Anda di halaman 1dari 50

Kata Pengantar

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan perkenan-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dalam Penyusunan Feasibility Study (FS)
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang. Laporan ini disusun dalam rangka untuk
memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Kota Semarang mengenai kelayakan lokasi
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang. Besar harapan kami agar pada laporan pendahuluan
ini dapat memberikan gambaran metode dan tahapan serta jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan
kepada kami baik pada saat ini hingga akhir pelaksanaannya nanti. Besar harapan kami
hubungan kerjasama ini membuahkan hasil kebijaksanaan sesuai tujuan kita bersama.

Tim Penyusun

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |i


Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................ i

Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii

Daftar Tabel .............................................................................................................................. iv

Daftar Gambar ........................................................................................................................... v

BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran ...................................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 2

1.3.1 Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................................... 2

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................................ 3

1.4 Sistematika Penyusunan ............................................................................................. 3

BAB 2 Lokasi Kajian ................................................................................................................ 5

2.1 Gambaran Umum Kota semarang............................................................................... 5

2.2 Gambaran Umum Lokasi Studi .................................................................................. 10

2.3 Gambaran Umum Laboratorium Kesehatan ............................................................. 12

BAB 3 Pendekatan dan Metode Kegiatan............................................................................ 21

3.1 Pendekatan ............................................................................................................... 21

3.1.1 Pemahaman Laboratorium Kesehatan .............................................................. 21

3.1.2 Pemahaman Teori lokasi .................................................................................... 32

3.1.3 Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Rumah Sakit ..................................................... 35

3.2 Metode pelaksanaan kegiatan .................................................................................. 37

3.2.1 Tahap Persiapan ................................................................................................. 38

3.2.2 Tahap penentuan variabel dan Altenatif Lokasi ................................................ 40

3.2.3 Tahap Kajian dan Perumusan ............................................................................ 41

BAB 4 Rencana Kerja Dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan .................................................... 42

4.1 Jadwal Dan Tahapan Kegiatan................................................................................... 42

4.2 Pelaporan .................................................................................................................. 42

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | ii


4.3 Tenaga ahli ................................................................................................................ 43

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | iii


Daftar Tabel
Tabel 2-1 Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006 –
2017 ........................................................................................................................................... 8

Tabel 2-2 Jumlah Prasarana Kesehatan di Kota Semarang ........................................................ 9

Tabel 2-3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Status Kewarganegaraan di Wilayah Studi ............ 11

Tabel 3-1 Standar Pelayanan Minimal Sarana dan Prasarana ................................................ 22

Tabel 3-2 Standar Ruang ......................................................................................................... 29

Tabel 3-3 Sintesa Teori dan Kebijakan Yang Mempengaruhi Faktor Penentu Lokasi Labkes 36

Tabel 3-4 Variabel dan Sub variable faktor penentu lokasi ................................................... 37

Tabel 4-1 Jadwal dan tahapan Kegiatan ................................................................................. 42

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | iv


Daftar Gambar
Gambar 2-1 Grafik Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2017 .......................................... 7

Gambar 2-2 Chard Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017 ................... 8

Gambar 2-3 Wilayah Studi ....................................................................................................... 11

Gambar 2-4 Bangunan Gedung Laboratorium Kesehatan Kota Semarang ............................ 12

Gambar 2-5 Grafik Jenis Sampel APBD II Dan Umum Yang Diperiksa Di Laboratorium
Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................................................ 20

Gambar 3-1 Model Pelayanan Heksagonal Christaller ........................................................... 33

Gambar 3-2 Alur Pikir Tahapan Dan Metode FS Labkes Kota Semarang................................ 38

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |v


BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini memuat : Latar Belakang, Maksud,
Tujuan, dan Sasaran, Ruang Lingkup,
Metodologi, Sistematika Penyusunan

1.1 LATAR BELAKANG


Visi Kota Semarang yang ditetapkan adalah “Semarang Kota Perdagangan dan Jasa Yang
Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera”. Visi tersebut bermakna bahwa Semarang
sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju
dalam perdagangan dan jasa, dengan dukungan infrastruktur yang memadai serta tetap
menjadi daerah yang kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan
dukungan pengembangan bidang politik, keamanan, sosial, ekonomi dan budaya. Dari definisi
HEBAT dikandung pemahaman bahwa Visi tersebut ingin mewujudkan kondisi masyarakat
yang semakin sejahtera dalam rangka mencapai keunggulan dan kemuliaan, serta kondisi
perkotaan yang semakin kondusif dan modern dengan tetap memperhatikan lingkungan
berkelanjutan demi kemajuan perdagangan dan jasa, dan hal ini tidak lepas dari masyarakat
yang sehat.

Seiring dengan laju perkembangan pembangunan disegala sektor dan jumlah penduduk yang
semakin meningkat, maka tuntutan dalam pelayanan Kesehatan menjadi sangat penting.
Adanya penyediaan sarana kesehatan yang baik dan layak, sangat mendukung terciptanya
tatanan kehidupan masyarakat yang sehat sesuai dengan Visi pembangunan di bidang
kesehatan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang bagi segenap komponen
masyarakat. Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu institusi
pelayanan laboratorium kesehatan yang berkewajiban memberikan pelayanan yang baik dan
bermutu kepada masyarakat. Oleh karena itu Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang
sangat diperlukan sebagai fasilitas pelayanan dan gedung yang mewadahi untuk pelayanan
kesehatan yang layak dan berkualitas serta mudah dijangkau oleh masyarakat.

Gedung Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang saat ini yang berada Jl. Raden Patah
No.178, Rejomulyo, Semarang Timur semakin dikenal dan dibutuhkan masyarakat sehingga
mengalami perkembangan aktivitas pelayanan yang cukup pesat, tetapi karena keterbatasan
lahan dan kondisi lokasi kerap tergenang banjir maka hal tersebut mempengaruhi dalam
peningkatan pelayanan pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas. Karena kondisi
tersebut maka perlu adanya relokasi serta pembangunan Laboratorium Kesehatan daerah
yang baru sebagai wadah pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat dengan menekankan konsep pelayanan yang efektif dan nyaman.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |1


1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
A. MAKSUD

Maksud dari Pembuatan Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang adalah
melakukan kajian kelayakan relokasi Laboratorium Kesehatan Kota Semarang serta sarana
dan prasarana pendukungnya.

B. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang adalah sebagai berikut:

1. Indikasi lokasi/tapak yang layak untuk Laboratorium Kesehatan Kota Semarang yang
dijangkau oleh masyarakat
2. Kebutuhan sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan Kota Semarang yang
mewadahi untuk pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas.

C. SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai dalam Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan profil laboratorium kesehatan Kota Semarang


2. Penentuan kebutuhan sarana dan prasarana laboratorium kesehatan Kota Semarang yang
baru
3. Penentuan alternative lokasi pembangunan laboratorium kesehatan Kota Semarang dan
kelayakannya
4. Penentuan prioritas lokasi pembangunan laboratorium kesehatan Kota Semarang yang
baru

1.3 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dalam laporan ini dibagi atas 2 sub bab yaitu ruang lingkup kegiatan dan ruang
lingkup wilayah, berikut merupakan penjabarannya:

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan, meliputi:

1. Persiapan, meliputi penetapan metode survei inventarisasi, penyusunan form


inventarisasi, penyusunan jadwal dan organisasi.
2. Melakukan survei awal (pra survei) untuk gambaran awal kewilayahan dan profil
laboratorium kesehatan Kota Semarang
3. Melakukan inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana serta besaran lahan yang
dibutuhkan.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |2


4. Menentukan titik lokasi laboratorium kesehatan Kota Semarang yang baru.
5. Melakukan konsep desain dan arahan ruang, serta lokasi laboratorium kesehatan Kota
Semarang yang baru.

Dalam ruang lingkup pekerjaan ini terdiri atas 3 laporan utama yaitu laporan pendahuluan
dan akhir. Berikut merupakan penjabarannya.

1. Tahap Pendahuluan, meliputi:

a. Metodologi pelaksanaan pekerjaan;


b. Survei awal (pra survei);
c. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
d. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
e. Jadual kegiatan penyedia jasa.

2. Tahap Laporan Akhir, meliputi:

a. Data profil laboratorium kesehatan Kota Semarang


b. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana serta besaran lahan.
c. Data titik lokasi laboratorium kesehatan Kota Semarang yang baru
d. Analisis titik lokasi laboratorium kesehatan Kota Semarang yang baru
e. Rekomendasi konsep dan arahan ruang, serta lokasi laboratorium.

1.3.2 RUANG LINGKUP WILAYAH


Lokasi pekerjaan di Pusat pelayanan Kota sebagaimana Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 –
2031 ditetapkan di BWK I, BWK II, dan BWK III. Maka ruang lingkup wilayah Feasibility Study
(FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang berada di BWK I, BWK II, dan BWK III.

1.4 SISTEMATIKA PENYUSUNAN


Dalam penyusunan laporan dalam Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang, sistematika penyusunan yang digunakan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan sistematika
penyusunan.

