Anda di halaman 1dari 24

6.1.

PENGETAHUAN TENTANG PENGAWASAN TEKNIS PROYEK

Tugas konsultan pengawasan teknis secara garis besar akan meliputi :


• Pengendalian teknis, mutu, volume, waktu, biaya
• Pengendalian atas proses koordinasi terkait
• Pengendalian administrasi proyek
• Evaluasi rencana proyek
• Pelaporan
Layanan konsultan pengawas dimulai dari Pre construction stage – Mobilisation stage –
Construction stage – Provisional hand over.
Block diagram layanan pengawasan teknis tersebut disajikan seperti pada Gambar 6.1.
Konsultan menyajikan tentang pemahaman proyek untuk pekerjaan supervisi tersebut yang
secara garis besar diuraikan dalam sub-bab berikut ini.
Mulai
Mulai

Persiapan
Persiapan

Koordinasi
Koordinasi Survei
Survei Pendahuluan
Pendahuluan Mobilisasi
Mobilisasi

Pengawasan
Pengawasan Pelaksana
Pelaksana
Kontruksi
Kontruksi

Teknis
Teknis Pelaksana
Pelaksana
Lapangan
Lapangan
Kontrol
Kontrol Kualitas
Kualitas Kontrol
Kontrol Kuantitas
Kuantitas
No

Kontrol Chek
Chek Kontrol
Kontrol Administrasi
Administrasi
Kontrol Jadwal
Jadwal
Pelaksanaan
Pelaksanaan Lapangan
Lapangan
Yes

Diskusi
Diskusi

Yes

Laporan
Laporan Akhir
Akhir

Foto
Foto Dokumentasi
Dokumentasi Dokumentasi
Dokumentasi Teknis
Teknis

Gambar 6.1. Bagan Alir Rencana Pekerjaan Pengawasan


6.2.1 Monitoring dan manajemen teknik

1. Fungsi dan proses pengendalian


Pengendalian/monitoring adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan
dengan standard, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan
dan standard, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber
daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Langkah-langkah proses monitoring proyek dapat diuraikan sebagai berikut :
• Menentukan sasaran
• Definisi lingkup kerja
• Menentukan standard dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai sasaran
• Merancang/menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil pelaksanaan
pekerjaan
• Mengkaji, investigasi dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standard, kriteria, dan
sasaran yang telah ditentukan
• Mengadakan tindakan pembetulan

Gambar 4.2. menunjukkan urutan langkah proses pengendalian proyek.

2. Teknik dan metode pengendalian


Suatu sistem pemantauan dan pengendalian disamping memerlukan perencanaan yang
realistis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan teknik dan
metode yang dapat segera mengungkapkan tanda-tanda terjadinya penyimpangan (bila
terjadi).
Agar suatu sistem pengendalian/monitoring dapat bekerja dengan efektif, diperlukan unsur-
unsur berikut :
• Tolok ukur yang realistis
• Perangkat yang dapat memproses dengan cepat dan tepat
• Perkiraan yang akurat
• Rencana tindakan (action plan)

Salah satu bagian pengelolaan mutu proyek yang penting adalah menyusun serta
menerapkan program penjaminan mutu (Quality Assurance). Tujuan utama kegiatan
penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk
memberikan kepercayaan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkatan mutu produk telah dilaksanakan dengan berhasil. ini
semua dapat ditunjukkan dengan catatan dan dokumen yang berkaitan dengan quality
assurance/quality control.

Audit pada aspek mutu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program QA-QC
(Quality Assurance - Quality Control) telah dilaksanakan. Hal-hal yang diaudit meliputi
bagian berikut ini.

• Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu


• Kriteria fit for use dan aman
• Mengikuti peraturan dan prosedur
• Memenuhi spesifikasi dan kriteria
• Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan obyek tidak memenuhi mutu
• Dokumen yang mencatat hasil implementasi program QA/QC

3. Pengendalian Rentang Pre-audit, Monitoring dan Post-audit


Pengendalian meliputi rentang “Pre-audit”, “Monitoring”, dan “Post-audit”.
a. Rentang kendali pre-audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit” adalah
seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :
• Pengumpulan dan analisa terhadap data
• Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi lapangan
• Pemeriksaan terhadap kesiapan kontraktor, yang meliputi material, peralatan, tenaga
dan jadwal pelaksanaan.
Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan
menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :
• Jenis pekerjaan
• Kuantitas pekerjaan
• Kualitas yang dipersyaratkan
• Schedule pelaksanaan
• Schedule pembayaran.
Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke
lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan
kondisi yang ada.
Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan kondisi
lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk
diajukan kepada pemberi tugas.
Material dan peralatan yang didatangkan kontraktor akan diperiksa terlebih dahulu oleh
konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh kontraktor akan diteliti lebih dahulu apakah sudah
memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga
kerja/tukang yang akan mengerjakannya. Apabila menurut analisa tidak seimbang
antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka
konsultan akan menyarankan kepada kontraktor untuk menyiapkan tenaga kerja dan
peralatan yang secukupnya agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan
tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan.
Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai
pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi
kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut
memungkinkan dan mendapat persetujuan dari Pemimpin Proyek.

b. Rentang kendali monitoring


Kegiatan pengendalian teknis rentang “monitoring” adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah
melakukan “pre-audit” namun setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus
memonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan
kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu
melakukan evaluasi terhadap progres dan kwalitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-
baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga
kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil
pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan
fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar proyek, agar jangan
sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta
merusak flora dan fauna yang ada. Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara
rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

c. Rentang kendali post-audit


Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi
kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan pembayaran senilai hasil
kerjanya. Namun kontraktor tidak akan bisa menyajikan permintaan pembayaran
sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya
sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

4. Penggunaan komputer
Dalam rangka dan dengan mempertimbangkan, team pengendalian teknik, bisa
meningkatkan produktifitasnya, memperbaiki kualitas sistem pelaporan, menghemat waktu
dalam menyelesaikan pekerjaan, menyederhanakan beberapa operasi, melakukan
pengolahan berulang-ulang secara otomatis, penghematan biaya, hal ini sangat perlu
dalam monitoring dan manajemen teknik menggunakan bantuan komputer baik perangkat
kerasnya maupun perangkat lunaknya.
Dengan bantuan program komputer ini Tim Konsultan akan bekerja melaksanakan tugas
pengawasan teknis proyek. Konsultan memandang perlu, untuk reporting dalam monitoring
kegiatan/proyek-proyek itu bantuan komputer sangat diperlukan.
6.2.2 Pengendalian teknis
Bertindak untuk dan atas nama pemberi tugas konsultan supervisi mengendalikan pelaksanaan
fisik pembangunan yang dilakukan oleh Kontraktor.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
• Aspek mutu hasil pekerjaan
• Aspek volume pekerjaan
• Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
• Aspek biaya keseluruhan pekerjaan

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
kontrak pemborongan.

6.2.3 Pengendalian atas koordinasi terkait


Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut diatas
berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain yang terkait
dengan proyek tersebut.

6.2.4 Pengendalian administrasi proyek


Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta
mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek yang diawasinya, yaitu
mencakup antara lain surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara,
gambar, sketsa, brosur, kontrak & addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah
dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud di atas adalah :
• Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud dari
surat masuk maupun keluar.
• Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas
konsultan.
• Mempesiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan
baik kualitas dan kuantitas.
• Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
• Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar sebelum maupun
sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.
• Membantu/menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.

6.2.5 Evaluasi Rencana


Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan dilaksanakan serta
menyarankan perubahan/ penyempurnaan/ penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada)
guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan proyek dengan sebaik-baiknya.

6.2.6 Verifikasi hasil pekerjaan kontraktor


Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa hasil
pekerjaan kontraktor telah memenuhi segala persyaratan untuk disetujui atau disyahkan oleh
Pemberi Tugas.

