Anda di halaman 1dari 12

A.

Skenario

Seorang anak perempuan usia 6 tahun dibawa ibunya ke RSGM dengan keluhan gigi
berlubang. Dari anamnesis diketahui bahwa ibunya menginginkan gigi anaknya tidak
berlubang. Pemeriksaan intraoral terdapat karies email gigi pada 84 dan 85 serta
bercak putih pada gigi 51 dan 56.

B. Kata/Kalimat Kunci

- Perempuan usia 6 tahun

- Karies email

- Bercak putih

- Pemeriksaan

C. Pertanyaan Penting

1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya karies?

2. Bagaimanakah mekanisme terjadinya karies?

3. Bagaimanakah pencegahan dari karies?

4. Bagaimana pemeriksaan umum dan pemeriksaan penunjang dari karies?

5. Apa sajakah tindakan yang dapat diberikan untuk perawatan karies?

6. Bagaimanakah risiko terjadinya karies pada anak usia 6 tahun?

7. Apakah diagnosis pada skenario?


8. Bagaimanakah etiopatogenesis dari bercak putih?

9. Apakah hubungan antara karies email dengan bercak putih pada kasus di
skenario?

10. Apakah dampak yang dapat terjadi jika karies email dan bercak putih
dibiarkan (tidak dirawat)?

D. Tujuan pembelajaran

1. Mengetahui etiologi dan factor predisposisi dari karies


2. Mengetahui mekanisme dan tahap terjadinya karies
3. Mengetahui pencegahan karies
4. Mengetahui pemeriksaan umum dan penunjang
5. Mengetahui perawatan karies
a. Alat dan bahan
b. Komposisi
c. Indikasi dan kontraindikasi
d. Persiapan (sterilisasi)
e. Prosedur
6. Mengetahui resiko terjadinya karies pada anak
7. Mengetahui Diagnosis pada scenario
8. Mengetahui etiopatogenesis bercak putih
9. Mengetahui hubungan karies email dengan bercak putih
10. Mengetahui dampak bila karies dan bercak putih dibiarkan.

Jawab
1. Etiologi Karies
Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya karies, yaitu
host, mikroorganisme, substrat, dan waktu.
a) Faktor host atau tuan rumah dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah.
Faktor ini meliputi morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis.
b) Faktor agen atau mikroorganisme yaitu adanya bakteri plak gigi. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat
erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
c) Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada
pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme
bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan
untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan
timbulnya.
d) Waktu, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi. Faktor-faktor tersebut bekerja bersama dan
saling mendukung satu sama lain. Bakteri plak akan memfermentasikan
karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga
menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1–3 menit sampai pH 4,5–-
5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30–60
menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus menerus maka
akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi.

2. Mekanisme dan tahap-tahap terjadi karies.


a. Mekanisme terjadinya karies
Mekanisme proses karies sama untuk semua jenis karies. Sukrosa atau
gula dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu. Bakteri endogen (sebagian besar Streptococcus mutans
[Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus] dan Lactobacillus spp)
dalam plak menghasilkan asam organik lemah sebagai produk dari
metabolisme karbohidrat. Streptococcus mutans dan Lactobacillus
merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam
dari karbohidrat yang dapat diragikan. Asam ini menyebabkan nilai pH
lokal turun hingga dibawah amban kritis (pH 5,5) sehingga terjadilah
demineralisasi jaringan gigi. Jika kalsium, fosfat dan karbonat terus
dibiarkan berdifusi keluar dari gigi, maka lama kelamaan akan terbentuk
lubang. Proses karies dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah
interproksimal) meluas ke arah pulpa. Tanda awal dari karies adalah white
spot pada permukaan gigi, menunjukkan daerah yang mengalami
demineralisasi enamel. Jika demineralisasi berlanjut, maka akan berubah
menjadi warna kecoklatan dan mulai berlubang. Sebuah brown spot
merupakan tanda karies aktif dan selanjutnya terjadi kerusakan pada
enamel atau dentin. Jika lubang terbentuk pada enamel dan tubulus dentin
terpapar, maka akan menyentuh saraf gigi dan menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit akan bertambah parah jika terkena panas, dingin atau makanan
dan minuman manis. Karies juga dapat menyebabkan infeksi di sekitar gigi
yang terkena karies.

