Di Susun Oleh
Elza Welma Pesireron
Siti Nur Asih
Kelompok 7
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul “ TEORI MC. GREGOR ” ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Manajemen Keperawatan di Jurusan DIII Keperawatan Manokwari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................4
A. Pengertian Kepemimpinan...................................................................................4
B. Pengertian Manajemen........................................................................................5
C. Teori Kepemimpinan............................................................................................7
D. Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan......................................................12
E. Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan.............................................12
F. Pimpinan dan Kepemimpinan...........................................................................12
G. Hubungan Antar Manusia Ada Dua Jenis :......................................................13
H. Tugas - Tugas Pimpinan :..................................................................................13
I. Peranan Pemimpin Terhadap Kelompok :.......................................................13
J. Issue Kepemimpinan..........................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................16
PENOMENA PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI.........................................................16
A. Fenomena Pelayanan Keperawatan Saat Ini....................................................16
B. Kebijaksanaan Pemerintah................................................................................16
C. Perubahan Profesi Keperawatan Di Indonesia.................................................17
D. Dampak Perubahan............................................................................................20
E. Permasalahan......................................................................................................23
BAB IV.........................................................................................................................................26
PEMBAHASAN..........................................................................................................................26
A. Langkah Strategis Dalam Menghadapi Fenomena..........................................26
B. Kepemimpinan Organisasi Keperawatan :.......................................................27
BAB V..........................................................................................................................................30
SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................................30
A. Simpulan..............................................................................................................30
B. Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, ini akan terus berubah
seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus-menerus berkembang dan mengalami
perubahan, demikian pula dengan keperawatan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai
aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat,
keperawatan sebagai iptek, serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan
kelompok masyarakat profesional. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari
berbagai faktor yang memengaruhi keperawatan, maka akan berdampak pada perubahan
dalam pelayanan/asuhan keperawatan, perkembangan iptekkep, maupun perubahan dalam
masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai masyarakat
profesional.
Seperti telah dipahami bahwa tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada Milenium III, termasuk asuhan keperawatan akan terus berubah karena masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus mengalami perubahan. Masalah
keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus-
menerus berubah, karena berbagai faktor-faktor yang mendasarinya juga terus mengalami
perubahan. Dengan berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan
profesional serta kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan yang
juga mencakup keperawatan, maka mungkin saja akan terjadi pergeseran peran
keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Tanpa memperhatikan industri, ukuran atau lokasi, memasuki abad 21, organisasi bisnis
dihadapkan pada berbagai tantangan bisnis yang kritis dan secara kolektif tantangan-
tantangan tersebut menuntut organisasi membangun kemampuan baru. Tantangan yang
paling kompetitif adalah penyesuaian kepada perubahan yang tiada henti-hentinya. Fak-
tor-faktor lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan, menjadikan masa depan
bisnis semakin tidak pasti dan mengalami turbulansi. Perubahan-perubahan yang terjadi
menuntut organisasi untuk membangun kemampuan baru. Organisasi harus selalu dalam
kondisi transformasi yang tidak pernah berakhir, bersifat fundamental, dan kontinyu.
2
Mendasarkan pada gambaran di atas, kepemimpinan yang efektif menjadi faktor kritis
yang sangat menentukan keberhasilan organisasi. Untuk mengantisipasi perubahan-
perubahan yang terjadi, organisasi membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan yang
cocok dengan karakteristik organisasi masa depan. Pertanyaannya, kepemimpinan yang
bagaimana yang harus dimiliki yang bisa membawa organisasi mencapai tujuannya?
Untuk menjawab hal itu, tulisan ini akan mencoba mencari dan menelusuri jawaban, serta
menyodorkan karakteristik kepemimpinan yang efektif organisasi masa depan.
Pembahasan berturut-turut meliputi teori kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan
yang efektif, pendekatan peningkatan keefektifan kepemimpinan, dan disertai model
diagnosis perilaku organisasi yang mendukung kepemimpinan yang efektif.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah
sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian
tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata
masyarakat.Hal ini berkaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan
keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di
atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang kepemimpinan.Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai
2
3
pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan
(Aziz Alimul, 2004).
