Ews Documentation1 PDF
Ews Documentation1 PDF
Latar Belakang
Banjir merupakan fenomena yang hampir selalu terjadi setiap tahun, bahkan
saat ini kondisi Jakarta semakin identik dengan banjir, hujan deras yang mengguyur
dalam hitungan menit saja mampu menciptakan genangan air di mana-mana.
Seluruh aktivitas warga Jakarta pun lumpuh. Dampak sosial dan ekonomi semakin
tak terkendali.
Luas daerah genangan banjir setiap tahun makin bervariasi. Pada bulan
Januari 2002 Jakarta mengalami banjir bandang dengan genangan yang sangat
meluas hingga Jakarta lumpuh total. Banjir bandang 2007 menjadi salah satu yang
terbesar sejak banjir 1621, 1654, 1918, 1942, 1976, 1996, dan 2002. Penyebab dan
dampak banjir pun menjadi semakin kompleks. Kini banjir tak semata akibat faktor
alam tapi juga faktor sosial ekonomi dan budaya. Mari kita ambil contoh cerita:
Sungai Ciliwung meluap. Air mengalir sampai dan melalui tengah kota Jakarta.
Perkampungan dan perumahan yang padat di sekitarnya menjadi korban. Akibat
lebih luasnya? Jalanan macet, Prasarana dan sarana kota lumpuh hingga roda
perekonomian terganggu.
Jakarta merupakan daerah rawan banjir. Karenanya, Jakarta dapat
digolongkan sebagai daerah rentan bencana. Untuk itulah, penting bagi masyarakat
Jakarta untuk dapat untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengurangan risiko
bencana. Kebutuhan ini dapat dimulai dengan melakukan penyiapan kesiagaan
masyarakat dalam menghadapi banjir. Salah satu upaya menyiapkan kesiagaan
masyarakat dalam menghadapi banjir adalah dengan meningkatkan kecepatan
masyarakat untuk mengidentifikasi ketinggian air pada pintu air. Upaya inilah yang
disebut dengan Sistem Peringatan Dini. Semakin cepat dan akurat sistem peringatan
dininya semakin cepat masyarakat mempersiapkan diri menghadapi bencana banjir.
1
Early Warning System - draft
Untuk bersama-sama menelusuri apa apa saja yang dapat menunjang sistem
jaringan komunikasi peringatan dini tersebut, diadakanlah sebuah workshop. Melalui
kegiatan workshop ini, ACF bersama masyarakat berkesempatan mempelajari
ragam cara peringatan dini yang efektif. Hasil utama adalah keputusan untuk
membangun MONIKA (alat Monitoring Informasi ketinggian air), memasang sirene,
memasang papan pengumuman dan sensor air. Untuk menjalankan sistem
peringatan dini ini disepakati membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk
memudahkan sistem berjalan dan siapa yang akan bertugas dalam situasi darurat.
Semoga dokumen ini dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kita bahwa
Sistem Peringatan Dini merupakan salah satu upaya penting untuk dapat
mengurangi risiko bencana. Yang tak kalah penting adalah pemilihan Sistem
Peringatan Dini yang mengakar darikebutuhan dan karakteristik masyarakat
setempat hingga dapat memberikan kemudahan dalam penerapan dan optimalisasi
dalam pemanfaatannya. .
2
Early Warning System - draft
rawan dan pengembangan EWS. Pada tahap ini, sistem komunikasi melibatkan
pemantauan kondisi awal, pembawa berita/informasi dan penerima (pengguna)
informasi. Pemantau awal dalam EWS banjir lebih didominasi oleh petugas
pemantau tinggi muka air di pintu air sungai yang berada di hulu. Petugas tersebut
merupakan bagian pekerjaan dari Dinas Pekerjaan Umum. Selain memantau tinggi
muka air, mereka juga memantau kondisi curah hujan di sekitar daerah tersebut.
Pembawa berita atau informasi adalah orang atau institusi yang
menyambungkan informasi dari pemantau ke penerima/pengguna berita, yaitu
masyarakat yang rawan banjir. Pembawa informasi tersebut antara lain terdiri : Crisis
Center (Satkorlak PBP), Petugas Posko Bencana (Satlak, Satgas), Lurah, Satlinmas
Kelurahan, Ketua RW/RT, dan Tokoh Masyarakat. Media penyampaian informasi
tersebut dapat menggunakan alat antara lain berupa Handphone (SMS), HT,
Telepon, Fax, Internet dan Video Conference.
