Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan perkenan-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dalam Penyusunan Feasibility Study (FS)
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang. Laporan ini disusun dalam rangka untuk
memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Kota Semarang mengenai kelayakan lokasi
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang. Besar harapan kami agar pada laporan pendahuluan
ini dapat memberikan gambaran metode dan tahapan serta jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan
kepada kami baik pada saat ini hingga akhir pelaksanaannya nanti. Besar harapan kami
hubungan kerjasama ini membuahkan hasil kebijaksanaan sesuai tujuan kita bersama.
Tim Penyusun
Tabel 2-3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Status Kewarganegaraan di Wilayah Studi ............ 11
Tabel 3-3 Sintesa Teori dan Kebijakan Yang Mempengaruhi Faktor Penentu Lokasi Labkes 36
Tabel 3-4 Variabel dan Sub variable faktor penentu lokasi ................................................... 37
Gambar 2-2 Chard Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017 ................... 8
Gambar 2-5 Grafik Jenis Sampel APBD II Dan Umum Yang Diperiksa Di Laboratorium
Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................................................ 20
Gambar 3-2 Alur Pikir Tahapan Dan Metode FS Labkes Kota Semarang................................ 38
Seiring dengan laju perkembangan pembangunan disegala sektor dan jumlah penduduk yang
semakin meningkat, maka tuntutan dalam pelayanan Kesehatan menjadi sangat penting.
Adanya penyediaan sarana kesehatan yang baik dan layak, sangat mendukung terciptanya
tatanan kehidupan masyarakat yang sehat sesuai dengan Visi pembangunan di bidang
kesehatan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang bagi segenap komponen
masyarakat. Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu institusi
pelayanan laboratorium kesehatan yang berkewajiban memberikan pelayanan yang baik dan
bermutu kepada masyarakat. Oleh karena itu Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang
sangat diperlukan sebagai fasilitas pelayanan dan gedung yang mewadahi untuk pelayanan
kesehatan yang layak dan berkualitas serta mudah dijangkau oleh masyarakat.
Gedung Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang saat ini yang berada Jl. Raden Patah
No.178, Rejomulyo, Semarang Timur semakin dikenal dan dibutuhkan masyarakat sehingga
mengalami perkembangan aktivitas pelayanan yang cukup pesat, tetapi karena keterbatasan
lahan dan kondisi lokasi kerap tergenang banjir maka hal tersebut mempengaruhi dalam
peningkatan pelayanan pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas. Karena kondisi
tersebut maka perlu adanya relokasi serta pembangunan Laboratorium Kesehatan daerah
yang baru sebagai wadah pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat dengan menekankan konsep pelayanan yang efektif dan nyaman.
Maksud dari Pembuatan Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota Semarang adalah
melakukan kajian kelayakan relokasi Laboratorium Kesehatan Kota Semarang serta sarana
dan prasarana pendukungnya.
B. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang adalah sebagai berikut:
1. Indikasi lokasi/tapak yang layak untuk Laboratorium Kesehatan Kota Semarang yang
dijangkau oleh masyarakat
2. Kebutuhan sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan Kota Semarang yang
mewadahi untuk pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas.
C. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai dalam Feasibility Study (FS) Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang adalah sebagai berikut:
Dalam ruang lingkup pekerjaan ini terdiri atas 3 laporan utama yaitu laporan pendahuluan
dan akhir. Berikut merupakan penjabarannya.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan sistematika
penyusunan.
Pada bab ini menjelaskan tentang pemahaman lokasi kajian untuk alternative lokasi relokasi
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
Pada bab ini menjelaskan tentang rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh, mobilisasi
tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya, Jadual kegiatan penyedia jasa .
Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis 109º35’ - 110º50’
Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan
Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi
oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang
terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. Kota Semarang dengan luas
wilayah sebesar 373,67 km2 , dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa
Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan
yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana
sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan
dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah
(6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang,
seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.
B. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Badan Pusat Statisitik Kota Semarang sampai
dengan akhir Desember tahun 2017 sebesar : 1.653.035 jiwa, terdiri dari 819.973 jiwa
penduduk laki-laki dan 833.062 jiwa penduduk perempuan. . Dengan jumlah sebesar itu Kota
Semarang termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar di Jawa Tengah.