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang
dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam makalah ini penulis
akan membahas berbagai macam gaya kepemimpinan yang ada digunakan dalam
keperawatan.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi diri dari
ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar ancaman terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja. Atasan / pimpinan menciptakan kondisi
untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat
diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.Untuk
dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami
tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk
motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
3
4
B. Tujuan
Untuk mendeskripsikan, memberikan gambaran, dan membandingkan antara konsep,
teori dan prinsip kepemimpinan dalam keperawatan yang dilahirkan menurut beberapa
ahli keperawatan
4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep,Teori dan Prinsip Kepemimpinan dalam Keperawatan
A. Pengertian Kepemimpinan
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry, Leadership is
the activit of influencing people to strive willingly for group objectives. Stoner,
kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiata-
kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang untuk
memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan, dan
karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan polotik lingkungan.
McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks
5
6
yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat
kerja atau kekuatan dari luar.
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to follow in
the achivement of a common goal. Handbook of Leadership, memberikan definisi
kepemimpinan sebagai“suatu interaksi antar anggota suatau kelompok.
Kepemimpinan dapat terjadi di luar konteks organisasi dan didefinisikan sebagai proses
menggerakkan satu atau beberapa kelompok dalam beberapa arahan tanpa melalui tekanan.
B. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam suatu kegiatan di
organisasi. Didalam menajemen mencakup POAC (Planning, Organizing, Actuating,
6
7
Controlling) terhadap staf, sarana, prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey,1999).
Manajemen didefinisikan sebagai proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain,
sedangkan manajemen keperawatn adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan kepeawatan secara professional. (Gillies, 1986)
Filosofi manajemen yaitu Totall Quality Management (TQM) menurut Edwards Deming
(2002) memiliki karakteristik sebagai berikut :
PROSES KEPERAWATAN
7
8
3. Chris Argyris (1964) mendukug teori Mc. Gregor (1981) dan Mayo yang
menyatakan bahwa manajer yang terlalu dominan menyebabkan pegawai tidak termotivasi
dan cenderung pasif.
C. Teori Kepemimpinan
Pengembangan Teori Kepemimpinan
1. Teori Bakat ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa
seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang di perlukan seseorang untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Kemampuan seorang pemimpin di tentukan
oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.
Teori Bakat (Trait Theory) atau Great Man Theory: Menekankan bahwa setiap orang adalah
pemimpin (yang dibawa sejak lahir) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marquis dan Huston,1998).
Ciri-ciri :
a) Intelegensi
1) Pengetahuan
2) Keputusan
3) Kelancaran berbicara
b) Kepribadian
1) Adaptasi
2) Kreatif
3) Kooperatif
4) Siap / siaga
5) Rasa percaya dri
6) Integritas
7) Keseimbangan emosi dan mengontrol
8) Independen
9) Tenang
c) Perilaku
1) Kemampuan bekerja sama
2) Kemampuan interpersona;
3) Kemampuan diplomasi
4) Partisipasi sosial
8
9
5) Prestise
2. Teori Perilaku: teori ini menekankan apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana
seorang manajer menjalankan fungsinya . teori ini dinamakan Gaya Kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi ( Vestal, 1994 ).
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdaarkan perilaku pemimpin itu sendiri
( Gillis,1970 ).
Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli:
a) Gaya Kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Bahwa kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan bawahan, yang dipengaruhi
oleh faktor manajer, karyawan, dn situasi.
b) Gaya Kepemimpinan menurut Likert :
Mengelompokkan menjadi empat sistem ;
1) Sistem Otoriter – Eksploitatif
2) Sistem Benevolent – Otoritatif
3) Sistem konsultatif
4) Sistem partisipatif
c) Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y :
1) Gaya Kepemimpinan diktator
2) Gaya Kepemimpinan otokratis
3) Gaya Kepemimpinan santai
9
10
1) Otoriter
2) Demokratis
3) Libera; / Laissez Faire
g) Gaya Kepemimpinan berdasarkan kekuasan dan wewenang ( Gillis,1996):
1) Direktif
2) Suportif
3) Partisipatif
4) Bebas bertindak
3. Teori Kontingensi dan situasional: menekankan bahwa manajer yang efektif adalah
manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan faktor bawaan, perilaku
dan situasi
4. Teori Kontemporer: menekankan pada empat kompoen penting dalam pengelolaan
yaitu, manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan yang didukung oleh
teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.
