Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lainnya tengah memasuki era

globalisasi dimana akan terjadi integrasi ekonomi dunia dan faktor-faktor produksi

akan sangat dibutuhkan. Faktor-faktor produksi tersebut akan mengalir dan

didistribusikan dari satu negara ke negara lainnya. Hal itu akan menyebabkan semakin

menyatunya perekonomian dunia sehingga akan terjadi perkembangan transaksi.

Semakin berkembangnya transaksi internasional dapat membawa dampak positif dan

negatif pada suatu bangsa. Dampak positifnya adalah dapat meningkatnya penerimaan

suatu negara, yang antara lain bersumber dari sektor pajak. Transaksi internasional

akan mengakibatkan meningkatnya penerimaan pajak sehingga akan memberikan

kontribusi yang besar untuk menggerakkan perekonomian di dalam negeri. Dampak

negatifnya adalah dapat terjadinya permasalahan di antara negara-negara yang

melakukan transaksi internasional karena adanya perbedaan tarif pajak, perbedaan

pemberian fasilitas perpajakan, dan juga perbedaan perencanaan pajak. Permasalah

tersebut antara lain dapat menimbulkan terjadinya pengenaan pajak berganda atas

objek pajak yang sama yang timbul dari transaksi atau pengenaan pajak berganda

terhadap subjek pajak yang sama. Oleh karena itu, pihak-pihak yang sering

melakukan transaksi internasional berupaya untuk melakukan penghindaran pajak

berganda karena apabila tidak segera ditangani, akan mengakibatkan masalah

terhadap perkembangan transaksi internasional atau berkurangnya serta hilangnya

1
potensi penerimaan negara dari sektor pajak. Bagi negara, pajak adala salah satu

sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

negara, baik pengeluaran rutin (pemb. gaji pegawai) maupun pengeluaran

pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan

mengurangi laba bersih, maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar

dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak.

Namun penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang legal agar tdk

merugikan perusahaan dikemudian hari. Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan

kepentingan antara WP dengan pemerintah. WP berusaha untuk membayar pajak

sekecil mungkin karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan

ekonomis WP. Dilain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak.

Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan WP cenderung untuk mengurangi

jumlah pembayaran pajak baik secara legal maupun illegal. Hal ini dimungkinkan jika

ada peluang yang dapat dimanfaatkan, baik karena kelemahan peraturan pajak

maupun SDM (fiskus).

Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk

memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak merupakan upaya

dlm melakukan penghematan pajak secara legal. Untuk mencapai tujuan manajemen

pajak ada 2 hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan :

1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan

Dengan mempelajari undang-undang, keputusan dan edaran, kita dapat melihat

celah-celah yang menguntungkan untuk melakukan penghematan pajak.

2
2. Menyelenggarakan Pembukuan yang Memenuhi Syarat.

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dlm penyajian informasi

keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi

dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang.

Indonesia adalah bagian dari dunia internasional, setiap negara dipastikan

menjalin hubungan dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi yang

saling menguntungkan antar negara. Transaksi internasional berupa impor barang dari

luar negeri, ekspor barang ke luar negeri, adalah merupakan bagian dari transaksi

perdagangan internasional. Transaksi tersebut tentu mengakibatkan salah seorang

penduduk dari salah satu negara tersebut memperoleh penghasilan. Penduduk yang

memperoleh penghasilan tersebut di sebut aubjek pajak, sedangkan hasil yang

diperoleh adalah obyek pajak.

Disamping kerjasama ekonomi berupa perdagangan, kerjasama antar negara

juga menyangkut kerjasama lainnya seperti kerjasama keamanan dan kerjasama

dibidang sosial budaya lainnya. Setiap kerjasama tersebut tentu harus disepakati antar

negara tersebut guna mencapai komitmen bersama, dalam bentuk perjanjian

internasional yang menyangkut kepentingan antar negara tersebut, tidak terkecuali

yang terkait dengan aspek perpajakan. Setiap penduduk asing di seluruh dunia, Tidak

ada larangan jika mereka ingin melakukan usaha di Indonesia dan bekerja di

Indonesia atau menanamkan modal di Indonesia, atas hasil yang diterima penduduk

asing tersebut, dapat dikenakan pajak di negara Indonesia. Pengenaan pajak yang

dilakukan di Negara Indonesia dapat dilakukan dengan kewenangan yang dimiliki

Negara Indonesia sebagai pemegang kedaulatan hukum dan wilayah, namun demikian

juga harus mempertimbangkan aspek perekonomian nasional dan hubungan

kerjasama antar negara. Transaksi antar ke dua negara atau beberapa negara dapat

3
menimbulkan aspek perpajakan, hal ini perlu diatur dan disepakati oleh kedua negara

atau seluruh dunia guna meningkatkan perekonomian dan perdagangan kedua negara,

agar tidak menghambat investasi penanaman modal asing akibat pengenaan pajak

yang memberatkan wajib pajak yang berkedudukan di kedua negara yang

mengadakan transaksi tersebut.

