Dokumen - Tips - Makalah Kristen Awal Isi
Dokumen - Tips - Makalah Kristen Awal Isi
PENDAHULUAN
Arsitektur adalah bagian yang paling universal dan ekspresif dari karya
seni, sebab arsitektur tidak hanya mengekspresikan arsiteknya, juga manusia
dan zamannya. Suatu bangunan tidak dapat dipahami hanya dengan
mengamati bentuk dan dekorasinya, tetapi perlu diketahui masalah-masalah
yang terkait dengannya seperti masalah fungsi, kostruksi, waktu/zaman dan si
pembuatnya.
1
pada zaman klasik. Pada zaman Kristen awal mulai terjadi perubahan nilai.
Manusia mulai memikirkan hal-hal yang bersifat ukhrawi atau kehidupan
dunia sesudah kematian. Hal ini setidaknya terlihat pada ciri-ciri sebagai
berikut :
• Manusia cenderung berintrospeksi pada diri sendiri
• Karya arsitekturnya bersifat religius (tempat-tempat ibadah).
• Karya seni lebih ditonjolkan untuk kepentingan agama.
1.2 TUJUAN
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta penyebaran
3
2.2 SEJARAH SINGKAT
Para pengerajin dan seniman pada jaman ini merupan penerus arsitektur
Romawi. Namun, menurunnya kekuasaan membuat pembangunan lebih
menyesuaikan pada kegunaan dan kesedian bahan menjadi faktor
4
penentu.Bangunan jaman kristen awal mempunyai nilai yang mendasarkan
pada penyelesaian kostruksi. Adapun bangunan pada Kristen Awal antara lain
:
• Gereja Basilikan dan gereja
Gereja basilikan mempunyai kolom-kolom berjarak lebar menyangga
entablature ataupun pelengkung untuk mendapatkan bentangan lebih lebar.
Ciri lain adalah menggunakan kerangka atap kayu.
• Makam dan Babstistery
Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segiempat
panjang merupakan kecenderungan dan menjadi salah satu ciri arsitektur
Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makan pada jaman yang sama, lebih
banyak yang denahnya lingkaran atau poligonal. Kemungkinan bentuk
lingkaran cocok untuk makam karena mempunyai titik fokus, sehingga
pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.
5
Pengaruh Yunani pada Arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih sangat
jelas terlihat pada order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang
dihias (entablature). Yang paling banyak digunakan adalah order korintien.
Hiasan geometrik, juga mulai dikembangkan pada jaman ini antara lain pada
lantai, dinding, ukiran pada pintu dan jendela.
6
Basilika Santo Petrus
Lokasi : vatikan
Sejarah singkat :
Gereja Basilika Santo Petrus adalah Gereja Agung umat Katholik yang
merupakan hasil rancangan beberapa arsitek dan seniman. Pembangunannya
memakan waktu lama, antara tahun 1506-1626. Nama Santo Petrus diambil
dari nama murid Yesus, yang diperkirakan disiksa tentara Romawi di
Mortorio.
7
Bentuk Arsitektur Basilika Santo Petrus
• Tiang dan kepala-kepala tiang basilika diambil dari gaya tiang tipe Iona
dan Korinthia Romawi. Di atas tiang-tiang dipasang balok-balok lurus
gaya Yunani (architrave) dengan langit-langit lengkung Romawi. Di
bagian atas jendela-jendelanya dibuat melengkung karena pada masa itu
belum dikenal kaca, sehingga sebagai penutup jendela dipakai papan
pualam yang diukir tembus (ajour). Langit-langit dibuat dari kaso-kaso
kayu yang dipasang miring, karena langit-langit gaya Romawi sangat tebal
dan berat, tidak kuat ditahan oleh tiang-riang Romawi yang bentuknya
ramping.
• Gereja dengan bentuk basilika biasanya dilengkapi ruang persegi empat
(atrium) yang dikitari tiang-tiang. Di tengah-tengahnya dibuat kolam
tempat menyucikan diri. Beranda atau teras bertiang yang dihubungkan
dengan beranda depan disebut narthex. Di kemudian hari, kolam dan
narthex ditiadakan, karena dianggap tidak terlalu penting dan tempat ini
dijadikan satu ruang saja. Narthex digunakan sebagai tempat untuk orang
yang telah dibaptis, tetapi belum boleh masuk ke dalam gereja. Bagian
dalam basilika dibagi barisan tiang-tiang membentuk tiga atau lima
ruangan.
• Bangunan setengah lingkaran (apsis) yang biasa dipakai sebagai tempat
hakim Romawi, dijadikan tempat paduan suara pendeta. Altar yang
dikelilingi kursi berjejer setengah lingkaran, digunakan untuk biskop dan
pendeta tertua. Altar tersebut diberi langit-langit kebesaran di atas tiang-
8
tiang (ciborium). Di bagian tengah gereja basilika terdapat tempat
penyanyi paduan suara yang terbuat dari batu pualam dan dilengkapi
mimbar untuk tempat membaca kitab suci. Sedangkan menara tempat
menggantung lonceng besar (companile) dan ruang pembaptisan
(baptisterium) merupakan ruang tambahan yang dibangun terpisah dari
bangunan induk.
• Pemakaian metode konstruksi dari Romawi, yaitu beton/batu yang
diplester dan diberi hiasan ornamen Mosaic yaitu pecahan batuan
berwarna-warni memberikan efek estetis dan plastis, sehingga berkesan
cerah, merah dan biasanya hiasan tersut menceritakan tentang Nabi Isa As.
