Materi BST
Materi BST
Di dalam proses penyelamatan jiwa, baik para penolong maupun yang ditolong
harus memahami :
a Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan tehnik
pelaksanaannya.
b Persiapan – persiapan dan tindakan – tindakan yang harus diambil sebelum,
selama terapung dan bertahan di laut.
c Tindakan – tindakan pada waktu naik sekoci / rakit penolong.
d Tindakan – tindakan selama terapung dan bertahan di laut.
e Penyelamatan jiwa manusia dan memberikan pertolongan kepada kepada orang
lain yang berada dalam bahaya adalah kewajiban dan tanggung jawab sebagai
dasar dari konvensi Internasional (SOLAS ’74) bab V. Peraturan 10, tentang
berita-berita bahaya, kewajiban dan prosedur.
Isyarat Bahaya.
a) Kebakaran Dan Keadaan Darurat
Bunyi lonceng kapal dan bunyi alarm terus menerus untuk jangka waktu 10
detik
b) Meninggalkan Kapal
O O O O O O O _____ 7 Tiup pendek dan 1 tiup panjang suling kapal, serta
yang sama pada bel alarm dan bunyi alarm terus menerus.
c) Orang Jatuh Ke Laut
_____ _____ _____ Berteriak dan katakan orang jatuh kelaut sebelah kiri /
kanan …… orang jatuh ke laut ke arah anjungan. (3 Tiup panjang pada suling
kapal).
d) Pembatalan
O O O Dari situasi kebakaraan dan keadaan darurat 3 tiup pendek pada suling
kapal dan 3 bunyi pendek pada alarm umum.
III. EVAKUASI
1. Meninggalkan Kapal (Abandon Ship)
Adalah suatu perintah nahkoda yang diambil bila mana keadaan darurat yang
terjadi di atas kapal seperti : Terbakar, Bocor, tidak dapat diatasi dan mengancam
keselamatan jiwa di atas hapal.
Apabila mendengar perintah meninggalkan kapal maka seluruh awak kapal harus
menuju ke stasiun sekoci penolong untuk melaksanakan tugas, sesuai sijil
meninggalkan kapal.
Para penumpang harus mengikuti petunjuk petugas yaitu :
Berbaris dengan tertib untuk naik keatas sekoci penolong maupun rakit
penolong kembung (arahkan dengan benar).
Bagi yang tersesat diarahkan kembali ke sekoci yang telah di tentukan (lihat sijil
sekoci)
Komandan sekoci memeriksa anak buah atau penumpang yang akan naik di
sekocinya.
Panggil nama satu per satu, kemudian periksa kelengkapannya (topi, life jacket,
pakaian secukupnya, sepatu dll).
Pada waktu naik sekoci dahulukan :
- Anak – anak.
- Orang tua.
- Perempuan.
Pada watu naik sekoci / rakit harap di bimbing.
2. Persiapan Sebelum Meninggalkan Kapal
Tindakan pertama mendengarkan isyarat tanda bahaya.
a. Gunakan seluruh pakaian sebagai pelindung
1. Pakailah pakaian hangat sebanyak mungkin.
2. Bawalah ID CARD dan surat penting lainnya.
3. Kenakan rompi penolong.
4. Minum air dan bila mungkin bawa air dan makan yang ada di kamar.
5. Pergilah segera ke tempat berkumpul.
IV. Pesawat Luput Maut (Sekoci Penolong) Dan Sekoci Penyelamat (Survival Craft And
Rescue Boat).
Pesawat luput maut (survival craft) terdiri dari :
1. Sekoci penolong (life boat)
2. Sekoci penyelamat
3. Rakit penolong.
o Rakit penolong kembung
o Rakit penolong tegak
Ad 1 Sekoci penolong (life boat), Syarat – syarat :
a. Panjang – rata rata sekoci penolong tidak boleh kurang dari 24 kaki atau 7,3
meter.
b. Harus mempunyai stabilitet yang baik di laut bebas dengan penuh muatan.
c. Mempunyai tenaga apung yang terpasang tetap, tangki-tangki tidak karat
atau minyak.
d. Jika dipasang motor maka harus dipasang pelindung dari masuknya air dari
depan.
e. Berat maksimum dengan segala isinya tidak boleh lebih dari 20 log ton atau
20.320 kg.
f. Sekoci yang bisa lebih dari 60 orang tapi kurang dari 100 orang harus
memakai penggerak baling-baling yang digerakan dengan tenaga
(mechanically propeller)
g. Bangku yang melintang dan yang dipinggir harus dipasang serendah
mungkin.
h. Block Coeficient harus lebih dari 0,64 (bahan bukan dari kayu).
