Dy Bank Soal Dan Penyelesaian1 1 PDF
Dy Bank Soal Dan Penyelesaian1 1 PDF
SOAL #1:
Reaksi antara etilen bromida dan kalium iodida:
C2H4Br2 + 3 KI C2H4 + 2 KBr + KI3
berorde satu terhadap masing-masing reaktannya. Berikut ini adalah data-data percobaan
yang dilangsungkan dalam reaktor batch bervolume-tetap pada suhu 59,7oC, dengan konsentrasi
KI awal sebesar 0,1531 kmol/m3 dan C2H4Br2 awal sebesar 0,02864 kmol/m3.
t (kilo-detik) 29,7 40,5 47,7 55,8 62,1 72,9 83,7
Fraksi C2H4Br2 terkonversi 0,2863 0,3630 0,4099 0,4572 0,4890 0,5396 0,5795
Tentukan harga konstanta kecepatan reaksinya!
PENYELESAIAN:
Dimisalkan: C2H4Br2 ≡ A dan KI ≡ B
sehingga reaksi tersebut di atas dapat dituliskan sebagai: A + 3 B produk reaksi
Persamaan kecepatan reaksinya (yang berorde satu terhadap masing-masing reaktannya) dapat
dituliskan sebagai: -rA = k CA1 CB1
Konsentrasi awal: CA0 = 0,02864 kmol/m3 dan CB0 = 0,1531 kmol/m3
d CA
Sistem batch bervolume-tetap: − rA = −
dt
d CA
maka: − = k C A CB
dt
= k C A0 (1 − X A ) (CB0 − 3 C A0 X A )
d XA
C A0
dt
d XA ⎛C ⎞
C A0 = k C A0 (1 − X A ) C A0 ⎜⎜ B0 − 3 X A ⎟⎟
dt ⎝ C A0 ⎠
d XA CB 0
= k C A0 (1 − X A ) (M − 3 X A ) dengan: M =
dt C A0
XA t
d XA
∫
0
(1 − X A )(M − 3 X A )
= k C A0 ∫ d t
0
1 M −3XA
Penyelesaian integralnya: ln = k C A0 t [M ≠ 3]
M − 3 M (1 − X A )
M −3XA
ln = k C A 0 (M − 3 ) t
M (1 − X A )
M −3XA
Plot linier antara ln versus t akan menghasilkan slope kurva sebesar k C A0 (M − 3)
M (1 − X A )
CB 0 0 ,1531 kmol / m3
M= = = 5 ,3457
C A0 0 ,02864 kmol / m3
SOAL #2:
Reaksi dekomposisi fase gas: A B+2C
berlangsung dalam sebuah reaktor batch bervolume-tetap. Berikut ini adalah data-data yang
diperoleh dari percobaan.
Nomor run percobaan CA0 (mol/L) Half-life, t½ (menit) T (oC)
1 0,025 4,1 100
2 0,0133 7,7 100
3 0,0100 9,8 100
4 0,050 1,96 100
5 0,075 1,30 100
6 0,025 2,0 110
Berdasarkan data-data tersebut, tentukan besarnya:
(a) orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksinya!
(b) energi aktivasi (Ea) dan faktor frekuensi tumbukan (A) reaksi! (Gunakan korelasi
Arrhenius untuk pendekatan harga k)
PENYELESAIAN:
d CA n
Jika model persamaan kinetika reaksi dinyatakan dalam: − rA = − = k CA
dt
2 n −1 − 1 1− n
Hubungan antara t½ dan CA0: t1 = C A0 [n ≠ 1]
2 k (n − 1)
2 n −1 − 1
Dalam bentuk linier, persamaan tersebut dapat dituliskan: log t 1 = log + (1 − n ) log C A0
2 k (n − 1)
(a) Harga n dan k reaksi ini dapat ditentukan dengan mengolah data-data pada run percobaan nomor
1-5 (karena dievaluasi pada suhu yang sama).
Run percobaan nomor CA0 (mol/L) t½ (menit) log CA0 log t½
1 0,025 4,1 -1,6021 0,6128
2 0,0133 7,7 -1,8761 0,8865
3 0,01 9,8 -2 0,9912
4 0,05 1,96 -1,3010 0,2923
5 0,075 1,3 -1,1249 0,1139
0.0 2 n −1 − 1
atau: = 10 −1,0218 = 0 ,0951
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 -0.2 0.0 k (n − 1)
-0.4 Karena: n = 2, maka:
-0.6
2 2 −1 − 1
k= = 10 ,51 L
-0.8
-1.0
(2 − 1) 0 ,0951 mol .menit
-1.2
Jadi, reaksi ini berorde dua, dengan
log CA0 konstanta kecepatan reaksi pada 100oC
sebesar 10,51 L/mol.menit
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 3
(b) Harga k pada 110oC dapat dihitung berdasarkan data pada run percobaan nomor 6.
2 2 −1 − 1 1− 2 1 1
Karena reaksi berorde 2 (n = 2), maka: t 1 = C A0 = atau: k=
2 k (2 − 1) k C A0 C A0 t 1
2
1
sehingga, harga k pada 110oC adalah: k= = 20 L
( 0 ,025 mol / L ) ( 2 ,0 menit ) mol .menit
Ea
−
Persamaan Arrhenius: k = A e RT
SOAL #3:
Dimerisasi fase-gas trifluorochloroethylene (CF2=CFCl) berlangsung dalam reaktor batch
bervolume-tetap pada suhu 440oC. Mula-mula hanya terdapat trifluorochloroethylene murni.
Data-data berikut diperoleh melalui percobaan:
Waktu reaksi, t (detik) 0 100 200 300 400 500
Tekanan total sistem reaksi, P (kPa) 82,7 71,1 64,0 60,4 56,7 54,8
Dengan menggunakan asumsi gas ideal untuk perilaku gas-gas dalam sistem reaksi, tentukan
persamaan kinetika reaksi tersebut di atas! Gunakan model persamaan kinetika reaksi dalam
bentuk hukum pangkat (-rA = k CAn)
PENYELESAIAN: CF2-CFCl
Reaksi dimerisasi trifluorochloroethylene: 2 CF2=CFCl ⎪
CF2-CFCl
atau, dengan pemisalan: 2A P
d CA d CA n
Pada sistem batch bervolume-tetap: − rA = − sehingga: − = k CA
dt dt
Metode integral (khususnya metode merata-ratakan harga k dengan long-interval method) akan
digunakan untuk menyelesaikan persoalan ini. Jika orde reaksi ditebak sebesar 0, 1, dan 2:
C − CA
Untuk tebakan n = 0 : C A0 − C A = k t sehingga: k = A0
t
C
ln A0
C CA
Untuk tebakan n = 1 : ln A0 = k t sehingga: k=
CA t
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 4
1 1
−
1 1 C C A0
Untuk tebakan n = 2 : − =kt sehingga: k= A
C A C A0 t
Dengan menggunakan korelasi yang menyatakan bahwa tekanan total sebuah sistem merupakan
jumlah tekanan parsial seluruh komponennya, maka hubungan antara pA dengan P dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pada t = 0 (mula-mula) hanya ada A murni (tidak ada zat inert)
Artinya: P0 = pA0
Pada t = t (setiap saat) terdapat campuran A dan P
Artinya: P = pA + pP
Berdasarkan hubungan stoikiometri komponen-komponen reaksinya:
P = pA + ½ [pA0 – pA]
P = pA + ½ pA0 – ½ pA
P = ½ [pA0 + pA]
atau: pA = 2 P – pA0
Dengan menggunakan asumsi gas ideal (pi = Ci R T), maka besaran pA dapat diubah ke dalam
p
besaran CA menjadi: pA = CA R T, sehingga: C A = A
RT
Suhu reaksi, T = 440oC = (440 + 273) K = 713 K
R yang digunakan berdasarkan satuan-satuan yang bersesuaian: R = 8,314 kPa.liter/mol.K
Hasil-hasil perhitungan harga k untuk ketiga tebakan orde reaksi tersebut di atas disajikan pada tabel
berikut ini:
k= ∑k i
=
0 ,2795 + 0 ,2959 + 0 ,2797 + 0 ,3035 + 0 ,2974 1,4560
= = 0 ,2912 L
∑i 5 5 mol .det ik
Jadi, reaksi ini berorde 2, dengan konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,2912 L/mol.detik.
Atau, persamaan kinetika reaksi ini adalah: -rA = k CA2
-rA = 0,2912 CA2
di mana –rA [=] mol/L.detik, CA [=] mol/L, dan k [=] L/mol.detik,
serta A menyatakan trifluorochloroethylene
SOAL #4:
Reaksi thermal cracking n-nonana pada 900oC berlangsung 20 kali lebih cepat dibandingkan
dengan reaksi pada 800oC. Hitunglah energi aktivasi reaksi ini!