5. Teori Motivasi:
Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya :
Teori Penjelasan
1. Hierarki kebutuhan (Maslow) Fisiologi = gaji pokok
Aman = perencanaan yang regular (gaji)
Kasih sayang = kerja sama secara tim
Harga diri = pencapaian posisi
Aktualisasi = tantangan alam bekerja
2. Teori ERG (Clayton Alderfer) E = Existence (fisiologis)
R = Relatedness ( kasih sayang)
G = Growth (tantangan dalam bekerja)
3. Teori Dua Faktor (Frederich Motivators = kepuasan kerja
Herzberg) Hyiene = lingkungan yang kondusif
4. Teori Belajar (Mc Clelleand) Affiliation = bersahabat
Power = memerintah orang lain
Achievement = suka tantangan, kompetisi
dan menyelesaikan masalah secara detail
Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan Prosesnya :
Teori Penjelasan
1. Teori keadilan (Adams) Berdasarkan nilai-nilai dan kadilan
terhadap karyawan
10
11
6. Teori Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan teori Y dari
Mc. Gregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z
meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan
yang holistik terhadap staf.
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960),
dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan
dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa
bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab,
cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya
Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung
jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori
ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
7. Teori Interaktif
11
12
Teori ini dikemukakan oleh Schein (1970), menekankan bhawa staf atau pegawai adalah
manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan
berkembang secara dinamis.
Hollande (1978) menekankan bahwa antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi oleh peran
lainnya. Pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan unutk menggunakan proses
penyelesaian masalah, memepertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik, kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan
mengembangkan indentifikasi kelompok.
8. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini muncul
sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata
dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan
dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
9. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak
menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seorang
yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan
yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan
bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi
pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang
yang di peroleh dari alam.
12
13
13
14
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager ,
yakni pimpinan puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini diutamakan
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah
ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan penggambaran hal - hal
yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan
secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan
komunikasi dengan sesama manusia lain.
2. Public Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.
14
15
J. Issue Kepemimpinan
Ada atau tidak adanya kepercayaan menjadi isu kepemimpinan yang sangat penting dalam
organisasi dewasa ini.
Adapun lima dimensi kunci kepercayaan :
1. Integritas : merujuk pada kejujuran dan kebenaran
2. Kompetensi : mencakup pengetahuan dan keterampilan tehnis dan interpersonal
3. Konsistensi : terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi.
4. Loyalitas : keinginan melindungi orang lain (biasanya atasan)
5. Keterbukaan : kejujuran terhadap orang lain
Isu terkait kepemimpinan kontemporer:
1. Kepemimpinan Kharismatis : pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan
heroic/luar biasa ketika mereka mengamati perilaku pemimpin mereka.
2. Kepemimpinan transformasional : pemimpin yang menginpirasi pengikut untuk
melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalam dan luar
biasa pada para pengikut.
3. Kepemimpinan Visioner : kemampuan menciptakan dan
mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi.
4. Gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam organisasi, seperti kepemimpinan
karismatik dan kepemimpinan transformasional. Kedua jenis kepemimpinan ini pertama kali
diungkapkan oleh burn pada tahun 1978 dalam konteks politik, yang kemudian
15
16
dikembangkan oleh bass:1985 serta berry dan houston:1993 yang membawanya dalam
konteks organisasional. Kepemimpinan karismatik dan transformasional sering disebutkan
secara berdampingan satu dengan yang lainnya ini karena pada dasarnya keduanya memilki
perspektif yang sama dalam hal seorang pemimpin harus memberikan “sesuatu” agar
anggota bergerak menuju tujuan organisasi, yang membedakan keduanya adalah apa
“sesuatu” yang diberikan tersebut.
5. Pemimpin di Indonesia yang berkarisma salah satunya yakni soeharto. Karisma
memiliki komponen etika. Pemimpin yang etis menggunakan karisma mereka untuk
menguasai para pengikutnya yang bertujuan untuk melayani sesama. Sedangkan pemimpin
yang tidak etis menggunakan karisma mereka untuk kepuasan diri mereka sendiri.