V Sekoci Penolong
Macam Sekoci Penolong
1. Sekoci Penolong Terbuka.
2. Sekoci Penolong Tertutup Sebagian.
3. Sekoci Penolong Tertutup Sebagian yang Dapat Membalik Sendiri.
4. Sekoci Penolong Tertutup Seluruhnya.
5. Sekoci Penolong dengan Sistem Udara yang Mengisi Sendiri.
6. Sekoci Penolong dengan Perlindungan Kebakaran.
b. Pakaian Cebur yang dibuat dari material isolasi menyatu, sbb : – Jika dipakai
dengan tambahan rompi penolong, akan terus melindungi panas dengan baik. – Si
pemakai dapat melompat ketinggian 4,5 m. – Si pemakai dalam waktu 6 jam berada di
air tenang, temperatur ) O oC dan 2 oC temperatur tubuh tidak turun lebih dari 2 oC.
VI. ISYARAT SEMBOYAN 1. Perlengkapan isyarat semboyan 1) Isyarat Visual 2)
Senter untuk isyarat morse 3) Cermin isyarat untuk siang hari 4) Peluit 5) Layar
warna orange pada sekoci terbuka 6) Lampu aldis Cara menggunakan cermin
semboyan : 1. Cermin dimiringkan ke arah matahari untuk mendapatkan cahaya 2.
Dari lubang kecil yang ada di tengah-tengah cermin kita lihat ke arah kapal yang akan
dimintai pertolongan. 3. Cermin digoyangkan, sinar pantulan yang berbentuk tanda
S.O.S. diarahkan ke kapal yang akan menolong. 2. Isyarat Phyrotechnique Isyarat
kasat mata yang harus dibawa pada sekoci penolong maupun pada rakit penolong
kembung adalah : 1) 6 buah obor tangan 2) 4 buah obor parasut 3) 2 buah isyarat asap
apung. Macam-macam Isyarat Phyrotechnique 1. Cerawat Tangan (Red Hand Flare)
Tersimpan dalam tabung tahan air Diberi petunjuk cara memakai dan
mempunyai sarana penyulut sendiri Nyala warna merah terang Intensitas cahaya
min. 15.000 x cahaya lilin Lama menyala minimal 1 menit Dapat menyala terus
selama 10 detik walaupun terendam 100 mm dibawah permukaan air. 2. Cerawat
Parasut (Parachute Signal) • Disimpan dalam tabung tahan air • Diberi petunjuk cara
memakai dan mempunyai sarana penyulut sendiri • Harus mampu dilontarkan secara
vertikal dalam jarak minimal 300 m. • Intensitas cahaya min. 30.000 x cahaya lilin •
Lama menyala min. 40 detik • Kecepatan turun maksimum 5 m / detik 3. Isyarat Asap
Apung • Tersimpan dalam tabung tahan air • Ada petunjuk cara memakainya • Tidak
menimbulkan ledakan kalau menyala • Warna asap menyolok dengan waktu min 3
menit • Tidak menimbulkan nyala api • Tidak tenggelam • Dapat memancarkan asap
selama 10 detik walau terendam 100 mm dibawah permukaan air 4. Line Throwing
Appliances / Roket Pelempar Tali Gunanya : Sebagai alat penghubung pertama antara
kapal yang ditolong dengan yang menolong, yang selanjutnya dipakai untuk
keperluan lainnya. 1) Typenya harus disetujui oleh syahbandar 2) Harus mempunyai 4
(empat) gulung tali 3) Panjang tiap gulung tali 230 meter 4) Jumlah projectile 4
(empat) buah 5) Projectile harus diganti setiap 4 tahun setelah tanggal pembuatan.
