KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran tuhan yang maha esa karena berkat dan kasih
karunianya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dengan judul Konsep Dasar
Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari semua
pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Ns. Rinco Siregar, S.Kep selaku pembimbing
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang terkait dalam pemberian
bantuan kepada penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.
Latar belakang
A. Definisi
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun
organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide
atau konsep terbaru dalam mencampai tujuan tertentu.
C. Strategi perubahan
Dalam perubahan di butuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dapat
tercapai secara tepat, efektif dan efisien. Cara tersebut membutuhkan strategi khusus dalam
perubahan diantaranya.
1. Strategi rasional empirik ( Empirical rational strategies)
a. Asumsi dasar : manusia adalah rasional
b. Diyakini bahwa perubahan itu diperlukan : riset dasar dan desiminasi ilmu pengetahuan
melalui pendidikan umum.
c. Sistem analisis sebagai staf dan konsultan , terutama yang berhubungan dengan kesukaran
/masalah sestem.
D. Ekologi perubahan
Menurut Urie Bronfrenbrenner
1. Mikrosistem
Mikrosistem adalah setting dimana individu hidup meliputi keluarga, individu, teman-teman
sebaya, sekolah dan linkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung.
Misalnya dengan orang tua, teman sebaya dan guru.
2. Misosistem
Lingkungan misosistem meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara
beberapa konteks.
3. Eksosistem
3
Eksosistem dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam seting sosial lain. Dimana individu
tidak memiliki peran yang aktif mempengaruhi apa yang individu alami dalam kontek yang
dekat.
4. Mikrosistem
Mikrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu pada pola
prilaku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari
generasi ke generasi.
5. Kronosistem
Kronosistem meliputi permulaan peristiwa-peristiwa lingkungan transisi sepanjang rangkaian
kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.
d.
4
Keperwatan sebagai komunitas masyarakat ilmiah harus selalu harus menunjukan jiwa profesional
dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai
profesi tetap bertahan dan berkembang.
F. Contoh perubahan
a. Perubahan ditinjau dari sifatnya
1. Perubahan spontan
- Sebagai respon terhadap kejadian alamiah yang terkontrol.
- Perubahan yang akan terjadi tidak dapat diramalkan sebelumnya.
2. Perubahan pada perkembangan
- perkembangan atau kemajuan yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi dalam
pertumbuhan perkembangan.
3. Perubahan yang direncanakan
- Sebagai upaya yang bertujuan untuk mencampai tingkat yang lebih baik.
b. Perubahan ditinjau dari sifat keterlibatan
1. Perubahan partisipatif
- Melalui penyediaan informasi yang cukup
- Adanya sikap positif terhadap inovasi
- timbulnya komitmen
2. Perubahan paksaan (coerced change)
- Melalui perubahan total dari organisasi
- memerlukan kekuatan personal (personal power)
c. Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan
1. Perubahan berencana
- Menyesuaikan kegiatan dengan tujuan
- dengan titik mula yang jelas dan persiapkan sesuai dengan tujuan yang akan tercapai
2. Perubahan acak atau kacau
- Tanpa usaha mempersiapkan titik awal perubahan
- tidak ada usaha mempersiapkan kegiatan sesuai dengan tujuan
Penutup
Dalam teori ekologi menurut
Bronfenbrenner perkembangan interaksi manusia dengan lingkungan berada dalam lima sistem
lingkungan yang penting yaitu: mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem dan
kronosistem. Dimana dalam kontinuitas atau diskontinuitas ekologi memilikin perhatian. Dengan
lebih menekankan pada perubahan dari pada stabilitas factor-faktor lingkungan sangat kuat
mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Aziz Alimul Hidayat. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 3, Jakarta, Selemba Medika,
2008.
2. http://psikucluk.blogspot.com/2010_02_01_archive.html
3. http://www.scribd.com/doc/31812180/Konsep-Perubahan-Dalam-Keperawatan
4. www.jevuska.com/.../ekologi+perubahan+dalam+keperawatan.html
Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap
(statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan
yang ada.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat
menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu.