BAB II LOKASI KAJIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang pemahaman lokasi kajian untuk alternative lokasi relokasi
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.

BAB III PEMAHAMAN DAN METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |3


Pada bab ini menjelaskan tentang pemahaman tentang substansi Laboratorium Kesehatan
dan metode penyusunan Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan .

BAB IV ORGANISASI DAN JADUAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada bab ini menjelaskan tentang rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh, mobilisasi
tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya, Jadual kegiatan penyedia jasa .

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |4


BAB 2 LOKASI KAJIAN
Bagian ini memuat gambaran umum Kota
Semarang dan BWK I, BWK II, dan BWK III

2.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG


A. GEOGRAFIS

Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis 109º35’ - 110º50’
Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan
Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi
oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang
terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. Kota Semarang dengan luas
wilayah sebesar 373,67 km2 , dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa
Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan
yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana
sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan
dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah
(6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang,
seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.

B. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Badan Pusat Statisitik Kota Semarang sampai
dengan akhir Desember tahun 2017 sebesar : 1.653.035 jiwa, terdiri dari 819.973 jiwa
penduduk laki-laki dan 833.062 jiwa penduduk perempuan. . Dengan jumlah sebesar itu Kota
Semarang termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar di Jawa Tengah.

Tahun Jumlah Tingkat Pertumbuhan


Penduduk Setahun (%)
2012 (jiwa)
1.559.198 0,96
2013 1.572.105 0.83
2014 1.584.906 0.97
2015 1.595.187 0.59
2016 1.602.717 0.47
2017 1.610.605 0.49
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 6 tahun terakhir menunjukkan kenaikan
pada rentang waktu pertumbuhan penduduk yang selalu bernilai positif selama kurun waktu
tersebut, namun demikian laju pertumbuhan Kecamatan yang mempunyai pertumbuhan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |5


penduduk tertinggi adalah Kecamatan Mijen (3,16 %), sedangkan yang mempunyai
pertumbuhan penduduk terendah adalah Kecamatan Semarang Timur (-0,93 %) penduduk
dari tahun ke tahun dapat dikatakan semakin melambat dari 0.96 persen pada tahun 2012
menjadi 0,49 persen di tahun 2017. Pertumbuhan penduduk yang terakhir, dimungkinkan
memiliki korelasi, baik dengan tingkat kelahiran kasar dan tingkat migrasi masuk yang juga
menurun, maupun dengan tingkat migrasi keluar yg nilainya meningkat.

Bila dilihat pertumbuhan penduduk menurut kecamatan pada periode 2012-2017 kondisinya
sangat bervariasi. Hal ini terjadi karena dari 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang masing-
masing mempunyai karakteristik yang berbeda, ada kecamatan yang terletak dipusat kota
sehingga pertumbuhannya cenderung kecil bahkan negatif, sebaliknya kecamatan-
kecamatan di pinggir kota banyak diantaranya merupakan pengembangan areal perumahan
atau pengembangan industri sehingga pertumbuhan penduduknya cukup tinggi. Yang
mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Mijen sebesar 2,82 %,
kemudian berturut- turut diikuti oleh Kecamatan Genuk (2,08%), Kecamatan Gunung Pati
(1,93 %), Kecamatan Tembalang (1,51 %), dan Kecamatan Banyumanik (0,96%). Kecamatan-
kecamatan di atas merupakan daerah pengembangan areal perumahan dan areal industri
sehingga banyak terjadi arus perpindahan penduduk masuk ke kecamatan-kecamatan
tersebut.

Sedangkan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk rendah atau bahkan


mempunyai pertumbuhan penduduk negatif diantaranya adalah Kecamatan Semarang
Tengah (-1,25 %) , Kecamatan Semarang Selatan (- 0,85 %), Kecamatan Semarang Timur (-0.64
%) dan Kecamatan Semarang Utara (-0.48 %), Kecamatan Candisari (-0.24 % ) dan Kecamatan
Semarang Barat (-0,12). Ketujuh kecamatan diatas merupakan daerah pusat kota yang
daerahnya sudah jenuh artinya tidak ada area untuk pengembangan perumahan, selain itu
juga wilayah tersebut sering mengalami banjir, sehingga justru penduduk di daerah tersebut
banyak yang pindah mencari rumah didaerah lain

Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan
daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang
terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota
Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri,
sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada
tahun 2017 kepadatan penduduknya sebesar 4.424 jiwa per km2 sedikit mengalami kenaikan
bila dibandingkan dengan tahun 2016. Bila dilihat menurut Kecamatan terdapat 6 kecamatan
yang mempunyai kepadatan di bawah angka rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan
Genuk (3924 jiwa/km2), Kecamatan Tembalang (3964 jiwa/km2), Kecamatan Gunungpati
(1.672 jiwa/ km2), Kecamatan Mijen (1.208 jiwa/ km2), Kecamatan Ngaliyan ( 3618 jiwa/km2)

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |6


dan Kecamatan Tugu sebesar 1039 jiwa per km2. Dari keenam Kecamatan tersebut, dua
diantaranya merupakan masih daerah pertanian dan perkebunan, sedangkan satu kecamatan
lainnya merupakan daerah pengembangan industri.

Namun sebaliknya untuk Kecamatan-kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas
wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan
penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Candisari 12.513 jiwa/km2 , Semarang Selatan 12.678 jiwa/km2, dan Kecamatan Gayamsari
11.786 jiwa/km2. Secara umum ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Bila dikaitkan
dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap
keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada
hampir seluruh Kecamatan yang ada

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

Gambar 2-1 Grafik Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2017

Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari
komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Menurut data dari
dispendukcapil Kota Semarang Jumlah penduduk tahun 2017 sejumlah 1,653,035 jiwa, terdiri
dari 819.973 jiwa penduduk laki-laki dan 833.062 jiwa penduduk perempuan. Indikator dari

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |7


variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara
penduduk laki-laki dan perempuan.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Gambar 2-2 Chard Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017

Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat
pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat
pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat
pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung
dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu
digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian
Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran
dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode
10 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang
terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode 2006 – 2017. Dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2-1 Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006
– 2017

Jml CBR (/1000 CDR (/1000


Tahun
Penduduk pddk) pddk)
2006 1.434.025 15,10 6,35
2007 1.454.594 16,06 7,04
2008 1.481.640 16,60 6,79
2009 1.506.924 17,01 6,98
2010 1.527.433 14,98 6,77
2011 1.544.358 16,09 6,76
2012 1.559.198 15,23 6,45
2013 1.575.068 15,18 6,50
2014 1.584.906 16,63 6,80
2015 1.595.267 14,22 6,70

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |8


Jml CBR (/1000 CDR (/1000
Tahun
Penduduk pddk) pddk)
2016 1.634.482 13,87 6,98
2017 1.653.035*
Sumber data : BPS Kota Semarang – Profil Kependudukan

*Tahun 2017: Data dari Dispendukcapil Kota Semarang

C. KESEHATAN

Prasarana kesehatan di Kota Semarang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Bersalin ( RB
) / BKIA, Puskesmas (Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling); Posyandu, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Klinik Spesialis / Klinik Utama, Klinik 24 Jam, Toko Obat, BP Umum
(Klinik Pratama), BP Gigi, Dokter Umum Praktek Perorangan, Dokter Spesialis Praktek , Dokter
gigi praktek dan Dokter gigi spesialis praktek. Dengan banyaknya prasarana kesehatan
mempermudah bagi masyarakat Kota Semarang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berikut jumlah prasarana kesehatan Kota Semarang tahun 2017.

Tabel 2-2 Jumlah Prasarana Kesehatan di Kota Semarang

No Sarana Dan Prasarana Kesehatan 2014 2015 2016 2017


1 Rumah Sakit Umum :
 Rumah Sakit Swasta 12 12 12 13
 Rumah Sakit Umum Daerah 2 2 2 2
 Rumah Sakit Umum Pusat 2 2 2 1
 Rumah Sakit TNI / POLRI 3 2 2 2
 Rumah Sakit Khusus, terdiri
9 9
dari:
 RS Jiwa 1 1 1 1
 RS Bedah Plastik 1 0 0 0
 RS Rehabilitasi Medik 0 1 1 1
 Rumah Sakit Ibu dan Anak
3 4 4 6
(RSIA)
 Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) 2 2 2 0
2 Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA 6 6 0 0
3 Puskesmas, terdiri dari 37 37 37 37
 Puskesmas Perawatan 11 11 11 11
 Puskesmas Non Perawatan 26 26 26 26
4 Puskesmas Pembantu 35 35 35 37
5 Puskesmas Keliling 37 37 37 37
6 Posyandu yang ada 1.561 1.575 1.581 1.587
7 Posyandu Aktif 1.214 1.219 1.205 1.587
8 Apotik 401 401 397 406
9 Laboratorium Kesehatan 30 28 26 26
10 Klinik Spesialis / Klinik Utama 37 36 40 40
11 Klinik 24 Jam 7 0 0 0

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang |9


No Sarana Dan Prasarana Kesehatan 2014 2015 2016 2017
12 Toko Obat 20 23 20 39
13 BP Umum (Klinik Pratama) 83 92 161 170
14 BP Gigi 8 0
Dokter Umum Praktek
15 1.798 1.940 2.143 2.304
Perorangan
16 Dokter Spesialis Praktek 745 828 897 1.001
17 Dokter gigi praktek 415 438 473 517
18 Dokter gigi spesialis praktek 75 75 76 77
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan & SDK, DKK Semarang

2.2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI


Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031 Pada Pasal 12 Pusat pelayanan Kota ditetapkan
di BWK I, BWK II, dan BWK III. Pusat pelayanan skala kota berfungsi sebagai pusat pelayanan
pemerintahan Kota dan pusat kegiatan perdagangan dan jasa. Pusat kegiatan pemerintahan
berupa pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang dilengkapi dengan pengembangan
fasilitas, meliputi:

1. kantor Walikota; dan


2. fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik.

Pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala kota dilengkapi dengan:

1. pusat perbelanjaan skala kota;


2. perkantoran swasta; dan
3. kegiatan jasa lainnya.

Pada bagian kedua perda RTRW Kota Semarang Rencana Pengembangan Sistem Pusat
Pelayanan Paragraf 1 Rencana Pembagian Wilayah Kota (BWK) di pasal 10 menyebutkan
bahwa Rencana pembagian Wilayah Kota (BWK) terdiri atas :

1. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur dan


Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223 (dua ribu dua ratus dua
puluh tiga) hektar;
2. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan luas kurang
lebih 1.320 (seribu tiga ratus dua puluh) hektar;
3. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara dengan luas
kurang lebih 3.522 (tiga ribu lima ratus dua puluh dua) hektar;

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 10


Sumber : Lampiran Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang Tahun 2011 – 2031

Gambar 2-3 Wilayah Studi

Secara geografis wilayah studi dibatasi oleh:

Sisi utara : Laut Jawa

Sisi Timur : Kecamatan Genuk dan Kecamatan Pedurungan

Sisi Selatan : Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati

Sisi utara : Kecamatan Tugu dan Kecamatan Ngaliyan

Berdasarkan jumlah keluarga diketahui bahwa terdapat 187.409 kepala keluarga yang terbagi
atas 286 WNA dan WNI sebanyak 187.123 Keluarga, dengan jumlah keluarga terbanyak
adalah Kecamatan Semarang Barat (50.838 keluarga) disusul Kecamatan Semarang Utara
(31.001 keluarga). Kecamatan Gajahmungkur merupakan kecamatan dengan jumlah Keluarga
15.263 keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel berikut:

Tabel 2-3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Status Kewarganegaraan di Wilayah Studi

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 11


Luas Jumlah Keluarga
Jumlah
Kecamatan Daerah
Kelurahan WNI WNA TOTAL
Km2
gajahmungkur 8 9,07 15.197 66 15.263
semarang selatan 10 5,93 22.323 14 22.337
candisari 7 6,54 22.448 13 22.461
semarang timur 10 7,7 21.725 34 21.759
semarang utara 9 10,97 30.977 24 31.001
semarang tengah 15 6,14 23.642 108 23.750
semarang barat 16 21,74 50.811 27 50.838
Jumlah 75 68,09 187.123 286 187.409
Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang, 2017

2.3 GAMBARAN UMUM LABORATORIUM


KESEHATAN
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Kesehatan, meliputi pengelolaan
laboratorium kesehatan. UPTD Laboratorium Kesehatan berperan dalam pelayanan
pembangunan kesehatan sebagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP), berupa : pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyediaan dan
pengelolaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman, serta kegiatan lain yang ada
di wilayah Kota Semarang. Untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan pemeriksaan
yang bermutu, efektif dan efisien, UPTD Laboratorium Kesehatan melaksanakan pelayanan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1267/MENKES/SK/XII/2004 tentang
Standar Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang dapat dipakai
sebagai acuan dalam merencanakan peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan
di bidang laboratorium.

Sumber: survey primer, 2018

Gambar 2-4 Bangunan Gedung Laboratorium Kesehatan Kota Semarang

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 12


Laboratorium kesehatan berperan strategis dalam mendukung derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu laboratorium kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium
kesehatan adalah melalui proses akreditasi, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 298/MENKES/SK/III/2008 tentang Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Status akreditasi
yang diperoleh, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap pelayanan
yang aman, serta pemasaran laboratorium tersebut kepada masyarakat/pengguna jasa
laboratorium.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, kedudukan
Laboratorium Kesehatan adalah sbb. :

1. UPTD Laboratorium Kesehatan adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas
Kesehatan.
2. UPTD Laboratorium Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.

A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, tugas dan fungsi
Laboratorium Kesehatan adalah sbb. :

1. Laboratorium Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis


operasional Dinas Kesehatan meliputi pengelolaan Laboratorium Kesehatan.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Laboratorium Kesehatan
mempunyai fungsi :

a. perencanaan program, kegiatan dan anggaran;


b. pendistribusian tugas kepada bawahan;
c. pemberian petunjuk kepada bawahan;
d. penyeliaan tugas bawahan dalam lingkup tanggungjawabnya;
e. pelaksanaan kegiatan penyusunan Sasaran Kerja Pegawai;
f. pelaksanaan koordinasi dengan perangkat daerah lainnya dan instansi terkait atas
persetujuan pimpinan;
g. pelaksanaan penyusunan pedoman pengelolaan Laboratorium Kesehatan;
h. pelaksanaan penyusunan rencana kebutuhan prasarana dan sarana Laboratorium
Kesehatan;
i. pelaksanaan pelayanan pemeriksaan kesehatan masyarakat dan kesehatan klinik;

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 13


j. pelaksanaan penyimpanan dan pemeliharaan sarana dan prasarana UPTD
Laboratorium Kesehatan;
k. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan
Laboratorium Kesehatan;
l. pelaksanaan ketatausahaan UPTD Laboratorium Kesehatan;
m. pelaksanaan kegiatan penyusunan dan pelayanan data dan informasi di UPTD
Laboratorium Kesehatan;
n. pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan di UPTD
Laboratorium Kesehatan;
o. pelaksanaan penilaian kinerja pegawai dalam lingkup tanggungjawabnya;
p. pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan;
q. pelaksanaan penyusunan laporan program dan kegiatan; dan
r. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, susunan organisasi
UPTD Laboratorium Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Susunan Organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan terdiri dari :

a. Kepala;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Jabatan Fungsional.

2. Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPTD.
3. Bagan organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan sebagaimana berikut :

C. Sumber Daya Yang Ada

1. Data sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan

a. Gedung Laboratorium Kesehatan

Letak : Jl. Raden Patah No. 178 Semarang

Luas gedung : ± 220 m2

1) Ruang tunggu konsumen : 18 m2


2) Ruang penerimaan sampel : 12 m2
3) Ruang pemeriksaan kimia : 34 m2

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 14


4) Ruang pemeriksaan mikrobiologi : 36 m2
5) Ruang pemeriksaan klinis : 11,5 m2
6) Ruang Kepala Lab.Kes. : 8 m2
7) Ruang administrasi (tata usaha) : 14 m2
8) Ruang rapat : 15,5 m2
9) Gudang alat laboratorium/kes. : 15,5 m2
10) Kamar mandi pegawai : 1 buah (2,75 m2)
11) Kamar mandi pasien/konsumen : 1 buah (2,75 m2)
12) Tempat penampungan limbah cair : 12 m2

b. Kendaraan

1) Roda empat : 1 unit


2) Roda dua : 5 unit

c. Sarana/prasarana lainnya

3) Daya Listrik : 11.000 watt


4) Sumber air : PDAM
5) Pesawat telpon : 1 unit
6) Fasilitas internet/wifi : ada
7) Meja customer service : 1 buah
8) Kursi customer service : 2 buah
9) Kursi tunggu : 2 unit
10) Televisi 22” : 1 buah
11) Mesin absensi : 1 buah
12) Meja kerja eselon : 2 buah
13) Kursi kerja eselon : 1 buah
14) Meja kerja : 6 buah
15) Kursi kerja + roda : 10 buah
16) Kursi kerja : 9 buah
17) Meja komputer : 1 buah
18) Komputer : 6 unit
19) Laptop / Notebook : 5 unit
20) PC Tab : 1 unit
21) Printer : 6 buah
22) Mesin faksimili : 1 buah
23) Mesin ketik : 1 buah
24) Mesin ketik elektronik : 1 buah
25) Mesin penghancur kertas : 1 buah
26) Kipas angin dinding : 1 buah

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 15


27) UPS : 7 buah
28) Meja rapat : 5 buah/1 set
29) Kursi rapat : 10 buah
30) LCD Proyektor : 1 unit
31) Layar LCD elektrik : 1 unit
32) Kursi tindakan : 1 buah
33) Lemari arsip : 5 buah
34) Lemari APD : 2 buah
35) Lemari sampling : 1 buah
36) Lemari penyimpanan glassware : 1 buah
37) Lemari buret : 3 buah
38) Lemari dinding (penyimpan reagen) : 1 set
39) Tangga aluminium : 1 buah
40) Pendingin ruangan (AC) : 6 buah
41) Exhaust fan : 5 buah
42) Kompor gas 2 tungku : 1 buah
43) Generator (20.000 watt) : 1 unit
44) Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) : 1 unit

d. Alat-alat laboratorium/kesehatan

D. VISI, MISI, DAN TUJUAN

Visi

” Mewujudkan Laboratorium Kesehatan Kota Semarang sebagai laboratorium kesehatan


yang bermutu dan terjangkau ”

Misi

1. Melaksanakan tugas teknis DKK di bidang laboratorium kesehatan


2. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan yang berbasis kompetensi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3. Meningkatkan SDM dan teknologi laboratorium kesehatan dalam upaya pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Berperan aktif dalam penentuan kebijakan bidang pelayanan kesehatan dan kerjasama
dengan lintas sektor untuk kegiatan rujukan

Tujuan

1. Tujuan Umum

Terwujudnya mutu pelayanan laboratorium yang terus meningkat secara berkelanjutan.