16
BAB III
PENOMENA PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI
B. Kebijaksanaan Pemerintah
Paradigma sehat yang diartikan di sini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada
orang sakit, sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif
dengan maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan
produktif serta tidak mudah jatuh sakit. Di sisi lain, dipandang dari segi ekonomi,
melakukan investasi dan intervensi pada orang sehat atau pada orang yang tidak sakit
akan lebih efektif dari segi biaya daripada intervensi terhadap orang sakit. Pada masa
mendatang, perlu diupayakan agar semua kebijakan pemerintah selalu berwawasan
kesehatan, motonya akan menjadi “Pembangunan Berwawasan Kesehatan.”
17
18
Perubahan-perubahan yang terjadi di era global akan berdampak positif dan negatif
terhadap pelayanan keperawatan.
18
19
19
20
(2) Kependudukan
Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat dituntut untuk
menguasai teknologi komputer di dalam melaksanakan MIS (Management Information
System) baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan keperawatan.
Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi yang harus disertai dengan realisasi
pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan
profesionalisasi (Kelly dan Joel, 1995). Karakteristik profesi yaitu:
20
21
D. Dampak Perubahan
Perubahan sosial ekonomi dan politik, kependudukan, dan iptek akan berdampak
terhadap perubahan praktik keperawatan, pendidikan keperawatan dan perkembangan
iptek keperawatan. Perawat pada abad mendatang akan menghadapi suatu kesempatan
dan tantangan yang sangat luas sekaligus suatu ancaman (Chitty, 1997: 470).
1. Praktik Keperawatan
21
22
1) Pengurangan anggaran
Perawat Indonesia saat ini dihadapkan pada suatu dilema, disatu sisi dia harus terus
mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, di lain pihak pemerintah
memotong alokasi anggaran untuk pelayanan keperawatan. Dalam melaksanakan
tugasnya, sering kali perawat jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik
karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu. Keadaan tersebut
sebagai suatu tantangan bagi perawat dalam berpegang terus dalam nilai-nilai moral dan
etik.
3) Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan iptek dalam praktik keperawatan bagi
perawat Indonesia merupakan suatu keharusan. Penguasaan IPTEK juga akan berperan
dalam menepis dan meyeleksi iptek yang sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya
masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. Apabila kita tetap tidak mampu menerapkan
teknologi yang ada, maka kita akan menjadi orang yang tertinggal dan ditinggalkan oleh
konsumennya.
4) Tempat Praktik
22
23
Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan,
sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan. Berdasarkan hasil kajian penulis, hal
tersebut terjadi karena belum dipahaminya atau dikembangkannya “body of knowledge”
keperawatan. Selama menempuh pendidikan, perawat mendapatkan ilmu dan pola pikir
yang hampir sama dengan profesi kedokteran. Sehingga bukan sesuatu yang aneh setelah
lulus, para perawat akan praktik melakukan hal yang sama seperti apa yang
didapatkannya di sekolah. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema karena tidak
jelasnya batas kewenangan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Keadaan ini jelas
akan berdampak terhadap peran perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan.
Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan oleh
perawat di era global. Meningkatnya kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-
kajian dan pembaharuan yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian. Berkembangnya
ilmu keperawatan akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas dan kemandirian
perawat dalam melaksanakan tugasnya.
23
24
proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang,
ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
E. Permasalahan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus menerus berkembang, baik disebabkan
adanya tekanan eksternal, maupun karena tekanan internal keperawatan. Masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat menuntut dikembangkannya pendekatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang berbeda. Hal ini menyebabkan iptek Keperawatan
sebagai bentuk tekanan eksternal, harus terus-menerus dikembangkan.
Menurut Azrul Azwar (1999) dalam Nursalam (2002) permasalahan pokok yang dihadapi
perawat Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah berupaya mewujudkan
sistem kesehatan yang baik, sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health
service) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands)
masyarakat, sementara itu di sisi lain biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat. Akan tetapi perawat belum melaksanakan peran secara
optimal. Di sinilah letak masalahnya, karena dalam praktik sehari-hari penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan, yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat tidaklah mudah. Tidak mengherankan jika pada saat ini banyak ditemukan
keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan di Indonesia.