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang multifaktorial


artinya adalah karies dapat terjadi apabila terdapat faktor penyebab yang
saling berhubunganya dan mendukung, yaitu host (gigi dan saliva),
mikroorganisme, substrat, dan waktu
b. Tahap – tahap.

Diagram Patomekanisme Karies Gigi5

interaksi bakteri streptococcus mutans dengan pelikal pada permukaan gigi

Akumulasi dan kolonisasi S. mutans

Interaksi bakteri Streptococcus mutans dengan pelikel pada permukaan gigi


Metabolisme karbohidrat oleh S. mutans menghasilkan asam laktat
(Teori Hipotesis Acidogenesis)

Penurunan pH plak → suasana


. asam pada permukaan gigi

Ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak/kalkulus


Buffering : (H+ + PO43- → HPO42-)

Bila pH kritis HA (5,5) tercapai, mulai terjadi interaksi progresif ion asam
dengan
fosfat pada HA (Hidroksiapatit)

DEMINERALISASI : melarutkan permukaan kristal HA sebagian/penuh

Bila pH dinetralkan (atau Penurunan pH lebih


peningkatan lanjut pH) dan
terdapat pH) dan terdapat ion
Demineralisasi >
Ca2+ dan PO43-
Remineralisasi
dalam jumlah

Remineralisasi
Kavitas Makin Dalam

Membentuk Bila terdapat


kembali HA fluoride

Membentuk fluorapatit (FA) yang lebih resisten


terhadap asam (pH kritis : 4,5)
3. Pencegahan Karies
Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk rnencegah terjadinya
penyakit dan mempertahankan keseimbangan fisiologis. Pencegahan sekunder bertujuan
untuk mendeteksi karies secara dim dan intervensi untuk rnencegah berlanjutnya
penyakit. Pencegahan tersier ditujukan untuk rnencegah meiuasnya penyakit yang akan
menyebabkan hilangnya fungsi pengunyahan dan gigi.

a. Pencegahan primer (Drummond)


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu :

1) Modifikasi diet
Untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet
melalui berbagai cara,yaitu :

a) Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak,proteindan


fluor. Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi
karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum memakan makanan yang
manis. Protein meningkatkan urea saliva yang dapat menetralisir asam.
Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah makan karbohidrat dapat
mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat. Fluor dapat rnencegah
terjadinya karies. Fluor secara alami terdapat dalam jumlah yang kecil pada
teh dan makanan laut. Fluor dari makanan, air atau minuman melindungi
gigi dari serangan asam. Fluor mempunyai efek antibakteri dan antiplak.
b) Mengganti gula. Gula sintetik seperti saccharine dan aspartam serta gula
alkohol banyak digunakan pada makanan untuk mengurangi karies. Gula
sintetik dan gula alkohol bersifat noncariogenic. Contoh dari gula alkohol
adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakanbentuk alkohol dari
xylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik karena bakteri plak
tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi Streptococcus
mutans pada mulut. Peneliti dari Universitas Michigan menemukan bahwa
anak sekolah yang mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, 3-5
kali sehari dapat mengurangi karies dan remineralisasi lesi awal karies.
Sorbitol merupakan bentuk alkohol dari sukrosa yangdibuat dengan
menambahkan hidrogen pada glukosa. Penelitian menyimpulkan bahwa
mengunyah permen karet sorbitol setelah makan dapat mengurangi
terjadinya karies gigi secara signifikan. Sorbitol secara alami terdapat pada
buah-buahan dan sayur-sayuran. Maltitol merupakan bentuk alkohol dari
mannose. Secara alami terdapat pada nenas, asparagus, kentang dan wortel.
c) Mengurangi mengkonsumsi makananyang manis dan asam.
d) Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat sebelurn tidur.
e) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis setelah
makan protein dan lemak atau setelah konsurnsi keju setelah memakan
makanan yang manis.
f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi saliva
dengan makanan yang dimasak.
g) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.
h) Membatasi meminum minuman yang manis

2) Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri,
menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi pada
lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta
gigi, obat kumur, dan tablet fluor.