Demikianlah kira-kira secara umum tentang keperawatan profesional yang merupakan tanggung
jawab seorang perawat profesional yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan.
Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan
baik atau etikal. Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global, mengingat setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan yang
profesional serta memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Menurut Azrul Azwar (1999) dalam Nursalam (2002) permasalahan pokok yang dihadapi
perawat Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
Menurut Nursalam (2002), ada faktor-faktor lain yang memperlambat perkembangan peran
perawat secara profesional, antara lain :
Menurut Nursalam (2002) beberapa langkah strategis dalam menghadapi trend-issues perubahan
keperawatan di masa depan antara lain adalah
Langkah awal yang perlu ditempuh oleh Perawat Profesional adalah mengembangkan
Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada para perawat untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2002, semua
pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat
profesional yaitu pada tahun 2015 sudah lebih dari 80% perawat berpendidikan Ners.
Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional
memang sedang dilakukan. Caranya adalah dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang
Akademi Keperawatan dan dari lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke
jenjang Program pendidikan Ners (S1 Keperawatan).
Dalam rangka menambah jumlah lulusan perawat profesional tingkat sarjana, perlu upaya
penambahan jumlah dan kualitas Pendidikan Keperawatan yang menghasilkan Ners. Perlu
diadakan penataan sistem regulasi pendidikan keperawatan, agar institusi penyelenggaraan
program pendidikan Ners memperhatikan kualitas lulusannya.
Tujuan peningkatan pendidikan tersebut berguna bagi perawat dalam mempersiapkan diri
sebagai seorang pemimpin dalam mengelola pelayanan keperawatan kepada pasien di
RS/Komunitas. Kepemimpinan yang profesional harus sepenuhnya disadari dan didukung oleh
peningkatan ilmu keperawatan yang kokoh dan meningkatkan kontribusi pelayanan keperawatan
kepada masyarakat.
Keperawatan harus dapat menjabarkan isi dari disiplin ilmu untuk dapat memberikan justifikasi
dan promosi secara langsung dalam kegiatan keperawatan. Pengembangan ilmu keperawatan
melalui riset akan dapat berkolaborasi dengan disiplin ilmu lain dan membedakan kontribusi
keperawatan terhadap tim kesehatan lainnya.
Pelaksanaan riset merupakan dasar ilmu dan seni di dalam praktik keperawatan profesional.
Pelaksanaan riset keperawatan berdasarkan praktik keperawatan dapat memengaruhi dan
mengubah arah perkembangan pendidikan serta praktik. Riset keperawatan harus dilihat dari
sebagai bagian integrasi dari praktik keperawatan.
Perawat yang bekerja dengan pasien dan peka terhadap respons dari individu terhadap penyakit
dan kesehatan. Perawat dipersiapkan untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisisnya
melalui penelitian yang berdampak terhadap pelayanan keperawatan untuk semua orang.
Berdasarkan filosofi keperawatan yang kita yakini, bahwa perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada 3 hal: humanistik, holistik, dan care. Sehingga masalah-
masalah keperawatan harus berdasarkan filosofi tersebut dan tercermin dalam paradigma
keperawatan.
Asuhan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah klien secara fisik,
psikis, dan sosial- spiritual dengan fokus utama mengubah perilaku klien (pengetahuan, sikap,
dan keterampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri.
Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan consumer minded terhadap
pelayanan yang diterima. Hal ini didasarkan pada tren perubahan saat ini dan persaingan yang
semakin ketat. Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan
mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat dijadikan sebagai indikator agar
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional di masa depan terpenuhi.