EWS dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
1. Otomatis: Sirine, HT, kamera (CCTV). Pemberian EWS yang berteknologi
kepada masyarakat ini harus disertai edukasi dan pemeliharaan.
2. Kemasyarakatan ; yakni bersifat dirancang sendiri oleh masyarakat.
Komponen dalam EWS adalah:
1. Prediksi : harus dilakukan dengan ketepatan dan diperlukan pengalaman
2. Interpretasi : menerjemahkan hasil pengamatan
3. Respon dan pengambilan keputusan: siapa yang akan bertanggungjawab untuk
mengambil keputusan karena keputusan tersebut akan mempengaruhi dampak.
Pemprov DKI turut berupaya mempersiapkan masyarakata dalam
menghadapi bencana banjir pada musim hujan ini. Mereka telah mempersiapkan
teknologi dan metode penanganan banjir yang lebih canggih di Crisis Center Satuan
Koordinasi Pelaksana Penanganan Banjir dan Pengungsi (CC Satkorlak PBP), yakni
dengan pemasangan EWS, yang merupakan sistem peringatan dini terhadap
bencana banjir melalui short message service (SMS) hingga ke tingkat RT atau RW,
yang terintegrasi dengan CC Satkorlak PB. CC Satkorlak PB inilah yang memegang
peranan dalam penanganan banjir di Jakarta. Petugasnya diberikan kemampuan
merespons informasi dan meneruskan laporan itu ke petugas Satuan Koordinasi
(Satlak) Kotamadya serta kabupaten. EWS dilakukan dengan pencatatan data curah
hujan dan pengukuran ketinggian air sungai yang dilakukan secara manual maupun
otomatis. Data radar telah dimanfaatkan untuk peringatan dini banjir, dengan melihat
sebaran awan, volume awan, jumlah potensi uap air dari awan, prediksi intensitas
dan tebal hujan, kecepatan angin, arah angin dan sebagainya.
3
Early Warning System - draft
4
Early Warning System - draft
Saat ini ada tujuh lokasi pengamatan muka air (peil schall) yang turut membantu
pemberitahuan bila terjadi luapan air besar di daerah hulu yaitu, Peil Schall Ciledug
di daerah aliran sungai (DAS) Kali Angke, Peil Schall Sawangan di DAS Kali
Pesanggrahan, Peil Schall Ciganjur di DAS Kali Krukut, Peil Schall Katulampa dan
Peil Schall Depok di DAS Kali Ciliwung, Peil Schall Cimanggis di DAS Kali Cipinang
dan Peil Schall Pondok Rangon di DAS Kali Sunter.
Tujuh lokasi pengamatan muka air atau Peil Schall terhubung langsung
dengan satu pompa, satu saringan sampah, dan 10 pintu air. Informasi ketinggian air
yang dikirimkan dari peil schall ke seluruh pintu air, akan menghidupkan alat
peringatan dini ke-24 daerah berpotensi banjir. Sehingga masyarakat yang tinggal di
lokasi tersebut dapat segera mengungsi sebelum banjir tiba.
EWS dapat dilakukan secara efektif oleh penduduk, bila sistem itu mudah
dimengerti dan dipahami. Manfaatnya pun bisa lebih optimal jika masyarakat
memiliki pengetahuan tentang kebencanaan dengan baik.
Di wilayah yang rawan bencana banjir, seperti Jakarta, EWS merupakan
bagian terpenting dalam proses penanganan bencana. Dengan penerapan yang baik
dan benar akan dapat melindungi dan menyelamatkan warga dari ancaman
bencana. Masyarakat dapat melakukan berbagai upaya penyelamatan jiwa dan harta
bendanya. EWS adalah kunci menuju pengurangan risiko yang efektif. Akan
menjadi efektif jika melibatkan secara aktif masyarakat, dapat dipahami serta
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta harus diikuti dengan sistem
penanganan penyelamatan yang sistematis. Tim siaga bencana, kesiapan sarana
evakuasi, tempat hunian sementara, penyediaan kebutuhan-kebutuhan dasar
maupun pengelolaan pengungsian yang melibatkan masyarakat.
5
Early Warning System - draft
6
Early Warning System - draft
Monika adalah Alat Monitor Informasi Ketinggian Air. Alat ini dipasang di
Bendungan Katulampa pada April 2008 untuk mengetahui seberapa tinggi air di
bendungan Katulampa sehingga warga bisa lebih cepat mengantisipasi banjir.