2. Tujuan Khusus

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 16


a. Tersedianya rencana kebutuhan bahan media dan reagensia dengan jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan dan metoda yang digunakan.
b. Tersedianya anggaran pengadaan bahan media dan reagensia yang dibutuhkan.
c. Terlaksananya pengadaan bahan media dan reagensia yang efektif dan efisien.
d. Terjaminnya penyimpanan bahan media dan reagensia yang bermutu.
e. Terlaksananya pemeriksaan laboratorium secara kimia, mikrobiologi dan klinis.
f. Terpenuhinya kebutuhan bahan media dan reagensia untuk menunjang pelayanan
pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis, jumlah dan metoda yang digunakan.
g. Tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dengan jumlah dan kualifikasi yang
tepat.
h. Terjaminnya ketepatan dan ketelitian hasil pengujian/ pemeriksaan laboratorium.
i. Tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan bahan media dan reagensia yang
tepat.

Sasaran

1. Terlaksananya kegiatan pelayanan yang bermutu di Laboratorium Kesehatan Kota


Semarang.
2. Meningkatnya parameter yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
3. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kualitas air, makanan-minuman di Kota Semarang.
4. Meningkatnya kinerja SDM di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.

E. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

1. Peningkatan ketepatan perencanaan bahan media dan reagensia dari masing-masing unit
laboratorium, sesuai dengan kebutuhan dan metoda yang digunakan.
2. Peningkatan ketetapan dan efisiensi penggunaan bahan media dan reagensia untuk
menjamin ketersediaannya sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengadaan peralatan laboratorium, sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit
laboratorium dan perkembangan teknologi.
4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia, baik teknis maupun
administrasi melalui pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Laboratorium Kesehatan,
baik manajemen, administrasi, maupun teknis.
5. Peningkatan ketepatan dan ketelitian hasil pengujian/ pemeriksaan laboratorium.
6. Peningkatan sistem pencatatan di loket dan masing-masing unit laboratorium.
7. Peningkatan mutu pelayanan di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
8. Pemantapan mutu secara internal maupun eksternal.
9. Penyebaran informasi tentang Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 17


F. Jumlah Dan Jenis Pemeriksaan

Pada tahun 2017, Laboratorium Kesehatan Kota Semarang telah mampu melaksanakan
pengujian/pemeriksaan secara kimia, mikrobiologi dan klinis terhadap sampel/contoh uji
yang berasal dari kegiatan program di Lab.Kes. dan Bidang-bidang di DKK (APBD II) maupun
dari masyarakat umum. Jenis sampel yang diperiksa meliputi :

1. Makanan (kemasan, jasa boga, rumah makan/restoran, hotel, jajanan anak sekolah)
2. Minuman (kemasan, jajanan anak sekolah, jasa boga)
3. Air (PDAM, DAM, sumur artetis, sumur gali, kolam renang)
4. Usap alat (penjamah makanan, alat kedokteran/kesehatan dan alat dapur/makan-minum)

Adapun jumlah sampel/contoh uji yang telah diperiksa di Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang selama tahun 2017 adalah sbb.:

1. Sampel/contoh uji kimia : 608 dari program APBD II dan 744 dari Umum
2. Sampel/contoh uji mikrobiologi : 438 dari program APBD II dan 1648 dari Umum
3. Sampel/contoh uji klinis : 156 dari program APBD II dan 192 dari Umum

Jumlah dan jenis pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang adalah sbb.:

1. Jumlah pemeriksaan secara kimia (air, makanan, limbah)

Jenis Air Air Kolam


Makanan Limbah
Sampel Minum Bersih Renang
APBD II 99 38 0 467 4
UMUM 100 189 0 455 0
2. Jumlah pemeriksaan secara mikrobiologi

Jenis Air Air Makanan (Jasa Usap Kolam


Alat Renang Limbah Lingkungan
Sampel Minum Bersih Boga & Jas)
APBD II 100 48 207 83 0
UMUM 520 178 382 383 0 15 170
3. Jenis pemeriksaan secara kimia (air)

No. Jenis Pemeriksaan Jumlah


1 Warna 308
2 Rasa 295
3 Bau 295
4 Suhu 297
5 Total zat padat terlarut (TDS) 312
6 Kekeruhan 313
7 Benda Terapung 0
8 O2 Terabsorbsi 48
9 Kejernihan 0
10 Arsen (As) 156

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 18


No. Jenis Pemeriksaan Jumlah
11 Fluorida (F) 315
12 Kromium (Cr) 328
13 Kadmium (Cd) 7
14 Nitrit (NO2) 350
15 Nitrat (NO3) 335
16 Sianida (CN) 308
17 Selenium (Se) 46
18 Aluminium (Al) 205
19 Besi (Fe) 311
20 Alkalinity 15
21 Kesadahan (CaCO3) 374
22 Klorida (Cl) 226
23 Mangan (Mn) 311
24 Derajat keasaman (pH) 347
25 Seng (Zn) 298
26 Sulfat (SO4) 299
27 Tembaga (Cu) 199
28 Timbal (Pb) 0
29 Amonia (NH4) 204
30 Detergen 112
31 CaSO3 0
32 KMnO4 0
33 Sisa klor (Cl2) 0
34 Boron 9
4. Jenis pemeriksaan secara kimia (makanan-minuman)

No. Jenis Pemeriksaan Jumlah


1 Pewarna Methyl Yellow 68
Rhodamin B 152
2 Pemanis Sakarin 0
Siklamat 152
3 Pengawet Borax 421
Formalin 446
5. Jenis pemeriksaan secara mikrobiologi

No. Jenis Pemeriksaan Jumlah


1 Angka Lempeng Total 176
2 APM Coliform 767
3 APM E.Coli 1530
4 Salmonella ssp 109
5 Staphylococcus ssp 120
6 Kapang 97
7 Fecal Coliform 52
8 Identifikasi Kultur MO 150

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 19


3.2. Grafik jumlah pemeriksaan contoh uji/sampel APBD II dan Umum di
Laboratorium Kesehatan tahun 2017

2000
1648

1500

1000 744 APBD


608
438 Umum
500
156192

0
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Kimia Mikrobiologi Klinis

Dari grafik di atas terlihat bahwa pemeriksaan dari masyarakat umum lebih tinggi daripada
pemeriksaan yang dibiayai APBD II (kegiatan program di DKK). Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat mulai mengenal dan mau memberikan kepercayaan untuk memeriksakan
sampel/contoh uji ke Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.

1000 922

800
620
589
600
466

400
199 227
226
170
200
0 00 415 0
0
Air Minum Makanan Kolam Renang Lingkungan

Kimia Mikrobiologi Klinis

Gambar 2-5 Grafik Jenis Sampel APBD II Dan Umum Yang Diperiksa Di Laboratorium
Kesehatan Tahun 2017

Pada grafik diatas terlihat bahwa pemeriksaan terbanyak dilakukan pada jenis sampel
makanan, dan terendah pada sampel usap alat/penjamah. Khusus jenis sampel untuk usap
alat/penjamah hanya dilakukan pemeriksaan secara mikrobiologi.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 20


BAB 3 PENDEKATAN DAN
METODE KEGIATAN
Bagian ini memuat pendekatan dan metode
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran kegiatan

3.1 PENDEKATAN
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya ini didasarkan pada
tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif,
serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai
berikut:

1. Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau
kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang
menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini,
perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri
utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan
karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan
kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan,
baik untuk nasional maupun daerah.
2. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu
dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini,
proses penyusunan ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang
sebelumnya telah disepakati bersama.