Di Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika PSIK untuk
pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Padahal di negara-
24
25
negara maju, banyak pengakuan body of knowledge tersebut telah lama ditemukan.
Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk pertama kali
memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor lingkungan.
Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika profesi kesehatan lain, hingga saat masih
belum sepenuhnya apakah keperawatan sebagai suatu ilmu.
Jika ditinjau dari berbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya pengembangan sistem pelayanan keperawatan yang dipandang merupakan
masalah yang amat pokok, karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan
keperawatan belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktik keperawatan,
tetapi juga kewenangan para penyelenggaranya. Model asuhan keperawatan sesuai
dengan kelompok keilmuan keperawatan masih belum dikembangkan di tatanan
pelayanan (rumah sakit maupun Puskesmas). Meskipun model tersebut telah dilatihkan
kepada para perawat dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan. Sehingga di sana–
sini masih ditemukan ketidakpuasan pasien, perawat, dan stakeholder lainnya terhadap
pelayanan keperawatan.
25
26
Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien. Perasaan
rendah diri/kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kurang memadai serta sistem pelayanan kesehatan
Indonesia yang menempatkan perawat sebagai warga negara kelas dua. Stigma inilah
yang membuat perawat dipandang tidak cukup memiliki kemampuan yang memadai dan
kewenangan dalam pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, lebih dari 90% perawat tidak
melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini lebih disebabkan oleh:
pengetahuan/keterampilan riset yang sangat kurang, keterbatasan waktu, tidak adanya
anggaran karena kebijakan yang kurang mendukung pelaksanaan riset. Baru pada tahun
2000-an, Pusdiknakes memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melaksanakan
riset, itupun hasilnya masih dipertanyakan karena banyak hasil yang ada lebih mengarah
pada riset kesehatan secara umum. Riset tentang keperawatan hampir belum tersentuh.
Faktor lain yang sebenarnya sangat memprihatinkan adalah tugas akhir yang diberikan
kepada mahasiswa keperawatan bukan langkah-langkah riset secara ilmiah, tetapi lebih
menekankan pada laporan kasus per kasus.
Gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat rendah bila
dibandingkan dengan negara lain, baik di Asia ataupun Amerika. Keadaan ini berdampak
terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional.
Masalah ini sangat krusial bagi pengembangan profesi keperawatan, karena sistem sangat
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang baik. Hal ini tentunya akan mempengaruhi
26
27
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Dengan landasan penalaran yang tajam, Brill dan Worth (1997) memberikan ramalan
bahwa organisasi masa depan yang akan mampu bersaing harus memiliki visi yang jelas
dan terarah. Visi adalah suatu pernyataan yang berisi arahan yang jelas tentang apa yang
harus diperbuat organisasi di masa yang akan datang. “A vision is a realistic, credible,
attractive future for your organization” (Nanus: 1992). Visi yang jelas dan tepat sesuai
dengan kebutuhan organisasi akan mampu menumbuhkan hal-hal berikut: 1)
menumbuhkan komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan mampu memupuk semangat
kerja karyawan, 2) menumbuhkan rasa kebermaknaan di dalam kehidupan kerja
karyawan, 3) menumbuhkan standar kerja yang prima, 4) menjembatani keadaan
organisasi masa sekarang dan masa depan. Penelitian Collin dan Porras (dalam Pradian-
syah: 1997), menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki visi dapat melampaui prestasi
organisasi yang tidak memiliki visi sampai 55 kali.
Suatu survai yang dilaksanakan majalah Fortune terhadap 1500 pimpinan senior
perusahaan, mengungkapkan ciri-ciri atau kemampuan paling dominan yang harus
dimiliki pimpinan pada tahun 2000 adalah kemampuan merumuskan visi masa depan
(Korn: 1989 dalam Chandra: 1997). Menurut Kotter (1996) visi organisasi merupakan
tanggung jawab pemimpin organisasi. Visi adalah komponen sentral dari kepemimpinan
yang hebat (great leadership). Dengan visinya seorang pemimpin memberikan jaminan
kepastian/keamanan kepada anak buahnya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
karena pengaruh perubahan lingkungan (Pradiansyah: 1997).