PENYELESAIAN:
T1 = 800oC + 273 = 1073 K; T2 = 900oC + 273 = 1173 K; r2 = 20 x r1
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 5
Ea
−
Kebergantungan kecepatan reaksi terhadap suhu didekati dengan korelasi Arrhenius: k = A e RT
Dengan mengambil harga logaritma natural terhadap kedua ruas persamaan, maka:
k Ea ⎛ 1 1 ⎞
ln 2 = ln 20 = − ⎜ − ⎟
k1 R ⎜⎝ T2 T1 ⎟⎠
Jika harga-harga T1 dan T2 disubstitusikan (dengan mengambil harga R = 8,314 J/mol.K), maka:
⎛ J ⎞
⎜ 8 ,314 ⎟ ln 20
⎝ mol .K ⎠
Ea = − = 313480 ,7 J / mol = 313 ,5 kJ / mol
⎛ 1 1 ⎞ 1
⎜ − ⎟
⎝ 1173 1073 ⎠ K
Atau, jika diambil R = 1,987 kal/mol.K, maka Ea = 74920,1 kal/mol = 74,9 kkal/mol
SOAL #5:
Berikut ini adalah data percobaan kinetika untuk reaksi pelarutan MnO2 dalam HBr, salah satu
reaksi pelarutan padatan dalam cairan, yakni pelarutan semikonduktor MnO2 dalam pembuatan
chip komputer:
CA0 (mol HBr/dm3) 0,1 0,5 1,0 2,0 4,0
-rA0” (mol HBr/m2.jam) x 102 0,073 0,70 1,84 4,86 12,84
Tentukan besarnya orde reaksi dan laju reaksi spesifik dengan menggunakan teknik kuadrat
terkecil (least-squares), jika kecepatan atau laju reaksi dianggap mengikuti model persamaan
= k" (CHBr )
n
kinetika: − rHBr
"
PENYELESAIAN:
Misalkan: HBr ≡ A
Dengan menggunakan konsentrasi reaktan awal dan laju awal (initial rates), maka:
= k" (CHBr ) − rA" 0 = k" (C A0 )
n n
− rHBr
"
dapat dituliskan menjadi:
Jika dituliskan dalam bentuk persamaan linier (atau, proses linierisasi dengan cara mengambil harga
logaritma bilangan natural terhadap kedua ruas persamaan), maka: ln ( −rA" 0 ) = ln k" + n .ln C A0
Misalkan: X ≡ ln CA0; Y ≡ ln (-rA0”); a ≡ ln k”; b≡n
maka persamaan hasil linierisasi tersebut dapat dituliskan menjadi: Y = a + b X
Untuk sejumlah N buah run atau data percobaan, a dan b dapat ditentukan melalui penggunaan
metode least squares (kuadrat terkecil) terhadap persamaan Y = a + b X di atas, sehingga:
N N N N N
m 2 jam
1 ,4
atau: − rHBr
"
= 1,8417.10 −2 CHBr
SOAL #6:
Tentukan besarnya energi aktivasi (Ea) dan faktor frekuensi tumbukan (A) reaksi bimolekuler
pembentukan metileter dalam larutan etil akohol, berdasarkan data-data percobaan berikut ini:
T (oC) 0 6 12 18 24 30
k x 105 (L/gmol.detik) 5,6 11,8 24,5 48,8 100 208
Kebergantungan k terhadap T didekati melalui persamaan Arrhenius.
PENYELESAIAN:
Ea
−
Persamaan Arrhenius: k = A e RT
Untuk sejumlah data percobaan yang menghasilkan beberapa harga k pada beberapa harga T yang
berbeda, harga Ea dan A dapat diperoleh melalui harga-harga kemiringan dan intercept dari plot
Ea 1 1
linier terhadap persamaan Arrhenius menjadi: ln k = ln A − , antara ln k versus
R T T
Hasil-hasil perhitungan terhadap data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
T (oC) T (K) k (L/gmol.detik) 1/T (K-1) ln k
0 273 0,000056 0,003663 -9,7902
6 279 0,000118 0,003584 -9,0448
12 285 0,000245 0,003509 -8,3143
18 291 0,000488 0,003436 -7,6252
24 297 0,001000 0,003367 -6,9078
30 303 0,002080 0,0033 -6,1754
-5
0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036 0.0037 0.0038
-6
Berdasarkan plot linier di samping,
-7 diperoleh:
kemiringan garis (slope) =
ln k
-8 Ea
= − = -9913,4 K
-9
R
dan
intercept = ln A = 26,489
-10
-11
1/T (Kelvin-1)
SOAL #7:
Reaksi hidrogenasi asetaldehida: CH 3 CHO ( A ) + H 2 ⎯⎯→k
CH 3 CH 2 OH berlangsung dalam
o
sebuah reaktor batch bervolume-tetap, pada suhu 220 C. H2 yang ditambahkan ke dalam
reaktor sangat berlebih sehingga kecepatan reaksi dapat dianggap hanya merupakan fungsi
dari CA. Hubungan CA terhadap t dapat dianggap linier pada interval waktu pengamatan pada
dua titik yang berdekatan. Bentuk persamaan kecepatan reaksi:
d CA n Δ CA
− rA = − = k CA dapat didekati dengan: − rA ≈ − = k CA n
dt Δt
t (menit) 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2
CA (mol/L) 1,51 0,86 0,58 0,45 0,35 0,28 0,20 0,18 0,15
Tentukan orde reaksi (n) dan konstanta kecepatan reaksi (k) ini dengan menggunakan metode
diferensial!
PENYELESAIAN:
Harga n dan k dapat dievaluasi dengan mengambil harga logaritma terhadap kedua ruas pada
ΔCA
persamaan: −
⎛ Δ CA ⎞
= k C A n sehingga menjadi: log ⎜⎜ − ⎟⎟ = log k + n . log C A ( )
Δt ⎝ Δt ⎠
dengan log k dan n masing-masing merupakan intercept dan lereng/kemiringan dari plot linier
⎛ Δ CA ⎞
antara log ⎜⎜ − ⎟⎟ versus log C A( )
⎝ Δt ⎠
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
⎛ Δ CA ⎞
Δt Δ CA CA −
Δ CA ( )
log C A log ⎜⎜ − ⎟⎟ dengan:
(menit) (mol/L) (mol/L) Δt ⎝ Δt ⎠
x y
Δ t = ti+1 – ti
0,1 -0,65 1,185 6,5 0,0737 0,8129 Δ CA = CA,i+1 – CA,i
0,1 -0,28 0,72 2,8 -0,1427 0,4472 C + C A,i +1
C A = C A,rata−rata = A,i
0,1 -0,13 0,515 1,3 -0,2882 0,1139 2
0,1 -0,1 0,4 1 -0,3979 0 i menyatakan nomor data
0,2 -0,07 0,315 0,35 -0,5017 -0,4559 yang ditinjau
0,2 -0,08 0,24 0,4 -0,6198 -0,3979
0,2 -0,02 0,19 0,1 -0,7212 -1
0,2 -0,03 0,165 0,15 -0,7825 -0,8239
1.0
0.8
Berdasarkan perhitungan dengan
y = 2.0647x + 0.7094 menggunakan metode regresi linier terhadap
0.6
R2 = 0.9565 data-data yang bersesuaian, diperoleh:
0.4
0.2 n = 2,0647 ≈ 2
0.0
log k = 0,7094
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.2 0.0 0.2 atau: k = 10 0 ,7094 = 5 ,1215 ≈ 5 ,1
Jadi, reaksi ini mempunyai orde n = 2,
-0.4
dengan konstanta kecepatan atau
-0.6
kecepatan spesifik sebesar
-0.8 L
-1.0
k = 5 ,1
mol . menit
-1.2
SOAL #8:
Reaksi dekomposisi fase-gas berorde-satu: A → 2,5 B, berlangsung dalam sebuah reaktor batch
pada kondisi isotermal, dengan tekanan 2 atm dan reaktan awal yang terdiri atas 80%-mol A
dan sisanya inert, serta volumenya bertambah 60% dalam waktu 20 menit. Dengan komposisi
reaktan yang sama dan jika reaksi dilakukan dalam reaktor bervolume-tetap, hitunglah waktu
yang dibutuhkan agar tekanannya menjadi 3,5 atm (dari tekanan awal sebesar 2 atm)!
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 8
PENYELESAIAN:
Reaksi: A → 2,5 B -rA = k CA (berorde-satu)
Komposisi reaktan awal: A = 80%; inert = 20%
♦ Tinjaulah kondisi 1: Reaksi pada sistem volume berubah (P = 2 atm)
Kondisi ini digunakan untuk menghitung harga konstanta kecepatan reaksi ini pada suhu T.
V – V0 = ΔV = 60% V0 : t = 20 menit
Pada sistem volume berubah, fraksi perubahan volume sistem reaksinya dapat ditinjau melalui
perhitungan harga εA, yang dalam kasus ini (basis yang diambil: mula-mula ada 5 mol gas):
Basis (mol) A B Inert Jumlah
Mula-mula (XA = 0) 4 0 1 5
Akhir (XA = 1) 0 2,5 x 4 = 10 1 11
11 − 5 6
sehingga: ε A = = = 1,2
5 5
d C A C A0 d (ln V )
Pada sistem batch bervolume berubah: − rA = − =
dt εA dt
C A0 d (ln V ) ⎛ 1− XA ⎞
sehingga pada kinetika reaksi orde-satu: = k C A0 ⎜⎜ ⎟⎟
εA dt ⎝1+εA XA ⎠
⎛ ΔV ⎞
atau, dalam bentuk yang telah diintegralkan: − ln ⎜⎜ 1 − ⎟⎟ = − ln (1 − X A ) = k t
⎝ ε A V0 ⎠
⎛ 0 ,6 ⎞
− ln ⎜ 1 − ⎟ = − ln (1 − 0 ,5 ) = k (20 menit )
⎝ 1,2 ⎠
ln (1 − 0 ,5 )
Dengan demikian: XA = 0,5 dan k=− = 0 ,035 menit −1
20 menit
SOAL #9:
Di dalam sebuah reaktor alir katalitik, CO dan H2 terkonversi menjadi CH3OH.
a). Jika 1000 kg jam-1 CO diumpankan ke dalam reaktor (yang berisi 1200 kg katalis) dan 14%
CO terkonversi, hitung kecepatan pembentukan metanol per g katalis.
b). Jika katalis mempunyai luas permukaan spesifik sebesar 55 m2 g-1, hitung kecepatan
pembentukan metanol per m2 katalis.
c). Jika setiap m2 katalis mempunyai 1019 pusat aktif katalitik, hitung jumlah molekul metanol
yang dihasilkan per satuan pusat aktif katalitik per detik.