Dibuat oleh Bapak Witjaksono dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), Monika ini system kerjanya melibatkan pemasangan sensor air di
bendungan. Sensor ini berwarna biru, untuk mengetahui level siaga (siaga empat
hingga siaga satu). Informasi akan masuk ke komputer yang akan mengirimkan
signal ke kelurahan, satlinmas dan media massa. Pihak Kelurahan dan media massa
dapat mengirimkan nomor HP yang akan disimpan pada data base Monika. Mereka
selanjutnya akan mendapatkan informasi mengenai ketinggian air secara otomatis.
Monika dapat mendeteksi ketinggian permukaan air secara otomatis. Pada
saat permukaan air mencapai ketinggian 100 cm maka alat Monika akan mengirim
SMS secara otomatis ke nomor telepon seluler petugas kelurahan di Jakarta yang
disimpan di database mesin penjawab. Ketika SMS masuk diharapkan petugas
kelurahan di Jakarta, akan memberikan informasi kepada warganya untuk
senantiasa waspada akan datangnya banjir. Di Kelurahan Kampung Melayu, lurah,
ketua RW dan RT, ketua Karang Taruna, Ketua PKK dan beberapa tokoh
masyarakat adalah mereka yang telah terdaftar menerima SMS dari Monika.
Alat ini dapat dipasang di semua pintu air yang sungai-sungai yang mengalir
ke Jakarta, dan dapat memberikan informasi kepada seluruh penduduk Jakarta
karena SMS (baik yang otomatis maupun yang dengan permintaan) akan terkirim ke
pemancar radio, pemancar televisi, Kecamatan, Kelurahan dan bisa diakses oleh
seluruh warga Jakarta melalui telepon seluler. Penggunaan alat ini dapat membantu
menyelamatkan nyawa, harta benda dan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh
banjir. Dengan cepatnya informasi mengenai ketinggian air, waktu bersiap siaga
menjadi lebih besar. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah
untuk dapat mempersiapkan alat-alat penyelamatan, seperti perahu karet, makanan,
air bersih, pelampung, jas hujan dan lain-lain.
Sayangnya, pemasangan I MONIKA tidak berfungsi lama. Penyebab utama
adalah karena peralatan yang mendukung server di pintu air Katulampa mengalami
kerusakan akibat tersambar petir. Kejadian ini mengkorfirmasikan bahwa
penggunaan alat ini memerlukan biaya operasional, pengawasan dan perawatan.
Ketika itu, pihak-pihak yang terkait dengan pemanfaatan Monika belum siap untuk
menjalankan sistem ini. ACF sendiri telah berupaya menghubungkan dengan pihak
pemerintah melalui instansi terkait untuk mendukung keberlanjutan sistem Monika,
namun belum ada kesepahaman tentang peran dan fungsi yang harus dijalankan
7
Early Warning System - draft
untuk menjaga keberlanjutannya. Hal ini seharusnya memacu semua pihak untuk
berkolaborasi bersama untuk mencari solusinya.
Sampai saat ini, peralatan EWS banjir telah dipasang dan dioperasikan oleh
Satlinmas di Kelurahan Kampung Melayu, CBU dan Penjaringan dengan rincian
sebagai berikut:
1. Kampung Melayu : 5 signboard, 2 sirine, 2 alarm/sensor air
2. Kelurahan CBU : 7 signboard, 3 sirine, 3 alarm/sensor air
3. Kelurahan Penjaringan : 5 signboard dan 3 sirine
SARANA PENDUKUNG
Pengeras Suara
Selain EWS, sarana pengeras suara juga dioperasikan sebagai penunjang
sistem untuk menyampaikan himbauan dan pengumuman kepada warga.
“Melalui pengeras suara di masjid, warga akan diberi tahu bahwa air sudah
makin meninggi. Karang taruna juga akan door to door untuk mengajak warga
mengungsi. Jadi kita bisa siap-siapnya lebih lama," kata Pak Achmad Payumi, tokoh
masyarakat Kampung Melayu
Workshop
Dalam rangka optimalisasi penerapan sistem peringatan dini banjir, ACF
memfasilitasi beberapa kegiatan bersama masyarakat di antaranya:
1. Workshop Penyusunan Prosedur Tetap EWS Kelurahan Cipinang Besar
diselenggarakan pada tanggal 12 – 13 Desember 2007, bertempat di BUPERTA
Cibubur. Pembuatan Modelling EWS yang merupakan kajian yang dibuat
berdasarkan data-data pengukuran baik itu dari ketinggian muka air, curah hujan
harian, maupun ketinggian pasang-surut. Dari sistem modelling diperoleh
beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan masukan untuk penentuan tingkat
siaga dan wilayah yang terpengaruh oleh tingkat siaga. Workshop ini bertujuan:
• Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya
banjir dengan membenahi sistem peringatan dini yang ada.
