Anda di halaman 1dari 21

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :
Rekayasa Proses Pembuatan Serbuk Pewarna Batik Biodegredable berbahan
Antosianin Limbah Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) dengan
Kombinasi Ektraksi Gelombang Ultrasonik dan Aquasolvent

Bidang Kegiatan :
PKM-P

Diusulkan oleh :

Yoga Asmara 21030111060053 2011 (Ketua Pelaksana)


Aji Bayu Kurniawan 21030111060052 2011 (Anggota Kelompok)
Septian Adi Gita Prastiyo 21030111060057 2011 (Anggota Kelompok)
Fajar Aini 21060110083014 2010 (Anggota Kelompok)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

i
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Usulan Program
Kreativitas Mahasiswadengan judul “Rekayasa Proses Pembuatan Serbuk
Pewarna Batik Biodegederable berbahan Antosianin Limbah Kulit Buah Terong
Belanda (Cyphomandra betacea) dengan Kombinasi Ektraksi Gelombang
Ultrasonik dan Aquasolvent”.
Usulan Program Kreativitas ini disusun berdasarkan studi pustaka, dimana
usulan program kreativitas ini bertujuan untuk menambah informasi tentang
pemanfaatan kulit terong belanda menjadi pewarna batik. Dalam menyusun karya
tulis ilmiah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
· Ibu Ir. Isti Pudjihastuti, MT selaku Dosen Pembimbing Usulan Program
Kreativitas.
· Teman – teman dan partner yang telah banyak menumpa hkan daya
pikirnya.
· Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkansatu
persatu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan dalam usulan program
kreativitas ini. Besar harapan penyusun akan adanya saran dan kritik yang
membangun guna kesempurnaan usulan program kreativitas ini. Penyusun
berharap agar usulan program kreativitas ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa.

Semarang,Oktober 2012

Penyusun

iii
Daftar Isi
Halaman Judul....................................................................................................1
Halaman Pengesahan.......................................................................................ii
Kata Pengantar...................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................iv
Abstrak..................................................................................................................v
Daftar Gambar....................................................................................................vi
1. Judul Penelitian...........................................................................................1
2. Latar Belakang............................................................................................1
3. Rumusan Masalah......................................................................................3
4. Tujuan Penulisan.........................................................................................3
4.1 Tujuan Umum..............................................................................................3
4.2 Tujuan Khusus.............................................................................................3
5. Luaran yang diharapkan...........................................................................3
6. Kegunaan......................................................................................................4
7. Tinjauan Pustaka.........................................................................................4
7.1 Batik Semarang...........................................................................................4
7.2 Terong Belanda...........................................................................................5
7.2.1 Karaktertistik Terong Belanda..............................................5
7.2.2 Klasifikasi Terong Belanda...................................................5
7.2.3 Kandungan Terong belanda...................................................6
7.3 Antosianin..................................................................................................6
7.4 Ekstraksi Ultrasonik................................................................................7
8. Metode Penelitian...................................................…....... 8
8.1 Alat dan Bahan.......................................................... 8
8.1.1Bahan......................................................... 8
8.1.2Alat........................................................... 8
8.2 Metode Penelitian.................................................... 9
8.3 Prosedur Kerja......................................................... 9
9. Jadwal Kegiatan Program.................................................. 10
10. Rancangan Biaya................................................................ 10
11. Daftar Pustaka.................................................................... 11
Lampiran.......................................................................... 13