PENYELESAIAN:
Reaksi yang terjadi: CO + 2 H2 ⎯⎯ ⎯→ CH3OH
katalis
∴ Jumlah molekul metanol yang dihasilkan per satuan pusat aktif katalitik per detik sebesar :
1,27 x 10-3 molekul.(satuan pusat aktif katalitik)-1.(detik)-1
SOAL #10:
Persamaan kecepatan reaksi: 32 A + 2 B → 3 C dapat dinyatakan sebagai: -rA = k CA CB
a). Tuliskan persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan konsumsi B dan kecepatan
pembentukan C.
b). Berapakah orde reaksi tersebut dan tentukan satuan konstanta kecepatan reaksinya.
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 10
PENYELESAIAN:
Persamaan reaksi: 32 A + 2 B → 3 C
Persamaan kecepatan reaksi: -rA = k CA CB
− rA − rB r
Hubungan antara kecepatan konsumsi A, konsumsi B, dan pembentukan C : = = C
3
2 2 3
− rB − rA
a) Persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan konsumsi B: =
3
2 2
-rB = 2 x 2 3 x (-rA)
-rB = 4 3 k CA CB
− rA r
Persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan pembentukan C: = C
3
2 3
rC = 3 x 2 3 x (-rA)
rC = 2 k CA CB
b) Berdasarkan persamaan kecepatan reaksi tersebut di atas, orde reaksi terhadap A = 1, orde reaksi
terhadap B = 1, dan orde reaksi keseluruhan = 1 + 1 = 2
Untuk reaksi berorde 2 (n = 2), satuan konstanta kecepatan reaksinya: (konsentrasi)1-n (waktu)-1
(konsentrasi)-1 (waktu)-1
Misalkan, jam merupakan satuan waktu dan mol L-1 merupakan satuan konsentrasi, maka satuan
konstanta kecepatan reaksinya adalah k [=] L . mol-1 . jam-1
SOAL #11:
Jika –rA = -(dCA/dt) = 0,2 mol/liter.detik pada saat CA = 1 mol/liter, berapakah kecepatan
reaksinya pada saat CA = 10 mol/liter? Catatan: orde reaksi tidak diketahui
PENYELESAIAN:
Model umum persamaan kinetika reaksi: -rA = -dCA/dt = kCAn
0,2 mol/L.detik = k.1n
Untuk setiap harga orde reaksi (n) berapa pun: k = 0,2
Dengan demikian, jika CA = 10 mol/L maka: –rA = -dCA/dt = 0,2 x 10n mol/L.detik
Jika diasumsikan :
22
16
n = 1 : k = 0,2 detik-1, dan 14
-rA [=] mol/L.s
10
n = 2 : k = 0,2 L/mol.detik, dan 8
–rA = -dCA/dt = 0,2 x 102 = 20 mol/L.detik 6
4
Analog untuk harga n yang lain. Gambar di samping ini 2
mengilustrasikan profil –rA = 0,2 x 10n (grafik hubungan 0
antara –rA vs n, untuk 0 ≤ n ≤ 2) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
n, orde reaksi
SOAL #12:
Cairan A terdekomposisi melalui kinetika reaksi berorde-satu. Dalam sebuah reaktor batch,
50% A terkonversi dalam waktu 5 menit. Berapakah waktu yang diperlukan agar konversi A
mencapai 75%? Ulangi soal ini jika kinetika reaksi tersebut berorde-dua!
PENYELESAIAN:
d CA
Persamaan kinetika reaksi berorde-satu: − rA = − = k CA
dt
CA
Dalam bentuk yang telah diintegralkan: − ln =kt atau: − ln (1 − X A ) = k t
C A0
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 11
ln (1 − X A1 ) ln (1 − X A 2 )
Karena harga k tetap pada 2 waktu t yang ditinjau, maka: − =−
t1 t2
ln (1 − 0 ,5 ) ln (1 − 0 ,75 )
− =−
5 menit t2
sehingga: t2 = t pada saat XA sebesar 75% = 10 menit
d CA 2
Dengan cara yang sama, jika persamaan kinetika reaksi berorde-dua: − rA = − = k CA
dt
1 1 1 XA
Dalam bentuk yang telah diintegralkan: − =kt atau: =kt
C A C A0 C A0 1 − X A
X A1 X A2
Karena harga [k.CA0] tetap pada 2 waktu t yang ditinjau, maka: =
t1 (1 − X A1 ) t2 (1 − X A 2 )
0 ,5 0 ,75
=
(5 menit ) (1 − 0 ,5 ) t2 (1 − 0 ,75 )
sehingga: t2 = t pada saat XA sebesar 75% = 15 menit
SOAL #13:
Dalam sebuah reaksi polimerisasi cairan pada kondisi isotermal, 20% monomer terkonversi
dalam waktu 34 menit untuk konsentrasi awal monomer sebesar 0,04 mol/liter dan juga 0,8
mol/liter. Tentukan persamaan yang menyatakan kecepatan berkurangnya monomer!
PENYELESAIAN:
Pada 2 harga konsentrasi awal reaktan yang berbeda (CA0,1 = 0,04 mol/L dan CA0,2 = 0,8 mol/L),
konversi reaktan A (XA) sebesar 20% sama-sama tercapai dalam waktu 34 menit. Reaksi yang
memiliki karakteristik seperti ini (yakni bahwa konversi reaktannya tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi awal reaktan) adalah reaksi berorde-satu.
Bukti:
d CA d CA
Persamaan kinetika reaksi berorde-satu: − rA = − = k C A atau: − = k dt
dt CA
Dengan batas-batas integrasi: CA = CA0 pada saat t = 0, dan hingga CA = CA pada saat t = t, maka:
C C (1 − X A )
− ln A = k t atau: − ln A0 = − ln (1 − X A ) = k t
C A0 C A0
(terlihat bahwa harga XA hanya dipengaruhi oleh harga k dan t)
ln (1 − X A ) ln (1 − 0 ,20 )
Menghitung harga k: k = − =−
t 34 menit
-3 -1
k = 6,56.10 menit
Jadi, persamaan yang menyatakan kecepatan berkurangnya monomer (A) adalah: –rA = 6,56.10-3 CA
dengan: -rA [=] mol/L.menit dan CA [=] mol/L
SOAL #14:
Reaksi homogen fase gas ireversibel: 2 NO + 2 H2 N2 +2 H2O dipelajari dalam sebuah
reaktor batch bervolume-tetap dengan campuran awal reaktan yang ekuimolar antara NO dan
H2 pada berbagai tekanan awal sistem sebagai berikut:
P total (mm Hg) 200 240 280 320 360
t ½ (detik) 265 186 115 104 67
Tentukanlah orde-keseluruhan reaksi ini!
PENYELESAIAN:
Misalkan: NO ≡ A, H2 ≡ B, N2 ≡ P, dan H2O ≡ Q
Reaksi tersebut di atas dapat dituliskan sebagai: 2 A + 2 B P+2Q
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 12
Hubungan antara pA, pA0, dan P (jika gas-gas diasumsikan berkelakuan seperti gas ideal):
Mula-mula (t = 0) : A dan B ekuimolar, maka: pA0 = pB0
Tekanan total sistem mula-mula : P0 = pA0 + pB0
Jika A diambil sebagai basis perhitungan : P0 = pA0 + pA0 = 2 pA0
Pada t = t : Berdasarkan hubungan stoikiometri reaksinya (A diambil sebagai basis):
pA = p A
pB = pA [karena perbandingan koefisien stoikimetri A:B = 1:1]
pP = pP0 + ½ (pA0 - pA) = ½ (pA0 - pA) [karena pP0 = 0]
pQ = pQ0 + (pA0 - pA) = pA0 - pA [karena pQ0 = 0]
Tekanan total sistem pada setiap saat (t = t):
P = pA + p B + p P + p Q
P = pA + pA + ½ (pA0 - pA) + (pA0 - pA) = ½ pA + 3 2 pA0
2 P = pA + 3 pA0
atau: pA = 2 P – 3 pA0
Sebagai alternatif cara yang lain, pA sebagai fungsi pA0 dan P dapat ditentukan melalui:
νi
pi = pi 0 + (P − P0 ) sehingga, untuk komponen A:
∑ν i
−2
p A = p A0 + (P − P0 ) = p A0 + − 2 (P − P0 ) = p A0 + 2 (P − P0 )
1+ 2 − 2 − 2 −1
Karena dalam kasus ini: P0 = 2 pA0, maka: pA = pA0 +2 (P – 2 pA0) = pA0 + 2 P – 4 pA0
atau: pA = 2 P – 3 pA0
(sama dengan hasil yang diperoleh dengan cara sebelumnya)
Dengan pendekatan gas ideal, maka pada kondisi isotermal: pA = CA R T (dengan kata lain,
perubahan CA selama reaksi berlangsung dapat diamati melalui perubahan pA)
Pada t = t½ : pA = ½ pA0 sehingga, hubungan antara pA0 dengan P (melalui pengukuran t½ reaksi):
pA = 2 P – 3 pA0 atau: ½ pA0 = 2 P – 3 pA0 atau: 7 p
2 A0 = 2 P
sehingga: pA0 = 4 P
7
Analog untuk hubungan antara t½ dengan CA0, maka hubungan antara t½ dengan pA0:
(1 )1− n − 1 C 1− n = (1 2 )1− n − 1 ⎛⎜ p A0 ⎞⎟
1− n
t 12 = 2 [n ≠ 1]
(n − 1) k A0 (n − 1) k ⎜⎝ R T ⎟⎠
⎛
⎜
1
1− n
− 1 ⎞⎟( )
⎟ + (1 − n ) log p A0
atau, dalam bentuk yang telah dilinierisasi: log t 1 = log ⎜ 2
⎜ (R T ) (n − 1) k ⎟
1− n
2
⎝ ⎠
Harga orde reaksi keseluruhan (n) dapat dievaluasi dengan mengalurkan grafik linier antara log t½
versus log pA0, yakni dengan mengambil slope-nya sebagai harga [1 - n].