VII. Perlengkapan Radio Darurat (Emergency Radio) 1. Search and Rescue
Transponder (Sart). A. Sart adalah : Sebuah radar yang didirikan untuk operasi
pencarian / pertolongan dan membantu mendapatkan dimana posisi life raft dan life
boat berada setelah kecelakaan. B. Cara Kerja Sart • Sart akan merespon secara
otomatis hanya bila terintegrasi oleh sinyal radar, dengan frekwensi 9 Ghz (x Bau
Radar 3 cm Radar). • Ketika diaktifkan oleh radar, sart akan memancarkan cahaya 12
sinyal frekwensi swept. Dan pada layar akan terlihat sebuah garis 12 blip, memanjang
lebih dari 8 Nautical mile keluar dari posisi Sart sepanjang garis baringan. C. Kinerja
Jarak • Sart akan bekerja dengan baik bila terintegrasi ke radar kapal dengan
ketinggian antenna 15 meter. Dan jarak terkecil 5 Nautical Mile. • Bila terintegrasi
oleh radar udara dengan daya pancar 10 kilo watt dengan ketinggian 3000 feet.
Jaraknya mencapai 30 Nautical Mile. D. Cara Mengoperasikan Sart a. Untuk
mengaktifkan SART, putar botton collar ke posisi “on”, L.E.D Kuning akan menyala
(L.E.D = Light Emergency Device / Diode). b. Ketika SART terintegrasi sinyal radar,
L.E.D hijau menyala, dengan cepat disertai dengan suara yang disebut “BUZZ” c.
Putar Collar ke posisi “off” bila operasi pertolongan sudah selesai. E. Prosedur Test a.
Stel radar pada jarak 10 Nautical Mile. b. Observasi layar radar c. Aktifkan radar
transponder d. Pada layar akan terlihat 12 atau 14 ring, bila SART bekerja normal. e.
Respon Pada Transponder dengan nada dan petunjuk L.E.D menyala terus. F.
Spesifikasi SART harus di disain sedemikian rupa agar sesuai dengan semua
peraturan termasuk standar kerja IMO, peralatan Radio, Rekomendasi CCIR
(Consultative Committee on International Radio) dan Standar IEC (International
Emergency Commitee). 1) Daerah frekwensi : 9200 – 9500 MHz 2) Kapasitas : 96
Jam → stand by 3) Polarisasi : Horizontal 4) Daya keluar : ± 400 W 5) SART harus
bertanda secara permanent dengan : buatan, Type, Instruksi, tanggal kadaluarsa
baterai dan identifikasi kapal. G. Kategori Sart Radar transponder dikelompokkan
kedalam tiga kategori, yaitu : a. SART untuk instalasi dalam Life Boat, Raft atau
kapal. b. SART Portable c. SART dipasang dalam relase-mechanism dan atau
dikombinasikan dengan float free EPIRB Portable VHF Transceiver a. Portable VHF
Transceiver didisain untuk digunakan dalam komunikasi jarak pendek (On – Scene)
yang diperlukan setelah kecelakaan b. Semua kapal-kapal yang dicover oleh konvensi
SOLAS harus dilengkapi dengan portable VHF transceiver : • Tiga buah untuk kapal
diatas 500 ton gross tonnage • Dua buah untuk kapal antara 300 – 500 ton gross
tonnage c. Portable VHF saat tidak digunakan untuk komunikasi di atas kapal, harus
tetap berada dalam tempat pengisian batterai agar tetap dalam kondisi pengisian
penuh setiap saat. d. Bila perlengkapan tersebut digunakan untuk komunikasi di atas
kapal, baterai untuk keadaan darurat harus tetap dijaga dalam kondisi penuh. e. Tanda
panggilan (Call Sign) kapal pada transceiver harus tahan air. f. Semua nomor chanell
harus ditunjukan dalam perlengkapan tersebut. g. Spesifikasi teknis : • Daya keluar :
0,25 – 1 Watt Channel 16 Channel Simplex Internasional • Kapasitas Batterai : 8 Jam
II. Emergency Position Indicating Radio Beacons (EPIRB) a. Jenis – Jenis EPIRB : a.
COSPAS / SARSAT FLOAT FREE 121/140 MHz b. INMARSAT – EPIRB FLOAT
FREE 1,6 GHz c. MANUAL EPIRB 121,5 MHz d. VHF DSC Channel 70 EPIRB +
SART b. Basic Concept of The COSPAS/SARSAT System • COSPAS – Space
System For Search And Distress Vessel • SARSAT – Space And Rescue Satellite
Aided Tracking c. Cara Kerja EPIRB a. Beacon memancarkan sinyal yang dideteksi
oleh satellite COSPAS/SARSAT yang dilengkapi dengan suatu alat penerima. b.