Sementara kualitas layanan keperawatan pada masa mendatang belum jelas, peran perawat harus
dapat menunjukkan dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan. Ada 4 hal yang
harus dijadikan perhatian utama keperawatan di Indonesia:
Implikasi pelayanan keperawatan di masa mendatang dapat dijawab dengan memahami dan
melaksanakan “Karakteristik Perawat Profesional dan Perawat Milenium” tersebut di bawah ini.
Menurut Nursalam (2001), peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan
perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga perawat dituntut mampu
menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi
pelayanan kesehatan. Saat ini terdapat suatu keinginan untuk mengubah sistem pemberian
pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat,
diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan pada isu di
masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia,
maka model sistem asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktik
keperawatan profesional.
Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah 1) Tim, 2) Primer, dan 3)
Kasus
Teori-teori Perubahan.
1. Teori Perubahan Lippit
Lippit ingin menunjukkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan
pembaharuan.
Langkah-langkahnya meliputi:
1. Menentukan diagnosa terlebih dahulu pada masalah yang ada
2. Mengadakan penilaian terhadap motivasi dan kemampuan dalam perubahan
3. Melakukan penilaian terhadap motivasi pasien/agen dan sumber daya.
4. Memilih tujuan perubahan yang progresif
5. Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai agen perubahan (pendidik, peneliti, pemimpin)
6. Mempertahankan hasil dari perubahan yang telah dicapainya
7. Melakukan penghentian bantuan supaya harapan peran dan tanggungjawab dapat tercapai
secara bertahap
Kurt Lewin
Teori perubahan Lewin menjelaskan bahwa seseorang yang akan mengadakan suatu
perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum agar proses perubahan
tersebut terarah dan mencapai tujuan yang ada. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan
(driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan
dapat terjadi dengan memperkuat driving forcesdan melemahkan resistences to change.
Tahapan perubahan menurut Lewin antara lain :
1. Unfreezing ( Tahap Pencairan )
Pada tahap awal ini, seseorang mencari sesuatu yang baru baik dari sisi nilai, sikap maupun
kepercayaan. Seseorang dapat mengadakan proses perubahan jika memiliki motivasi yang kuat
untuk berubah dari keadaan semula.
2. Changing ( Tahap Mengubah )
Pada tahap ini , Changing merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving
forces maupun memperlemahresistances. Bisa dikatakan juga tahap menstabilkan norma-norma
yang sudah ada.
3. Refreezing ( Tahap Pembekuan )
Pada tahap ini merupakan tahap pembekuan di mana seseorang yang mengadakan
perubahan telah mencapai tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru.
4. Action Research ( Tahap Penelitian Tindakan )
Tahap penelitian tindakan menjelaskan bahwa hasil penelitian yang ada langsung
diaplikasikan ke kegiatan-kegiatan yang ada. Kemudian, lebih fokus menaruh penelitian terhadap
suatu tindakan yang berfokus pada masalah yang nyata. Penelitian itu dikembangakan dari
pengetahun atau teori dan logat yang dapat di ambil.
Rogers
Menurut Rogers E, perubahan sosial adalah proses di mana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu antara anggota suatu sistem
sosial.
Langkah-langkah untuk mengadakan perubahan menurut Rogers antara lain:
1. Tahap Awareness
Tahap awal yang menyatakan bahwa untuk mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran
untuk berubah.
2. Tahap Interest
Tahap ini menyatakan untuk mengadakan perubahan harus timbul perasaan suka / minat terhadap
perubahan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak ditemukan hambatan
selama mengadakan perubahan.
4. Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru
dapat diketahui hasilnya sesuai dengan situasi yang ada.
5. Tahap adoption
Tahapan terakhir yaitu proses perubahan terhadap sesuatu yang baru setelah ada uji coba dan
merasakan ada manfaatnya sehingga mampu mempertahankan hasil perubahan.
3. Early Majority
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama
yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati
sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang
lama.
4. Late Majority
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga
kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka
mengambilkeputusan.
5. Laggards
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat
lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka
bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.
Motivasi Dalam Perubahan.