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut:
2.7
P t½ pA0 = 4/7 x P log pA0 log t½ y = -2.271x + 7.1041
2.5
(mm Hg) (detik) (mm Hg) x y R2 = 0.9769
200 265 114,2857 2,0580 2,4232 2.3
240 186 137,1429 2,1372 2,2695
log t1/2
1.5
2 2.1 2.2 2.3 2.4
log pA0
SOAL #15:
Sebuah sistem reaksi homogen kompleks yang skemanya dituliskan berikut ini dilangsungkan
1 P+2Q
dalam reaktor batch bervolume tetap: A + 2 B 2
3R
Campuran awal sistem reaksi terdiri atas: nA0 = 4 mol; nB0 = 10 mol; nP0 = 0,1 mol;
nQ0 = nR0 = 0; dan ninert,0 = 2 mol.
a) Di antara komponen-komponen reaksi di atas, manakah yang merupakan limiting reactant?
b) Jika ditinjau pada t = t (setiap saat), berapa banyaknya mol inert yang ada dalam sistem?
c) Jika nB = 4 mol dan nP = 2,5 mol yang diamati pada saat t = t, hitunglah:
(i) Konversi A (XA) dan konversi B (XB) pada saat itu
(ii) Banyaknya mol Q pada saat itu (nQ), perolehan/yield Q terhadap A dan B (YQ/A dan
YQ/B), serta selektivitas Q terhadap A dan B (SQ/A dan SQ/B)
(iii) Banyaknya mol R pada saat itu (nR), perolehan/yield R terhadap A dan B (YR/A dan
YR/B), serta selektivitas R terhadap A dan B (SR/A dan SR/B)
PENYELESAIAN:
a) Di antara reaktan A dan B, yang merupakan limiting reactant adalah A. Hal ini disebabkan
karena, secara stoikiometri, reaktan A akan lebih dahulu habis bereaksi atau terkonversi
n A0 4 n 10 n A 0 nB 0
dibandingkan dengan reaktan B, atau: = = 4 dan B 0 = = 5 sehingga: <
νA 1 νB 2 νA νB
b) Banyaknya inert relatif tidak berubah selama reaksi berlangsung, maka: ninert = ninert,0 = 2 mol
c) (i) nB = 4 mol, maka: B yang terkonversi = nB0 – nB = 10 – 4 = 6 mol
A yang terkonversi (dihitung berdasarkan perbandingan stoikiometri antara A dan B) =
1 1
nA0 – nA = (nB0 − nB ) = (6 mol ) = 3 mol atau: nA = 4 – 3 = 1 mol
2 2
n − nA 3 mol
Jadi: Konversi A, X A = A0 = = 0 ,75 = 75%
n A0 4 mol
n − nB 6 mol
Konversi B, X B = B0 = = 0 ,6 = 60%
nB0 10 mol
(Karena A limiting reactant, terlihat bahwa XA > XB pada tinjauan t yang sama)
(ii) nP = 2,5 mol, maka: P yang terbentuk oleh reaksi = nP – nP0 = 2,5 – 0,1 = 2,4 mol
1 nP − nP0 1 2 ,4 mol
sehingga: YP / A = = = 0 ,6 = 60%
1 n A0 1 4 mol
2 nP − nP0 2 2 ,4 mol
YP / B = = = 0 ,48 = 48%
1 nB0 1 10 mol
1 nP − nP0 1 2 ,4 mol
SP / A = = = 0 ,8 = 80%
1 nA0 − nA 1 3 mol
2 nP − nP0 2 2 ,4 mol
SP / B = = = 0 ,8 = 80%
1 nB0 − nB 1 6 mol
Q yang terbentuk (dihitung berdasarkan perbandingan stoikiometri antara P dan Q) =
2 2
nQ – nQ0 = (nP − nP0 ) = (2 ,4 mol ) = 4 ,8 mol
1 1
Karena nQ0 = 0, maka: nQ = 0 + 4,8 = 4,8 mol
1 nQ − nQ0 1 4 ,8 mol
Jadi: YQ / A = = = 0 ,6 = 60%
2 n A0 2 4 mol
2 nQ − nQ0 2 4 ,8 mol
YQ / B = = = 0 ,48 = 48%
2 nB 0 2 10 mol
1 nQ − nQ0 1 4 ,8 mol
SQ / A = = = 0 ,8 = 80%
2 n A0 − n A 2 3 mol
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 14
2 nQ − nQ0 2 4 ,8 mol
SQ / B = = = 0 ,8 = 80%
2 nB0 − nB 2 6 mol
(iii) R yang terbentuk dihitung berdasarkan perbandingan selektivitas antara reaksi 1 dan 2:
S R / A = 1 − S P / A = 1 − SQ / A = 1 − 0 ,8 = 0 ,2 = 20%
S R / B = 1 − S P / B = 1 − SQ / B = 1 − 0 ,8 = 0 ,2 = 20%
1 nR − nR 0 2 nR − nR0
S R / A = S R / B = 0 ,2 = =
3 n A0 − n A 3 nB0 − nB
1 nR − 0 2 nR − 0
Karena nR0 = 0, maka: 0 ,2 = = , sehingga: nR = 1,8 mol
3 3 mol 3 6 mol
R yang terbentuk oleh reaksi: nR – nR0 = 1,8 – 0 = 1,8 mol
1 nR − nR0 1 (1,8 − 0 ) mol
Dengan demikian: YR / A = = = 0 ,15 = 15%
3 n A0 3 4 mol
2 nR − nR 0 2 (1,8 − 0 ) mol
YR / B = = = 0 ,12 = 12%
3 nB 0 3 10 mol
(Bandingkan dan analisislah sendiri hasil-hasil yang diperoleh pada bagian (ii) dan (iii))
Hasil-hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel stoikiometri reaksi berikut:
Basis (mol) A B P Q R Inert
Mula-mula (t = 0) 4 10 0,1 0 0 2
Terbentuk -3 -6 2,4 4,8 1,8 0
Akhir (t = t) 1 4 2,5 4,8 1,8 2
SOAL #16:
Sebuah percobaan batch terhadap reaksi searah: A P, selama 10 menit memperlihatkan
bahwa 75% reaktan cair (A) telah terkonversi menjadi produk (P) melalui kinetika reaksi
berorde-setengah. Hitung fraksi reaktan A yang telah terkonversi jika reaksi berlangsung
selama setengah jam!
PENYELESAIAN:
Persamaan kinetika reaksi berorde-setengah yang berlangsung dalam sistem batch bervolume-tetap:
d CA 1 dC
− rA = − = k CA 2 atau, dapat juga dituliskan sebagai: − 1A2 = k d t
dt CA
Dengan batas-batas integrasi: CA = CA0 pada t = 0, dan CA = CA pada t = t
CA d C t 1 − 0 ,5 + 1 C A
maka: − ∫ ∫
t 0 ,5 0 ,5
A
= k d t atau: − C A = k t0 atau: C A0 − C A = 0 ,5 k t
− 0 ,5 + 1
1
C A0 C 2 0 C A0
A
0.5
SOAL #17:
Penggunaan katalis Fe pada reaksi sintesis amonia dapat menurunkan energi aktivasi reaksi
dari 57 kkal/mol menjadi 12 kkal/mol dan meningkatkan faktor frekuensi menjadi 2 kali
lipatnya. Hitung berapa kali katalis Fe dapat melipatgandakan kecepatan reaksi tersebut pada
450oC! Gunakan persamaan Arrhenius untuk konstanta kecepatan reaksi; R = 1,987 kal/mol.K
PENYELESAIAN:
T = 450oC + 273 = 723 K (T tetap)
Tinjaulah 2 kondisi: Kondisi 1 menyatakan reaksi (sintesis amonia) tanpa katalis dan kondisi 2
menyatakan reaksi dengan katalis Fe
Ea
−
Kebergantungan kecepatan reaksi terhadap suhu didekati dengan korelasi Arrhenius: k = A e R T
dengan: Ea1 = 57 kkal/mol; Ea2 = 12 kkal/mol; A2 = 2 A1
Jika kecepatan reaksi dianggap mengikuti bentuk persamaan kinetika: r = k Cin
maka pada 2 kondisi tersebut di atas (dan pada suhu T): r1 = rtanpa katalis = k1 Cin
r2 = rdengan katalis Fe = k2 Cin
A2 exp⎛⎜ − Ea2 ⎞
r2 k2 Ci
n
k2 ⎝ R T ⎟⎠
atau: = = =
r1 k1 Ci n k1 A exp⎛ − Ea1 ⎞
1 ⎜ R T ⎟
⎝ ⎠
2 A1 exp⎛⎜ − 12000 kal / mol ⎞
r2 ⎝ ( 1,987 kal / mol .K ) ( 723 K ) ⎟⎠
Pada T = 723 K: =
r1 A1 exp⎛⎜ − 57000 kal / mol ⎞
⎝ ( 1,987 kal / mol .K ) ( 723 K ) ⎟⎠
r2 ⎛ ( 12000 − 57000 ) kal / mol ⎞
= 2 exp ⎜⎜ − ⎟⎟ = 8.10 13
r1 ⎝ ( 1,987 kal / mol .K ) ( 723 K ) ⎠
o
Jadi, pada suhu 450 C, katalis Fe dapat meningkatkan kecepatan reaksi sintesis amonia sebesar
8.1013 kali lipat, dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung tanpa katalis.