6.2.7 Kontrol sistimatik terhadap kegiatan lapangan


Dalam konteks lebih luas, pekerjaan konsultan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu
persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau dengan cara
perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk
menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistimatik. Pengawas lapangan perlu
menerapkan sistim kontrol yang baik dilapangan.
Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan dilapangan memiliki tiga tujuan yaitu :
• Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan
pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka harus dikembangkan sasaran
jangka pendek dan program kerja untuk mengatasinya.
• Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan
secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
• Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak dilampaui bila tidak
terjadi perubahan kontrak.

Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan dilapangan
yaitu :

• Pencapaian target kemajuan fisik.


• Pencapaian target keuangan.
• Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
• Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja
lapangan.
• Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian/divisi.
• Hubungan dengan pihak pemilik.
Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau
menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan situasi
masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih
cepat dan efektif.

6.2.8 Kunjungan lapangan / site visit


Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat
secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan juga dapat bergantung pada tahapan dari
Pemimpin Proyek yang mengelolanya beserta para teamnya.

6.2.9 Pengontrolan proyek


Merencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor. Karena itu network / s-curve chart yang telah disetujui sebagai
pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik dicheck kembali :
• Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
• Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera.
• Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya proyek seperti yang
dikehendaki.

Jarak waktu kontrol


Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu :
• 1 - 2 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang kritis atau yang mendekati kritis.
• 2 - 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

Cara mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
a. Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai
b. Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai
c. Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai

6.2.10 Sistim informasi manajemen proyek


Sistim informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk mendukung pihak
Pimpinan Proyek dalam memantau dan mengendalikan proyek. Tujuan sistim ini untuk digunakan
pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi proyek secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini
dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi
dilapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak Pemimpin Proyek yang mewakili
pihak Pemilik Proyek tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya
perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran
uang dan besaran waktu.

Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistim informasi manajemen proyek hanya
sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan
harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu
pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor
dimana perkembangan suatu proyek selalu diikuti oleh perkembangan data proyeknya. Volume
data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pemberi Tugas, kerena
masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek yang telah dikumpulkan secara periodik
kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi proyek (laporan proyek). Artinya dari laporan
proyek dapat diketahui pekembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan
proyek ini Pemimpin Proyek baru dapat mengevaluasi tentang perkembangan proyeknya,
pertumbuhan dari tiap-tiap pekerjaan dilapangan dengan diperbandingkan terhadap rencana.
Pemimpin proyek mengendalikan proyeknya dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan
diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya menciptakan data proyek baru dan
dengan demikian siklus project management control system berulang kembali. Siklus ini baru
berhenti apabila proyek telah selesai.

6.2.11 Fungsi konsultan supervisi


Fungsi konsultan supervisi pada dasarnya dibagi dalam 2 fungsi, yaitu : Fungsi Administratif dan
Fungsi Pengawasan.

1. Fungsi administratif
Fungsi administratif terdiri dari :
a. Membantu Pemimpin Proyek / Pemimpin Bagian Proyek fisik dalam memahami dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak,
terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas kontraktor.
b. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan
konstruksi.
c. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang
dibuat sebelum proyek berlangsung (mulai), sedang berjalan dan proyek selesai, serta
kejadian dilapangan lainnya.
d. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan “Contract Change Order” dan
“Addendum” sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat
secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
e. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
2. Fungsi pengawas (supervisor)
Fungsi pengawas (supervisi) meliputi :
a. Membantu Pemimpin Proyek / Pemimpin Bagian Proyek Phisik dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan
dapat diselesaikan sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.
b. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk
mendukung review design (bila ada), membantu Pemimpin Proyek Pemimpin Bagian
Proyek Phisik sehingga perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.
c. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan volume
pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran
pekerjaan perhitungan volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
d. Meninjau pengadaan personil dan peralatan kontraktor sesuai dengan kebutuhan yang
dipersyaratkan.
e. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi
“Monthly Certificate (MC)”.
f. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built drawing).
g. Membantu Pemimpin Proyek / Pemimpin Bagian Proyek Phisik dalam menyiapkan
pelaksanaan “Provisional Hand Over (PHO)” dan beberapa kondisi kontrak juga “Final
Hand Over (FHO)”.