Motivasi itu timbul karena tuntutan kebutuhan dasar manusia,sedangkan kebutuhan dasar
manusia yang dimaksud antara lain:
1. Kebutuhan fisiologis (makan, minum, tidur, oksigen dll) berdasarkan kebutuhan tersebut maka
manusia akan selalu ingin mempertahankan hidupnya dengan jalan memenuhinya atau
mengadakan perubahan.
2. Kebutuhan keamanan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapatkan
jaminan keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang ada.
3. Kebutuhan social. Kebutuhan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat hidup
sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
4. Kebutuhan penghargaan dan dihargai. Setiap manusia selalu ingin mendapatkan penghargaan
dimata masyarakat akan prestasi, status, dan lain-lain. Untuk itu manusia akan termotivasi untuk
mengadakan perubahan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan perwujudan diri agar di akui masyarakat akan
kemampuannya dan potensi yang dimiliki.
6. Kebutuhan interpersonal yang meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama untuk melakukan
control dalam mendapatkan pengaruh dari lingkungan.
Perubahan dalam organisasi terdapat 3 tingkatan yang berbeda, yaitu: individu yang
bekerja di organisasi tersebut, perubahan struktur dan system hubungan interpersonal. Strategi
membuat perubahan dapat dikelompokan menjadi 4 hal, yakni:
1. Memiliki visi yang jelas
Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi dapat mempengaruhi pandangan
orang lain. Misalnya visi J.F kennedy, “menempatkan seseorang dibulan sebelum akhir abad
ini.” Visi harus disusun secara jelas, ringkas, mudah, dipahami dan dapat dilaksanakan oleh
setiap orang.
2. Menciptakan budaya organisasi tentang nilai-nilai moral dan percaya kepada orang lain
Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting. Perubahan
akan lebih baik jika mereka percaya seseorang dengan kejujuran dan nilai-nilai yang
diyakininya. Orang akan berani mengambil suatu resiko terhadap perubahan, apabila mereka
dapat berpikir jernih dan tidak emosional dalam menghadapi perubahan. Setiap perubahan harus
diciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung.
Menurut porter dan O’Grady (1986) upaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan iklim
yang kondusif adalah:
· Kebebasan untuk berfungsi secara efektif
· Dukungan dari sejawat dan pimpinan
· Kejelasan harapan tentang lingkungan kerja
· Sumber yang tepat untuk praktik secara efektif
· Iklim organisasi yang terbuka
3. System komunikasi yang jelas, singkat dan sesering mungkin
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang perlu dijelaskan
tentang perubahan untuk menghindari rumor atau informasi yang salah. Semakin banyak orang
yang mengetahui tentang keadaan, maka mereka akan semakin baik dan mampu dalam
memberikan pandangan ke depan dan mengurangi kecemasan serta ketakutan terhadap
perubahan. Menurut silber (1993), komunikasi satu arah tidak cukup dan sering menimbulkan
kebingungan karena orang tidak mengetahui apa yang akan terjadi.
4. Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang berkompeten. Begitu rencana sudah tersusun,
maka segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan di organisasi, karena keterlibatan akan
berdampak terhadap dukungan dan advokasi (Endah, Rika. 2003).
3.2 Saran.
Kita harus menyadari bahwa perubahan akan terjadi dan memang selalu terjadi serta
tidak bisa dihindari oleh karena itu kita harus mempersiapkan suatu menajemen untuk
menghadapinya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan di dalamnya baik dalam struktur, maupun pembahasannya. Jadi saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dan semoga makalah ini juga bisa bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A.2007, Edisi 2.Pengantar konsep dasar keperawatan.Penerbit:Salemba
medika.Surabaya.
A. Aziz Alimul Hidayat. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 3, Jakarta, Selemba Medika, 2008.
Nursalam (2001), Proses dan Dokumentasi keperawatan konsep dan praktek, salemba medika,
Jakarta.