• Membuat suatu pedoman atau langkah-langkah sistematis dalam
mengantisipasi datangnya bahaya banjir.
• Menentukan srategi dalam pengambilan keputusan kegiatan peringatan
dini banjir.
2. Workshop EWS Kelurahan Kampung Melayu diselenggarakan pada 4 Februari
2008, dihadiri oleh 33 orang, bertempat di Hotel Alia Matraman. Sebagai
fasilitator adalah bapak Heru Joko Santoso dari Satkorlak PBP DKI Jakarta, yang
menghasilkan modul prosedur tetap (Protap) EWS Kampung Melayu. Dengan
8
Early Warning System - draft
9
Early Warning System - draft
Sejak terbentuk pada akhir 2008 di kelurahan Kampung Melayu dan Penjaringan
serta STPB di Cipinang Besar Utara pada akhir tahun 2008, SATLINMAS PBP
sebagai organisasi berbasis masyarakat yang berperan dalam penanggulangan
bencana di tingkat kelurahan telah menjadikan pengelolaan sistem peringatan dini
banjir ini sebagai bagian penting dari tanggung jawabnya.
10
Early Warning System - draft
ruang lingkup Protap EWS berisi tentang langkah-langkah dalam hal penyebaran
informasi peringatan dini dan juga respon setelah informasi tersebut diperoleh.
Kendala yang dialami adalah kekurangan peralatan misalnya HT, juga
kendala SDM dalam mengoperasionalkan peralatan. Sosialisasi kepada masyarakat
mengenai EWS juga dirasa masih kurang, misalnya arti beberapa bunyi yang belum
jelas. Selama ini pelatihan baru diberikan pada RW dan RT saja.
11
Early Warning System - draft
Kampung Melayu sudah ada jejaring komunikasi peringatan dini banjir. Juga sudah
ada Protap, sehingga alat menjadi lebih efektif,” kata Agus Mustofa, warga Kampung
Melayu
Dahulu EWS ini dilakukan perkelompok saja, namun sekarang tidak.
Operasional EWS telah terstruktur dengan lebih baik. Hasilnya pun lebih maksimal
dengan adanya peralatan yang lebih canggih serta memfungsikan peran organisasi
SATLINMAS PBP yang sudah terbentuk.
Berdasarkan simulasi yang pernah dilakukan di kelurahan Kampung Melayu,
pemakaian sirine tersebut dirasa cukup efektif.
Ketika banjir pada 2008, perawatan EWS telah difungsikan dengan baik.
Informasi kenaikan muka air di hulu dan prediksi tinggi muka air di pintu-pintu
air.lebih awal sehingga evakuasi warga yang tinggal di bantaran kali bisa dilakukan
secepatnya. Hasilnya, kerugian akibat banjir dapat diminimalisir.
Menurut Agus Mustofa, aktivis pemuda dari Kampung Melayu, program EWS
di kelurahannya melibatkan partisipasi warga secara penuh. Perawatan peralatannya
pun menjadi tanggungjawab warga. Tinggi rendah sensor juga disepakati bersama
oleh masyarakat misalnya apakah masuk dalam kategori berbahaya atau belum
berbahaya.
Beberapa kendala yang dihadapi adalah jumlah sirine yang tersedia masih
terbatas dibandingkan dengan jangkauan wilayah yang luas, juga daya jangka dari
sirine tersebut pun perlu ditingkatkan. Kampung Melayu memiliki 2 sirine dan 2 alarm
sensor air. Saat ini daya jangkau sirine tersebut sudah ditingkatkan dengan
memasang amplifier dan penambahan jumlah loud speaker, dengan penambahan
alat ini diharapkan sudah bisa menjangkau RW-RW yang paling rentan. Sirine
dipasang di unit pemetaan wilayah yang memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan
daerah lain. Sedangkan alarm sensor air dirasakan oleh warga sangat membantu,
misalnya jika air naik pada malam hari.Keterbatasan jangkauan ini memerlukan
perhatian dari pihak pemerintah. Diharapkan agar pemerintah membantu warga
untuk meningkatkan sarana dan parasarana dalam penerapan sistem peringatan dini
banjir. Selain itu personil yang kurang memahami sistem kerja peralatan EWS dan
kurang memahami Prosedur Tetap juga merupakan beberapa kendala yang dialami
dalam penerapan EWS di Kampung Melayu dan hal ini telah menjadi bagian dari
tugas Satlinmas untuk terus meningktkan kapasitas anggotanya.