Untuk itu diperlukan adanya kebijakan perpajakan untuk mengatur hak

pengenaan pajak yang berlaku di suatu negara, dimana setiap negara dipastikan

mengatur adanya pajak di wilayah kedaulatan negara tersebut. Namun apakah setiap

negara bebas melakukan penghitungan pajak untuk badan / warga negara lain? Pajak

merupakan salah satu bentuk hukum, dimana setiap negara mau tidak mau harus

tunduk pada kesepakatan duni yang sering disebut Konvensi Wina. Pengetahuan

masyarakat atau wajib pajak tentang pdirasa kurang memadai, karena hanya sedikit

jumlah wajib pajak yang terlibat dalam transaksi. Sebagian masyarakat atau wajib

pajak yang tidak memahami pajak internasional mungkin wajar, karena penduduk

Indonesia umumnya bukan subjek pajak yang terkait dengan aspek pajak. Akan tetapi

alangkah bagusnya jika kita mau mempelajari tentang perpajakan yang terkait dengan

penghasilan penduduk kita di negara lain, atau penduduk negara lain apabila

memperoleh penghasilan di negara kita, hal ini guna menambah wawasan atau

pengetahuan manakala kelak atau saat ini kita bersinggungan atau bahkan berkaitan

langsung dengan subjek pajak yang berasal dari negara lain.

Oleh karena itu, Dasar – Dasar Manajemen Perpajakan akan dibahas dengan

rinci didalam materi makalah ini.

4
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi

perumusan masalah adalah

1. Apa yang di maksud dengan Manajemen Perpajakan ?

2. Apa saja Hal-hal yang diperlukan dalam Manajemen Perpajakan?

3. Apa saja tujuan dan Fungsi Manajemen Perpajakan ?

4. Apa saja Langkah penerapan manajemen Perpajakan ?

5. Apa saja Manfaat Manajemen Perpajakan ?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah dari pembuatan dalam makalah ini adalah untuk

memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Perpajakan dan untuk

mengetahui:

1. Apa yang di maksud dengan Manajemen Perpajakan ?

2. Apa saja Hal-hal yang diperlukan dalam Manajemen Perpajakan?

3. Apa saja tujuan dan Fungsi Manajemen Perpajakan ?

4. Apa saja Langkah penerapan manajemen perpajakan ?

5. Apa saja Manfaat Manajemen Perpajakan ?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.


2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Perpajakan

Perpajakan sama hal nya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut nantinya akan

memunculkan beberapa spesialisasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai Tax

Planning dan Tax Management.

Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk

mengendalikan, merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari

sisi yang dapat menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan

kewajiban perpajakan secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan

adanya perencanaan pajak yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas,

diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.

Menurut Sophar Lumbantoruan 1996, Manajemen Pajak adalah sarana untuk

memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat

ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara

legal.

2.2 Fungsi – Fungsi Manajemen Perpajakan

Fungsi – Fungsi Manajemen Perpajakan terdiri dari 3 yaitu :

1. Perencanaan pajak (tax planning)

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap

ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar

6
dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada

umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban

pajak.

Perencanaan pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi terkait

dengan konsekuensi potensi pajak, pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah

pajak yang ditransfer ke pemerintah.

Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax Burden)

serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda

dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax planning disini sama dengan

tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk

memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak

merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada

pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.

Dalam buku Mohammad Zain (2006:67) pengertian perencanaan pajak adalah

sebagai berikut: “Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang

terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada

pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah

bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan di

transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax

avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak

pidana fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut

kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun

suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan

legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas-jelas

7
merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan”

Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah

suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena

pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah

pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda

pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setip wajib pajak akan

membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Dengan

demikian, bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan

faktor non pajak yang material untuk menentukan :

a. Apakah

b. Kapan

c. Bagaimana, dan

d. Dengan siapa dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang

memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah

mungkin dan sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.

Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai

cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang

melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Ukuran yang digunakan dalam

mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah :

1. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan

jalan menahan diri untuk tidak membeli produk–produk yang ada pajak

pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau

pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil

dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.

8
2. Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang

dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak

yang terhutang.

3. Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terhutang

secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

a. Aspek formal dan administratif perencanaan pajak

1. Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber

daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang

baik.

2. Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban

mendaftar diri untuk memperoleh NPWP dan pengukuhan pengusaha

kena pajak (PKP), menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan,

membayar pajak, Menyampaikan SPT, di samping memotong atau

memungut pajak.

3. Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dengan

sistem pembayaran. Assessment yang berlaku saat ini adalah self

assessment yaitu kewajiban untuk menghitung sendiri, membayar

sendiri, dan melaporkan sendiri. Atau dengan sistem pemotongan oleh

pihak ketiga (withholding system.

b. Aspek Material dalam perencanaan pajak

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,

perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak.

Maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan

merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih bayar (karena dapat

9
mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya

tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana).

c. Penghindaran sanksi pajak

Sistem perpajakan menganut prinsip substansi mengalahkan

bentuk formal. Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban

perpajakan secara formal, tetapi kalau ternyata substansi menunjukkan

lain atau motivasi rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan

perpajakan, fiskus dapat menganggap bahwa wajib pajak kurang patuh

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Apabila terjadi perbedaan

interpretasi fakta perpajakan, lembaga peradilan pajak yang akan

memutuskan.

Syarat – syarat perencanaan pajak ( tax planning ) yang baik

terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan

pajak (tax planning) :

1. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu

perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan

perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan

mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

2. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh

perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka

perencanaan pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah

perencanaan itu sendiri.

3. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai

10
2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)

Setelah tahap perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah

mengimpelementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan

bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang

berlaku. manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika

dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut

telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan

dilaksanakan, yaitu :

a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan

b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat

Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan

benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang

diantaranya, adalah:

a. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat

diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.

b. Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat, perusahaan

dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas

terhadap pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal

atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.

3. Pengendalian pajak (tax contol)

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah

dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan

formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah

11
pemeriksaan pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas

sangat penting dalam strategi penghematan pajak.

2.3 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak

Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak. Ada 3 (tiga)

unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:

1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy) adalah Kebijakan perpajakan

merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem

perpajakan.

Terdapat faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:

a. Pajak yang akan dipungut

b. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak

c. Apa saja yang merupakan objek pajak

d. Berapa besarnya tarif pajak

e. Bagaimana prosedurnya

2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)

Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang

yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam

pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain(Peraturan Pemerintah

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan DIrektur Jendral Pajak),

maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-

undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat

kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.

3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah

memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam

12
pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk

melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan

peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja

dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek

yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain

tertentu) dengan memanfaatkan:

a. Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)

b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax

Base)

c. Loopholes (celah) , Shelters ( berlindung) dan Havens

2.4 Manfaat Manajemen Perpajakan

Manfaat manajemen perpajakan adalah untuk melakukan kewajiban

perpajakan dan usaha efisiensi untuk mencapai laba, mengefisiensikan pembayaran

pajak terhutang, melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu dan membuat data-

data terbaru untuk mengupdate peraturan perpajakan.

2.5 Kapan Dilaksanakan Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

Kapan dilaksanakan tax Planning adalah Pajak itu melihat pada subjek yang

sudah terbebani sebagai wajib pajak orang pribadi atau badan sejak awal, misalnya

perusahaan baru berdiri, kemudian mulai berjalan dan, kemudian bubar.Jadi walaupun

sudah bubar, pajaknya belum selesai. Maka planning nya dilakukan sepanjang usia

perusahaan. Jadi sejak saat berdiri, aktivitas manajemen sudah dimulai, banyak sekali

tax management yang harus dilaksanakan.Pada saat perusahaan bubar ata pada saat

WP orang pribadi meninggal, masalah pajaknya masih ada.Jadi pajak tidak habis

karena WP meninggal, karena warisan-warisan oleh fiskus masih diotak-atik.