6.2.12 Tanggung-jawab konsultan pengawas


Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Proyek bahwa hasil
pelaksanaan pembangunan proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor adalah benar-benar
sesuai ketentuan dalam kontrak pemborongan. Konsultan akan membantu memberikan jaminan
segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi
yang telah dikeluarkan.

Untuk memperjelas uraian tersebut diatas, berikut ini dilengkapi Bagan Alir Aktivitas Pengawasan
Pekerjaan dari pekerjaan dimulai sampai pekerjaan selesai

6.2.13 Pengendalian mutu


Selama periode konstruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut dibawah ini namun tidak
terbatas pada :
 Peralatan laboratorium
 Penyimpanan bahan/material
 Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi kerja.
 Pengujian material yang akan digunakan.
 Penyiapan job mix formula campuran
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Tes lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir
Pengendalian kualitas tersebut diatas seperti diuraikan berikut ini :
1. Peralatan laboratorium dan personil
Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan, seperti disebutkan pada buku spesifikasi,
dan di mungkinkan dapat menggunakan laboratorium/fasi1itas pengujian yang berbadan
hukum resmi atas persetujuan Pemberi Tugas.
Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan
mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.
2. Penyimpanan bahan/material
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin
perlindungan kualitas.

Bahan-bahan yang disimpan hams ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat
diperiksa oleh konsultan.

Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus mempunyai
drainase yang lancar.

Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan dalam pekerjaan
kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan
pasir atau kerikil setebal 10 cm.

Bahan-bahan (crushed stone, dlsb.) harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air.
Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, beton, harus dipisahkan dengan papan
pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.

Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan agregat yang akan
mengakibatkan penurunan kualitas.

3. Cara pengangkutan material/campuran


Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap
setiap jalan atau struktur yang ada disekitar proyek.

Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan Kahan tebal guna mempertahankan suhu
campuran.

Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai
wewenang untuk memerintahkan kontraktor dan untuk menentukan urutan pekerjaan yang
diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh proyek.

4. Pengujian material yang akan digunakan


Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh konsultan. Staf
anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material
yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja kontraktor.

Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat
diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan.

Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat persetujuan dari
konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

5. Job Mix Formula


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum
pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan,
antara lain untuk pekerjaan : Aggregate Base Class A & B, Hotmix, Beton.
6. Pengujian routin laboratorium
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau
campuran-campuran perlu dilakukan pengujian routin harian atau selama pekerjaan
berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah
test routin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.
7. Test lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan pengujian/test
lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.
8. Formulir-formulir pengujian
Formulir-formulir pengujian baik untuk testing di laboratorium dan lapangan, menggunakan
form yang sudah baku dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
6.2.14 Pengendalian kuantitas (volume)
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran (atau setiap
item pekerjaan) yang ditempatkan atau yang dilaksanakan oleh kontraktor. Konsultan akan
memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :
• Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
• Metoda perhitungan
• Lokasi kerja
• Jenis pekerjaan
• Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kwalitas maupun elevasi dan persyaratan
lainnya, maka pengukuran kwantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat
yang disetujui oleh konsultan sehingga kwantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan di-
sertifikasi oleh konsultan dan mendapat persetujuan pemberi tugas.
Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :
1. Pengukuran meter persegi (m2)
Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah
ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang dibenarkan dalam
spesifikasi.
2. Pengukuran meter panjang (m')
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang, setelah
penampang suatu konstruksi telah sesuai dengan gambar yaitu dimensinya.
3. Pengukuran meter kubik (m3)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar.
Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan Core Drill atau alat ukur, sehingga
panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.
4. Pengukuran berat (ton)
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan dua cara :
• Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan atau Truck Scale (misal Hot Mix di
AMP).
• Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat
jenis dapat diketahui dari laboratorium atau referensi baku).
Formulir untuk perhitungan kuantitas tersebut dapat dilihat pada contoh Quantity Sheet seperti
pada Lampiran 2. Form-form ini dibuat secara computerized, sehingga perhitungan-perhitungan
volume pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat. Bila diperlukan, form-form tersebut dapat
disesuaikan dengan format proyek.
6.2.15 Pengendalian waktu
Didalam proyek jalan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat
sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Dibawah ini adalah
bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu
yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.
1. Schedule kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat
kontraktor. Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan
realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan 1ebih kecil bi1a dibandingkan pada
musim kemarau untuk pekerjaan pengaspalan misalnya, untuk kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja kontraktor apakah sudah sistematis,
konsepsional dan benar.