Bila dilihat pertumbuhan penduduk menurut kecamatan pada periode 2012-2017 kondisinya
sangat bervariasi. Hal ini terjadi karena dari 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang masing-
masing mempunyai karakteristik yang berbeda, ada kecamatan yang terletak dipusat kota
sehingga pertumbuhannya cenderung kecil bahkan negatif, sebaliknya kecamatan-
kecamatan di pinggir kota banyak diantaranya merupakan pengembangan areal perumahan
atau pengembangan industri sehingga pertumbuhan penduduknya cukup tinggi. Yang
mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Mijen sebesar 2,82 %,
kemudian berturut- turut diikuti oleh Kecamatan Genuk (2,08%), Kecamatan Gunung Pati
(1,93 %), Kecamatan Tembalang (1,51 %), dan Kecamatan Banyumanik (0,96%). Kecamatan-
kecamatan di atas merupakan daerah pengembangan areal perumahan dan areal industri
sehingga banyak terjadi arus perpindahan penduduk masuk ke kecamatan-kecamatan
tersebut.
Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan
daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang
terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota
Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri,
sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada
tahun 2017 kepadatan penduduknya sebesar 4.424 jiwa per km2 sedikit mengalami kenaikan
bila dibandingkan dengan tahun 2016. Bila dilihat menurut Kecamatan terdapat 6 kecamatan
yang mempunyai kepadatan di bawah angka rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan
Genuk (3924 jiwa/km2), Kecamatan Tembalang (3964 jiwa/km2), Kecamatan Gunungpati
(1.672 jiwa/ km2), Kecamatan Mijen (1.208 jiwa/ km2), Kecamatan Ngaliyan ( 3618 jiwa/km2)
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas
wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan
penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Candisari 12.513 jiwa/km2 , Semarang Selatan 12.678 jiwa/km2, dan Kecamatan Gayamsari
11.786 jiwa/km2. Secara umum ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Bila dikaitkan
dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap
keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada
hampir seluruh Kecamatan yang ada
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari
komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Menurut data dari
dispendukcapil Kota Semarang Jumlah penduduk tahun 2017 sejumlah 1,653,035 jiwa, terdiri
dari 819.973 jiwa penduduk laki-laki dan 833.062 jiwa penduduk perempuan. Indikator dari
Gambar 2-2 Chard Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017
Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat
pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat
pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat
pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung
dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu
digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian
Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran
dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode
10 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang
terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode 2006 – 2017. Dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2-1 Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006
– 2017
C. KESEHATAN
Prasarana kesehatan di Kota Semarang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Bersalin ( RB
) / BKIA, Puskesmas (Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling); Posyandu, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Klinik Spesialis / Klinik Utama, Klinik 24 Jam, Toko Obat, BP Umum
(Klinik Pratama), BP Gigi, Dokter Umum Praktek Perorangan, Dokter Spesialis Praktek , Dokter
gigi praktek dan Dokter gigi spesialis praktek. Dengan banyaknya prasarana kesehatan
mempermudah bagi masyarakat Kota Semarang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berikut jumlah prasarana kesehatan Kota Semarang tahun 2017.
Pada bagian kedua perda RTRW Kota Semarang Rencana Pengembangan Sistem Pusat
Pelayanan Paragraf 1 Rencana Pembagian Wilayah Kota (BWK) di pasal 10 menyebutkan
bahwa Rencana pembagian Wilayah Kota (BWK) terdiri atas :
Berdasarkan jumlah keluarga diketahui bahwa terdapat 187.409 kepala keluarga yang terbagi
atas 286 WNA dan WNI sebanyak 187.123 Keluarga, dengan jumlah keluarga terbanyak
adalah Kecamatan Semarang Barat (50.838 keluarga) disusul Kecamatan Semarang Utara
(31.001 keluarga). Kecamatan Gajahmungkur merupakan kecamatan dengan jumlah Keluarga
15.263 keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel berikut:
Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, kedudukan
Laboratorium Kesehatan adalah sbb. :
1. UPTD Laboratorium Kesehatan adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas
Kesehatan.
2. UPTD Laboratorium Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.
Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, tugas dan fungsi
Laboratorium Kesehatan adalah sbb. :
B. STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang, susunan organisasi
UPTD Laboratorium Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Kepala;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Jabatan Fungsional.
2. Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPTD.
3. Bagan organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan sebagaimana berikut :
b. Kendaraan
c. Sarana/prasarana lainnya
d. Alat-alat laboratorium/kesehatan
Visi
Misi
Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Sasaran
1. Peningkatan ketepatan perencanaan bahan media dan reagensia dari masing-masing unit
laboratorium, sesuai dengan kebutuhan dan metoda yang digunakan.