Kemudian sinyal-sinyal tersebut direlay pada stasiun penerima bumi dikenal sebagai
Local User Terminal (LUT) a. LUT memproses sinyal-sinyal tersebut mendapatkan
posisi dan identitas Beacon. b. Tanda bahaya kemudian di relay bersama-sama dengan
lokasi via Mission Control Centre (MCC) pada Rescue Coordination Centre. c.
Aktivasi dimulai Satellite COSPAS/SARSAT a. 6 satellite dalam orbit b. Ketinggian
orbit 850 – 1000 km diatas bumi c. Waktu putaran orbit 1 jam 40 menit BEACON
COSPAS/SARSAT a. BEACON Terdiri dari : – Digital Logic Unit – Transmiter –
Antenna – Satu Unit Batere b. Sinyal-sinyal yang dipancarkan adalah berita-berita
digital yang terdiri dari Nationality dan identity (MMSI) kapal c. Pemancaran 406
MHz d. BEACON memancarkan sinyal berbentuk “BUSRST” setiap 50 Detik dengan
durasi 0,44 detik dengan daya pancar 5 Watt. e. Pemancaran 121, 5 MHz f. Beacon
Memancarkan sinyal modulasi Sweep-tone secara kontinyu dengan kekuatan ± 100
Watt. Mengaktifkan BEACON Beacon dapat diaktifkan dengan cara : 1. Manual :
Switch ke posisi “ON” 2. Automat : Switch pada posisi “Armed” atau “Ready” Bila
BEACON tenggelam pada kedalaman 2 – 4 m, relase mechanism akan bekerja,
BEACON mengapung dan mulai memancarkan sinyal karena kontak dengan air laut.
3. Remote : BEACON dilengkapi dengan remote untuk mengaktifkan switch.
Pemeliharaan : 1. EPIRB harus ditempatkan secara benar pada “Mounting Bracket”,
switch pada posisi “Armed” atau “Ready” 2. Bila terjadi kerusakan mekanik pada
bahan “popy-carbonate”, harus diganti. 3. Bila batere sudah kadaluarsa harus diganti.
4. Tanda panggilan (call sign) dan nomor MMSI harus permanent 5. BEACON atau
RELEASE Mechanism tidak boleh dicat 6. Harus dicek tanggal kadaluarsa “Release
Mechanism”, biasanya diganti setiap 2 Tahun. VIII. Permesinan Sekoci Dan
Perlengkapannya 1. Menghidupkan mesin sekoci a. Persiapan sebelum dihidupkan
(START) Siapkan mesin pada kondisi siap dioperasikan dengan jalan pengecekan
serta pemeliharaan rutin. 1). Periksa permukaan minyak lumas secara berkala (karter
dan kopling) 2). Periksa permukaan bahan bakar dalam tangki secara berkala 3).
Bahan bakar tidak dapat disemprotkan melalui injector apabila pada udara dalam
sistim, hal ini disebabkan karena kehabisan bahan bakar dan penggantian instalasi
pada sistim bahan bakar, apabila hal ini terjadi, diperlukan priming untuk
mengeluarkan udara tersebut. b. Mengeluarkan udara dalam sistim bahan bakar
Putarlah handle start untuk mengeluarkan udara dalam sistim bahan bakar. 1)
Longgarkan baut udara pada saringan dan biarkan sampai bahan bakar yang keluar
tidak bercampur dengan udara, setelah itu kita tutup kembali. 2) Lepaskan pipa bahan
bakar yang menghubungkan pompa dan injector, atau control putaran pada posisi
maksimum. 3) Longgarkan delivery valve diatas pompa bahan bakar ± 2 putaran,
apabila bahan bakar keluar tanpa udara, tutup kembali Delivery Valve tersebut,
selanjutnya pasang pipa bahan bakar pada pompa tersebut. 4) Putarlah mesin dengan
menggunakan engkol ± 30 kali sehingga bahan bakar dapat sirkulasi dan akan keluar
melalui piupa bahan bakar ke injector. Apabila bahan bakar yang keluar dipastikan
sudah tidak bercampur dengan udara, maka kencangkan mur pipa bahan bakar yang
berhubungan dengan injector. 5) Putarlah terus mesin dengan engkol sampai