13
2.6 Resistensi Pembayaran Pajak

Ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga Negara menurut

R. Santoso Brotihardjo, yaitu :

1. Perlawana pasif : Meliputi hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan

pajak yang erat hubungannya dengan struktu ekonomi suatu Negara,

perkembangan intelektual dan moral penduduk, serta system dan cara pemungutan

pajak itu sendiri.

2. Perlawan aktif : Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukan kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.

Dalam kaitannya dalam perlawanan aktif, ada beberapa modus yang biasanya

digunakan wajib pajak untuk menhindari pajak, yakni :

a. Tax avoidance (penhindaran pajak), adalah upaya penghindaran pajak yang

dilakukan secara legal dan aman badi wajib pajak karena tidak bertentangan

dengan ketentutan perpajakan.

b. Tax evasion (penggelapan atau penyelundupan pajak), adalah upaya wajib pajak

menghindari terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang

sebenernya.

c. Tax saving (penghematan pajak), adalah upaya wajib pajak untuk mengelak utang

pajaknya dengan jalan menahan diri untuk membeli produk-produk yang ada

pajak pertambahan nilainya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau

pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan

dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang benar.

2.7 Cara – Cara Pengelakan Pajak

Cara – Cara Pengelakan Pajak terdiri dari 5 yaitu :

14
1. Pergeseran pajak ( Tax Shifting )

Pemindahan atau pentransferan beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain,

dengan demikian orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak

menanggungnya.

Ada dua jenis pergeseran pajak :

a. Pergeseran Pajak Ke Depan adalah terjadi apabila pabrikan mentransfer beban

pajaknya pada penyalur utama, pedagang besar, dan akhirnya kepada

konsumen.

b. Pergeseran Pajak Ke Belakang adalah terjadi bilamana beban pajak ditransfer

dari konsumen atau pembeli melalui factor distribusi kepada pabrikan.

2. Kapitalisasi pajak

Pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang

akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.

3. Transformasi

Cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung

beban pajak yang dikenakan terhadapnya.

4. Tax avoidance

Menunjuk pada rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai ketentuan

perpajakan, sedangkan tax evasion berada diluar bingkai peraturan perpajakan.

5. Pengecualian pajak

Pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan

berdasarkan undang - undang pajak.

2.8 Rambu – Rambu Dalam Penyusunan Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

15
Dalam strategi perpajakan, kita mengenal tax avoidance dan tax evasion.

Dalam Praktik di lapangan, kedua metode penghindaran pajak tersebut tipis

perbedaannya, sehingga bias terjadi bahwa apa yang pada awalnya didesain untuk

melakukan tax avoidance akhirnya terjebak melakukan tax evasion. Untuk

menentukan legalitas tax management/tax planning yang didesain, baik legal atau

ilegal, rambu-rambu yang dapat dipakai adalah ketentuan pidana pasal 38, 39, 41,

41A, 41B, dan 43 Undang-Undang KUP No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah

dengan UU KUP No. 7 Tahun 2007

1. Pasal 38

Setiap orang yang karena kealpaannya :

 Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

 Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan

tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau

paling lama 1 (satu) tahun.

Pasal 39

1. Setiap orang yang dengan sengaja:

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak

16
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak :

a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar

atau tidak lengkap

c. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;

d. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau

dipalsukan seolah- olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang

sebenarnya

e. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak

memperlihatkan atau

f. Tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain

g. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan

atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan

yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-

line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau

h. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling

sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling

banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

17
2. Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua)

kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan

sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang

dijatuhkan.

3. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau

menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau

tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan

permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan

denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi

atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang

dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

Pasal 41

1. Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

2. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang

menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 41A

18
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau

memberi keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 41B

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 43

1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga bagi

wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang

turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi

yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan.

2.9 Tahapan Pokok Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

Tahapan pokok perencanaan pajak ( Tax Planning ) terdiri dari tahapan yaitu :

a. Tahapan pertama

Tahapan analisa terhadap komponen-komponen yang berbeda pengakuannya

antara komersial dan fiskal, dan menhitung seakurat mungkin beban pajak yang

harus ditanggung perusahaan.