2. Peningkatan ketetapan dan efisiensi penggunaan bahan media dan reagensia untuk
menjamin ketersediaannya sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengadaan peralatan laboratorium, sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit
laboratorium dan perkembangan teknologi.
4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia, baik teknis maupun
administrasi melalui pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Laboratorium Kesehatan,
baik manajemen, administrasi, maupun teknis.
5. Peningkatan ketepatan dan ketelitian hasil pengujian/ pemeriksaan laboratorium.
6. Peningkatan sistem pencatatan di loket dan masing-masing unit laboratorium.
7. Peningkatan mutu pelayanan di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
8. Pemantapan mutu secara internal maupun eksternal.
9. Penyebaran informasi tentang Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
Pada tahun 2017, Laboratorium Kesehatan Kota Semarang telah mampu melaksanakan
pengujian/pemeriksaan secara kimia, mikrobiologi dan klinis terhadap sampel/contoh uji
yang berasal dari kegiatan program di Lab.Kes. dan Bidang-bidang di DKK (APBD II) maupun
dari masyarakat umum. Jenis sampel yang diperiksa meliputi :
1. Makanan (kemasan, jasa boga, rumah makan/restoran, hotel, jajanan anak sekolah)
2. Minuman (kemasan, jajanan anak sekolah, jasa boga)
3. Air (PDAM, DAM, sumur artetis, sumur gali, kolam renang)
4. Usap alat (penjamah makanan, alat kedokteran/kesehatan dan alat dapur/makan-minum)
Adapun jumlah sampel/contoh uji yang telah diperiksa di Laboratorium Kesehatan Kota
Semarang selama tahun 2017 adalah sbb.:
1. Sampel/contoh uji kimia : 608 dari program APBD II dan 744 dari Umum
2. Sampel/contoh uji mikrobiologi : 438 dari program APBD II dan 1648 dari Umum
3. Sampel/contoh uji klinis : 156 dari program APBD II dan 192 dari Umum
Jumlah dan jenis pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Kota Semarang adalah sbb.:
2000
1648
1500
0
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Kimia Mikrobiologi Klinis
Dari grafik di atas terlihat bahwa pemeriksaan dari masyarakat umum lebih tinggi daripada
pemeriksaan yang dibiayai APBD II (kegiatan program di DKK). Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat mulai mengenal dan mau memberikan kepercayaan untuk memeriksakan
sampel/contoh uji ke Laboratorium Kesehatan Kota Semarang.
1000 922
800
620
589
600
466
400
199 227
226
170
200
0 00 415 0
0
Air Minum Makanan Kolam Renang Lingkungan
Gambar 2-5 Grafik Jenis Sampel APBD II Dan Umum Yang Diperiksa Di Laboratorium
Kesehatan Tahun 2017
Pada grafik diatas terlihat bahwa pemeriksaan terbanyak dilakukan pada jenis sampel
makanan, dan terendah pada sampel usap alat/penjamah. Khusus jenis sampel untuk usap
alat/penjamah hanya dilakukan pemeriksaan secara mikrobiologi.
3.1 PENDEKATAN
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya ini didasarkan pada
tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif,
serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai
berikut:
1. Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau
kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang
menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini,
perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri
utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan
karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan
kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan,
baik untuk nasional maupun daerah.
2. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu
dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini,
proses penyusunan ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang
sebelumnya telah disepakati bersama.
Untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten/ kota maka perlu
disusun suatu Standar Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dapat
dipakai sebagai acuan dalam merencanakan peningkatan dan pengembangan pelayanan
késehatan di bidang laboratorium. Ruang lingkup standar pelayanan ini dibatasi pada standar
minimal pelayanan laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang diantaranya adalah
sarana prasarana dan ketenagaan, kemampuan pemeriksaan, peralatan, reagen, pemantapan
mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, tarif dan pencatatan - pelaporan.
A. SARANA
Penentuan kebutuhan luas lahan untuk balai labkes dan balai besar labkes didasarkan
kepada perhitungan lahan yang diperlukan untuk:
a. Sarana/bangunan laboratorium
b. Prasarana seperti tempat penampungan, lapangan terbuka/taman, lapangan parkir,
pengolahan limbah padat, pengolahan limbah cair, generator set dan lainnya
3. Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan funsgi serta
memenuhi persyaratan dengan mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat resiko
terjadinya penyakit sebagai berikut:
a. Area public adalah zona berisiko rendah: ruang administrasi, ruang tunggu, ruang
resepsionis, ruang pelatihan, ruang kantin
b. Area semi public adalah zona berisiko sedang: ruang ganti, ruang pengambilan sampel,
toilet, ruang pencucian peralatan, ruang Gudang reagen
c. Area non public adalah zona beresiko tinggi: ruang pemeriksaan laboratorium virologi,
flu burung, TB, ruang pengolahan limbah padat/cair, ruang sterilisasi.