Selanjutnya berdasarkan schedule kontraktor yang sudah disetujui, konsultan pengawas


akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut. Dari time schedule tersebut bisa
dijabarkan kedalam target harian, sehingga setiap hari apakah terget volume tersebut bisa
tercapai atau tidak, bila target volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus
diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya. Dengan time schedule yang dibuat
dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan
baik maka diharapkan proyek bisa diselesaikan "on schedule".

2. Alat berat (heavy equipment)


Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa kombinasi/beberapa jenis
dari jumlah alat. Pertama harus diketahui/dianalisis kapasitas alat, kalau alat tersebut
adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil, misal
untuk pengaspalan/overlay hotmix, maka alat yang digunakan adalah AMP, Asphalt Sprayer,
Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Tire Roller dan sejumlah Dump Truck. Dari alat
tersebut dianalisis produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan
untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk
hotmix seperti volume yang ditargetkan. Bila tidak tercapai maka perlu diambil tindakan-
tindakan antara lain :

• Menambah jumlah alat, atau


• Menambah jam kerja/overtime
• Efisiensi dan manajemen pengoperasian alat berat.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu
yang ditentukan.
3. Tenaga kerja
Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan cukup atau sejumlah
tenaga kerja, sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan oleh tenaga kerja sesuai dengan
jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan,
maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur/overtime. Dengan
tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup/effektif maka diharapkan pelaksanaan
pekerjaan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.
4. Jumlah jam kerja
Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari. Jumlah jam
kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil daripada bila per hari jam
kerjanya lebih banyak. Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja,
sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu
pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja
malam/overtime.

Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal
maka konsultan akan memahami secara sungguh-sungguh "Network Planning" yang
umumnya telah dibuat oleh kontraktor dengan metode lintas kritis ("Critical Path
Method/CPM"). Mengingat sangat pentingnya "Network Planning" ini dalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin "Network Planning" dari
kontraktor dan akan membantu kontraktor dalam mereview dan menyusun kembali "Netwok
Planning" tersebut bila memang diperlukan. Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya
dapat menggunakan "Barchart/S-curve" yang biasa dan juga dapat digunakan "Vector
Diagram" yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan
lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah "basis" menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan
arah "ordinat" menggambarkan waktu.

6.2.16 Pengendalian biaya pelaksanaan proyek


Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
• Biaya proyek
• Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
• Harga satuan pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara lain
sebagai berikut:
• Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga
kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana atau yang terpasang. Dengan
demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan
sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
• Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi
pengukuran/kwantitas dan kwalitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar
untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
• Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam kontrak dan harga
satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya proyek
dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada dalam kontrak.