• Dinding kiri dan kanan nave tinggi dan lebar ditopang deretan kolom.
Kolom tersebut bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga
pelengkung – pelengkung. Atap dari nave berupa konstruksi kuda kuda
kayu berbentuk pelana. Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi
atapnya setengah kuda-kuda dengan satu sisi miring yang disangga oleh
deretan kolom-kolom seoerti pada nave. Konstruksi atap partico setengah
kuda-kuda, sisi miring tunggal. Bagian dalam disangga oleh kolom-kolom
terbuka ke arah atrium, sisi lainnya dinding.
9
mozaik dan lukisan dinding. Salah satu ornamen yang terdapat pada
Bangunan basilika santo petrus lama adalah kolom korintien dengan corak
daun.
• Mozaik nevicella (kapal kecil) menutupi semua dinding diatas pintu
lengkung yang menghadap halaman. Mozaik ini menggambarkan santo
petrus sedang berjalan diatas air
• Pilar pilar
10
Nave adalah ruang umat utama ibadah. Aisle merupakan ruang
memanjang pada gereja pararel dikiri kanan dari nave. Biasanya antara nave
dengan aisle dipisahkan oleh deretan kolom (arcade). Kadang aisle untuk sirkulasi
atau gang di dalam gereja, kadang juga untuk tempat duduk umat.
Apse, yang terkadang juga ditulis apsis yang merupakan istilah dalam
arsitektur untuk bagian bangunan yang melengkung ke luar dan berbentuk
setengah bundar yang tertutup oleh semi-kubah atau kubah setengah bulat.
Biasanya terdapat altar. Narthex sama halnya dengan potico yaitu ruang peralihan
dari luar bangunan kedalam.
11
• Konstruksi khas Arsitektur Kristen Awal terletak pada kolom yang
menopang lengkungan ataupun entablature, serta sudah digunakannya
kuda-kuda kayu.
Ornamen dapat dilihat dari kolom korintien dan lukisan dinding yang
menceritakan alur kehidupan.
Tahun : 1099-1108
Lokasi : Roma,Italy
Fungsi : Gereja
12
Sejarah Singkat
• Atrium dikelilingi portico atau arcade di sebelah timur dari unit utama. Bagian
utama gereja seperti hampir semua gereja pada jamannya segi empat. Memanjang
di ujungnya terdapat apse, sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave ada
choir yaitu tempat untuk penyanyi koor gereja. Choir dikelilingi dinding semacam
pagar ( balustrade ), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah kanan epistle ambo,
tempat berkhotbah dan membaca ayat-ayat suci dari injil. Meskipun pandangan
dari luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama. Yang di sebelah selatan
lebih lebar.
13
14
BAB III
KESIMPULAN
Demikian pula halnya pelengkung atau kubah, kadang tidak lagi menjadi
bagian dari konstruksi, melainkan merupakan bagian dari dekorasi. Pelengkung
pada masa arsitektur Kristen Awal tidak lagi terlalu berperan dalam konstruksi,
karena mulai berkembang konstruksi kuda-kuda dari kayu. Pada ruang dalam
kadang bentuk pelengkung bukan bagian dari konstruksi, namun hanya menjadi
plafond penutup kuda-kuda dan kerangka atap lainnya. Nave dari sebuah gereja
pada jaman itu, dapat terbentuk dalam bentangan lebar tanpa kolom di tengah
kerena menggunakan konstruksi kuda-kuda. Penumpu kuda-kuda pada dasarnya
deretan pelngkung atau arcade, dengan kolom dan pilaster berbentuk order
Yunani. Konstruksi setengah kuda-kuda untuk atap pada aisle, juga menjadi ciri
lain dari Arsitektur Kristen Awal.
15
Atap aisle pada gereja-gereja dalam konstruksi setengah kuda-kuda lebih
rendah dari atap di atas nave. Bentangan lebar dari nave, membuatnta jauh dari
jendela yang ada pada sisi dinding dan penerangan melalui jendela tidak
maksimal atau akan menjadi gelap. Oleh karena itulah maka pada gereja-gereja
jaman Kristen Awal dibuat jendela-atas berderet pada dinding yang muncul akibat
adanya perbedaan ketinggian atap antara nave dan aisle. Ambang atas dari deretan
jendela-atas tersebut berbentuk lengkung, seperti pada konstruksi arsitektur
Romawi, namjun hanya dipakai bentuknya untuk hiasan bukan konstruksi.
Pada jaman Kristen Awal, denah gereja dan bangunan religius lainnya
menjadi bervariasi: gabungan segi empat membentuk silang Latin (Latin Cross),
maupun silang Yunani (Greek cross), bahkan ada yang segi banyak dan lingkaran.
Dalam hal berbentuk segi banyak maupun lingkaran, nave dikelilingi oleh aisle,
dalam susunan radial. Pada persilangan antara bagian membujur terdiri dari nave
dan bagian melintang atau transpt pada gereja-gereja berarsitektur Kristen Awal,
biasanya diberi menara, sering beratap kubah beratap piramidal, sering pula
kerucut. Menara dalam gereja pada jaman ini menjadi tanda dari lingkungan
(landmark), terlihat dari mana-mana meskipun bangunan disekitarnya padat.
16
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
17