Untuk ruang pemeriksaan laboratorium harus jelas batas pemisah antara area bersih dan
berisiko/kotor
1) Ruang
a) Menurut sifat bahanyang disimpan: zat padat, zat cair, gas dll
b) Dengan memperhatikan jarak/ruang antara bahan yang disimpan
c) Denagn memperhatikan tekanan udara di dalam Gudang harus lebih rendah
dari tekanan udara di luar gudang
d) Ventilasi mengalir dari udara luar yang bersih ke dalam Gudang dengan
memakai system pass-trough/interlock dalam mentrasfer bahan kimia
e) Penghisap udara diletakkan di dinding
4) Struktur bangunan
5) Komponen bangunan
a) Atap disesuaikan dengan keadaan daerah setempat, dipakai bahan bahan yang
mudah didapat, misalnya: genteng/seng
b) Dinding: tembok permanen warna terang, menggunanakan cat yang tidak
luntur, permukaan dinding harus rata dan mudah dibersihkan, tidak tembus
cairan serta tahan terhadap disinfektan
c) Lantai:
i. Terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, tidak bereaksi dengan
bahan kimia, warna terang, kedap air, permukaan rata dan tidak licin
ii. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup searah saluran pembuangan air limbah
d) Plafon
e) Pintu
f) Meja laboratorium terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tahan bahan kimia,
sudut meja tumpul/tidak lancip, permukaan rata dan mudah dibersihkan tinggi
± 85 cm
B. PRASARANA
1. Pengkondisian udara
a. Alami:
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udasra di dalam ruang dengan baik
2) Luas ventilasi almiah minimum 15% - 20% dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat mejamin adanya pergantian udara dengan baik
maka dilengkapi dengan sirkulasi udara buatan (AC). Suhu udara 22 – 26% dengan
kelembagaan 35 - 60%, khusus pemeriksaan resiko tinggi dengan tekanan negative
b. Buatan:
Kebutuhan daya listrik balai labkes = 80 KVA dan balai besar labkes = 120 KVA untuk
penerangan, AC dan alat laboratorium. Sebagai cadangan bila sumber listrik,
c. Pencahayaan
1) Penerangan alami
Penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000 – 5000 lux untuk pekerjaan
yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan belakang petugas)
d. Air bersih
1) Syarat pengadaan air bersih: mengalir, jernih dan kualitas sesuai dengan ketelitian
yang berlaku
2) Menggunakan air PDAM/air bersih yang memenuhi syarat
3) Kebutuhan air di balai Labkes/Balai besar Laboratorium kesehatan mencapai 20
liter/karyawan/hari
4) Berdasarkan standar ketenagaan balai labkes/balai besar labkes, maka kebutuhan
air di balai labkes/balai besar labkes adalah jumlah seluruh pekerja x 20 liter/hari
Sebagai persediaan air bersih diperlukan Menara air sesuai dengan kebutuhan
e. Gas
1) Gas acethylen
2) Gas nitrogen
3) Gas CO2
4) Gas Argon
5) Gas O2
6) Gas LPG
7) dll
C. ALAT
2. Jenis peralatan
1) Peralatan dasar, jenis dann jumlah peralatan dasar ini ditentukan berdasarkan :
jenis dan kelompik kegiatan pemeriksaan; jumlah beban kerja; metode dan
teknologi yang dipakai
2) Peralatan khusus, merupakan peralatan laboratorium yang hanya digunakan pada
bidang pemeriksaaan tertentu dan peralatan untuk pmeriksaan penunjang
diagnostic lainnya
Luas Balai
Luas Balai
No Kelompok Fungsi Nama Ruang Area Besar Labkes
Labkes (m2)
(m)
a ruang tunggu terbuka bagi pasien 30 40
ruang pendaftaran 10 20
penerimaam spesimen
b terbuka bagi pasien
pengambilan hasil
loket pembayaran
1 fungsi administrasi
c ruang pimpinan 15 30
d ruang rapat 20 40
e ruang tata usaha tertutup bagi pasien 40 70
f ruang perpustakaan 20 20
g ruang pengolahan data 10 20
145 240
a ruang pengambilan spesimen 20 20
b ruang pengolahan spesimen 15 20
tertutup bagi pasien,
c ruang hematologi 40 40
hanya petugas yang boleh
d ruang kimia klinik masuk; dipasang tanda 40 40
fungsi
2 e ruang urine dan tinja dilarang masuk kecuali 20 20
teknis/pemeriksaan
f ruang kimia kesehatan petugas dan diberi tanda 90 120
bahaya khusus sesuai
g ruang mikrobiologi 90 120
fungsi ruangan
bakt. Khusus
bakt. Khusus
1. Jangkauan (range), maksudnya seberapa jauh yang mampu ditempuh untuk membeli
barang dan jasa pada tingkay harga tertentu.