12
Early Warning System - draft
Sirine diletakkan di wilayah paling rawan terkena dampak banjir rob, seperti
RW 17 dan RW 04. Tingkat efektivitas penggunaan sirine bertahap bersamaan
dengan pertambahan jumlahnya. 2 pemasangan Sirine pada awal belum efektif
menjangkau wilayah yang rentan banjir. 1 Sirine kemudian ditambah dan berhasil
menjangkau RW 17 yang merupakan wilayah rentan banjir rob. Jangkauan suara
sirine juga telah ditingkatkan dengan trik pemasangan di dekat tanggul yang
mengelilingi wilayah pemukiman. Diharapkan agar fungsi dari keberadaan sirine
tersebut bisa lebih efektif.
Selama ini jaringan informasi yang dipergunakan adalah pintu air – lurah
(terdapat informasi ketinggian air) – Satlinmas PBP – RT/RW – PKK – Karang
Taruna – (Melakukan diseminasi informasi melalui masjid) – Ormas.
Selain peralatan yang terbatas, kurangnya kesadaran warga untuk ikut serta
dalam penanggulangan banjir, termasuk dalam perawatan alat-alat EWS juga
menjadi kendala dalam pengembangan sistem peringatan dini banjir di Kelurahan
Penjaringan.
Berangkat dari proses pengembangan sistem peringatan dini banjir yang sudah ada
di tiga kelurahan, maka EWS merupakan salah satu solusi wajib dalam mengurangi
risiko bencana. Dengan adanya penerapan EWS di 3 kelurahan, warga menjadi lebih
siap berhadapan dengan bencana. Risiko kehilangan harta benda dan jiwa bisa
diminimalisir.
Berangkat dari pemikiran tersebut, ACF bersama dengan SATLINMAS dan STPB
menyelenggarakan pertemuan jaringan antar warga masyarakat yang berdomisili di
bantaran Sungai Ciliwung dan Cipinang pada tanggal 10 September 2009. Kegiatan
13
Early Warning System - draft
ini dirasakan penting untuk membangun dasar pemikiran tentang pentingnya sebuah
jaringan komunitas di bantaran sungai untuk meminimalkan risiko banjir dengan
meningkatkan kapasitas masyarakat. Pertemuan jaringan ini mengundang
perwakilan warga dari 9 Kelurahan di bantaran Sungai Ciliwung yang meliputi
Kelurahan Cililitan, Balekambang, Rawajati, Cawang, Kebon Baru, Bidara Cina,
Bukit Duri, Kampung Melayu dan Kebon Manggis, 6 kelurahan dari bantaran Sungai
Cipinang, yaitu Kelurahan Pinang Ranti, Cipinang Besar Utara, Cipinang Besar
Selatan, Cipinang Muara, Kebon Pala dan Makasar, serta para petugas pintu air
Cipinang hulu, Pulogadung, Katulampa, Depok dan Manggarai.
Hasil pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1. Terbangunnya jejaring komunikasi antar warga kelurahan di bantaran sungai
Cipinang dan antara warga kelurahan di bantaran sungai Ciliwung yang mencakup
kesepahaman dalam mengoptimalkan sistem peringatan dini banjir.
2. Terbukanya kesempatan mengakses informasi langsung dari petugas pintu air
mengenai mekanisme penyampaian informasi ketinggian air sebagai upaya
memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
3. Pertukaran pikiran dalam upaya identifikasi permasalahan ancaman banjir, seperti
kurangnya perhatian pemerintah propinsi DKI Jakarta dalam pengelolaan sungai
yang terpadu dari hulu ke hilir secara langsung dapat meningkatkan risiko banjir di
Jakarta. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya jaringan komunitas bantaran
sungai dapat berperan positif dalam mendorong kebijakan pemerintah terkait dengan
pengelolaan sungai dan pengurangan risiko banjir.