iv
Abstrak

Trend Batik yang melanda masyarakat Indonesia dewasa ini turut


membuat pengrajin Batik meningkatkan kapasitas produksinya misalnya di
Semarang. Namun akibat kemajuan IPTEK, banyak beredar pewarna sintetis yang
berbahaya dan banyak dari para pengrajin yang menggunakannya sehingga
mencemari lingkungan dan mengancam kehidupan. Alangkah baiknya jika
dilakukan diversifikasi ke pewarna alami.Kulit Terong Belanda selama ini
dibuang sebagai limbah. Padahal didalamnya terdapat kandungan Antosianin (zat
warna merah) yang potensial untuk dijadikan pewarna yaitu tekstil. Dengan
kombinasi ektraksi ultrasonik dan aqua solvent, maka akan didapat serbuk
pewarna yang baik.
Proses dimulai dengan melakukan pretreatment berupa size
reduction dan pengeringan untuk mempermudah ekstraksi. Kemudian bahan
dalam erlanmeyer ditambahkan aquadest (1:10) dan asam asetat 5 % selanjutnya
0
di letakkan di ekstraktor ultrasonik suhu 50 C. Setelah ekstrak terbentuk maka
disaring dan filtratnya dicampur dengan maltodekstrin untuk kemudian di
keringkan pada dryer untuk dijadikan serbuk. Selanjutnya dilakukan pewarnaan
pada kain dan pengujian warna. Keunggulan dari teknik ini adalah proses kerja
lebih cepat, hasil ektrak akan lebih banyak, dan produk berupa serbuk lebih tahan
lama, dan siap pakai.Dengan adanya zat antosianin dari kulit terong belanda ini,
bisa diketahui bahwa kulit terong belanda ini bisa dijadikan pewarna batik alami.

Kata Kunci : Ultrasonik, Terong Belanda, Maltodektrin, Size Reducti

v
Daftar Gambar

Gambar 1. Instalasi Pengolahan Limbah salah satu pengrajin Batik Semarang…. 7


Gambar 2. Batik Semarang……………………………………………………. 10

Gambar 3. Terong Belanda……………………………………………………. 11


Gambar 4. Alat Ultrasonik……………………………………………………... 13

vi
1

1. Judul Penelitian
Rekayasa Proses Pembuatan Serbuk Pewarna Batik Biodegredable berbahan
Antosianin Limbah Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea)
dengan Kombinasi Ektraksi Gelombang Ultrasonik dan Aquasolvent.

2. Latar Belakang
Dewasa ini batik telah menjadi trend terbaru yang melanda
berbagai kalangan . Padahal, batik sebelumnya hanya identik dengan acara-
acara resmi saja namun saat ini menjadi busana yang dipakai kapan saja dan
wajib dipakai misalnya oleh karyawan setiap hari Jumat di beberapa
kantor/instansi termasuk dalam hal ini di Universitas Diponegoro Semarang.
Peresmian batik Indonesia oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia
ditambah adanya klaim dari negara tetangga menjadi alasan masyarakat
memakai kain batik, tidak khayal para pengrajin mulai meningkatkan proses
produksinya misalnya di Semarang, Jawa Tengah.
Akibat kemajuan IPTEK, di pasar banyak beredar pewarna –
pewarna sintetis untuk batik dipasaran. Maraknya penggunaan oleh para
pengrajin menjadikan pencemaran akhirnya terjadi di berbagai daerah misalnya
Pekalongan. Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup misalnya di Kota
Pekalongan mencatat, ada 12.000 industri kecil yang membuang limbahnya ke
3
sungai dengan jumlah yaitu 50.000 m per harinya dan hanya tersedia 2 IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Pekalongan (Suara Merdeka,26/4/2007).
Berita di Kompas (5/11/2008) juga menyebutkan sebanyak 32 dari 51 atau
hampir 70 % sungai besar di Indonesia saat ini tercemar logam berat. Selain
itu, Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di
Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun dari APBN
(Anonim.2012).
Akibat banyaknya debit limbah pewarna sintetik yang dibuang per
harinya juga mengancam kehidupan dan dikatakan bahwa polusi air yang salah
satunya disebabkan oleh limbah pewarna sintetik ini adalah penyebab kematian
yang tinggi di dunia karena tercatat sekitar 14.000 orang meninggal setiap
2

harinya (Farodilah.2007). Pemakaian pewarna sintetis ini juga tidak diiringi


dengan pengolahan limbah yang benar misalnya di salah satu sentra pengrajin
Batik Semarang, terbukti hanya sebagian kecil yang melakukan pengolahan
misalnya dengan memaksimalkan penggunaan dan dengan menampung limbah
dalam drum untuk didendapkan dan akhirnya dibuang di selokan.