2. Batas ambang penduduk (threshold), jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan atau
membutuhkan suatu fasilitas tertentu
3. Tempat pusat (central place), yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan dan pedasaan
serta wilayah yang lebih besar lagi daripada wilayahnya sendiri dengan masing-masing
tempat pusat tersebut menawarkan batas ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk
wilayah komplemen yang dilayani
Di sisi lain, berbagai hal yang disebutkan di atas sangat terkait dengan aktivitas ekonomi yang
terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan sangat terkait dengan potensi
ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya. Dengan demikian, potensi mempengaruhi
aksesbilitas, tetapi di sisi lain, aksesbilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah.
Selain itu, salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan gangguan karena
dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya.
Selain itu jarak juga menciptakan gangguan informasi, sehingga makin jauh dari suatu lokasi
makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak
yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain
1. Topografi atau bentuk lahan di wilayah tersebut relative seragam atau homogeny
sehingga tidak ada bagian-bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan
pengaruh alam lainnya yang berhubungan dengan bentuk muka bumi.
2. Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk yang relatif homogen.
Penjelasan model Christaller tentang terjadinya model area pelayanan heksagonal adalah
sebagai berikut:
Teori Christaller (1933) menjelaskan keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah
hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Selain berdasarkan besar-kecilnya wilayah atau
pusat pelayanan masyarakat, hierarki tempat yang sentral juga dapat didasarkan atas jenis-
jenis pusat pelayanan. Berdasarkan jenisnya, hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang optimum, artinya di
daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu
senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas
optimum memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang
berbentuk segi enam selain mempengaruhi wilayah itu sendiri
Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administratif yang optimum. Tempat
sentral ini mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) wilayah-wilayah tetangganya,
selain mempengaruhi wilayah itu sendiri. Contoh tempat sentral berhierarki 7 antara lain
kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Rumah Sakit Umum sebagai tempat
sentral yang dibahas dalam penelitian ini menurut Christaller tergolong kedalam Tempat
Sentral yang Berhierarki 3 (K=3) dengan fungsi sebagai tempat pelayanan umum bagi
masyarakat sekitar.
𝐿𝑂 = Σ𝑑. 𝑊 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
Keterangan:
LO = lokasi optimum
d = jarak antara lokasi pusat pelayanan dan lokasi yang dilayani
W = bobot lokasi yang dilayani
Sumber Faktor
Keputusan Menteri Untuk itu persyaratan umum yang dapat
Kesehatan Republik digunakan dalam penyusunan standar lahan dan
Indonesia Nomor bangunan didasarkan:
605/Menkes/SK/VII/2008 Masterplan adalah perencanaan keseluruhan
tentang Balai yang terdiri dari: perencanaan pelayanan,
Laboratorium Kesehatan ketenagaan dan sarana prasarana dan
Dan Balai Besar peralatan laboratorium kesehatan
Laboratorium Kesehatan direncanakan 10 tahun
Ditinjau dari geografi, balai Labkes/Balai besar
labkes haris mempunyai lokasi yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dengan mudah
Luas bangunan untuk balai labkes adalah 1061
Kebijakan m2 sedangkan untuk balai besar labkes adalah
1279 m2.
Memenuhi peryaratan peraturan daerah
setempat (tata kota yang berlaku)
Tata letak unit pelayanan harus mempunyai
hubungan fungsional yang efisien
Tersedianya infrastruktur dan fasilitas
penunjang (jalan, air, listrik, telepon)
Kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium kesehatan harus jelas
Kelancaran system alur specimen, pasien,
pengunjung dan karyawan
Perlu Analisa dampak lingkungan.