3.1.1 PEMAHAMAN LABORATORIUM


KESEHATAN
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1267/Menkes/SK/XII/2004 tentang Standar
Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, laboratorium dinas kesehatan
kabupaten/kota merupakan laboratorium kesehatan daerah yang berada di Kabupaten/Kota
yang berperan dalam pelayanan pembangunan kesehatan sebagai upaya kesehatan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 21


masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP), berupa pencegahan dan
pemberantasan penyakit, penyediaan dan pengelolaan air bersih dan penyehatan Iingkungan
pemukiman serta kegiatan lain yang ada di wilayahnya. Dalam pelaksanaan otonomi daerah,
diharapkan setiap Kabupaten/Kota mempunyai laboratorium kesehatan yang mampu
melakukan pemeriksaan laboratorium kimia lingkungan, toksikologi, mikrobiologi serta
pemeriksaan laboratorium klinik untuk menunjang diagnosa penyakit sebagai salah satu
upaya untuk peningkatan kesehatan masyarakat maupun perorangan di wilayahnya.

Untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten/ kota maka perlu
disusun suatu Standar Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dapat
dipakai sebagai acuan dalam merencanakan peningkatan dan pengembangan pelayanan
késehatan di bidang laboratorium. Ruang lingkup standar pelayanan ini dibatasi pada standar
minimal pelayanan laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang diantaranya adalah
sarana prasarana dan ketenagaan, kemampuan pemeriksaan, peralatan, reagen, pemantapan
mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, tarif dan pencatatan - pelaporan.

3.1.1.1 Laboratorium Dinas Kesehatan


Kabupaten/ Kota
Bangunan laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mernpunyai tata ruang yang
baik, sesuai dengan alur pelayanan yang dilakukan dan memiliki tata ruang dalam jumlah yang
cukup, sesual dengan jenis kelengkapan yang diperlukan. Persyaratan minimal sarana
prasarana sebagaimana tercantum pada tabel dibawahini :

Tabel 3-1 Standar Pelayanan Minimal Sarana dan Prasarana

No Jenis Kelangkaan Persyaratan Minimal


1 Gedung
ruang tunggu 6 m2
ruang pemeriksaaan/pengambilan 12 m2
spesimen
ruang pemeriksaaan teknis* 20 m2
ruang sterilisasi media/reagenisia 20 m2
ruang administrasi dan pengambilan 6 m2
hasil
ruang cuci 4 m2
WC (petugas dan pasien) @ 5m 10 m2
2 penerangan/lampu 5 watt/m
3 daya listrik 5,5 KVA
4 ventilasi 1/3 luas lantai atau
AC 1 PK/20 m2
5 air mengalir/bersih 50 l/karyawan/hari

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 22


6 tempat penampungan dan pengolahan ada
limbah cair
7 tempat penampungan dan pengolahan ada
limbah padat
8 generator sesuai daya listrik
* pemeriksaan patologi, imunologi, mikrobiologi, kimia lingkungan dan toksikologi
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1267/Menkes/SK/XII/2004 tentang Standar Pelayanan Laboratorium
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

Persyaratan lain yang perlu diperhatikan :

1. Ruangan mudah dibersihkan


2. Permukaan meja pemeriksaan tidak tembus air, tahan asam alkali dan larutan organic
3. Koridor dan lantai harus bersih
4. Apabila belum dapat mengolah limbah sendiri, agar memanfaatkan / bekerjasama dengan
instansi yang telah memiliki instalasi pengolah limbah

3.1.1.2 Balai Laboratorium Kesehatan dan


balai Besar Laboratorium Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 605/Menkes/SK/VII/2008 tentang
Balai Laboratorium Kesehatan Dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan, standar kebutuhan
ruangan untuk balai Labkes dan balai besar labkes didasarkan atas jumlah dan jenis kegiatan
masing masing bidang pemeriksaan serta sarana penunjang lainnya. Untuk itu persyaratan
umum yang dapat digunakan dalam penyusunan standar lahan dan bangunan didasarkan:

1. Masterplan adalah perencanaan keseluruhan yang terdiri dari: perencanaan pelayanan,


ketenagaan dan sarana prasarana dan peralatan laboratorium kesehatan direncanakan 10
tahun
2. Ditinjau dari geografi, balai Labkes/Balai besar labkes haris mempunyai lokasi yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dengan mudah
3. Luas bangunan untuk balai labkes adalah 1061 m2 sedangkan untuk balai besar labkes
adalah 1279 m2.
4. Memenuhi peryarataj peraturan daerah setempat (tat kota yang berlaku)
5. Tata letak unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional yang efisien
6. Tersedianya infrastruktur dan fasilitas penunjang (jalan, air, listrik, telepon)
7. Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan harus jelas
8. Kelancaran system alur specimen, pasien, pengunjung dan karyawan
9. Perlu Analisa dampak lingkungan.

A. SARANA

1. Lahan dan bangunan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 23


Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan standar lahan dan bangunan adalah:

a. Klasifikasi balai labkes/balai besar labkes


b. Kebutuhan luas lahan dan bangunan termasuk fasilitas pakir
c. Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan
d. Kenyamanan lingkungan kerja

2. Penentuan kebuutuhan luas lahan

Penentuan kebutuhan luas lahan untuk balai labkes dan balai besar labkes didasarkan
kepada perhitungan lahan yang diperlukan untuk:

a. Sarana/bangunan laboratorium
b. Prasarana seperti tempat penampungan, lapangan terbuka/taman, lapangan parkir,
pengolahan limbah padat, pengolahan limbah cair, generator set dan lainnya

3. Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan funsgi serta
memenuhi persyaratan dengan mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat resiko
terjadinya penyakit sebagai berikut:

a. Area public adalah zona berisiko rendah: ruang administrasi, ruang tunggu, ruang
resepsionis, ruang pelatihan, ruang kantin
b. Area semi public adalah zona berisiko sedang: ruang ganti, ruang pengambilan sampel,
toilet, ruang pencucian peralatan, ruang Gudang reagen
c. Area non public adalah zona beresiko tinggi: ruang pemeriksaan laboratorium virologi,
flu burung, TB, ruang pengolahan limbah padat/cair, ruang sterilisasi.

Untuk ruang pemeriksaan laboratorium harus jelas batas pemisah antara area bersih dan
berisiko/kotor

4. Persyaratan sarana, prasarana dan alat

a. Sarana didasarkan pada:

1) Ruang

Luas ruangan setiap kegiatan cukup untuk menampung peralatan yang


dipergunakan aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
specimen/pasien untuk pemeriksaan laboratorium. Kebutuhan luas ruangan
didasarkan pada:

a) Jenis kegiatan dan beban kerja


b) Jenis dan ukuran peralatan
c) Jumlah karyawan
d) Factor kesehatan, keselamatan, keamanan dan kenyamanan kerja
e) Kelancaran lalu lintas specimen, pasien, pengunjung dan karyawan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 24


2) Tata ruang

Standar dalam menata ruang adalah:

a) Ruang laboratorium pemeriksaan hars terpisah dengan ruang (Gedung)


adminitrasi
b) Tersedia alat pemadam kebakaran api ringan (APAR) disetiap ruanganan
c) Mengikuti persyaratan K3 Labkes
d) Udara dalam ruang harus dibuat mengalir searah dari yang berish ke ruang
yang kotor
e) Harus tersedia bak cuci tangan dengan air yang mengalir dalam setiap ruang
laboratorium yang dekat dengan pintu keluar
f) Harus tersedia eye washer dan shower
g) Tidak boleh ada hewan peliharaan di dalam ruang kerja

3) Persyaratan desain Gudang

a) Menurut sifat bahanyang disimpan: zat padat, zat cair, gas dll
b) Dengan memperhatikan jarak/ruang antara bahan yang disimpan
c) Denagn memperhatikan tekanan udara di dalam Gudang harus lebih rendah
dari tekanan udara di luar gudang
d) Ventilasi mengalir dari udara luar yang bersih ke dalam Gudang dengan
memakai system pass-trough/interlock dalam mentrasfer bahan kimia
e) Penghisap udara diletakkan di dinding

4) Struktur bangunan

Harus memenuhi persyaratan dasar keseimbangan, stablitas, kekuatan, kegunaan,


penghematan dan kesan estetis

5) Komponen bangunan

a) Atap disesuaikan dengan keadaan daerah setempat, dipakai bahan bahan yang
mudah didapat, misalnya: genteng/seng
b) Dinding: tembok permanen warna terang, menggunanakan cat yang tidak
luntur, permukaan dinding harus rata dan mudah dibersihkan, tidak tembus
cairan serta tahan terhadap disinfektan
c) Lantai:

i. Terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, tidak bereaksi dengan
bahan kimia, warna terang, kedap air, permukaan rata dan tidak licin
ii. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup searah saluran pembuangan air limbah

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 25


iii. Antar lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah
dibersihkan (khusus ruang pemeriksaan laboratorium0

d) Plafon

i. Terbuat dari bahan yang kuat, warna terang mudah dibersihkan


ii. Tinggi plafon minimal 2,70

e) Pintu

i. Harus kuat, rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang


lainnya
ii. Menggunakan pintu ganda ukuran lebar masing masing 90 cm, deiberi kaca
tembus pandang
iii. Membuka dan menutup harus sesuai dengan kebutuhan

f) Meja laboratorium terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tahan bahan kimia,
sudut meja tumpul/tidak lancip, permukaan rata dan mudah dibersihkan tinggi
± 85 cm