Sudah jelas bahwa pekerjaan yang tidak ringan dan menjadi keharusan bagi seorang
pemimpin untuk dapat merumuskan visi kepemimpinannya (visi organisasi) dengan jelas
dan terarah. Untuk dapat merumuskan visi yang jelas, kepemimpinan organisasi harus
mempertanyakan hal-hal berikut (Nanus: 1992): apa visi dan tujuan organisasi saat ini,
apa manfaat organisasi bagi masyarakat, apa ciri wilayah kerja dan kerangka kerja
institusional dimana organisasi beroperasi, apa keunikan organisasi di dalam wilayah
garapan atau di dalam struktur yang dimasuki, dan hal-hal apa yang harus dilakukan agar
organisasi maju dan berkembang?
28
29
Di depan telah disodorkan kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin yang
terangkum dalam 5 dimensi. Mendasarkan pada fenomena perubahan yang terus menerus
terjadi, di samping harus memiliki visi yang jelas dan terarah, pemimpin organisasi masa
depan harus memiliki kompetensi yang menonjol sesuai lingkungan perubahan. Spencer,
et al. (1994) mengidentifikasi beberapa kompetensi yang akan semakin penting bagi
pemimpin organisasi masa depan yang meliputi: 1) kemampuan berpikir strategis, yaitu
kemampuan untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang berlangsung
cepat, peluang pasar, ancaman kompetisi, kekuatan dan kelemahan organisasi yang
dipimpinnya, serta mampu mengidentifikasi tanggapan-tanggapan strategis, 2)
kepemimpinan dalam perubahan, yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan visi
Strategis organisasi kepada seluruh pihak yang terkait, menciptakan komitmen dan
motivasi, penggerak inovasi dan semangat kewirausahaan, serta mampu mengalokasikan
sumber daya organisasi secara optimal untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi,
3) pengelolaan hubungan, yaitu kemampuan untuk membina hubungan di tengah-tengah
jaringan kerja yang kompleks, baik dengan partner usaha maupun pihak lain yang
memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi.
Prinsip sukses dalam menghadapi tren perkembangan keperawatan di masa depan, setiap
perawat harus memiliki 3 unsur utama: visi (ilmu–konsep), aktivitas yang nyata, dan
motivasi yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga perlu selalu tertanam suatu
prinsip “Success is my Right, … not just only belong to other profession.” Oleh karena
itu, perlu ditanamkan suatu sikap yang konsisten, komitmen, kolaboratif, kondusif, dan
disiplin yang tinggi.
1) KOREK
(1) Kolektivitas (Kebersamaan):
Dalam mencapai tujuan peningkatan kualitas layanan keperawatan, perawat masa depan
harus menumbuhkan rasa kebersamaan dan “emotional solidarity.” Meyakini dan
29
30
berpedoman bahwa apa yang dilakukan adalah untuk profesi, maka harus dipupuk rasa
kebersamaan. Tanpa adanya rasa kebersamaan, maka sebuah tim akan mudah “diobok
obok” orang lain dan bercerai berai.
Segala aktivitas yang dilaksanakan harus terencana dengan baik. Hal ini penting bagi
perawat masa depan untuk selalu bertindak berdasarkan pertimbangan dan perencanaan
yang matang.
Prinsip pelayanan keperawatan masa depan adalah efektivitas dan efisiensi. Perawat harus
dapat memberikan asuhan keperawatan yang cepat, tepat, dan akurat. Efisiensi dalam
penggunaan sarana dan dana dalam pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan
indikator utama perawat masa depan.
(5) Komitmen:
2) API
(1) Aktualisasi
30
31
pendidikan bagi perawat mutlak diperlukan dalam mencapai tujuan aktualisasi diri dan
rasa percaya diri yang tinggi.
(2) Produktif
Singkatan NATO “No Action Talk Only,” harus dihindari oleh perawat masa depan.