SOAL #18: k1
Isomerisasi cis-trans dari senyawa 1,2-dimethylcyclopropane: cis (A) trans (B)
k-1
merupakan reaksi homogen reversibel berorde-satu. Studi eksperimen kinetika pada reaktor
batch bervolume-tetap dan temperatur 453oC, dengan reaktan yang berupa cis (A) murni,
menghasilkan data-data persentase cis (A) yang tersisa sebagai fungsi waktu sebagai berikut:
t (detik) 45 90 225 360 585 675
% cis (A) yang tersisa 89,2 81,1 62,3 50,7 39,9 37,2
Kesetimbangan reaksi tercapai pada saat cis (A) yang tersisa sebesar 30,0%.
Tentukan harga k1 dan k-1. (Petunjuk: Gunakan metode integral)
PENYELESAIAN:
d CA d XA
Persamaan kinetika reaksi reversibel orde-satu: − = C A0 = k1 C A − k − 1 C B
dt dt
d XA
C A0 = k1 C A 0 ( 1 − X A ) − k − 1 ( C R 0 + C A 0 X A ) = k 1 C A 0 ( 1 − X A ) − k − 1 C A 0 ( M + X A )
dt
d XA C
= k1 ( 1 − X A ) − k−1 ( M + X A ) dengan: M = B 0
dt C A0
d XA
Jika dinyatakan dalam fungsi XAe: = k1 ( X Ae − X A ) − k−1 ( X A − X Ae )
dt
d XA
= ( k1 + k −1 ) ( X Ae − X A )
dt
C k M + X Ae 1 − X Ae
Konstanta kesetimbangan reaksinya: K C = Be = 1 = atau: k− 1 = k1
C Ae k− 1 1 − X Ae M + X Ae
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 16
d XA ⎛ 1 − X Ae ⎞ k ( M + 1)
maka: = ⎜⎜ k1 + k1 ⎟⎟ ( X Ae − X A ) = 1 ( X Ae − X A )
dt ⎝ M + X Ae ⎠ M + X Ae
Dengan batas-batas integrasi: XA = 0 pada t = 0 dan XA = XA pada t = t:
⎛ X ⎞ M +1
− ln ⎜⎜ 1 − A ⎟⎟ = k1 t
⎝ X Ae ⎠ M + X Ae
⎛ X ⎞
Harga k1 dapat diperoleh melalui plotting linier antara − ln ⎜⎜ 1 − A ⎟⎟ versus t, dengan mengambil
⎝ X Ae ⎠
M +1
harga slope-nya, yakni sebesar k 1 . Jika k1 telah diketahui, maka harga k-1 dapat dihitung.
M + X Ae
C
Pada soal ini: M = B 0 = 0 dan: XAe = 1 – 30,0% = 1 – 0,30 = 0,70
C A0
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
⎛ X ⎞ 2.5
t (detik) − ln ⎜⎜ 1 − A ⎟⎟
1-XA (%) 1 – XA XA ⎝ X Ae ⎠ y = 0.003368x
2
x y R2 = 0.999764
-ln(1-XA/XAe)
1.5
81,1 0,811 0,189 90 0,3147
62,3 0,623 0,377 225 0,7734 1
50,7 0,507 0,493 360 1,2184
39,9 0,399 0,601 585 1,956 0.5
37,2 0,372 0,628 675 2,2744
0
0 100 200 300 400 500 600 700
t (detik)
M +1
Berdasarkan regresi linier, diperoleh: Slope = k 1 = 0 ,003368
M + X Ae
M + X Ae 0 + 0 ,70
Maka: k 1 = ( slope ) = (0 ,003368 ) = 2 ,36.10 −3 det ik −1
M +1 0 +1
1 − X Ae 1 − 0 ,70
dan k −1 =
M + X Ae
k1 =
0 + 0 ,70
( )
2 ,36.10 − 3 det ik −1 = 1,01.10 − 3 det ik −1
SOAL #19:
Reaksi homogen fase gas: 2 A P berlangsung dalam sistem reaktor batch bervolume-tetap.
Komposisi awal reaktan berupa: 60%-mol A dan inert sisanya. Tekanan awal sistem reaksi =
760 mm Hg. Jika gas-gas dalam sistem reaksi dianggap berkelakuan seperti gas ideal,
berapakah tekanan total sistem reaksi pada saat A telah terkonversi 90%?
PENYELESAIAN:
Tekanan total merupakan penjumlahan tekanan parsial seluruh komponen dalam sistem (reaksi),
atau: P = ∑ pi
i
Mula-mula (t = 0) : P0 = pA0 + pinert,0 = 760 mm Hg
dengan: pA0 = (0,60) (760 mm Hg) = 456 mm Hg
pinert,0 = pinert = (1 – 0,60) (760 mm Hg) = 304 mm Hg
Pada saat t = t : P = pA + pP + pinert
Jika dinyatakan dalam term konversi A (XA), maka:
P = pA0 (1 – XA) + pP0 + ½ pA0 XA + pinert
Karena pP0 = 0 dan XA = 90%:
P = (456 mm Hg) (1 – 0,90) + 0 + ½ (456 mm Hg) (0,90) + 304 mm Hg
P = 554,8 mm Hg
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 17
SOAL #20: k1
Reaksi isomerisasi isostilbena (A) menjadi stilbena (B): A B berorde satu (baik
k-1
reaksi ke kanan maupun ke kiri) dan mempunyai harga konstanta kesetimbangan (K) pada 593
dan 614 K masing-masing sebesar 14,62 dan 11,99. Kinetika reaksi homogen ini dipelajari
melalui percobaan batch pada sistem reaksi bervolume konstan, T = 574 K (konstan), dan
reaktan awal hanya mengandung A (CA0 = 0,05 mol/L); hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Waktu, t (detik) 1008 1140 1542 1800 1896 3624
Fraksi A yang terkonversi, XA 0,226 0,241 0,307 0,360 0,371 0,598
a) Hitung panas reaksi (ΔHR) pada kondisi percobaan (dalam kJ/mol) (jika ΔHR berharga
konstan pada rentang temperatur 570-620 K) (R = 8,314 J/mol.K)
b) Hitung konstanta kesetimbangan reaksi (K) pada 574 K.
c) Berdasarkan data percobaan, hitung harga-harga k1 dan k-1 (beserta satuannya).
PENYELESAIAN:
Pada T1 = 593 K : K1 = 14,62 dan pada T2 = 614 K : K2 = 11,99
Percobaan batch volume-tetap : T = 574 K : reaktan awal hanya berupa A dengan CA0 = 0,05 mol/L
K ΔH R ⎛1 1 ⎞ − 28587 ,4 J / mol ⎛ 1 1 ⎞
ln =− ⎜⎜ − ⎟⎟ = − ⎜ − ⎟ = 0 ,1919
K1 R ⎝ T T1 ⎠ 8 ,314 J / mol .K ⎝ 574 593 ⎠
K
= exp( 0 ,1919 ) = 1,2116 atau: K = K pada 574 K = (1,2116) (14,62) = 17,71
K1
c) Bagian ini diselesaikan dengan cara yang sama/analog dengan soal #18.
C 0
Pada soal ini: M = B0 = = 0 [karena CB0 = 0]
C A0 0 ,05 mol / L
k M + X Ae 0 + X Ae K 17 ,71
K= 1 = = = 17 ,71 maka: X Ae = = = 0 ,947
k−1 1 − X Ae 1 − X Ae K + 1 17 ,71 + 1
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
1.2
⎛ X ⎞
t (detik) − ln ⎜⎜ 1 − A ⎟⎟ y = 0.000269x
XA ⎝ X Ae ⎠
1
R2 = 0.995893
x y 0.8
-ln(1-XA/XAe)
SOAL #21:
Reaksi homogen fase gas: A 3 P berorde nol, dengan konstanta kecepatan reaksi (k)
sebesar 0,035 mol/L.jam, dioperasikan dalam sebuah reaktor batch bervolume berubah. Jika
CA0 = 0,01 mol/L, serta umpan mengandung A (60%-mol) dan inert (sisanya), tentukan:
a) waktu yang dibutuhkan (dalam menit), dan untuk mencapai konversi A (XA)
b) fraksi perubahan volume (V/V0) yang terjadi sebesar 0,85.