terdengar bunyi tekanan bahan bakar pada injector. Apabila terdengar bunyi tersebut
berarti udara tidak terdapat lagi dalam system bahan bakar. Apabila tidak atau belum
terdengar bunyi tersebut berarti harus mengulangi priming lagi. Perhatian : Mesin
distart setiap 10 hari dan periksalah kondisi mesin, putarlah engkol mesin sebelum
dihidupkan agar pelumasan dapat merata pada bagian-bagian bergerak. Atur
kedudukan governor pada posisi start dan putar engkol mesin sampai kedengaran
bunyi tekanan bahan bakar pada injector. c. Prosedur start 1) Buka kran bahan bakar
2) Buka kran utama 3) Aturlah kedudukan governor pada posisi maksimum dan
handle kopling pada posisi netral. 4) Angkatlah tuas decompressi dan engkol mesin
diputar ± 5 sampai 6 putaran sehingga roda gila memberikan moment tertentu. 5)
Lepaskan tuas decompressi sehingga mesin hidup. Apabila mesin belum hidup coba
sampai 2 atau 3 kali 6) Apabila mesin hidup normal, tetapkan pada posisi putaran
rendah dan masukan handle maju atau mundur dengan menambah putaran secara
perlahan-lahan. d. Pengoperasian mesin sekoci 1) Periksa bahan bakar dalam tangki,
tambah bila kurang. 2) Buka kran bahan bakar 3) Periksa minyak pelumas pada karter
dan kopling 4) Putar handle pada saringan bahan bakar pada saluran keluar beberapa
kali kekiri maupun kekanan. 5) Buka kran utama 6) Putar handle start dengan tangan
untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak. 7) Atur kedudukan governor pada
posisi maksimum. 8) Putar handle start sampai terdengar bunyi tekanan bahan bakar
pada injector Catatan : Apabila tidak kedengaran bunyi tekanan, berarti ada udara
dalam sistim bahan bakar. Hal ini disebabkan oleh kebocoran dan kelainan pada
pompa bahan bakar. Selama mesin operasi 1) Periksa air pendingin pada pipa keluar
air pendingin. 2) Periksa tekanan minyak lumas pada indicator (Oil Signal), apabila
normal oil signal berwarna biru. Sistim pemancar air pada sekoci (Sprinkler system)
Sekoci penolong yang memiliki perlindungan terhadap kebakaran dengan semprotan
air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Air untuk keperluan tersebut
harus diisap dari laut dengan pompa bermotor yang mengatur sendiri. Pompa tersebut
harus dapat menghidupkan dan mematikan aliran air dibagian luar sekoci penolong. b.
Pengisapan air laut harus diatur sedemikian, guna mencegah pengisapan cairan-cairan
yang mudah terbakar dari permukaan laut. c. Sistim tersebut harus ditata dengan
menyemburkan air tawar dan memungkinkan untuk dikeringkan sepenuhnya. Catatan
: Apar yang sesuai pemadam kebakaran minyak harus disediakan adalah jenis tepung
kimia kering.
A. Perlengkapan Sekoci :
1) Alat penolong yang berbentuk gelang dan bisa terapung dilengkapi dengan
talim terapung sepanjang 30 meter.
2) Kapasitas < 12 orang, satu pisau dengan satu ember. Kapasitas lebih dari 12
orang, dua pisau dengan dua ember.
3) Dua busa pengisap air lantai (sponge)
4) Dua jangkar apung, satu terikat tetapi satu lagi cadangan
5) Dua buah dayung
6) 1 set alat-alat reparasi untuk kebocoran di ruang daya apung tiga pembuka
kaleng
7) obat-obatan pada kemasan anti air.
8) Alat pembagi air anti karat
9) Senter tahan air yang bisa dipakai mengirim semboyan morse dengan
cadangan satu set batu senter dan satu lampu.
