Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOPERASI PRODUSEN DAN SERBA USAHA

OLEH
RANNY ARIANY DJAMI

FRANSISKUS MENGI

BONIFASIUS ANTO

MEGI BANUNAEK

YUSTICIANNE RAY

MARIANA WEA

VICSAN MOOY

SABLON PONGKOR

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KUPANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Judul makalah ini ialah “Koperasi Produsen dan Serba Usaha”. Makalah ini berisi tentang
konsep dari kegiatan Koperasi Produsen dan Serba Usaha, bentuk laporan hasil usaha, harga
pokok pesanan dan proses, serta alokasi biaya. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Akuntansi UMKM dan Koperasi.
Kami menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang perlu kami diskusikan kembali
dalam makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk melengkapi makalah ini
baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Kupang, April 2018


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Koperasi Produsen
2.2 Bentuk Laporan Hasil Usaha
2.3 Harga Pokok Pesanan dan Proses
2.4 Alokasi Biaya Overhead Pabrik
2.5 Definisi Koperasi Serba Usaha
2.6 Bentuk Laporan Hasil Usaha
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Dalam pasal 33 UUD 1945
dinyatakan bahwa “Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan”. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa badan usaha yang sesuai dengan
pasal tersebut adalah koperasi, sehingga koperasi ditempatkan sebagai soko guru perekonomian
Indonesia dan merupakan bagian integral perekonomian Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk semakin memperkokoh koperasi mulai dari upaya
menumbuhkan iklim yang kondusif sampai ke bantuan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan
iklim yang kondusif berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
diantaranya adalah dalam bentuk UUD yaitu pasal 33 UUD 1945 (Sistem demokrasi ekonomi).
Pemerintah juga mengeluarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang PERKOPERASIAN disusul
dengan beberapa peraturan pemerintah untuk memberikan dukungan fasilitas dan kemudahan
bagi pengembangan koperasi.
Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan koperasi dapat tumbuh dan berkembang sejajar
dengan pelaku ekonomi lainnya. Namun sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding
dengan lembaga perekonomian lainnya. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya
persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh:
SukantoReksohadiprodjo (1992: 234) yaitu ”administrasi kegiatan-kegiatan koperasi belum
memenuhi standar tertentu sehingga belum menyediakan data yang lengkap untuk pengambilan
keputusan dari data statistik kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan”. Sistem administrasi
yang relatif baik sangat berguna sebagai hasil analisa.
Akuntansi sebagai bagian dari administrasi organisasi menghasilkan informasi akuntansi
yang berguna dalam pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi ini harus
mempunyai dua sifat utama, yaitu relevan dan dapat dipercaya. Informasi akuntansi biasanya
dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. ”Laporan keuangan merupakan ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan” (Zaki
Baridwan,1997: 17). Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka
laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Penyajian
laporan keuangan merupakan keharusan agar informasi dapat diketahui pihak intern dan eksteren
sehingga penerapan standar laporan keuangan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
IAI menyusun dan menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk koperasi, dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 27. Berhubungan dengan diterbitkannya
SAK tersebut diharapkan manajer koperasi dapat mengelola koperasi secara profesional.
Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban yang baik serta
informasi yang relevan dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan, perencanaan
maupun pengendalian koperasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Koperasi Produsen ?
2. Bagaimana bentuk Laporan Hasil Usaha Koperasi Produsen ?
3. Bagaimana cara perhitungan Harga Pokok Pesanan dan Proses ?
4. Apa saja yang menjadi Alokasi Biaya Overhead Pabrik ?
5. Apa yang dimaksud dengan Koperasi Serba Usaha ?
6. Bagaimana bentuk Laporan Hasil Usaha Koperasi Serba Usaha ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu untuk lebih memahami dan mengetahui masalah
yang dihadapi Koperasi Produsen dan Serba Usaha, serta solusi dan pendapat yang dihadapi
Koperasi.
Manfaat
Bagi Koperasi, diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme usaha
koperasi dalam menentukan berbagai kebijakan pembinaan koperasi. Bagi Manajer Koperasi ,
dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan di dalam membuat
suatu keputusan-keputusan manajer. Bagi Penulis, dapat digunakan sebagai acuan didalam
melakukan penelitian yang lebih intensif dan mendalam, dan menambah pengetahuan dan
wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Koperasi Produsen


Koperasi Produsen adalah koperasi yang didirikan oleh industri yang bekerja untuk
kepentingan bersama yaitu terdiri dari pengusaha, pemilik alat-alat produksi, dan karyawan yang
membeli bahan baku, mengolahnya hingga menjadi produk jadi yang siap pakai, dan menjualnya
kepada konsumen yang membutuhkannya.
Fungsi utama Koperasi Produsen, yaitu menjembatani antara produsen bahan baku tertentu
dan konsumen yang membutuhkan produk siap dipakai, serta menjadi tempat pertemuan antara
produsen bahan baku dengan konsumen barang jadi, secara langsung ataupun tidak langsung.