PENYELESAIAN:
Reaksi: A 3P -rA = k (berorde-nol), dengan: k = 0,035 mol/L.jam
Reaksi pada sistem bervolume berubah
Komposisi reaktan awal: A = 60%; inert = sisanya (40%); CA0 = 0,01 mol/L
Konversi A: XA = 0,85
Perhitungan harga εA (basis yang diambil: mula-mula ada 5 mol gas):
Basis (mol) A P Inert Jumlah sehingga:
Mula-mula (XA = 0) 3 0 2 5 11 − 5 6
Akhir (XA = 1) 0 3x3=9 2 11 εA = = = 1,2
5 5
d C A C A0 d (ln V )
Pada sistem batch bervolume berubah: − rA = − =
dt εA dt
C A0 d (ln V )
sehingga pada kinetika reaksi orde-nol: =k
εA dt
V k εA
atau, dalam bentuk yang telah diintegralkan: ln = ln (1 + ε A X A ) = t
V0 C A0
a) ln (1 + ε A X A ) =
k εA
t atau: ln (1 + (1,2 ) (0 ,85 )) =
(0 ,035 mol / L. jam ) (1,2 ) t
C A0 0 ,01 mol / L
60 menit
Maka: t = 0,167 jam = 0 ,167 jam x = 10 menit
1 jam
V V
b) ln = ln (1 + ε A X A ) atau: = (1 + ε A X A ) = 1 + (1,2 ) (0 ,85 )
V0 V0
V
Maka: = 2 ,02
V0
SOAL #22:
Pada suhu ruang sukrose dapat terhidrolisis secara enzimatik, menggunakan enzim sukrase,
menurut reaksi: sukrose ⎯⎯ ⎯→ produk . Dengan konsentrasi sukrose awal CA0 = 1,0 mmol/L
sukrase
dan konsentrasi enzim awal CE0 = 0,01 mmol/L, data-data kinetika berikut ini diperoleh melalui
sebuah eksperimen menggunakan sebuah reaktor batch bervolume-tetap:
CA, mmol/L 0,84 0,68 0,53 0,38 0,27 0,16 0,09 0,04 0,018 0,006 0,0025
t, jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jika reaksi enzimatik tersebut dapat dianggap mengikuti model persamaan kinetika Michaelis-
k C C
Menten: − rA = 3 E 0 A , dengan: CM = konstanta Michaelis,
C A + CM
evaluasilah harga konstanta-konstanta k3 dan CM dengan menggunakan metode integral
PENYELESAIAN:
Persamaan kinetika reaksi enzimatik pada sistem batch bervolume-tetap dapat dituliskan:
d C A k3 C E0 C A C + CM
− rA = − = atau: − A d C A = k3 C E 0 d t
dt C A + CM CA
Diintegralkan dengan batas-batas: CA = CA0 pada t = 0 dan CA = CA pada t = t
CA C + C CA ⎛ 1 ⎞ t
menghasilkan: − ∫ A M
d C A = − ∫ ⎜⎜ 1 + CM ⎟⎟ d C A = k3 CE 0 ∫ d t
C A0 CA C A0
⎝ CA ⎠ 0
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 19
− [C A + CM ln C A ]C AA0 = k3 CE 0 t
C
C A0
C A0 − C A + CM ln = k3 C E 0 t
CA
Linierisasi persamaan di atas dengan membagi kedua ruas persamaan dengan k3 CE0 (CA0 – CA):
C A0
t 1 CM ln CA
= +
C A0 − C A k 3 C E 0 k 3 C E 0 C A0 − C A
C
t ln A0 CM
CA
Plot linier antara vs menghasilkan slope/kemiringan garis sebesar dan
C A0 − C A C A0 − C A k3 C E 0
1
intercept sebesar . Pada soal ini: CA0 = 1,0 mmol/L dan CE0 = 0,01 mmol/L.
k3 C E 0
Hasil perhitungan terhadap data-data di dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
C A0
t CA ln t 12
CA
(jam) (mmol/L)
C A0 − C A C A0 − C A 11
SOAL #23:
Pada reaksi homogen dengan persamaan stoikiometri: A + B produk, tentukan orde
reaksi terhadap A, orde reaksi terhadap B, dan orde reaksi keseluruhan untuk kasus:
CA 4 1 1
CB 1 1 8
-rA 2 1 4
PENYELESAIAN:
Jika persamaan kecepatan reaksi dianggap mengikuti model: -rA = k CAm CBn
Orde reaksi terhadap A (m) ditinjau pada kondisi pada saat CA bervariasi dan CB tetap, sedangkan
orde terhadap B (n) ditinjau pada kondisi pada saat CB bervariasi dan CA tetap.
Untuk sejumlah N run percobaan, berlaku: [-rA]i = k [CA]im [CB]in dengan i menyatakan nomor run
percobaan.
Tinjaulah 3 buah run percobaan: Run 1: 2 = k (4m) (1n)
Run 2: 1 = k (1m) (1n)
Run 3: 4 = k (1m) (8n)
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 20
2 k (4 m )(1n )
Untuk menentukan m, run 1 dibandingkan dengan run 2: = atau: 4m = 2
1 k (1 )(1 )
m n
sehingga: m = ½
4 k (1m )(8 n )
Untuk menentukan n, run 2 dibandingkan dengan run 3: = atau: 8n = 4
1 k (1 )(1 )
m n
sehingga: n = 2 3
Jadi: orde reaksi terhadap A = m = ½,
orde reaksi terhadap B = n = 2 3 , dan
orde reaksi keseluruhan = m + n = ½ + 2 3 = 7 6
SOAL #24:
Ulangi soal #7, tetapi gunakanlah metode diferensial dengan cara penentuan dCA/dt yang lain,
untuk menentukan besarnya orde reaksi (n) dan konstanta kecepatan reaksi (k).
PENYELESAIAN:
d CA
Penentuan dicoba dilakukan dengan mendekatkan data-data hubungan antara CA vs t sebagai
dt
sebuah persamaan polinomial orde 6. Hasil curve-fitting terhadap data-data CA vs t menghasilkan
persamaan dalam bentuk:
CA (t) = 8,2387 t6 – 37,349 t5 + 67,714 t4 - 62,837 t3 + 31,937 t2 – 9,0322 t + 1,508
(Persamaan ini diperoleh melalui curve-fitting langsung menggunakan paket program MS Excel)
d CA
Dengan demikian, besarnya untuk setiap pasangan data dapat diperoleh melalui:
dt
d CA
= (6 x 8,2387) t5 – (5 x 37,349) t4 + (4 x 67,714) t3 – (3 x 62,837) t2
dt
+ (2 x 31,937) t – 9,0322
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
⎛ d CA ⎞ 1.5
t CA d CA log CA log ⎜⎜ − ⎟⎟ y = 2.2592x + 0.7306
⎝ d t ⎠
(menit) (mol/L) dt R2 = 0.952 1.0
x y
0 1,51 -9,0322 0,1790 0,9558 0.5
0.0
0,2 0,58 -1,9140 -0,2366 0,2819 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2
0,3 0,45 -0,9154 -0,3468 -0,0384 -0.5
0,4 0,35 -0,5841 -0,4559 -0,2335
0,6 0,28 -0,4252 -0,5528 -0,3714 -1.0
⎛ d CA ⎞
Plot linier yang merepresentasikan grafik di atas adalah: log ⎜⎜ − ⎟⎟ = log k + n log C A
⎝ dt ⎠
Karena slope = 2,2592 dan intercept = 0,7306, maka:
Orde reaksi = n = slope = 2,2592; atau: n ≈ 2
Konstanta kecepatan reaksi = k = 10intercept = 100,7306 = 5,3772; atau: k ≈ 5,4
Karena reaksi berorde dua, maka: k = 5,4 L/mol.menit
(Hasil-hasil yang diperoleh melalui cara ini cukup dekat dengan penyelesaian soal #7 sebelumnya)
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 21
SOAL #25:
Pada suhu 114oC kinetika reaksi fase gas: B2H6 + 4 Me2CO 2 (Me2CHO)2BH
dipelajari melalui pengambilan data-data laju awal (initial rates), yakni laju awal berkurangnya
tekanan parsial B2H6, yang hasilnya disajikan sebagai berikut:
Nomor run percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pB2 H 6 ,0 (torr) 6 8 10 12 16 10 10 10 10 10
pMe2 CO ,0 (torr) 20 20 20 20 20 10 20 40 60 100
r0 x 103 (torr/detik) 0,50 0,63 0,83 1 1,28 0,33 0,80 1,50 2,21 3,33
n m
Jika persamaan laju reaksi yang dianggap mewakili mempunyai bentuk: r = k pB2 H 6 pMe2 CO
maka tentukanlah harga-harga: n, m, dan k!
PENYELESAIAN:
n m
Persamaan laju reaksi: r = k pB2 H 6 pMe2 CO
n m
maka, persamaan laju reaksi awal (initial rate)-nya: r0 = k pB2 H 6 ,0 pMe2 CO ,0
Untuk menentukan harga-harga n, m, dan k, kedua ruas persamaan di atas dinyatakan dalam fungsi
logaritma, sehingga: log r0 = log k + n . log pB2 H 6 ,0 + m . log pMe2 CO ,0
♦ Menentukan n (orde reaksi terhadap B2H6):
Analisis data dilakukan terhadap data-data pada run 1-5, yakni pada saat tekanan parsial awal
B2H6 dibuat bervariasi dan tekanan parsial awal Me2CO dibuat tetap; atau:
log r0 = log k + n . log pB2 H 6 ,0 + m . log pMe2 CO ,0
log r0 = A + n . log pB2 H 6 ,0 dengan: A = log k + m . log pMe2 CO ,0
Nomor run percobaan 1 2 3 4 5
pB2 H 6 ,0 (torr) 6 8 10 12 16
r0 x 103 (torr/detik) 0,50 0,63 0,83 1 1,28
log pB2 H 6 ,0 x 0,7782 0,9031 1 1,0792 1,2041
log r0 y -3,3010 -3,2007 -3,0809 -3 -2,8928
log pB2H6,0
-2.85
-2.9 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
-2.95
-3
-3.05 Berdasarkan hasil pengolahan
log r0
log pMe2CO,0
-2.20
0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2
-2.40
-2.60
-2.80
Berdasarkan hasil pengolahan
log r0
-3.00
data (regresi linier), diperoleh:
-3.20
y = 0.9958x - 4.4368 slope = m = 0,9958 ≈ 1
-3.40 2 dan
R = 0.9918
-3.60 intercept = B = -4,4368
-3.80
SOAL #26:
Kinetika reaksi (fase-gas) pirolisis dimetileter: CH3OCH3 CH4 + H2 + CO
dipelajari dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada kondisi isotermal (suhu 504oC), dengan
mula-mula hanya ada dimetileter, dan data-data berikut ini diperoleh:
t (detik) 0 390 777 1195 3155 ∞
P total (kPa) 41,6 54,4 65,1 74,9 103,9 124,1
Tentukanlah orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi ini!
Catatan: Orde reaksi dianggap bilangan bulat
PENYELESAIAN:
Karena dalam soal ini orde reaksi dinyatakan berupa bilangan bulat, maka metode integral dipilih
untuk menyelesaikan soal. Metode grafik (atau metode grafik pembanding) pada beberapa orde
reaksi yang ditebak akan dicoba.
Dimisalkan: CH3OCH3 ≡ A; CH4 ≡ B; H2 ≡ C; dan CO ≡ D
d CA n
Untuk bentuk persamaan kecepatan reaksi: − rA = − = k CA
dt
dan jika ditebak:
Hubungan antara tekanan parsial A (pA) dan tekanan total sistem reaksi setiap saat (P) dapat
dijabarkan sebagai berikut.
Pada t = 0 : P0 = pA0 (karena dalam soal ini: reaktan mula-mula hanya berupa A)
Pada t = t : P = pA + pB + pC + pD
Berdasarkan hubungan stoikiometri reaksinya:
P = pA + 1 (pA0 – pA) + 1 (pA0 – pA) + 1 (pA0 – pA)
1 1 1
P = 3 pA0 – 2 pA
atau: pA = ½ (3 pA0 – P)
Karena: P0 = pA0, maka: pA = ½ (3 P0 – P)
(persamaan ini digunakan untuk menentukan tekanan parsial A setiap saat t)
Dengan mengasumsikan bahwa gas-gas dalam sistem reaksi berkelakuan seperti gas ideal, maka:
n p
p A V = nA R T atau: C A = A = A
V RT
o
Diketahui: T = 504 C = 777 K
Gunakan R yang sesuai: R = 8,314 J/mol.K = 8,314 kPa.L/mol.K
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
CA (mol/L)
pA (kPa) C 1 1
t (detik) P (kPa) ⎡ pA ⎤ C A0 - CA (mol/L) ln A0 − (L/mol)
[= ½ (3 P0 – P)] ⎢= ⎥ CA C A C A0
⎣ RT⎦
0 41,6 41,6 6,44.10-3 0 0 0
390 54,4 35,2 5,45.10-3 9,91.10-4 0,167 28,23
777 65,1 29,85 4,62.10-3 1,82.10-3 0,332 61,13
-3 -3
1195 74,9 24,95 3,86.10 2,58.10 0,511 103,63
3155 103,9 10,45 1,62.10-3 4,82.10-3 1,381 462,89
-5 -3
∞ 124,1 0,35 5,42.10 6,39.10 4,778 18301,79
Keterangan: Untuk t = ∞ (waktu reaksi yang sangat lama), dimisalkan dipilih t = 10000 detik
0.007 5 20000
4.5
0.006 (1) (2) (3)
4 16000
0.005 3.5
1/CA - 1/CA0
ln CA0/CA
3
CA0 - CA
0.004 12000
2.5
0.003 2 8000
0.002 1.5
1 y = 4.73E-04x
4000
0.001 0.5
0 0 0
t t t
Berdasarkan perbandingan ketiga grafik di atas, terlihat bahwa grafik (2) yang menunjukkan profil
linier (garis lurus), sedangkan grafik (1) dan grafik (3) masing-masing memperlihatkan
kelengkungan negatif/turun dan kelengkungan positif/naik. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa reaksi ini mempunyai orde: n = 1, dengan konstanta kecepatan reaksi sebesar 4,73.10-4 detik-1
C A0
(terlihat dari harga slope yang ditunjukkan pada kurva ln versus t pada grafik (2)).
CA
Jadi: Orde reaksi, n = 1
Konstanta kecepatan reaksi, k = 4,73.10-4 detik-1
SOAL #27:
Data-data berikut ini dilaporkan dari sebuah percobaan kinetika reaksi klorinasi
diklorotetrametil benzena dalam larutan asam asetat pada 30oC dengan reaktor volume tetap.
t (detik) 0 48,42 85,14 135,3 171,3 222,9 257,4
% konversi 0 21,33 32,25 44,26 51,95 59,55 63,65
Reaksi yang terjadi: C6(CH3)4Cl2 + Cl2 C6(CH3)3Cl3 + CH3Cl
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 24
PENYELESAIAN:
Berdasarkan perbandingan antara konsentrasi awal (Ci,0) dengan koefisien stoikiometri reaksi (νi)
reaktan-reaktannya:
CC6 (CH 3 )4 Cl 2 ,0 34 ,7 mol / m 3 CCl 2 ,0 19 ,17 mol / m3
= dan =
ν C (CH ) Cl
6 3 4 2
1 ν Cl 2 1
CCl2 ,0 CC6 (CH 3 )4 Cl 2 ,0
terlihat bahwa: <
ν Cl 2
νC 6 (CH 3 )4 Cl 2
Hal ini berarti bahwa reaktan yang menjadi pembatas (limiting reactant) dalam kasus ini adalah Cl2.
Dimisalkan: Cl2 ≡ A dan C6(CH3)4Cl2 ≡ B
m n
Jika kecepatan reaksi terkonsumsinya Cl2 (≡ A) dinyatakan sebagai: − rA = k C A C B
1 1
dan ditebak/diasumsikan: m = 1 dan n = 1, maka: − rA = k C A C B
d CA
Sistem batch bervolume-tetap: − rA = −
dt
d CA
maka: − = k C A CB
dt
⎛ CB0 ⎞
= k C A0 (1 − X A ) (CB 0 − C A0 X A ) = k C A0 (1 − X A ) C A0
d XA
C A0 ⎜⎜ − X A ⎟⎟
dt ⎝ C A0 ⎠
d XA CB 0
= k C A0 (1 − X A ) (M − X A ) dengan: M =
dt C A0
XA t
d XA
∫0 (1 − X A )(M − X A ) = k C A0 ∫ d t
0
0.04
0.035
0.03
0.025
1 M − XA 0.02
ln
C A0 (M − 1) M (1 − X A ) 0.015
y = 0.00015x
0.01
0.005
0
0 50 100 150 200 250 300
t (detik)
Plot yang ditunjukkan pada grafik di atas berbentuk linier (garis lurus), dan harga-harga k yang
dihitung secara individual untuk setiap pasangan data pun memperlihatkan adanya konsistensi. Hal
ini berarti bahwa orde reaksi yang ditebak: benar atau sesuai. Plot linier di atas menghasilkan
slope sebesar 0,00015 [= harga k]. Harga ini sama dengan harga k yang dihitung dengan merata-
ratakan k individualnya, yakni:
0 ,00015 + 0 ,00015 + 0 ,00014 + 0 ,00015 + 0 ,00015 + 0 ,00014
k= = 0 ,00015
6
Karena orde reaksi keseluruhan: m + n = 1 + 1 = 2, maka dalam hal ini k bersatuan: m3/mol.detik
Jadi, reaksi ini berorde 2, dengan konstanta kecepatan atau kecepatan spesifik (k) sebesar
0,00015 m3/mol.detik.
SOAL #28:
Berikut ini adalah data-data waktu paruh yang dilaporkan untuk reaksi penguraian/dekomposisi
N2O5 dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada berbagai suhu.
Nomor run percobaan 1 2 3 4 5
o
T ( C) 300 200 150 100 50
t½ (detik) 3,9.10-5 3,9.10-3 8,8.10-2 4,6 780
Pada setiap run atau tempuhan percobaan, suhu dijaga tetap (kondisi isotermal) dan
konsentrasi awal reaktannya (N2O5) sama. Dengan menggunakan persamaan Arrhenius untuk
kebergantungan k terhadap T, tentukan besarnya energi aktivasi reaksi ini!
PENYELESAIAN:
Berdasarkan data-data percobaan, terlihat bahwa konsentrasi awal reaktan tidak diperhitungkan
dalam penentuan waktu paruh reaksi (t½) . Dengan kata lain, t½ tidak dipengaruhi oleh besarnya
konsentrasi awal reaktan. Reaksi yang mempunyai karakteristik seperti ini mempunyai orde, n = 1.