Potret perawat masa depan adalah perawat yang produktif, mempunyai suatu aktivitas
profesional yang bermanfaat bagi anggota profesinya.
(3) Inovatif
Selalu berpikir jauh ke depan dan terus maju merupakan ciri khas perawat masa depan
dengan belajar dari pengalaman dan kesalahan masa lalu. Perawat masa depan harus
melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam penataan organisasi profesi, pendidikan,
praktik, dan ilmu keperawatan.
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Organisasi masa depan yang mampu bertahan adalah organisasi yang memiliki
kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang efektif memiliki 10 karakteristik: 1)
mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan, 2) berkomunikasi secara efektif
dengan bawahan, 3) memberi informasi kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan
perusahaan dari mereka, 4) menetapkan standar hasil kerja yang tinggi, 5) mengenali
bawahan beserta kemampuannya, 6) memberi peranan kepada para bawahan dalam
proses pengambilan keputusan, 7) selalu memberi informasi kepada bawahan mengenai
kondisi perusahaan, 8) waspada terhadap kondisi moral perusahaan dan selalu berusaha
untuk meningkatkannya, 9) bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan
10) menghargai prestasi bawahan.
Oleh karena menjadi pemimpin yang efektif membutuhkan proses, maka sebuah
organisasi dapat menggunakan strategi berikut untuk meningkatkan keefektifan, yaitu:
leadership substitues, ledaership enhancers, dan leadership neutralizers. Kepemimpinan
yang efektif juga memerlukan model untuk mendiagnosa perilaku organisasi. Model yang
bisa digunakan adalah “A Congruence Model for Diagnosing Organizational Behavior”.
Dengan model tersebut segala permasalahan perilaku organisasi dapat diketahui dan
ditemukan strategi pemecahannya.
B. Saran
Alternatif strategi pemimpin organisasi perawat Indonesia dalam menghadapi asuhan
keperawatan di masa mendatang adalah “the nurse should do no harm to your self”
(Nightingale). Pernyataan ini berarti semua tindakan keperawatan harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien tanpa adanya risiko negatif yang ditimbulkan. Strategi yang harus
ditempuh meliputi: (1) Peningkatan pendidikan bagi perawat practicioners, (2)
Pengembangan Ilmu Keperawatan, (3) Pelaksanaan riset yang berorientasi pada masalah
di klinik/komunitas, dan (4) Identifikasi peran manajer perawat profesional di masa
depan, dan (5) Menerapkan model dan metode asuhan keperawatan profesional terbaru
(MAKP).
32
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar. 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: PT. Bina Rupa
Aksara.
Christina S.I. (1990), Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper Padjajaran Bandung
(tidak dipublikasikan).
Dee Ann Gillies. 2002. Nursing Management. Philadelphia: WB. Saunders Company.
Eleanor J. Sullivan dan Phillip J. Decker. 1995. Effective Management in Nursing.
California: Addison-Wesley Publishing Company.
Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill.
Gillies, DA. (1996), Manajemen Keperawatan, Suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders
Company, Philadephia.
H. Moh. Isa. 2001. Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI.
James A.F. Stoner, Management, Secont Editions, Prentice-Hall International, Inc., 1982.
Lancoster, J. dan Lancoster, W. (1982), Change Agent as Leaders in Nursing; CV. Mosby
Company, St. Louis.
Prayitno, S. (1997), Dasar-dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat; Airlangga University
Press, Surabaya.
Robert J. Thierauf, Robert C. Klekamp, Daniel W. Gedding, Management Principles and
Practices: A Contigency and Questionnare Approach, John Willey & Son, New York, 1997
Robbins, Stephen, et.al. 1994. Organizational Beharviour: Concepts, Controversies and
Applications, Prentice-Hall Australia and New Zealand.
Stephen J. Carrol & Henry L. Tosy, Organizational Behavior, John Willey & Son, New York,
1977
Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of India.
T. Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Vroom V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh, PA: University
of Pittsbyrgh Press.
Howell, J.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership,Transactional Leadership,
Locus of Control Support for Innovation, Journal of Applied Psychology 78, p. 891-902.
Nursalam, 2011. Manajemen keperawatan (Aplokasi dalam Praktik Keperawatan
professional)
33