Teori Christaller Tingkat aksesibilitas
Jarak
Kondisi prasarana perhubungan
Sarana keamanan
Aktifitas ekonomi
Topografi
Teori Jumlah penduduk
Teori Titik Henti Jarak
(Breaking Point) Jumlah penduduk
Teori Lokasi Optimum Waktu
Biaya
Jangkauan pelayanan
Jarak
Sumber: Tim penyusun, 2018
Berdasarkan pada sintesa tinjauan pustaka terkait faktor penentu lokasi, maka diperoleh
variabel-variabel yang paling dominan yang akan digunakan dalam analisis faktor penentu
lokasi, Variabel-variabel tersebut antara lain:
Lingkup kegiatan dalam secara garis besar kegiatan pembuatan Feasibility Study (FS)
Laboratorium Kesehatan Kota Semarang, dengan urutan sebagai berikut : persiapan,
pengumpulan data dan informasi serta kompilasi, analisis, penyusunan rumusan dan
pembahasan.
1. mengkoordinasikan seluruh kegiatan ini dari awal sampai akhir antara tim penyusun dan
Tim teknis Kota.
Pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait dengan kawasan
laboratorium kesehatan yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan .
Melihat tingkat kepentingan dari masing masing variable yang akan ditetapkan dalam bobot
dan skoring dengan menggunakan analysis multi criteria dengan melalui proses wawancara
untuk mencari persepsi dari berbagai stakeholder. Stakeholder yang diambil disini adalah
pada level pengambil keputusan dari instansi – instansi terkait. Proses wawancara dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dimana stakeholder diminta untuk mengurutkan kriteria –
kriteria yang ada, mulai dari yang paling penting sampai dengan kriteria yang tingkat
kepentingannya paling rendah. Dari hasil survey wawancara tersebut maka kemudian dapat
ditentukan bobot dari tiap kriteria. Adapun proses pembobotan untuk mendapatkan bobot
kepentingan setiap kriteria secara umum dilakukan dengan metodologi sebagai berikut:
Pihak-pihak yang dilibatkan (stakeholders) dalam pengambilan keputusan ini sebagai berikut:
merupakan tahapan proses pemutakhiran profil laboratorium kesehatan agar diperoleh data
dan informasi laboratorium kesehatan yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar
perumusan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas laboratorium
kesehatan sesuai dengan kebutuhan lokasi laboratorium kesehatan. Tahapan ini terbagi
menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta penyepakatan terhadap
proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas laboratorium kesehatan perkotaan.
Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.
Tujuan : Melihat tingkat kepentingan dari masing masing variable yang akan
ditetapkan dalam bobot dan skoring penentuan lokasi laboratorium
kesehatan
Metode : Pengisian kuesioner dan pengolahan data dengan Pairwise Matrix
Responden
Langkah : Penyebaran kuesioner terhadap target responder
Analisis Pairwise Matrix Responden
Output : Variable dan bobot dan skoring penentuan lokasi laboratorium kesehatan
4.2 Pelaporan
1. Pembahasan Laporan Pendahuluan. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim
tenaga ahli konsultan segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat
Pendahuluan. Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya berisi pemahaman konsultan
terhadap lingkup pekerjaan, konsep pendekatan dan metodologi studi dan pelaksanaan
pekerjaan, program kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, termasuk daftar kebutuhan
data dan rencana survey lapangan serta dukungan tenaga ahli beserta perlengkapannya.
1. Team Leader; Team Leader. Tugas dan kewajiban Team leader adalah sebagai berikut :
a. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh
kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai.
b. Melakukan analisa kebijakan terkait, analisa pola ruang, analisa peruntukan lahan
sesuai tata ruang dan analisa rencana
c. Memonitor kemajuan, memelihara kualitas dan menjamin penyerahan pekerjaan
yang berkaitan dengan kegiatan ini.
2. Ahli Kesehatan Masyarakat. Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat
adalah sebagai berikut :
3. Ahli Arsitektur. Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli Arsitektur adalah sebagai berikut :
a. Melakukan analisa kondisi tapak, analisa prasarana dan sarana pendukung wilayah,
analisa program ruang, analisa kebutuhan prasarana dan sarana yang disyaratkan dan
analisa estimasi biaya global dalam realisasi pembangunan.
b. Memelihara kualitas dan menjamin penyerahan pekerjaan yang berkaitan dengan
kegiatan ini.
4. Surveyor, Tugas dan kewajiban surveyor adalah melakukan kolekting data kondisi tapak,
prasarana dan sarana pendukung wilayah, program ruang, kebutuhan prasarana dan
sarana yang disyaratkan .
5. Administrasi, Tugas dan kewajiban administrasi adalah sebagai berikut :