3) Pit dan fissure sealant


Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam yang
beresiko terhadap karies.

4) Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu
dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang gigi,
tusuk gigi dan sikat interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan
menggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri lain selain antibiotik.
b. Tahap pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan perawatan
gigi dan mulut serta penambalan pada gigi berlubang.

c. Tahap pencegahan tersier


Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau
melakukan pencabutan gigi.
4. Pemeriksaan yang dilakukan
a) Pemereiksaan subjektif13
Pada pemeriksaan ini perlu diketahui tanda, gejala, dan keluhan rasa sakit
yang dialami pasien. Namun, biasanya anak belum dapat mampu
mengemukakan rasa sakitnya. Untuk itu, perlu diajukan beberapa pertanyaan
kepada pasien, seperti:
 Apakah giginya sakit bila minum dingin atau makan makanan manis.
 Apakah sakit sehabis makan.
 Apakah pernah sakit di malam hari.
 Lokasi dan penyebaran rasa sakit.
Dalam hal ini, dokter gigi harus mampu membedakan tipe rasa sakit, yaitu:
 Rasa sakit karena perangsangan
 Rasa sakit spontan

b) Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif dapat dibagi dua, yaitu:
 Ekstra oral : Apakah terdapat pembengkakan di daerah maksila dan
mandibula, perubahan warna, atau pembengkakan kelenjar limfe.
 Intra oral : Meliputi pemeriksaaan jaringan lunak, seperti gingiva,
lidah, dan bibir, apakah terdapat perubahan warna gigi, kedalaman
karies, dan kebersihan mulut.
Pemeriksaan objektif lainnya dapat dilakukan dengan cara perkusi,
palpasi, dan tes vitalitas.

c) Pemeriksaan radiologis
Radiografi sangat berguna untuk mendeteksi karies gigi. Secara
radiografis, lesi karies akan tampak radiolusen (lebih gelap) akibat
demineralisasi gigi sehingga area tersebut tidak dapat menyerap banyak foton
sinar-x. teknik radiografi bitewing adalah teknik yang sangat bermanfaat
dalam mendeteksi karies. Radiografi periapikal juga berguna untuk
mendeteksi adanya kerusakan pada daerah periapikal

5. Perawatan Karies
a. Atraumatic Restorative Treatment (ART)
ART direkomendasikan untuk menggunakan Glass Ionomer Cement karena
melepaskan ion flour dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat
menghilangkan sensivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder dan dapat
berikatan secara kimiawi dengan jaringan gigi, warnanya cukup estetis, sederhana
cara mengaplikasikannya dan mengandung fluor yang dapat menghambat laju karies.

b. Topikal aplikasi fluoride (TAF)


TAF adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada email setelah gigi
dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan gigi diolesi larutan
fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit. Pemberian fluor melalui aplikasi topikal
dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor antara lain: pasta fluor dengan
konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor (NaF), dan fluor berbentuk gel (APF).

Tehnik aplikasi topikal fluor dengan larutan NaF yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:

1) Mahkota gigi dibersihkan dan dipoles dengan pasta propilaksis,


2) Permukaan gigi yang telah dibersihkan, diisolasi dan dikeringkan dengan
gulungan kapas,
3) Oleskan larutan NaF 2% pada permukaan gigi,
4) Biarkan gigi basah 3-4 menit.
5) Pemberian diulangi pada kwadran yang lain,
6) Diberikan dengan interval waktu 1 minggu,
7) Pada akhir pengulasan fluor, pasien diperbolehkan berkumur- kumur 1
kali, Perawatan dianjurkan pada usia 3,7, 11 dan 13 tahun, bersamaan
dengan erupsi gigi baru.
c. Fissure Sealant
Tujuan dari aplikasi pit dan fissure sealant adalah untuk menutup area pit
dan fissure yang dalam pada permukaan email gigi. Dengan demikian,
area tersebut tertutup dari aktivitas bakteri.
Indikasi :
1) Area yang dipilih, fossa giginya telah erupsi seluruhnya
2) Ada kontak permukaan oklusal yang utuh dimana permukaan gigi
kontralateralnya karies atau terestorasi sebab pada sisi lawannya
biasanya cenderung untuk terjadi karies

