(PDF) Metode Pelaksanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T
(PDF) Metode Pelaksanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T
Penyelidikan Tanah
Metode penyelidikan tanah pada jembatan mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan
berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan
kembali terhadap semua data tanah dan material guna menentukan jenis tipe pondasi yang
tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai berikut:
1. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi Pekerjaan jembatan yang akan
dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung di
lapangan.
3. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi Pekerjaan, kemudian
dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada seperti
jalan pendekat/oprit, bangunan pelengkap/pengaman dan lain sebagainya.
6. Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada masing-masing lokasi
rencana pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis bor dan posisi lubang bor
yang direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor
mesin atau satu set bor tangan dan sondir, tergantung bentang rencana jembatannya.
Hal ini tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan stuktur dan
tersedianya peralatan pengujian beserta teknisinya.
7. SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m sampai dengan 2,00 m untuk diambil
contohnya (undisturbed dan disturbed).
8. Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed
sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah
clay, silt dan mata bor jenis core barrel.
9. Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh.
10. Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh tanah,
baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed) tersebut di atas dan
contoh material (quarry), maka pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan
spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai
prioritas pertamanya.
11. Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi analisa dan hasil daya
dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah
tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan form
drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang
digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian
lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit,
perhitungan pukulan (SPT) dan lain sebagainya.
Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu
langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu, dan dari pemetaan ini dapat
diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.
Langkah-langkah persiapan pekerjaan pondasi adalah membersihkan/mempersiapkan area
proyek dan pembuatan penulangan tiang bor.
Setelah alat pengebor, tulangan, serta ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah
proses pengeboran. Skema alat-alat bornya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar di atas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk
mengebor. Dalam praktiknya, mesin bornya terpisah sehingga perlu Crane atau Excavator
tersendiri.
Pengeboran
Pada pekerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter
utama dipilihnya alat-alat bor. Terdapatnya batuan atau material di bawah permukaan tanah,
ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode dan peralatan yang cocok. Kalau asal
mengebor saja, mata bornya bisa stack di bawah.
Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang
berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam
kurang lebih sama dengan diameter lubang bor. Setelah casing terpasang, maka pengeboran
dapat dilanjutkan. Mata aunger sudah diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk
membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah
menjadi kondisi tanah keras, maka untuk sistem pondasi bore pile bagian bawah pondasi
yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai bor
khusus (Belling Tools).
Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkiranakan sudah mencapai kedalaman rencana
maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu
dengan pemeriksaan manual. Perlu juga diperhatikan bahwa hasil pengeboran perlu juga
diperiksa dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti
yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel
tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu atau dua tempat yang dianggap mewakili.
Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi
tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
Jika kedalaman dan lubang bor telah siap maka selanjutnya adalah penempatan tulangan
(Gambar 2). Jika terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.
Pengangkatannya bertahap.
Pengecoran
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton.
Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi.
Meskipn proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal
pula podasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi
tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah
atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu
pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih panjang dengan
kedalaman lubang yang dibor. Memasukkan pipa tremi ke dalam lubang bor menggunakan
alat bantu, yaitu crane. Setelah pipa tremi sudah berhasil dimasukkan, ujung atas harus
ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh, lalu corong pipa
tremi dipasang. Pada kondisi pipa sudah siap maka pengecoran dapat dilakukan.
Pada Pekerjaan pengecoran diperlukan pengalaman yang banyak. Tahap pengecoran,
menuangkan beton ke corong pipa tremi menggunakan Concrete Bucket dengan bantuan
Crane (Gambar 3). Dalam menuangkan beton tidak boleh langsung banyak, karena pipa tremi
perlu dicabut lagi, jadi kalau beton tertuang terlalu banyak maka akan sulit untuk
mencabutnya. Jika terlalu dini mencabut pipa tremi dan beton pada bagian bawah belum
terkonsolidasi dengan baik, maka bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Proses semua
itu terjadi di bawah (dalam lubang bor) dan tidak kelihatan, jadi pengalaman para pelaksana
di lapangan yang mengangkat pipa tremi memegang peran yang sangat penting. Pada kasus
ini, tidak hanya teori, tetapi perlu feeling yang tepat. Jika terjadi kesalahan, maka akan
berakibat pondasi akan gagal.
Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi
harus mulai ditarik ke atas. Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan
ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air dan lumpur. Karena
berat jenis beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton semakin lama semakin kuat
untuk mendesak lumpur nai ke atas.
Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang selalu siap (tidak boleh terlambat).
Jika sampai terjadi keterlambatan pipa treminya bisa tertanam dan tidak bisa dicabut,
sedangkan kalau keburu dicabut maka tiang beton tidak continue. Jadi bagian
logistik/pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Gambar 3. Pekerjaan Pengecoran Pondasi
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat
muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan pipa tremi mensyaratkan bahwa selama
pengecoran dan penarikan, pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Pada
kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau
kecampuran lumpur.
Penulangan
Setelah acuan selesai, maka harus diolesi dengan minyak bekisting atau oli bekas. Setelah itu
mulai dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal
selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking
harus lebih tinggi dari beton yang akan dicor. Prosedur Pekerjaan pekerjaan penulangan
yaitu:
1. Menyiapkan material baja tulangan sesuai dengan ukuran dan gambar yang sudah
direncanakan.
2. Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan.
7. Pastikan posisi ikatan antar besi tulangan sudah cukup kuat dan pada tempatnya.
Pengecoran
Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Bila balok atau plat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari
titik terendah menuju titik tertinggi.
Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:
1. Periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan
sebagainya dibersihkan dari acuan.
3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar pekerjaan dapat
berlangsung tanpa melanggar syarat–syarat teknik.
5. Memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – end bila persediaan beton
terganggu/terlambat.
6. Memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahan atau
beton sesuai dengan syarat – syarat teknik.
7. Menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam sehingga
beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh lebih dari 1,5 m.
Beton yang digunakan yaitu beton ready mix. Proses pengecoran menggunakan Concrete
Pump (dipompa). Pada waktu pengecoran dilakukan penggetaran/pemadatan terhadap beton
dengan alat Concrete Vibrator.
Untuk plat lantai jembatan, bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat
yang baik akan terjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat
dengan cara menyeret sapu kaku secara melintang pada permukaan sebelum mengeras.
Timing dari kegiatan ini penting untuk mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan dimulai
segera setelah pengerasan awal terjadi. Untuk lebih jelas proses pengecoran, lihat Gambar 8
di bawah ini.