19
b. Tahapan kedua

Harus dibuat beberapa model perencanaan pajak yang dilakukan. Pembuatan

model - model perencanaan pajak tersebut dimaksudkan sebagai alternatif untuk

menentukan tax plan yang applicable dan paling efisien dan efektif untuk

diiplementasikan.

c. Tahapan ketiga

Tahapan evaluasi yang sekaligus merupakan tahap pengendalian pajak ini

merupakan langkah akhir dalam manajemen pajak. Pengendalian pajak bertujuan

untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang

telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material.

d. Tahapan keempat

Dalam konsep manajemen, pengawasan atau pengendalian dapat dilakukan

dengan dua cara, pengawasan preventif dan represif.

e. Tahapan kelima

Dalam melaksanakan perencanaan pajak, perlu diproyeksikan perubahan yang

terjadi saat ini dan yang akan dating dalam tax plan. Tax plan tersebut harus

dimutakhirkan sesuai dengan ketentuan terkini, sehingga akibat yang merugikan

dari adanya perubahan dan perkembangan tersebut dapat sedini mungkin

diantisipasi.

2.10 Langkah – Langkah Praktis Yang Dapat Dilakukan Dalam Perencanaan Pajak

( Tax Planning )

Langkah – Langkah Praktis Yang Dapat Dilakukan Dalam Perencanaan Pajak ( Tax

Planning ) terdiri dari 6 yaitu :

a. Analysis informasi yang ada

20
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah

menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek

dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Ini hanya

bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik

secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yangharus dapat dirumuskan

sebagai perencanaan pajak yang paling efesien. Adalah juga penting untuk

memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan

pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi.

Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor

baik dari segi internal maupun eksternal yaitu:

1. Fakta yang relevan

2. Faktor pajak

3. Faktor non pajak lainnya

b. Design of one more possible tax plans (Buat satu model atau lebih rencana

kemungkinan besarnya pajak)

Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut:

1. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.

2. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi

residen dari negara tersebut.

3. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

c. Evaluasi pelaksanaan rencana pajak

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil

dari seluruh perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak

21
terhadap beban pajak. Perbedaan labakotor dan pengeluaran selain pajak atas

berbagai alternatif perencanaan.

Variabel-variabel tersebut akan dihitung seakurat mungkin dengan

hipotesis sebagai berikut:

1. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan

2. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik

3. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.

Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda.

Kemudian berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah

perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.

d. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaik kembali rencana pajak

Hasil suatu perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana

yang di buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk

transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat

sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang di inginkan. Kadang

suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perpajakan.

Tindakan perubahan harus tetap dijalankan, walaupun diperlukan penambahan

biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar

penghematan pajak ( tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap

di jalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang ditanggung merupakan

kerugian minimal. Jadi tetap akan sangat membantu jika pembuatan suatu

rencana disertai dengan pemberian gambaran/ perkiraan berapa peluang

kesuksesan dan berapa potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun

kerugian potensial jika terjadi kegagalan.

e . Rencana pajak

22
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah

berjalan, namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yangterjadi

baik dari undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas

tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari

suatu perjanjian, yang berkenan dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas

berbagai macam pajak maupun aktivitas informasi bisnis yang tersedia sangat

terbatas. Pemuktahiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu

dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan

memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi

yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang

merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil

kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial. Perencanaan pajak

merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri

merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetap

jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk

memperoleh laba dan likuiditas yangdiharapkan.

f. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax

implementation ) dan pengendalian pajak (tax control )

2.11 Perangkat Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

Perangkat Perencanaan Pajak ( Tax Planning ) terdiri dari 5 yaitu :

1. Kerumitan Peraturan Perpajakan yang berlaku

Peraturan per UU Perpajakan yang semakin rumit meningkatkan biaya untuk

mematuhinya (compliance cost), sehingga suatu perencanaan—antara lain dengan

merekrut tenaga ahli—diperlukan untuk mendapatkan biaya murah.

2. Pajak Terutang Semakin Besar Jumlahnya

23
Jumlah pajak terutang yang semakin besar akibat kekeliruan dan kesalahan

penghitungan, perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak dapat dihindari.

3. Biaya Negosiasi yang Tinggi

WP kadang-kadang perlu bernegosiasi untuk mengurangi jumlah pajak terutang

akibat beberapa kekeliruan. Biaya negosiasi ini umumnya relatif tinggi, sehingga

tax litigation—penyelesaian perselisihan perpajakan sesuai ketentuan yang

berlaku, antara lain dengan mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan

kembali perlu dilakukan.