Kontraindikasi :
1) Pada permukaan gigi yang sudah ada karies, atau pada permukaan
yang memiliki pit dan fissure yang bersatu dengan baik
2) Terdapat restorasi oklusal yang besar

6. Risiko karies pada anak

7. , anak tersebut diduga menderita karies email(superfisial) pada gigi molar 1


dan molar 2 kanan bawah, dan white-spot pada gigi insisivus 1 kanan atas dan
insisivus 1 kiri atas.
a. Karies superfisialis
Karies Superfisialis adalah dimana karies baru mengenai email
saja (sampai dentino enamel junction), sedang dentin belum terkena.
Perawatan pada tahap ini cukup sederhana, dimana doktor gigi akan
membersihkan jaringan karies kemudian menutupnya dengan bahan
restorasi amalgam atau bahan yang lebih baru yang sewarna dengan gigi,
yaitu resin komposit secara langsung.

b. White-spot (bercak putih)


Lesi white spot adalah area dari demineralisasi enamel yang biasanya
berkembang karena akumulasi plak yang berkepanjangan. Lesi white spot
dapat terjadi pada setiap permukaan gigi di rongga mulut di mana biofilm
mikroba diizinkan untuk berkembang dan tetap untuk jangka waktu
tertentu.

8. Etiopathogenesis dari white-spot


Munculnya White spot lession pada permukaan enamel adalah
karena keragaman faktor. Co-existence dari empat faktor yaitu, plak
bakteri, karbohidrat yang dapat difermentasikan, permukaan gigi yang
rentan dan jangka waktu yang cukup diperlukan untuk White spot
lession untuk berkembang. Faktor mikroba, kehadiran Streptococcus
mutans dan Lactobacillus dan situs baru dari penampilan plak pada
enamel yang mengelilingi perlekatan ortodontik sering terjadi pada
pasien yang menjalani terapi alat cekat. Faktor saliva, jumlah dan
kecepatan demineralisasi enamel dan kemungkinan remineralisasi
email adalah dipengaruhi oleh faktor saliva seperti pH, laju aliran dan
kapasitas buffer. Saliva juga bertindak sebagai kendaraan untuk
pengiriman ion fluoride ke enamel dan plak. Permukaan gigi yang
lebih terpapar dengan karbohidrat diet dengan sedikit pemaparan
terhadap air liur adalah tempat umum untuk demineralisasi terjadi
(gigi anterior rahang atas) Kebersihan mulut, memperbaiki peralatan
ortodontik membuat pembersihan gigi lebih sulit dan juga membatasi
pembersihan diri aksi lidah, bibir dan pipi untuk mengangkat sisa
makanan dari permukaan gigi. Diet, ketika frekuensi asupan
karbohidrat meningkat, tingkat demineralisasi email meningkat

9. Hubungan lesi putih(white-spot) dengan karies


Secara klinis, lesi karies awal pada enamel terlihat seperti bercak
bewarna putih opak dan lebih lunak daripada enamel. Daerah/bercak bewarna
putih opak tersebut merupakan bentuk tampilan awal dari kelainan enamel
yang merupakan awal dari terbentuknya karies.

10. Dampak jika karies dan bercak putih dibiarkan


a. Karies
Karies yang tidak dilakukan perawatan gigi sejak dini dapat
menyebabkan kerusakan gigi menjadi lebih parah dan akhirnya dicabut.
Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah
pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu pada
penampilan diri yang kemudian akan membatasi interaksi sosial dan
komunikasi.Selain mengganggu fungsi pengunyahan, karies gigi juga dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum. Walaupun tidak sampai menimbulkan
kematian sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung, karies
dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang, karena dari aspek biologis
akan dirasakan sakit. Penyakit gigi dan mulut juga dapat menjadi sumber
infeksi yang dapat mengakibatkan ataupun mempengaruhi beberapa penyakit
sistemik. Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri. Jika bakteri
masuk ke dalam perubahan pembuluh darah bisa menyebar ke organ tubuh
lainnya dan menimbulkan infeksi, seperti masalah sistem pernafasan, otak dan
jantung
b. White-spot (bercak putih)

Anda mungkin juga menyukai