Pertemuan I melahirkan pertemuan kedua dimana perwakilan warga dari beberapa
kelurahan di bantaran sungai Ciliwung bersepakat membentuk Forum Masyarakat
Bantaran Kali Ciliwung. Forum ini akan dikoordinir oleh Satlinmas PBP Kampung
Melayu. Hal yang sama juga terjadi pada warga bantaran Sungai Cipinang yang
bersepakat membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Bantaran Kali Cipinang yang
akan dikoordinir oleh STPB.
Peringatan dini merupakan sebuah elemen dasar dari kegiatan pengurangan risiko
banjir. Peringatan dini banjir mencakup tindakan memberikan informasi dengan
bahasa yang mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat awam. Penguatan dan
penyebarluasan skema atau jejaring peringatan dini banjir kepada semua unsur
masyarakat di tingkat kelurahan menjadi suatu kebutuhan penting, hal inilah yang
melatarbelakangi rangkaian kegiatan pertemuan dan sosialisasi yang menyepakati
skema peringatan dini ancaman banjir dilakukan di tiga kelurahan (Cipinang Besar
14
Early Warning System - draft
15
Early Warning System - draft
sedikit masyarakat bisa mengerti apa yang harus diperbuat sebelum, saat dan
sesudah banjir terjadi.
Hal penting lain mengemuka dalam forum diskusi yang disampaikan warga
Kampung Melayu tentang perlunya komitmen dari individu yang masuk dalam skema
peringatan dini agar bergerak cepat dalam menyebarluaskan informasi yang
menjangkau seluas-luasnya warga masyarakat di sekitarnya.
Hasil akhir dari proses kegiatan ini merupakan skema/jejaring peringatan dini banjir
yang disepakati warga dan seluruh stakeholder di tingkat kelurahan. Skema ini
kemudian akan dicetak dan disebarluaskan kepada warga agar pemahaman
masyarakat terhadap hal ini semakin meningkat dan dapat menjangkau warga lebih
banyak lagi.
EWS yang efektif harus bisa dipahami oleh masyarakat hingga kemudian
dapat tertanam kesadaran yang kuat untuk menjadikannya sebagai kebutuhan
bersama. EWS yang dibuat bersama masyarakat merupakan hal yang realistis dan
dapat dipercaya, karena masyarakatlah yang lebih mengetahui karateristik wilayah
serta kebutuhannya. Oleh karenanya, masyarakat perlu didorong untuk terus terlibat
aktif dan bertanggungjawab dalam penerapan EWS termasuk dalam
pemeliharaanya.
Sosialisasi EWS kepada masyarakat dan pihak-pihak yang terkait juga
sangat penting, agar warga dapat memahami informasi bencana yang datang dan
segera bisa mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Dengan sosialisasi tersebut,
warga tidak akan merasa ditakut-takuti, melainkan ditekankan kewaspadaannya.
Pemahaman masyarakat bahwa wilayahnya rawan banjir, sehingga menjadi
penting pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana juga harus terus ditingkatkan.
Masyarakat harus disiapkan menghadapi banjir dan meminimalisasi risiko dan
dampaknya.
Dengan adanya EWS sangat membantu warga untuk lebih cepat
mengantisipasi ancaman banjir. Di wilayah yang rentan banjir seperti DKI Jakarta,
EWS merupakan salah satu solusi wajib dalam mengurangi dampak banjir. EWS
yang telah diajarkan, harus terus diterapkan dan selalu mengakomodasikan
informasi yang diberikan.
Dari proses pengembangan EWS banjir di atas, pada akhirnya yang diperlukan
adalah kemauan dan keseriusan masyarakat dan pemerintah dalam meminimalisasi
risiko banjir dalam setiap kebijakan dan praktek pengelolaan sumberdaya. Hal
tersebut baru bisa diwujudkan apabila masyarakat dan pemerintah memahami
16
Early Warning System - draft
Saran
Penjajakan program penting dilakukan sebelum pengimplementasian Tujuan
utama adalah untuk mengerti ragam konteks permasalahan mulai dari kebutuhan,
kondisi sampai pengharapan komunitas yang didampingi. Keterlibatan masyarakat
dalam perencanaan kegiatan menjadi sangat penting karena dari merekalah
kebutuhan sebenarnya dapat teridentifikasikan. Perlu juga dicatat bahwa kearifan
lokal sangatlah penting untuk tidak diabaikan. Identifikasi bersama terhadap sistem
peringatan dini seringkali menghasilkan pemilihan alat yang sesuai tidak harus selalu
canggih. Melainkan, alat sederhana yang mudah dioperasikan dan terjangkau biaya
operasionalnya akan menjadi sangat efektif.
17