4. Risiko Pemeriksaan Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak

Perencanaan pajak diperlukan agar pelaksanaan kewajiban pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, sehingga tidak mengundang pemeriksaan dari otoritas

pajak. Upaya yang dapat dilaksanakan antara lain adalah penelitian pajak/tax

research.

5. Sanksi Perpajakan dan Moral Hazard

Perencanaan pajak diperlukan untuk menghindari sanksi pajak yang berisiko berat

dari segi material dan moral, dengan cara memahami peraturan perpajakan yang

berlaku secara bulat dan utuh, dan menghindari salah tafsir. Beberapa faktor

pendorong utama WP untuk melakukan perencanaan pajak (tax planning), yaitu:

a. Rate of Tax

Tarif pajak dipilih sebagai alat perencanaan pajak (tax planning), karena

semakin tinggi tarif yang dikenakan, semakin besar beban pajak yang harus

dibayar. Marginal rates of tax merupakan hal yang harus dihindari dan bukan

rata-rata tarif pajak yang ditanggung.

b. Base of Tax

24
Wajib Pajak yang menggunakan base of tax akan dibebani pajak dari

pendapatan tabungan, investasi, atau dari sumber lainnya. WP dapat memilih

pajak yang paling menguntungkan dengan membuat tabel beberapa tarif pajak

atas masing-masing penghasilan dikaitkan dengan tingkat pengembalian (yield

required) dari investasi.

c. Loopholes

Keadaan yang mungkin terjadi karena UU Perpajakan memiliki celah. WP

dapat membayar pajak lebih sedikit atau bahkan tidak membayar, misalnya

membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) lewat bank di luar negeri akan

terhindar dari pajak penghasilan (PPh).

d. Tax Shelter

Wajib Pajak memanfaatkan kesempatan pengurangan pajak yang difasilitasi

oleh pemerintah, seperti penyusutan dipercepat di Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu (KAPET).

e. Tax Heavens

WP memanfaatkan kesempatan pengurangan pajak, karena negara tertentu

menganut paham no-tax heavens untuk income tax di Cayman Island, hanya

mengenakan pajak pada pendapatan lokal (taxing only local income) di

Liberia, special privileges atas penghasilan international business companies

di Luxemburg, dan low tax heavens with treaty benefits bagi negara yang

melakukan tax treaties. Wajib Pajak sah-sah saja melakukan perencanaan

pajak (tax planning) selama tidak melanggar ketentuan, secara bisnis masuk

akal, dan memiliki bukti-bukti pendukung yang memadai.

25
2.12 Strategi Umum Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

a. Tax saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan

alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya,

perusahaanyang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta

dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi

tunjangan dalam bentuk uang.

b. Tax avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan

menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan

objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami

kerugian,perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi

pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh

Pasal21.

c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat

menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:

1. Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;

2. Sanksi pidana: pidana atau kurungan.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturanyang berlaku

dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini

dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas

waktuyang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal

26
ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya

setelah bulan penyerahan barang.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai

pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar

dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/ atau impor dan

Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapat

menggunakan dokumen lain yang fungsinya sama dengan faktur pajak

standar, seperti SPPB atau Surat Perintah Pengiriman Barang

(delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung

terigu, PNBP (Faktur NotaBon Penyerahan) yang dikeluarkan oleh

Pertamina untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda

pembayaran atau kuitansi telepon.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perpajakan sama hal nya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut nantinya akan memunculkan
beberapa spesialisasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai Tax Planning dan Tax
Management.
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk

mengendalikan,merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi

yang dapat menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan

kewajiban perpajakan secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan

adanya perencanaan pajak yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang

jelas,diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.

Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses

merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah

yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,

perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban

perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal

menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.

Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin

untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah

pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax

control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian

28
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan

penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan

pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

3.2 SARAN

Setelah disusunnya makalah mengenai Pengertian Manajemen Perpajakan,

diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Manajemen

Perpajakan dimana bias dilihat manajemen perpajakan sangat berguna apabila kita

pahami dan kita ketahui.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://sinarlestarimarbun.blogspot.co.id/2012/11/manajemen-perpajakan.html

http://rahmatulliza43.blogspot.co.id/2012/11/manajemen-pajak.html

http://taxcommunity.blogspot.co.id/2008/05/manajemen-pajak.html

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.


http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=28333

30

Anda mungkin juga menyukai