6.2.17 Administrasi proyek dan formulir-formulir


Proyek perlu mengikuti/melaksanakan tertib administrasi, kelengkapan dan hal-hal administrasi
yang diperlukan proyek antara lain dan tidak terbatas pada :
• Dokumen kontrak pemborongan
• Gambar rencana
• Struktur organisasi kontraktor
• Surat-menyurat
• Buku direksi
• Time schedule
• MCo (Mutual Check Awal)
• Request & shop drawing
• Quantity sheet
• Quality control
• Laporan harian
• Laporan mingguan
• Record cuaca
• Photo dokumentasi
• Change order
• Addendum
• Risalah rapat
• As built drawing
• Monthly certificate (MC)
• Back-up quantity
• Back-up quality control
• Berita acara PHO (Provisional Hand Over)
• Berita acara FHO (Final Hand Over)
TAHAP TAHAP TAHAP PHO PHO
AWAL PELAKSANAAN PEMBAYARAN

Dokumen kontrak Time Schedule Monthly Chart Berita Acara PHO Berita
Gambar Rencana Mco Back up Quantity Administrasi
Struktur Request & Shop Back up Quality Kantor
Acara PHO
Organisasi Drawing Control Mutu (Pengujian)
Buku Direksi Quantity Sheet Mutu (Dimensi)
Laporan Harian
Laporan
Mingguan
Risalah Rapat
BA.Opname
Pekerjaan
Record Cuaca
Photo
Dokumentasi
Change Order
Addendum
Quality Control
As Built Drawing

Gambar 4.4. menunjukkan diagram kelengkapan administrasi proyek.

1. Sertifikasi dan pembayaran MC


Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan kepada
konsultan supervisi pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai
"sertifikat bulanan (MC)". Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standar atau diusulkan
oleh Konsultan supervisi dan disetujui oleh Pemberi Tugas.

Konsultan Pengawas akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat bulanan
dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya
dapat disetujui untuk menanda-tangani bersama oleh wakil kontraktor, konsultan, dan Pemimpin
Proyek. MC harus didukung/dilengkapi dengan back-up data yang terdiri dare Back-up Quantity
Sheet dan Back-up Quality Control.

Prosedur pembuatan/sertifikasi MC dapat dilihat pada diagram alir Gambar 4.2.18.

2. Pemeriksaan pembayaran akhir


Tim Pengawas Teknis akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Pembayaran
terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalahan masih dapat dikoreksi pada
pembayaran berikutnya/akhir.

3. Prosedur perubahan (Contract Change Order)


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Pemberi Tugas atau Kontraktor dan harus
disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Jika
dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang
diperkirakan dalam Jumlah Kontrak cukup besar, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan
dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

4. Sertifikat penyelesaian akhir


Bila kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban dalam perioda
jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan untuk serah terima pertama, umumnya
pada tingkat penyelesaian fisik mencapai 97 % (Provisional Hand Over / PHO).

Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu
mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

5. Pernyataan perhitungan akhir


Kontraktor hams membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir, bersama-sama
dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah peninjauan
kembali oleh engineer dan jika diperlukan, amandemen oleh kontraktor, engineer akan
mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh Pemberi
Tugas.

6. Addendum penutup
Berdasarkan pada rincian pemyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir. Setelah memperoleh
tanda-tangan kontraktor, engineer akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada
Pemberi Pekerjaan untuk ditanda-tangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir
yang disetujui.

7. Dokumen catatan proyek


Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua perubahan dalam
Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek selama pelaksanaan pekerjaan.

8. Manajemen lalu-lintas dan keselamatan kerja


Pekerjaan ini yang dengan volume lalu lintas yang cukup padat memerlukan pengaturan lalu lintas
dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan
survey maupun pelaksanaan pekerjaan konstruksinya agar arus lalu lintas yang ada tetap terjaga
kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya sesuai dengan tujuan dari
pembangunan jalan itu sendiri. Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik
selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.
Situasi semacam itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang
diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan
pembangunan proyek itu sendiri.
Untuk itulah pada proyek pembangunan jalan tersebut diatas perlu dibuat sistim pengaturan lalu
lintas yang baik dan memenuhi standard. Penyajian rencana pemeliharaan lalu lintas selama masa
pelaksanaan pembangunan jalan dimaksudkan menyampaikan gambaran masalah yang ada dan
yang diperkirakan terjadi pada masa pelaksanaan.