Gambar 1. Instalasi Pengolahan Limbah salah satu


pengrajin Batik Semarang

Melihat bahaya dan akibat yang sedang terjadi tanpa kita sadari
itulah, maka perlu dilakukan diversifikasi ke pewarna alami. Beberapa limbah
menurut penelitian dapat di manfaatkan menjadi produk yang lebih berguna
salah satunya dalam hal ini adalah limbah kulit Terong Belanda untuk pewarna
alami. Selama ini terong belanda dibeberapa UKM misalnya di Wonosobo,
hanya dimanfaatkan biji dan buahnya sebagai selai ataupun sirup sedangkan
kulitnya dibuang sebagai limbah dan menumpuk di lingkungan. Padahal
didalam kulit Terong Belanda terbukti terdapat zat Antosianin yang potensial
untuk dijadikan pewarna baik makanan ataupun tekstil (Astawan, 1997).
Selama ini, ekstraksi konvensional dilakukan dengan merebus
bahan dalam air lalu menyaringnya. Padahal, merebus bisa merusak zat
warnayang terkandung dan membutuhkan waktu yang sangat lama serta hasil
berupa ekstrak cair memiliki stabilitas yang tidak bagus. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan suatu produk dengan stabilitas yang lebih baik yaitu dalam
bentuk serbuk yang dikembangkan dengan kombinasi teknologi ektraksi
ultrasonik untuk mempercepat ekstraksi dengan solvent aquadest dilanjutkan
dengan pengeringan pada dryer. Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis
ingin mengangkatnya dalam penelitian ini.
3

3. Perumusan Masalah
Batik yang saat ini sedang digemari oleh masyarakat membuat
peningkatan produksi oleh pengrajin, namun mayoritas dari mereka
menggunakan pewarna sintetik yang jelas mengandung logam berat sehingga
tidak dapat terurai. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi bahan
pewarna dari bahan alami berupa Kulit Terong Belanda yang selama ini
dibuang sebagai limbah. Ekstraksi antosianin dari Kulit Terong Belanda
sebagai pewarna batik dilakukan dengan teknik ektraksi ultrasonik dengan
0
solvent aquadest pada suhu 50 C dengan kondisi asam (pH 3,5) . Mengingat
stabilitas Antosianin yang mudah terdegradasi, maka perlu diperhatikan
beberapa aspek dan dibuat produk dalam bentuk serbuk karena memiliki
ketahanan yang lebih tinggi dari bentuk cair.

4. Tujuan Penulisan
4.1 Tujuan Umum
Menambah pengetahuan pembaca tentang alternatif pewarna alami Batik
dari Terong Belanda
4.2 Tujuan Khusus
4.2.1 Mencari alternatif bahan pewarna alami pada pembuatan batik
Semarang yang ekonomis dan efisien.
4.2.2 Memberikan persepektif nilai tambah dari Kulit Terong Belanda
4.2.3 Mencari teknik yang tepat dan efisien dalam pembuatan pewarna
alami berbasis kulit Terong Belanda.

5. Luaran yang diharapkan


Hasil penelitian ini berupa informasi teknologi pembuatan serbuk
pewarna Batik alami berbahan kulit Terong Belanda dengan peningkatan
mutu/kualitas dan kuantitas produk pada kondisi optimum. Hasil penelitian
tersebut akan dituangkan sebagai :
1. Pewarna Alami ( Warna Merah)
2. Artikel ilmiah dalam jurnal nasional.
4

3. Laporan penelitian.
4. Hak Kekayaan Ilmiah

6. Kegunaan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
lebih lanjut dan scale-up alat proses dari skala laboratorium menjadi skala
industri yang memungkinkan untuk menjadi suatu Hak Kekayaan Ilmiah.
Sehingga diharapkan informasi teknologi ini nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai acuan dalam mengolah limbah kulit buah Terong Belanda dari UKM-
UKM sirup dan selai Terong Belanda khususnya di daerah Wonosobo sebagai
pewarna Batik Alami sehingga tidak terbuang percuma. Dengan demikian
dapat mendorong tumbuhnya Home Industri pewarna Batik alami berbasis
pertanian rakyat yang akan memperkuat sektor ekonomi dan pertanian rakyat.