B. PRASARANA

1. Pengkondisian udara

Terdiri atas 2 cara:

a. Alami:

1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udasra di dalam ruang dengan baik
2) Luas ventilasi almiah minimum 15% - 20% dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat mejamin adanya pergantian udara dengan baik
maka dilengkapi dengan sirkulasi udara buatan (AC). Suhu udara 22 – 26% dengan
kelembagaan 35 - 60%, khusus pemeriksaan resiko tinggi dengan tekanan negative

b. Buatan:

Dengan menggunakan alat pengatur suhi (AC). Kebutuuhan AC berdasarkan


perhitungan 1 PK untuk 20 m2, AC diperlukan untuk:

1) Ruang pengolahan data dengan computer


2) Ruang pengolahan specimen
3) Ruang pemeriksaan dengan peralatn elektronik
4) Ruang timbang yang mengunakan timbangan elektronik

Kebutuhan daya listrik balai labkes = 80 KVA dan balai besar labkes = 120 KVA untuk
penerangan, AC dan alat laboratorium. Sebagai cadangan bila sumber listrik,

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 26


diperlukan generator set dengan kemammpuan daya 150 – 180 KVA (1,6 x daya listrikk
yang terpasang) dan daya listri yang dibutuhkan 3 fase.

c. Pencahayaan

Terdiri dari 2 macam:

1) Penerangan alami

Diutamakan penerangan alami dengan memnafaatkan cahaya matahari (terang


langit) dan dihindari cahaya matahari langsung

2) Penerangan buatan/listrik untuk membantu penerangan ruangan terutama


penggunaan pada malam hari, sedangkan pada suang hari dapat dipergunakan
bilaman suang sulit dijangkau oleh cahaya matahari.

Penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000 – 5000 lux untuk pekerjaan
yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan belakang petugas)

d. Air bersih

1) Syarat pengadaan air bersih: mengalir, jernih dan kualitas sesuai dengan ketelitian
yang berlaku
2) Menggunakan air PDAM/air bersih yang memenuhi syarat
3) Kebutuhan air di balai Labkes/Balai besar Laboratorium kesehatan mencapai 20
liter/karyawan/hari
4) Berdasarkan standar ketenagaan balai labkes/balai besar labkes, maka kebutuhan
air di balai labkes/balai besar labkes adalah jumlah seluruh pekerja x 20 liter/hari

Sebagai persediaan air bersih diperlukan Menara air sesuai dengan kebutuhan

e. Gas

Dalam proses pemeriksaan laboratorium dibutuhkan bermacam macam gas antara


lain:

1) Gas acethylen
2) Gas nitrogen
3) Gas CO2
4) Gas Argon
5) Gas O2
6) Gas LPG
7) dll

f. Fasilitas pengelolaan limbah

1) Innecerator untuk limbah padat medis

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 27


2) Tempat sampah untuk limbah padat non medis
3) Instlasi pengelolaan air limbah (IPAL) untuk limbah cair

C. ALAT

1. Pendekatan yang dipakai dalam menyusun standar kesehatan adalah:

a. Klasifikasi balai labkes/balai besar labkes


b. Kebutuhan pemeriksaan
c. Jenis dan metode pemeriksaan
d. Efisiensi dan efektifitas
e. Kebutuhan penyelenggaraan pemantapan mutu
f. Kebutuhan penyelenggaraan pelatihan/rujukan
g. Kebutuhan kesehatan dan keelamatan kerja

2. Jenis peralatan

a. Peralatan umum meliputi: peralatan administrasi, keuangan, rumah tangga,


komunikasi, transportasi dan keamanan
b. Peralatan teknis:

1) Peralatan dasar, jenis dann jumlah peralatan dasar ini ditentukan berdasarkan :
jenis dan kelompik kegiatan pemeriksaan; jumlah beban kerja; metode dan
teknologi yang dipakai
2) Peralatan khusus, merupakan peralatan laboratorium yang hanya digunakan pada
bidang pemeriksaaan tertentu dan peralatan untuk pmeriksaan penunjang
diagnostic lainnya

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 28


Standar pembagian ruangan berdasarkan area dan kelompok funsi pada balai laboratorium kesehatan dan balai besar labkes serta standar
peralatan balai labkes dan balai besar labkes:

Tabel 3-2 Standar Ruang

Luas Balai
Luas Balai
No Kelompok Fungsi Nama Ruang Area Besar Labkes
Labkes (m2)
(m)
a ruang tunggu terbuka bagi pasien 30 40
ruang pendaftaran 10 20
penerimaam spesimen
b terbuka bagi pasien
pengambilan hasil
loket pembayaran
1 fungsi administrasi
c ruang pimpinan 15 30
d ruang rapat 20 40
e ruang tata usaha tertutup bagi pasien 40 70
f ruang perpustakaan 20 20
g ruang pengolahan data 10 20
145 240
a ruang pengambilan spesimen 20 20
b ruang pengolahan spesimen 15 20
tertutup bagi pasien,
c ruang hematologi 40 40
hanya petugas yang boleh
d ruang kimia klinik masuk; dipasang tanda 40 40
fungsi
2 e ruang urine dan tinja dilarang masuk kecuali 20 20
teknis/pemeriksaan
f ruang kimia kesehatan petugas dan diberi tanda 90 120
bahaya khusus sesuai
g ruang mikrobiologi 90 120
fungsi ruangan
bakt. Khusus
bakt. Khusus

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 29


Luas Balai
Luas Balai
No Kelompok Fungsi Nama Ruang Area Besar Labkes
Labkes (m2)
(m)
parasitologi
i ruang virologi 30 40
j ruang imunologi 40 60
k ruang toksikologi 40 60
l ruang pemeliharaan alat 20 20
445 560
a Ruang VCT terbuka bagi pasien 20 20
b Ruang pelatihan 80 80
c ruang media dan reagen 40 40
d kandang hewan percobaan 40 40
e ruang cuci 20 20
f gudang media dan reagen 20 30
g gudang ATK dan alat RT 20 30
h gudang penyimpanan alat rusak 40 60
i gudang arsip tertutup bagi pasien, 20 30
3 fungsi penunjang
j ruang sterilisasi hanya petugas yang boleh 10 20
k toilet karyawan masuk 30 40
l pengolahan limbah padat (inecerator) 20 30
j pengolahan limbah cair (waste water treatment) 10 10
k bak penampungan air bawah 6 6
l bak penampungan air atas 6 6
m ruang panel PLN 20 20
ruang genset 20 20
n garasi 20 30

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 30


Luas Balai
Luas Balai
No Kelompok Fungsi Nama Ruang Area Besar Labkes
Labkes (m2)
(m)
o ruang penjagaan 10 10
p ruang kantin terbuka untuk semua 20 30
q toilet pasien 20 20
492 592
Jumlah (1 + 2 + 3) 1082 1392
sirkulasi 177 285
Total 1259 1677
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 605/Menkes/SK/VII/2008 tentang Balai Laboratorium Kesehatan Dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 31


3.1.2 PEMAHAMAN TEORI LOKASI
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau
ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta
hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Teori lokasi adalah suatu
penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu
dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya
akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun
sosial (Sirojuzilam, 2006).

3.1.2.1 Teori Central Place (Christaller)


Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik
untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat
kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana
perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat
keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sedangkan Menurut Daldjoeni
(1992) dalam Miarsih 2009 mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep mengenai lokasi
kegiatan usaha, antara lain:

1. Jangkauan (range), maksudnya seberapa jauh yang mampu ditempuh untuk membeli
barang dan jasa pada tingkay harga tertentu.
2. Batas ambang penduduk (threshold), jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan atau
membutuhkan suatu fasilitas tertentu
3. Tempat pusat (central place), yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan dan pedasaan
serta wilayah yang lebih besar lagi daripada wilayahnya sendiri dengan masing-masing
tempat pusat tersebut menawarkan batas ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk
wilayah komplemen yang dilayani

Di sisi lain, berbagai hal yang disebutkan di atas sangat terkait dengan aktivitas ekonomi yang
terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan sangat terkait dengan potensi
ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya. Dengan demikian, potensi mempengaruhi
aksesbilitas, tetapi di sisi lain, aksesbilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah.

Selain itu, salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan gangguan karena
dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya.
Selain itu jarak juga menciptakan gangguan informasi, sehingga makin jauh dari suatu lokasi
makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak
yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 32


semuanya sama. Selain teori yang dikemukakan di atas, terdapat teori lokasi yang perlu untuk
diketahui yaitu Central Place Theory.

Menurut Christaller (1933), pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah


menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Untuk dapat menerapkan teori Christaller
dalam suatu wilayah terdapat dua syarat utama yang harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut:

1. Topografi atau bentuk lahan di wilayah tersebut relative seragam atau homogeny
sehingga tidak ada bagian-bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan
pengaruh alam lainnya yang berhubungan dengan bentuk muka bumi.
2. Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk yang relatif homogen.