Aktivitas produksi ini dimulai pembelian bahan baku, mengolahnya sampai menjadi
barang jadi. Untuk mengelolah barang jadi tersebut dibutuhkan biaya produksi dan operasi.
Biaya produksi dan operasi yakni :
a) Biaya bahan baku langsung, adalah biaya yang digunakan untuk bahan-bahan yang bisa
dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi.
b) Biaya tenaga kerja langsung, adalah biaya untuk tenaga kerja yang secara langsung
menangani proses produksi atau bisa dihubungkan langsung dengan barang jadi.
c) Biaya overhead pabrik, adalah biaya pabrik selain daripada bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Jadi biaya ini tidak dapat diidentifikasikan langsung dengan barang yang
dihasilkan
d) Biaya pemasaran, adalah biaya yang digunakan untuk menampung keseluruhan biaya
yang dikeluarkan koperasi untuk mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai ke
tangan konsumen atau langganan.
e) Biaya administrasi dan Umum, adalah biaya yang digunakan untuk menampung
keseluruhan biaya operasi kantor. Biaya ini lebih meliputi gaji dan komisi salesman.

Arus Biaya

Gabungan dari Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead akan
membentuk biaya produksi. Jika ketiga komponen biaya tersebut, belum mencakup 100% dari
kebutuhan biaya produksi per unit produk (output), maka gabungan ketiga biaya tersebut akan
membentuk persediaan barang dalam proses. Jika telah mencapai 100%, maka akan membentuk
barang jadi.

Jenis Persediaan di Koperasi Produsen


1 Persediaan Bahan Baku
Yaitu bahan dasar yang menjadi komponen utama dari suatu produk. Bahan baku
merupakan elemen utama dari suatu produk, walaupun ada juga elemen yang lain.
Contohnya, kain adalah bahan baku dari pakaian, kayu adalah bahan baku dari meja, kulit
adalah elemen utama dari sepatu serta tas, dan sebagainya.
2 Persediaan Barang Dalam Proses
Yaitu bahan baku yang telah diproses untuk diubah menjadi barang jadi tetapi pada
sampai akhir suatu periode tertentu belum selesai proses produksinya. Contohnya,
pakaian yang belum ada lengannya dalam koperasi produsen gramen.
3 Persediaan Barang Jadi
Adalah bahan baku yang telah diproses menjadi produk jadi yang siap dipakai dan siap
dipasarkan. Contohnya, pakaian jadi, meja tulis, dan sepatu.

2.2 Bentuk Laporan Hasil Usaha


Kegiatan Koperasi Produsen terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan
penjualan produk tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur yang lain. Kegiatan
tersebut memerlukan 3 kelompok pengurbankan sumber ekonomi, yaitu :
a) Pengurbanan Bahan Baku
b) Pengurbanan jasa tenaga kerja
c) Pengurbanan jasa fasilitas
Dalam Laporan Hasil Usaha pengurbankan sumber ekonomi tersebut dikelompokkan ke dalam 3
golongan, yaitu :
a) Pengurbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, yang
dirinci menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Pengurbanan ini disebut “Biaya Produksi”
b) Pengurbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi. Pengurbanan ini
disebut “Biaya Pemasaran”
c) Pengurbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk.
Pengurbanan ini disebut “Biaya Administrasi dan Umum”
Bentuk Laporan Hasil Usaha Koperasi Produsen :

2.3 Harga Pokok Pesanan dan Proses


Harga Pokok Pesanan adalah aktivitas produksi Koperasi Produsen dalam mengolah bahan
baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar. Oleh karena itu karakteristiknya, yaitu :
a) Setiap jenis produk yang dipesan harus dihitung harga pokoknya secara individual.
b) Biaya produksi dibedakan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tak
langsung.
c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tak langsung disebut sebagai biaya overhead pabrik.
d) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
didasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang ditentukan di
muka.
e) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Kartu Harga Pokok

Dalam harga pokok pesanan perlu dibuat Kartu Harga Pokok (Job order sheet) yang berfungsi
sebagai rekening pembantu, digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan
produk jadi.