Pada tahap pelaksanaan pembangunan, diperkirakan ada beberapa aktivitas antara lain :

• Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada kedua sisi jalan.
• Pekerjaan perkerasan jalan.
• Pembongkaran beton.
• Pekerjaan tanah, menggali dan mengangkut keluar lokasi.
• Pekerjaan lainnya.
Semua kegiatan tersebut di atas jelas menjadi kendala bagi kelancaran dan keselamatan kerja bagi
pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek. Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan
agar tercapai hasil yang optimal dan sesedikit mungkin akibat yang ditimbulkannya.

Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur effective, bahu jalan dibagian luar yang sudah
diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus untuk kendaraan penumpang sedan dan
jeep atau sejenisnya dan alternatip lain dengan membuat jalur baru dengan memanfaatkan areal
yang kosong disekitar lokasi pekerjaan tersebut.

Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan
penanganan yang baik, misalnya dimana dump truck harus masuk dan keluar dari lokasi proyek.
Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi
pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan wawasan lingkungan. Tanah yang dimuat
diatas dump truck harus diberi penutup agar tidak tercecer diatas permukaan jalan yang ada,
sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada
gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada.

Didalam pelaksanaan "Traffic Management" untuk proyek ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2
bagian :

• Pelayanan umum
• Keselamatan kerja.
1. Pelayanan umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas sistem informasi
Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan
yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada proyek pembangunan.
Sistim ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu:
 Melalui media cetak yang bersifat pengumuman
 Pembagian "pamflet"
b. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu-lintas, dapat dilakukan dengan perambuan
sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan
penanggulangan gangguan.
2. Keselamatan kerja
Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Disiplin kerja
• Pengendalian pelaksanaan dilapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor
dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan
cepat.
• Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
• Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntunan lapangan yang mencakup
seluruh aspek terkait.
b. Peniadaan kecelakaan fatal
• Perambuan sesuai dengan standar perambuan.
• Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapian kerja
sepanjang daerah proyek yang diperkirakan perlu (kiri dan kanan) dan diberi lampu-
lampu agar mudah terlihat pada malam hari.

Kecelakaan lalu lintas adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas transportasi.
Keseimbangan antara mentalitas pengemudi, kemajuan teknologi kendaraan dan penyediaan
prasarana lalu lintas merupakan unsur-unsur yang menentukan mobilitas transportasi yang
semakin dinamis, cepat dan semakin nyaman sesuai dengan tuntutan keadaan. Ketidak-
seimbangan dari salah satu unsur tersebut diatas dalam beradaptasi akan menyebabkan
kesenjangan yang cenderung kepada terjadinya kecelakaan.

Bekerja pada sebuah proyek jalan pada tahapan pelaksanaan menanggung resiko tinggi
pada terjadinya kecelakaan yang setiap saat bisa terjadi. Untuk itulah maka diperlukan
persyaratan keselamatan kerja pada pelaksanaan proyek yang berbeda pada ruas jalan yang
sedang beroperasi. Dalam pelaksanaan proyek, beberapa faktor keselamatan kerja yang
terkait, antara lain:

• Faktor perambuan darurat


• Sistim transportasi pada lokasi proyek.
• Atribut pada tenaga kerja.
• Astek
• Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan
melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja daripada semua eksponen
terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progress yang hendak dicapai. Pada tahap ini,
gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Perambuan darurat
Perambunan pada tahap pelaksanaan mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja
yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang
berada pada daerah perambuan.

Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu


peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta
lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukan pada
keperluan "rambu darurat". Disamping itu diperlukan pagan pembatas antara daerah kerja
dan lajur yang beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pambatas dicat
dengan warna crossing "kuning-biru" dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda "spot
light" atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa
juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.

b. Sistim transportasi pada lokasi proyek


Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
 Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan
pembuangan dibuat search dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada
arah "crossing" sehingga tidak ada konflik.
 Dump truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang
namun hams masih tetap dalam area perambuan.
 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck hams dilengkapi dengan penutup bak
belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer dimuka jalan,
sebab tanah yang tercecer tersebut sangat hicin bila sedikit saja kena air hujan dan
ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari
peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta satuan pengawal dari pihak
kepolisian.
c. Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari
jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis
warna orange menyolok yang harus selalu dikenakan pada saat melaksanakan tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi
keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi
di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi
akurasi kerja.
d. Astek (Asuransi tenaga kerja)
Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi
adalah mutlak diperlukan. Setiap tanaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi
tenaga kerja yang lebih dikenal dengan astek. Mengingat pentingnya Astek pada
pelaksanaan pekerjaan tersebut maka astek tidak bisa dipisahkan dari dokumen kontrak,
jadi merupakan satu kesatuan dalam dokumen kontrak.

9. Serah terima pekerjaan


Konsultan, memberikan pengarahan, petunjuk dan saran untuk membantu Pemimpin Proyek
menyusun rencana serah terima pekerjaan dari kontraktor kepada Pemimpin Proyek.

Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban dalam
periodaimasa jaminan, maka kontraktor hams membuat permohonan untuk serah terima pertama.

Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu
mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir atau Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.

10. Operasional pemanfaatan dan pemeliharaan


Konsultan, memberikan pengarahan, petunjuk dan saran untuk membantu Pemimpin Proyek
menyusun rencana pelaksanaan kegiatan operasional pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil
pembangunan.

Strategi pemanfaatan dan pemeliharaan :

• Untuk memberikan biaya pemeliharaan secara efektif pada semua bangunan dalam kondisi
baik dan sedang, guna mencapai standar pelayanan yang dapat diterima.
• Untuk memberikan definisi pekerjaan pemeliharaan dengan jelas dan konsisten.
• Untuk menentukan tanggung jawab yang jelas untuk pemeliharaan dalam organisasi.
• Untuk membentuk organisasi pemeliharaan disetiap daerah tingkat II agar dapat mengatur
dan mengawasi program kerja pemeliharaan tahunan.

Tujuan pemeliharaan :

• Untuk melindungi struktur serta untuk mengurangi percepatan kerusakan sehingga


memperpanjang umur
• Untuk mengurangi biaya operasi
• Untuk menjaga bangunan dalam kondisi baik, dengan demikian menjaga keamanan bagi
pengguna, dan menyediakan kondisi yang tepat untuk pelayanan

Kegiatan pemeliharaan :
Secara umum, pembagian kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi dua kategori : Pemeliharaan
rutin dan Pemeliharaan periodik. Pembagian ini disesuaikan dengan pembagian secara praktis
berdasarkan tipe pekerjaan, tenaga kerja yang diperlukan untuk menangani kegiatan-kegiatan
tersebut dan dari biaya pemeliharaan.
a. Pemeliharaan rutin :
Meliputi pekerjaan perbaikan ringan dan secara umum pekerjaan ini dilaksanakan pada
beberapa interval dalam satu tahun dan atas dasar yang diperlukan.
b. Pemeliharaan periodik :
Pekerjaan yang mempunyai rencana lebih dari satu dalam satu tahun pada setiap lokasi.

6.2. QUALITY ASSURANCE


Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi. Juga diperlukan
supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi test dan
pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi
yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak
ketiga (seperti konsultan atau team audit teknis).

Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah kecermatan rancangan.
Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau berdasarkan survey yang
tidak akurat cenderung mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan
rancangan yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan dilapangan.

Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab yaitu :
kontraktor harus membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya
supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada dibawah standard.

Konsultan akan mendukung melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis,
standar dan kriteria Baku, saran yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan kontraktor,
saran pengawasan konstruksi serta pelatihan (bila diperlukan).

Anda mungkin juga menyukai