10) Satu cermin semboyan dan satu suling semboyan
11) 4 parasut merah
12) 6 cerawat tangan (red hand flare)
13) 2 semboyan asap
14) Satu set pancing
15) Makan
16) Air tawar 1,5 Liter untuk setiap orang
17) Pil anti mabuk laut 6 buah untuk tiap orang
1) Cara mepersiapkan sekoci, sangat tergantung dari type dewi-dewi,
perlengkapannya dan letak serta penempatan dewi-dewi di dek. Menggunakan sekoci
dengan dewi-dewi gaya berat. Pelaksanaan terdiri dari : 6 orang ABK : a) Periksa dan
cabut harbour safety pins. b) Lepaskanlah lasing/grips sekoci, (periksa Triggers) c)
Periksalah tali penahan (tricing pendant) d) Dengan mengangkat handle rem, lengan
dewi-dewi segera keluar secara maksimum, blok lopor sekoci dilepas dari kait ujung
dewi-dewi. Selanjutnya sekoci diarea sampai kegeladak embarkasi. e) Pasang
bowsing tackle, rapatkan sekoci ke lambung kapal. f) Lepaskan tricing pendants
(dengan melepas pelican hook). g) Penumpang dan ABK segera naik / masuk ke
sekoci (dahulukan anak-anak, perempuan dan orang tua), duduk ditempat yang rendah
dengan tenang. h) Area bowsing tackle, lepaskan dari blok tali lopor, dan lemparkan
ke kapal. i) Turunkan sekoci sampai dipermukaan air, perhatikan ombak. j) Lepaskan
ganco tali lopor (hook falls), dahulukan yang di buritan atau bersamaan, dan segera
pasang kemudi dan celaga (rudder and tailer). k) Lepaskan / cabut pasak tali tangkap
(toggle painter), kemudian tarik tali tangkap untuk memberikan laju terhadap sekoci.
Petugas ganco di haluan segera menolak tangga atau lambung kapal agar sekoci bebas
dari lambung kapal. 2) Menyiapkan sekoci dengan dewi-dewi ulir atau quadrantal
Pelaksanaan terdiri dari : 8 orang anak buah kapal (1) Lepaskan grips / tali lasing dan
bebaskan sekoci dari bantalan (2) Putar engkol agar dewi-dewi terdorong keluar
sampai sekoci bebas dari lambung kapal. (3) Turunkan sekoci sampai ke geladak
kapal (4) Pasang bowsing tackle untuk merapatkan sekoci kelambung kapal (5)
Penumpang dan ABK segera naik / masuk ke sekoci. (6) Area bowsing tackle dan
lepaskan dari blok tali lopor. (7) Turunkan sekoci sampai ke permukaan air,
perhatikan ombak. (8) Lepaskan ganco tali lopor, pasang kemudi dan celaga. (9)
Lepaskan pasak (toggle) tali tangkap untuk memberikan laju terhadap sekoci. Petugas
ganco di haluan sekoci segera menolak tangga atau lambung kapal agar sekoci bebas
dari lambung kapal. (10) Dayung sekoci menjauh dari kapal untuk menghindari
pengisapan jika kapal tenggelam, perhatikan arus, pasang jangkar apung, selanjutnya
menunggu bantuan / pertolongan. Pelaksanaan penurunan sekoci dipimpin oleh ABK
senior dan dibantu oleh ABK yang telah ditunjuk. Jika hendak menaikkan sekoci pada
kedudukan semula, maka pekerjaan tersebut di atas dilaksanakan sesuai urutan
kebalikannya. 3) Menyiapkan sekoci dengan dewi-dewi sekoci radial (radial davit)
Pelaksanaan terdiri dari : 10 Orang Anak Buah Kapal (1) Lepaskan tali lasing / grips
dan bebaskan sekoci dari bantalannya. (2) Tarik gaya belakang dan area gay depan,
buritan sekoci akan segera keluar. (3) Tarik gay belakang dan area gay depan, haluan
sekoci akan segera keluar. (4) Tarik gay belakang dan area gay depan hingga sekoci
berada pada posisi tengah-tengah dari kedua dewi-dewi, pasang kemudi dan celaga.
(5) Turunkan sekoci sampai ke geladak embarkasi, dengan meng-area tali lopor yang
dibelitkan pada bitts. (6) Tarik gaya depan dan area gay belakang, sekoci akan
merapat ke lambung kapal, selanjutnya pasang bowsing tackle dan ikat kuat agar
sekoci tidak terayun untuk memudahkan penumpang naik ke sekoci. (7) Penumpang
dan ABK segera naik ke sekoci (8) Lepaskan bowsing tackle, tarik gay belakang dan
area gay depan sampai sekoci berada pada posisi tengah-tengah dewi-dewi. (9)
Turunkan sekoci sampai ke permukaan air dengan meng-area tali kopor secara
bersamaan. (10) Lepaskan block tali lopor, dahulukan yang buritan atau bersaman.
(11) Lepaskan pasak tali tangkap muka belakang, tolak haluan sekoci keluar, dan
segera dayung sekoci menjauhi kapal lempar jangkar apung sambil menunggu
bantuan.