Harga Pokok Proses


Dalam Harga Pokok Proses pengumpulan biaya produksi tidak sama dengan metode
harga pokok pesanan. Dalam harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan dalam harga pokok proses pengumpulan biaya produksi per satuan dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan dan dihitung akhir
periode.
Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
a) Proses produksi bersifat terus-menerus dan produk yang dihasilkan merupakan produk
masa yang bersifat standar.
b) Biaya produksi dikumpulkan dengan dicatat dalam setiap departemen produksi yang ada,
untuk jangka waktu tertentu (umumnya satu bulan).
c) Harga pokok perunit produk dihitung dari harga produk selesai periode dibagi dengan
unit produk yang telah selesai dalam periode yang bersangkutan.
d) Harga pokok produk dihitung pada akhir periode tertentu.
e) Biaya bahan tidak perlu dipisahkan dari biaya bahan baku dna biaya bahan pembantu,
dan biaya tenaga kerja tidak dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja tidak langsung.
f) Produk yang belum selesai (masih dalam proses) pada akhir periode, dicatat kedalam
rekening persediaan produk dalam proses.
g) Pada akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi setiap departemen, yang pada
dasarnya berisi perhitungan harga pokok produk yang telah selesai, dan masih dalam
proses, yang dinyatakan dalam total maupun perunit.

2.4 Alokasi Biaya Overhead Pabrik


Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode ini. Dalam biaya
overhead pabrik terdapat biaya variable dan biaya tetap. Biaya overhead pabrik variable adalah
biaya overhead pabrik yang besar kecil dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi,
sedangkan biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk membiayai produksi,
artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi maka biaya tersebut tidak terjadi.
Besar kecilnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung tergantung pada tingkat
produksi. Karena itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung termasuk unsure biaya
variabel.
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Clean Cost Concepts adalah cara mengalokasikan BOP,
dimana BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke bagian produksi sesuai proporsi
pemakaian jasanya.
a) Metode alokasi langsung (direct alocation method)
Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
Contoh kasus :

CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen proses 1 dan
proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan
departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:

Perkiraan besarnya BOP untuk masing-masing departemen adalah

Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan menggunakan metode alokasi langsung!

Jawaban

Menghitung dianggarkan Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah :


1. Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Total = Rp 30.000.000,-
2. Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,-
Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,-
Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,-
Total = Rp 60.000.000,-

b) Metode Alokasi Bertahap (Step Method)


Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya dinikmati
oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh departemen jasa yang lain.
Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi.
Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian
reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan pula
sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk menggerakkan peralatan
reparasi.

Contoh Kasus :
PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Perusahaan
merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar 50.000 unit,
selama Tahun 2018 sebesar:

Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal ini
terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan. Proporsi
pemakaian jasanya adalah:

Berdasarkan data tersebut, diminta:


1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa
2. Menghitung BOP Neto yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi
Jawaban

1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi


Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut:

X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2

X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X
Jadi ,
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X – 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000

Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000

Jadi, BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian jasa pemeliharaan adalah
sebesar Rp 30.000.000,-. BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari
bagian jasa listrik adalah sebesar Rp 8.000.000,-
Dengan demikian maka jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:

Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepala
masing-masing produksi sesuai dengan proporsi masing-masing :

2. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah alokasi

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah :


1. Jasa X (departemen listrik)
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp 24.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp 24.000.000 = Rp 15.000.000,-
Total = Rp 24.000.000,-
2. Jasa Y (departemen pemeliharaan)
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 6.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp 6.000.000 = Rp 3.200.000,-
Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp 6.000.000 = Rp 2.800.000,-
Total = Rp 6.000.000,
Jadi selengkapnya adalah sebagai berikut:

2.5 Definisi Koperasi Serba Usaha


Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang melakukan lebih dari satu unit kegiatan,
yaitu unit usaha simpan pinjam dan unit usaha penjualan barang atau merupakan gabungan dari
koperasi simpan pinjam dan konsumen.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Bab IV pasal 6 ayat 1, menyebutkan


bahwa koperasi dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. 3.Sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Nomor 05/Kep/Menneg/ 1/2000 tanggal 14 Januari 2000, bahwa pembentukan
koperasi primer dihadiri sekurang-kurangnya 20 orang. Adapun tujuan dari Koperasi Serba
Usaha, yakni :
a) Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
b) Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil dan
makmur.
c) Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi.
d) Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik
anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif.
Prinsip dari Koperasi Serba Usaha
Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, menyatakan bahwa prinsip koperasi serba
usaha sama dengan prinsip koperasi yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun
1992 pasal 5 ayat 1, yaitu sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e) Kemandirian.