Penjelasan model Christaller tentang terjadinya model area pelayanan heksagonal adalah
sebagai berikut:

Sumber: tim penyusun, 2018

Gambar 3-1 Model Pelayanan Heksagonal Christaller

1. Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran


memiliki pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran ini tidak tumpeng
tindih seperti pada (gb. A)
2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pusat pelayanan tersebut
yang lingkarannya dapat tumpeng tindih (gb. B)
3. Range yang tumpah tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk
areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpeng tindih (gb.
C)
4. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal atau thresholdnya
sendiri-sendiri. Akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.

Teori Christaller (1933) menjelaskan keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah
hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Selain berdasarkan besar-kecilnya wilayah atau
pusat pelayanan masyarakat, hierarki tempat yang sentral juga dapat didasarkan atas jenis-
jenis pusat pelayanan. Berdasarkan jenisnya, hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Tempat Sentral yang Berhierarki 3 (K=3)

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 33


Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa
menyediakan barang-barang konsumsi bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya.
Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian
dari wilayah tetangga di sekitarnya dari wilayah tetangga disekitarnya yang berbentuk
heksagonal, selain mempengaruhi wilayahnya itu sendiri.

2. Tempat Sentral yang Berhierarki 4 (K=4)

Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang optimum, artinya di
daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu
senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas
optimum memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang
berbentuk segi enam selain mempengaruhi wilayah itu sendiri

3. Tempat Sentral yang Berhierarki 7 (K=7)

Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administratif yang optimum. Tempat
sentral ini mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) wilayah-wilayah tetangganya,
selain mempengaruhi wilayah itu sendiri. Contoh tempat sentral berhierarki 7 antara lain
kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Rumah Sakit Umum sebagai tempat
sentral yang dibahas dalam penelitian ini menurut Christaller tergolong kedalam Tempat
Sentral yang Berhierarki 3 (K=3) dengan fungsi sebagai tempat pelayanan umum bagi
masyarakat sekitar.

3.1.2.2 Teori Titik Henti (Breaking Point


Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi
Reily. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan
lokasi fasilitas atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah
yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah. (Utoyo,
2007) Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat fasilitas (atau pelayanan
sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua
pusat fasilitas. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah
penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota
yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 34


Keterangan:
DAB = jarak lokasi titik henti, diukur dari kota atau wilayah yang jumlah pendudukya
lebih kecil (dalam hal ini kota A)
dAB = jarak antara kota A dan B
PA = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (kota A)
PB = jumlah penduduk kota yang lebih besar (kota B)

3.1.2.3 Teori Lokasi Optimum


Untuk memilih lokasi yang optimal bagi layanan fasilitas perlu memperhatikan prinsip
pemanfaatan sumberdaya yang paling minimum, seperti waktu, biaya, jangkauan layanan,
dan lainnya. Metoda perhitungan:

𝐿𝑂 = Σ𝑑. 𝑊 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
Keterangan:
LO = lokasi optimum
d = jarak antara lokasi pusat pelayanan dan lokasi yang dilayani
W = bobot lokasi yang dilayani

3.1.3 FAKTOR PENENTU LOKASI


FASILITAS RUMAH SAKIT
Pada tabel sintesis teori ini telah diketahui bahwa faktor-faktor yang digunakan dalam
menganalisis pemilihan lokasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
dan teori lokasi:

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 35


Tabel 3-3 Sintesa Teori dan Kebijakan Yang Mempengaruhi Faktor Penentu Lokasi Labkes

Sumber Faktor
Keputusan Menteri Untuk itu persyaratan umum yang dapat
Kesehatan Republik digunakan dalam penyusunan standar lahan dan
Indonesia Nomor bangunan didasarkan:
605/Menkes/SK/VII/2008  Masterplan adalah perencanaan keseluruhan
tentang Balai yang terdiri dari: perencanaan pelayanan,
Laboratorium Kesehatan ketenagaan dan sarana prasarana dan
Dan Balai Besar peralatan laboratorium kesehatan
Laboratorium Kesehatan direncanakan 10 tahun
 Ditinjau dari geografi, balai Labkes/Balai besar
labkes haris mempunyai lokasi yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dengan mudah
 Luas bangunan untuk balai labkes adalah 1061
Kebijakan m2 sedangkan untuk balai besar labkes adalah
1279 m2.
 Memenuhi peryaratan peraturan daerah
setempat (tata kota yang berlaku)
 Tata letak unit pelayanan harus mempunyai
hubungan fungsional yang efisien
 Tersedianya infrastruktur dan fasilitas
penunjang (jalan, air, listrik, telepon)
 Kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium kesehatan harus jelas
 Kelancaran system alur specimen, pasien,
pengunjung dan karyawan
 Perlu Analisa dampak lingkungan.
Teori Christaller  Tingkat aksesibilitas
 Jarak
 Kondisi prasarana perhubungan
 Sarana keamanan
 Aktifitas ekonomi
 Topografi
Teori  Jumlah penduduk
Teori Titik Henti  Jarak
(Breaking Point)  Jumlah penduduk
Teori Lokasi Optimum  Waktu
 Biaya
 Jangkauan pelayanan
 Jarak
Sumber: Tim penyusun, 2018

Berdasarkan pada sintesa tinjauan pustaka terkait faktor penentu lokasi, maka diperoleh
variabel-variabel yang paling dominan yang akan digunakan dalam analisis faktor penentu
lokasi, Variabel-variabel tersebut antara lain:

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 36


Tabel 3-4 Variabel dan Sub variable faktor penentu lokasi

Faktor/variabel Sub variabel Definisi operasional


kebijakan Keseuaian dengan peraturan terkait labkes dan
Masterplan labkes kota Semarang
Geografi Daya dukung lahan Kondisi lokasi Topografi, jenis tanah,
mempermudah dalam pembangunan, dan
pemeliharaan serta bebas dari kerawanan
bencana alam
Jarak Jarak terdekat dari jangkauan pelayanan (seluruh
Kota Semarang)
Ketersediaan lahan Luas lahan Luas bangunan untuk balai labkes adalah 1061
m2 sehingga minimal luas lahan yang dibutuhkan
1061 m2 + luas kebutuhan faslitas penunjang lain
(parkir, kantin dll)
Harga lahan Harga lahan berdasarkan transaksi pasar
infrastruktur dan Utilitas pendukung Ketersediaan jaringan Air bersih, listrik, drainase,
fasilitas penunjang persampahan untuk mendukung aktivitas labkes
Kondisi jalan lebar dan jenis perkerasan mendukung aktivitas
dari dan menuju labkes
Tingkat Keterjangkauan lokasi terhadap moda
aksesibilitas transportasi (transportasi umum, transportasi
pribadi)
Kesesuaian dengan Keseuaian dengan rencana tata ruang
rencana tata ruang (RTRW/RDTR/RTBL)
Kesehatan dan Kepadatan Kondisi sekitar lokasi yang menunjang Kesehatan
keselamatan kerja bangunan, lalu dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan.
laboratorium lintas
kesehatan
Sumber: Tim penyusun, 2018

3.2 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


Adapun alur pikir metode penelitian dalam penentuan lokasi labkes Kota Semarang dapat
dilihat pada diagram dibawah ini.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 37


Gambar 3-2 Alur Pikir Tahapan Dan Metode FS Labkes Kota Semarang

Lingkup kegiatan dalam secara garis besar kegiatan pembuatan Feasibility Study (FS)
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang, dengan urutan sebagai berikut : persiapan,
pengumpulan data dan informasi serta kompilasi, analisis, penyusunan rumusan dan
pembahasan.

3.2.1 TAHAP PERSIAPAN


Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis
maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan. Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama
pelaksanaan kegiatan penyusunan, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Dalam lingkup
kegiatan persiapan ini berupa

1. mengkoordinasikan seluruh kegiatan ini dari awal sampai akhir antara tim penyusun dan
Tim teknis Kota.

Tujuan :  Koordinasi antara tim teknis


 Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan
 Mengumpulkan data dan informasi tentang laborarium kesehatan kota
Metode : Diskusi dan Koordinasi
Langkah :  Diskusi kesiapan tim teknis dalam menjalankan lingkup pekerjaan dan
kebutuhan penyiapan pekerjaan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 38


 Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim penyusun dan Tim teknis
dalam kegiatan penyusunan
 Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang akan
digunakan
 Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan informasi terkait
dengan pembangunan
Output :  Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati
 Data dan informasi terkait labkes
Durasi : 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak
diterbitkannyaSPMK
2. Penyusunan Desain Survey dan Format Kegiatan

Penyusunan desain survey pada awal kegiatan yang mencakup kebutuhan-kebutuhan


data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan .

Tujuan :  Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk keperluan penyusunan


 Menyusun format – format untuk kebutuhan baik dilapangan maupun
pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan
Metode : Diskusi
Langkah :  Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah ada
 Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan
 Penyiapan desain survey
 Penyiapan format untuk survey dan kegiatan
Output :  Data Awal (sekunder)
 Desain survey
 Format – format survey dan kegiatan
Durasi : 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau sejak
diselesaikannyasub kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja
3. Penyiapan Data Profil Laboratorium kesehatan

Pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait dengan kawasan
laboratorium kesehatan yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan .

Tujuan : Menyiapkan data dasar profil kawasan laboratorium kesehatan


Metode : Diskusi dan Koordinasi
Langkah :  Koordinasi internal terkait profil laboratorium kesehatan yang ada di kota
sesuai dengan Keputusan Walikota
 Koordinasi dengan pihak terkait
 Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait data dasar yang akan dipakai
dalam profile kawasan laboratorium kesehatan
Output : Profil kawasan laboratorium kesehatan perkotaan
Durasi : 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan desain survey dan format kegiatan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 39


3.2.2 TAHAP PENENTUAN VARIABEL DAN
ALTENATIF LOKASI
A. MENENTUKAN VARIABEL

Melihat tingkat kepentingan dari masing masing variable yang akan ditetapkan dalam bobot
dan skoring dengan menggunakan analysis multi criteria dengan melalui proses wawancara
untuk mencari persepsi dari berbagai stakeholder. Stakeholder yang diambil disini adalah
pada level pengambil keputusan dari instansi – instansi terkait. Proses wawancara dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dimana stakeholder diminta untuk mengurutkan kriteria –
kriteria yang ada, mulai dari yang paling penting sampai dengan kriteria yang tingkat
kepentingannya paling rendah. Dari hasil survey wawancara tersebut maka kemudian dapat
ditentukan bobot dari tiap kriteria. Adapun proses pembobotan untuk mendapatkan bobot
kepentingan setiap kriteria secara umum dilakukan dengan metodologi sebagai berikut:

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix) untuk setiap


responden untuk mendapatkan bobot kriteria dari setiap responden,
2. Membuat Rata-rata bobot untuk seluruh stakeholders.

Pihak-pihak yang dilibatkan (stakeholders) dalam pengambilan keputusan ini sebagai berikut:

1. Kelompok Regulator, merupakan kelompok penentu kebijakan labkes Kota Semarang,


dalam hal ini adalah Bappeda Kota Semarang, DLH Kota Semarang, Dinkes Kota Semarang
2. Kelompok Operator, merupakan kelompok yang sesuai dengan kewenangannya menjadi
pelaksana di LabKes Kota Semarang

merupakan tahapan proses pemutakhiran profil laboratorium kesehatan agar diperoleh data
dan informasi laboratorium kesehatan yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar
perumusan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas laboratorium
kesehatan sesuai dengan kebutuhan lokasi laboratorium kesehatan. Tahapan ini terbagi
menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta penyepakatan terhadap
proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas laboratorium kesehatan perkotaan.
Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.

Tujuan : Melihat tingkat kepentingan dari masing masing variable yang akan
ditetapkan dalam bobot dan skoring penentuan lokasi laboratorium
kesehatan
Metode : Pengisian kuesioner dan pengolahan data dengan Pairwise Matrix
Responden
Langkah :  Penyebaran kuesioner terhadap target responder
 Analisis Pairwise Matrix Responden
Output : Variable dan bobot dan skoring penentuan lokasi laboratorium kesehatan

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 40


Durasi: 3 (tiga) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan desain survey dan format kegiatan
B. SURVEY ALTERNATIF LOKASI LABORATORIUM
KESEHATAN

Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi alternative lokasi laboratorium


kesehatan berdasarkan variable yang telah ditentukan.

Tujuan:  Untuk mengidentifikasi kondisi alternative lokasi laboratorium..


Metode:  Survey dan Observasi
 Konsolidasi dan Analisis data
 Pemetaan
 Diskusi
Langkah :  Mengidentifikasi sebaran alternative lokasi laboratorium kesehatan
skala kota
 Mengidentifikasi konstelasi laboratorium kesehatan terhadap variable
yang ditentukan
Output :  Daftar dan peta sebaran alternative lokasi laboratorium kesehatan skala
kota/perkotaan (berdasarkan SK)
Durasi : 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua
C. PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN VARIABEL

Merupakan tahapan untuk menilai lokasi laboratorium kesehatan berdasarkan kriteria,


indikator dan parameter lokasi.

Tujuan : Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kesesuaian lokasi.


Metode : Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis petaspasial,
pemetaan masalah
Langkah :  Menentukan daftar urutan (rangking) alternative lokasi laboratorium
kesehatan .
Output :  Daftar alternative lokasi laboratorium kesehatan prioritas.
 Profil alternative lokasi laboratorium kesehatan prioritas
Durasi : 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

3.2.3 TAHAP KAJIAN DAN PERUMUSAN


Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenarjo
dan konsep desain laboratorium kesehatan. Rangkaian kegiatan yang berada dalam lingkup
perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan utama untuk melakukan
pendetailan pada kawasan prioritas lokasi laboratorium kesehatan yang dipilih untuk
pengembangan labkes kota semranag.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 41


BAB 4 RENCANA KERJA DAN
JADWAL PELAKSANAAN
KEGIATAN
Bab ini berisi tentang penjelasan rencana kerja
dan estimasi waktu pelaksanaan pekerjaan

4.1 JADWAL DAN TAHAPAN KEGIATAN


Dalam rangka memenuhi target sasaran sesuai dengan yang dipersyaratkan, berikut rincian
tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan:

Tabel 4-1 Jadwal dan tahapan Kegiatan

Agst Sept Okt Nov


No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahapan
1 Tahap Persiapan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan
penyusunan desain survey dan format
kegiatan
penyiapan data profil laboratorium
kesehatan
Tahap penentuan variable dan
2 alternative lokasi
Menentukan variable
Survey lokasi alternative labkes
penilaian lokasi berdasarkan variabel
3 Kajian dan Perumusan
Pelaporan
laporan pendahuluan
laporan akhir
Sumber: tim penyusun, 2018

4.2 Pelaporan
1. Pembahasan Laporan Pendahuluan. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim
tenaga ahli konsultan segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat
Pendahuluan. Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya berisi pemahaman konsultan
terhadap lingkup pekerjaan, konsep pendekatan dan metodologi studi dan pelaksanaan
pekerjaan, program kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, termasuk daftar kebutuhan
data dan rencana survey lapangan serta dukungan tenaga ahli beserta perlengkapannya.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 42


2. Rapat pembahasan Laporan Akhir Dalam Rapat pembahasan ini, tim tenaga ahli konsultan
menyampaikan data dan analisa hasil perolehan data, survey lapangan yang akan menjadi
bagian dari dokumentasi serta hasil kajian dan perumusan lokasi prioritas dan kebutuhan
sarana dan prasarana

4.3 TENAGA AHLI


Tenaga ahli yang dipersyaratkan dalam penugasan ini seluruhnya adalah tenaga ahli yang
memiliki kompetensi dalam bidang :

1. Team Leader; Team Leader. Tugas dan kewajiban Team leader adalah sebagai berikut :

a. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh
kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai.
b. Melakukan analisa kebijakan terkait, analisa pola ruang, analisa peruntukan lahan
sesuai tata ruang dan analisa rencana
c. Memonitor kemajuan, memelihara kualitas dan menjamin penyerahan pekerjaan
yang berkaitan dengan kegiatan ini.

2. Ahli Kesehatan Masyarakat. Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat
adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisa kebijakan terkait bidang kesehatan, analisa kebutuhan pelayanan,


analisa kebutuhan ruang, analisa kebutuhan tenaga kesehatan dan analisa prasarana
dan sarana
b. Memelihara kualitas dan menjamin penyerahan pekerjaan yang berkaitan dengan
kegiatan ini.

3. Ahli Arsitektur. Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli Arsitektur adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisa kondisi tapak, analisa prasarana dan sarana pendukung wilayah,
analisa program ruang, analisa kebutuhan prasarana dan sarana yang disyaratkan dan
analisa estimasi biaya global dalam realisasi pembangunan.
b. Memelihara kualitas dan menjamin penyerahan pekerjaan yang berkaitan dengan
kegiatan ini.

4. Surveyor, Tugas dan kewajiban surveyor adalah melakukan kolekting data kondisi tapak,
prasarana dan sarana pendukung wilayah, program ruang, kebutuhan prasarana dan
sarana yang disyaratkan .
5. Administrasi, Tugas dan kewajiban administrasi adalah sebagai berikut :

a. Melakukan tugas administrasi perkantoran dan proyek.


b. Membantu pekerjaan administrasi dan pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan ini.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 43


6. Operator Komputer, disyaratkan seorang lulusan SMK atau D3 komputer yang telah
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan operator komputer perkantoran dan
proyek. Tugas dan kewajiban operator komputer adalah sebagai berikut :

a. Melakukan tugas operator komputer.


b. Membantu pekerjaan operator komputer pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan
ini.

Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 44


Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang | 45

Anda mungkin juga menyukai