Misalkan: N2O5 ≡ A, dan reaksi yang terjadi: A produk reaksi
Persamaan kinetika berorde-1 (sistem batch bervolume-tetap):
d CA C A0
− rA = − = k CA atau: ln =kt
dt CA
Pada saat: t = t½ : CA = ½ CA0
C A0 ln 2
maka: ln = ln 2 = k . t 1 sehingga: k =
1 C
2 A0
2 t1
2
⎛ Ea ⎞
Dari persamaan Arrhenius: k = A . exp ⎜⎜ − ⎟⎟ , harga energi aktivasi reaksi (Ea) dapat ditentukan
⎝ RT ⎠
melalui slope/gradien/kemiringan grafik linier antara ln k versus 1/T, berdasarkan persamaan hasil
Ea 1
linierisasi persamaan Arrhenius: ln k = ln A −
R T
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 26
15
o 1/T (K-1)
-1 ln k y = -12450x + 31.503
T ( C) t½ (detik) T (K) k (detik )
x y 10
300 3,9.10-5 573 1,78.104 1,75.10-3 9,7854
200 3,9.10-3 473 1,78.102 2,11.10-3 5,1803 5
150 8,8.10-2 423 7,88 2,36.10-3 2,0639
ln k
-1
100 4,6 373 1,51.10 2,68.10-3 -1,8926 0
50 780 323 8,89.10-4 3,10.10-3 -7,0258 0.001 0.002 0.002 0.003 0.003 0.004
-5
Berdasarkan pengolahan data-data tersebut di atas, diperoleh:
Ea
Slope = − = -12450 Kelvin -10
R 1/T (Kelvin-1)
Jika R = 8,314 J/mol.K = 1,987 kal/mol.K
maka: Ea = - (slope) R = - (-12450 K) (8,314 J/mol.K) = - (-12450 K) (1,987 kal/mol.K)
Ea = 103,5 kJ/mol = 24,7 kkal/mol
SOAL #29:
Tinjaulah sebuah reaksi fase-cair dekomposisi A yang berlangsung menurut skema kinetika
dengan persamaan kecepatannya sebagai berikut: A → B + E rB = k1 CA
A → D + E rD = k2 CA
Reaksi berlangsung secara isotermal dalam sebuah reaktor batch, dengan mula-mula hanya
ada A dengan CA0 = 4 mol/L dalam pelarut inert. Pada t = 1200 detik, CA = 1,20 mol/L dan CB
= 0,84 mol/L. Hitunglah: (a) harga k1 dan k2 (beserta satuannya)
(b) harga CD dan CE pada t = 1200 detik.
PENYELESAIAN:
d CA
(a) Persamaan kinetika reaksi terurainya A: − rA = − = k1 C A + k2 C A = (k1 + k 2 ) C A
dt
Jika dituliskan dalam bentuk yang diintegralkan, maka:
CA d C C
= (k1 + k2 ) ∫ d t atau: ln A0 = (k1 + k2 ) t
t
−∫ A
C A0 C 0 CA
A
4 mol / L
Substitusikan angka-angka yang bersesuaian: ln = (k1 + k2 ) (1200 det ik )
1,20 mol / L
maka: k1 + k2 = 10-3 detik-1
Perbandingan kecepatan terurainya A dengan kecepatan terbentuknya B (pada t = 1200 detik):
d CA
− rA − d t (k1 + k2 ) C A
= =
rB d CB k1 C A
dt
− d C A k1 + k 2 CA k + k CB
= atau: − ∫ d C A = 1 2 ∫ d CB
d CB k1 C A0 k1 CB0
k +k
atau: C A0 − C A = 1 2 (CB − CB0 )
k1
10−3 det ik −1
Substitusikan angka-angka yang bersesuaian: (4 − 1,20) mol / L = (0 ,84 − 0 ) mol / L
k1
maka: k1 = 3.10-4 detik-1
Karena: k1 + k2 = 10 detik maka: k2 = (10-3 – 3.10-4) detik-1 = 7.10-4 detik-1
-3 -1
(b) Perbandingan kecepatan terurainya A dengan kecepatan terbentuknya D (pada t = 1200 detik):
d CA
− rA − d t (k1 + k 2 ) C A − d C A k1 + k2
= = = =
rD d C D k2 C A d CD k2
dt
k +k
Analog dengan cara di atas: C A0 − C A = 1 2 (CD − CD0 )
k2
dy/kinkat/contoh soal & penyelesaian/campur/reaksi homogen/2006/halaman 27
k2
Maka: C D = C D0 + (C A0 − C A )
k1 + k 2
7.10 −4 det ik −1
CD = 0 + (4 − 1,20 ) mol / L = 1,96 mol/L
10 − 3 det ik −1
Konsentrasi E (CE) pada t = 1200 detik dapat dihitung dengan cara yang sama, melalui
perbandingan kecepatan terurainya A dengan kecepatan terbentuknya E:
d CA
− rA − d t (k1 + k2 ) C A − d C A
= = = =1
rE d CE (k1 + k2 ) C A d CE
dt
Maka: CE = CE 0 + (C A0 − C A )
CE = 0 + (4 − 1,20 ) mol / L = 2,80 mol/L
SOAL #30:
Reaksi brominasi sebuah senyawa kompleks (dalam larutan aqueous):
[kompleks] + Br2 [kompleks-Br] + Br-
berlangsung dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada 25oC. Konsentrasi Br2 awal = 72,6
mmol/m3 dan konsentrasi [kompleks] awal = 1,49 mol/m3
Data-data yang dilaporkan dari eksperimen tersebut disajikan pada tabel berikut ini:
t (detik) 0 432 684 936 1188 1422 1632 2058 2442
3
CBr2 (mmol/m ) 72,6 63,6 58,9 55,3 51,6 48,1 45,2 39,8 35,1
(a) Berdasarkan stoikiometri reaksi tersebut di atas, berapakah persentase perubahan
konsentrasi [kompleks] dalam rentang waktu yang dipelajari?
(b) Tentukan orde reaksi terhadap Br2! Tentukan konstanta kecepatan semu (pseudo rate
constant) reaksi ini!
PENYELESAIAN:
(a) Berdasarkan perbandingan antara konsentrasi awal (Ci,0) dengan koefisien stoikiometri reaksi
(νi) reaktan-reaktannya:
C[ kompleks ],0 1,49 mol / m3 1490 mmol / m3 CBr2 ,0 72 ,6 mmol / m 3
= = dan =
ν [ kompleks ] 1 1 ν Br2 1
CBr2 ,0 C[ kompleks ],0
terlihat bahwa: <<<
ν Br 2
ν [ kompleks ]
Hal ini berarti bahwa reaktan yang menjadi pembatas (limiting reactant) dalam kasus ini adalah
Br2, sedangkan [kompleks] menjadi reaktan yang berlebih (excess reactant).
Perubahan konsentrasi Br2 selama reaksi dipelajari (t = 2442 detik) =
CBr2 − CBr2 (72 ,6 − 35 ,1) mmol / m3 . 100% = 51,65%
t =0 t = 2442 det ik
= =
CBr2 72 ,6 mmol / m3
t =0
Perubahan konsentrasi [kompleks] selama reaksi dipelajari (t = 2442 detik) =
=
ν [ kompleks ]
ν Br
(C Br2 t = 0 − CBr2
t = 2442 det ik
) = 11 (72,6 − 35,1) mmol / m = 37 ,5 mmol / m
3 3
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel berikut ini:
C A0 − C A C A0 1
−
1 k’ tebakan k’ tebakan k’ tebakan
t CA ln C C orde 0 orde 1 orde 2
(detik) (mmol/m3)
A A 0
3
(mmol/m ) CA (m3/mmol) (mmol/m3/detik) (detik-1) (m3/mmol/detik)
0 72,6 0 0 0 - - -
432 63,6 9 0,1324 0,0019 0,0208 0,00031 4,51.10-6
684 58,9 13,7 0,2091 0,0032 0,0200 0,00031 4,68.10-6
936 55,3 17,3 0,2722 0,0043 0,0185 0,00029 4,60.10-6
1188 51,6 21 0,3414 0,0056 0,0177 0,00029 4,72.10-6
1422 48,1 24,5 0,4117 0,0070 0,0172 0,00029 4,93.10-6
1632 45,2 27,4 0,4739 0,0083 0,0168 0,00029 5,12.10-6
2058 39,8 32,8 0,6011 0,0114 0,0159 0,00029 5,52.10-6
2442 35,1 37,5 0,7268 0,0147 0,0154 0,00030 6,03.10-6
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa k’ tebakan orde 0 dan orde 2 sama-sama tidak
menunjukkan konsistensi; k’ tebakan orde 0 cenderung turun dengan semakin besarnya t,
sedangkan k’ orde 2 cenderung naik. Dengan demikian, orde 0 dan orde 2 bukanlah orde yang
sesuai untuk reaksi ini. Harga k’ tebakan orde 1 relatif tetap pada setiap saat t yang ditinjau
(memperlihatkan konsistensi). Dengan demikian, orde yang sesuai untuk reaksi ini adalah n = 1.
Harga k’ dapat dihitung dengan merata-ratakan harga-harga k’ individualnya:
0 ,00031 + 0 ,00031 + 0 ,00029 + 0 ,00029 + 0 ,00029 + 0 ,00029 + 0 ,00029 + 0 ,00030
k' = = 0 ,00029
8
k' = 0 ,00029 det ik −1 ≈ 0,0003 detik-1
Jadi, orde reaksi terhadap Br2 = n = 1, dan konstanta kecepatan reaksi semunya = k’ = 0,0003 detik-1
Catatan: Melalui proses curve-fitting secara langsung terhadap data-data CBr2 vs t, diperoleh:
CBr2 = 72 ,6 exp (− 0 ,0003 t ) = 72 ,6 e −0 ,0003 t
(dengan paket software MS Excel, menggunakan bentuk persamaan eksponensial)
Bentuk ini sangat identik dengan profil CA vs t untuk sebuah reaksi searah orde 1: CA = CA0 e-kt, di
mana dalam kasus ini: A ≡ Br2, CA0 = CBr2 ,0 = 72,6 mmol/m3, dan k = k’ = 0,0003 detik-1).