Kinerja Koperasi Serba Usaha


Menurut Peter Jennergen dalam Steers (1980 : 21) kinerja adalah tingkat menunjukkan
seberapa jauh pelaksanaan tugas seberapa jauh pelaksanaan tugas seberapa jauh dapat dijalankan
secara aktual dari misi organisasi. Merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan
perilaku perusahaan.
Kinerja koperasi serba usaha merupakan gambaran seberapa jauh hasil ekonomi yang
mampu diraih koperasi serba usaha.Koperasi dikatakan berkinerja baik apabila mereka
mempunyai beberapa kriteria seperti pertumbuhan, profitabilitas yang bisa dilihat dari laporan
keuangan, dan yang penting koperasi harus sehat. Karena kesehatan bisa dipresentasikan dengan
pertumbuhan yang baik dalam periode tertentu.(Novi Eka.R, 2005)
Laba usaha tiap bulan koperasi serba usaha merupakan pendapatan koperasi simpan
pinjam koperasi yang diperoleh dalam satu bulan setelah dikurangi dengan biaya-biaya dari
bulan yang bersangkutan. Besar kecilnya laba usaha koperasisangat tergantung dari aktivitas
jenis usaha itu sendiri. Sumber pendapatan dapat diperoleh dari bunga, administrasi pembiayaan,
administrasi tabungan dan keuntungan dari hasil usaha sektor riil yang semuanya merupakan
hasil dari jasa pelayanan pada anggota maupun non anggota koperasi simpan pinjam.
2.6 Format Laporan Hasil Usaha
Format Laporann Hasil Usaha terdiri atas 3 unsur, yaitu :
a) Partisipiasi Anggota. Dalam unusr ini memerinci partisipasi bruto anggota yang berupa
jasa menghasilkan simpanan maupun penjualan barang kepada anggota dan dikurangi
beban pokok untuk menghasilkan partisipasi bruto.
b) Pendapatan dari Non Anggota. Unsur dalam pendapatan dari non anggota berupa
pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan kepada non anggota serta penjualan
barang dan dikurangi dengan harga pokok penjualan barang serta beban bunga, sehingga
menghasilkan laba koperasi dari bisnis dengan non anggota.
c) Beban Operasional. Penjumlahan partisipasi neto dna laba dari bisnis koperasi dengan
non anggota dikurangi beban operasional seperti Beban Administrasi dan Umum, Beban
Pemasaran untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha sebelum pajak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Koperasi bentuk organisasi yang tujuan utama nya bukan mencari keuntungan tetapi mencari
kesejahteraan anggota, Awalnya koperasi didirikan karena penderitaan dalam lapangan ekonomi
dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Koperasi merupakan
asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip
koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui
perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
Koperasi produsen Yaitu koperasi yang membeli bahan baku, mengolahnya hingga menjadi
produk jadi yang siap pakai, dan menjualnya kepada konsumen yang membutuhkannya. Fungsi
Utama Koperasi Produsen yaitu menjembatani antara produsen bahan baku tertentu dan
konsumen yang membutuhkan prosuk jadi siap pakai. Menjadi tempat pertemuan antara
produsen bahan baku dengan konsumen barang jadi, secara langsung ataupun tidak langsung.
Jenis Persediaan di Koperasi Produsen ada 3 yaitu:1.Persediaan bahan Baku,2. Persediaan
Barang Dalam Proses, 3. Persediaan Barang Jadi.
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang melakukan lebih dari satu unit kegiatan, yaitu
unit usaha simpan pinjam dan unit usaha penjualan barang atau merupakan gabungan dari
koperasi simpan pinjam dan konsumen.

3.2 Saran
Kita harus meningkatkan kesadaran dari diri kita masing - masing dalam usaha untuk
meningkatkan koperasi di Indonesia, dengan cara meningkatkan kinerja anggota koperasi
dengan cara memberikan training atau pelatihan kepada anggota koperasi, kita juga bisa
memodifikasi produk yang ada , dengan memodifikasi produk-produk yang ada dikoperasi untuk
meningkatkan selera masyarakat sehingga tertarik untuk mengkonsumsi produk dari koperasi
tersebut dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun dan juga
memperbaiki koperasi secara menyeluruh. Kita harus menjadikan koperasi yang ada Indonesia
ini sebagai koperasi yang baik dan marilah kita memberi perubahan yang ada untuk lebih
mensejahterkan koperasi Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/jenis-jenis-koperasi-struktur-organisasi-koperasi/

https://www.academia.edu/32345288/bab-7-koperasi-produsen.ppt?auto=download

http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-biaya-bahan-baku-biaya-tenaga-kerja-
dan-biaya-overhead-pabrik-dengan-contoh/

http://eprints.ums.ac.id/10906/1/BAB_I.pdf

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-biaya-overhead-pabrik-
bop/metode-alokasi-biaya-overhead-pabrik-bop

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-septianidw-5255-3-bab2.pdf

http://tesyazulvaaprilia.blogspot.co.id/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai