Sakit Sedang / Gizi Cukup / Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 22 kali/menit, Suhu : 38°C
BB : 59 kg
Kepala : Bibir sianosis (-), Lidah Kotor (-)
Leher : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Dada : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Nyeri Tekan Epigestrium (+)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
Laboratorium
S. Typhi (O) : 1/320
S. Typhi (H): 1/320
S. Paratyphi (
3. Assesment
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi
(Salmonella typhi) . Demam typhoid ditandai dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran. Penyakit demam typhoid termasuk kedalam
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan Penyakit
ini juga masih sering dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropik. Demam typhoid
merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di negara-negara berkembang
seperti Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia

EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2003 Data WHO memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam typhoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus
kematian tiap tahun dan terdapat sekitar 900.000 kasus di indonesia, dimana
sekitar 20.000 penderitanya meninggal dunia (WHO, 2003). Kasus ini tersebar
secara merata di seluruh provinsi di indonesia dengan insidensi di daerah
pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000
penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Di
Indonesia menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2004 yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), demam
typhoid menempati urutan ke-2 dari 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat
inap sakit di Indonesia dan urutan ke-8 dari 10 pola penyebab kematian umum
di indonesia. Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2010 yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), demam
typhoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat
inap sakit di Indonesia.

PATOGENESIS
Masuknya kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella Paratyphi
(S. Paratyphi) kedalam tubuh manusia terjadi melauli makanan terkontaminasi
kuman. Senagian kuman dimusnahkan dalam lambung sebagian lolos ke dalam
usus selanjutnya berkembang biak. Bila respon humoral mukosa (IgA) usus
kurang baik maka kuman aka menembus sel-sel epitel dan selanjutnya lamina
propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oeh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag.

Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
dibawa ke plak Penyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di
dalam makrfag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakteriemia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bacteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik.

Di dalam plak Penyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia


jaringan (S. typhi intra maktifag menginduksi reaksi hipersensistivitas tipe
lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Penyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di
dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga
ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan
terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis
penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun
pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
kematian.
Pada minggu pertama gejala kinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlaham-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu
kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif
(bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1ºC tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepid an
uhung merah serta tremor), hepatomegaly, splenomegaly, meteroismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.
Pemeriksaan Laboratorium
- Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia,
dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau laukositosis.
- Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S. Typhi .
panda uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman
S.Typhi dengan atibodi yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah dilaboratorium. Aglutinin yang digukan berupa aglutini O dan H
untuk mendiagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkina terinfeksi kuman ini.
- Uji TUBEX merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat
(beberapa menit) dan mudah untuk dikerjakan, uji ini untuk mendeteksi
antibody anti-S.typhi pada serum pasien. Hasil positif uji Tubex ini
menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroub D walau tidak
secara spesifik menunjukkan S.Typhi. infeksi oleh S. Paratyphi akan
memberikan hasil negative.

PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini masih dianut triologi penatalaksanaan demam tifoid yaitu:
- Istrahat dan perawatan , untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses penyembuhan. Tirah baring sepenuhnya di tempat tidur seperti
makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan
membantu mempercepat masa penyembuhan.
- Diet dan terapi penunjang ( simptomatik dan suportif), untuk
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
- Pemberian antimikroba. Obat-obat antimikroba yang sering digunakan
untuk mengobati demam tifoid adalah:
 Kloramfenikol. Dosis yang diberikan 4x 500 mg per hari dapat
diberikan secara boral atau intravena. Diberikan sampai dengan
7 hari bebas panas.
 Tiamfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4x 500 mg, demam rata-
rata menurun pada hari ke-5 sampai ke- 6. Komplikasi
hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastic
lebih rendah dibanding dengan kloramfenikol.
 Kotrimoksazol. Dosis untuk orang dewasa adalah 2x2 tablet (1
tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg
trimethoprim) diberikan selama 2 minggu.
 Ampisilin dan amoksisilin. Kemampuan obat ini untuk
menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150
mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
 Sefalosporin Generasi Ketiga. Hingga saat ini golongan
sefalosporin generasi ke-3 yang terbukti efektif untuk demam
tifoid adalah seftriakson.
 Golongan Florokuinolon. Golongan ini beberapa jenis bahan
sediaan dan aturan pemberiannya.:
 Siprofloksasi dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin dosis 2x400mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
4. Plan:
Diagnosis:
Seorang perempuan 46 tahun datang dengan keluhan deman sjak 4 hari yang
lalu, deman terus menerus. Buang air besar encer sejak 3 hari yang lalu
frekuansi ±5 kali hari ini, ampas ada, lendir dan darah tidak ada. Mual ada
disertai muntah frekuensi ± 3 kali hari ini, nyeri ulu hati ada. Buang air kecil
lancar. Tanda-tanda vital TD= 110/70 mmHg N = 80 kali/menit, P = 22
kali/menit, S = 38 °C. Uji Widal ditemukan S. typhi (O) dan S.Typhi (H)
mencapai titer 1/320
Dari penilaian subyektif dan obyektif, pasien diketahui menderita Demam
Tifoid
Penatalaksanaan :
Penanganan pada pasien ini:
1. IVFD KAEN 3B 28 tpm
2. Ofloxacin 500 mg 2x1 p.c
3. Paracetamol 500 mg 3x1 p.c
4. Ranitidine 150 mg 2x1 a.c
5. Loperamide 3x1 p.c

Edukasi :
1. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti makan,
minum, mandi, buang air kecil,dan buang air besar minimal 1 minggu.
2. Makan makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
3. Apabila telah sembuh sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat dan
pada penderita carier perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium pasca
penyembuhan
Promosi Kesehatan
1. Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi
(Salmonella typhi) . Demam typhoid ditandai dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran.
2. Demam tifoid erat hubungannya dengan lingkungan, terutama
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air
minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan
yang buruk. Infeksi dapat ditularkan dengan cara menelan makanan atau
minuman yang terkontaminasi dengan S. Typhi . Selain itu, penularan
dapat terjadi juga dengan kontak langsung jari tangan yang
terkontaminasi tinja, urin, sekret saluran nafas, atau dengan pus penderita
yang terinfeksi
Tindakan preventif
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan budaya cuci tangan
yang benar dan memakai sabun
2. Meningkatkan higiene makanan dan minuman.
3. Perbaikan sanitasi lingkungan.
4. Memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi

Konsultasi:
Konsultasi pada ahli penyakit dalam atau bedah untuk tindakan lanjut apabila
tidak ada perbaikan atau terjadinya komplikasi

Rujukan:
Rujukan diperlukan jika:
- Pasien telah mendapatkan terapi selama 5 hari namun belum tampak
perbaikan
- Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan
- Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan fasilitas tidak
mencukupi

PESERTA PENDAMPING

dr. Andi Nadya Febriama dr. Linda Tanod


NIP. 19571021 198701 2 002

Anda mungkin juga menyukai