7. Tinjauan Pustaka
7.1. Batik Semarang
Semarang sejak dulu merupakan daerah pelabuhan sehingga
sering disinggahi bangsa dan budaya luar, sehingga banyak akulturasi
budaya terjadi termasuk di dalamnya seni batik. Kampung Batik Semarang
di dekat Bundaran Bubakan adalah salah satu sentra yang terbesar dimana
setiap harinya aktivitas membatik dilakukan disana. Pada tanggal 24 Juli
2007, pemerintah kota Semarang melalui Disperindag me-launching batik
Semarang melalui sebuah seminar yang membahas mengenai motif dan
identitas batik dan disepakati bahwa bahwa batik Semarang adalah batik
yang diproduksi oleh orang atau warga kota semarang dengan motif atau
ragam hias yang berhubungan dengan ikon-ikon Semarang seperti Gedung
Lawang Sewu, Tugu Muda, motif sekat masjid di Kampung Melayu,
blekok srondol, dan asem arang.(Saroni Asikin : 2008)

Gambar 2. Batik Semarang


5

7.2 Terong Belanda


7.2.1 Karakteristik Terong Belanda
Terung Belanda di kembangkan di Bogor Jawa Barat sejak
tahun 1941 dan saat ini mulai dikembangkan dibeberapa daerah
antara lain, di Bali, Jawa Barat, dan Tanah Karo-Sumatra Utara.
(Kumalaningsih.2006). Buah terung belanda berbentuk oval atau
bulat telur, berukuran 3-10 cm x 3-5 cm, meruncing ke dua
ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya
tidak rontok, licin, daging buahnya mengandung banyak sari buah,
agak asam, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuning-kuningan,
kulit buah tipis. Sewaktu muda warnanya kuning dan seiring dengan
matangnya buah, kulit buah berubah menjadi keunguan. Bijinya
bulat pipih, tipis, dan keras.
Terong belanda hidup di daerah pegunungan pada
ketinggian 500 hingga 1000 meter di atas permukaan laut dengan
0
suhu 20 hingga 27 C . Petani bisa memanen terung belanda
sepanjang tahun. Dalam setahun, satu pohon terung belanda bisa
menghasilkan kira-kira 70 kg buah. Salah satu sentara penanaman
buah terong belanda ada didaerah Wonosobo dan Bogor. (Bes : 2011)
7.2.2 Klasifikasi Terong Belanda

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae Gambar 3. Terong
Ordo : Solanales
Belanda
Famili : Solanaceae
Genus : Cyphomandra
Spesies : Cyphomandra betacea ( Bes : 2011)
6

7.2.3 Kandungan Terong Belanda.


Kandungan gizi dalam 100 gram Terong Belanda air
sebanyak 85 gram, protein 1,5 gram, lemak 0,006 – 1 ,28 gram,
karbohidrat 10 gram, serat 1,4 – 1,42 gram, abu 0,7 gram, vitamin A 150
– 500 SI, dan vitamin C 25 mg. ( Weningtyas, 2009)
Terung Belanda juga mengandung antosianin yang
termasuk kedalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis
antioksidan, serat yang tinggi di dalam buahnya bermanfaat untuk
mencegah kanker dan sembelit. Antosianin merupakan zat warna yang
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna makanan atau minuman ataupun
Batik. Bentuk pewarna yang biasa digunakan dapat berupa ekstrak cair,
ekstrak cair pekat, dan serbuk. (Astawan, 1997).

7.3. Antosianin
Antosianin merupakan pigmen larut air, tersebar luas dalam
bunga dan daun, dan menghasilkan warna dari merah sampai biru dan
tergolong alam turunan benzopiran. Struktur utama turunan benzopiran

ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang


dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin (Moss,
2002).
Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: jumlah pigmen, letak,
kopigmentasi, jumlah gugus hidroksi dan metoksi (Markakis, 1982).
Antosianin akan berubah warna / terdegradasi oleh perubahan pH, suhu,
dan cahaya. Pada pH tinggi antosianin cenderung bewarna biru atau tidak
berwarna, kemudian cenderung bewarna merah pada pH rendah
Kebanyakan antosianin menghasilkan warna pada pH kurang dari 4.
Jumlah gugus 6 (Deman, 1997).
Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C memp unyai
berat molekul 207,08 gram/mol dan rumus molekul C 15H11O (Fennema,
1996). Antosianin lebih stabil dalam larutan asam dibanding dalam
7

larutan alkali (Markakis, 1982).warnanya dapat memudar perlahan-lahan


akibat terkena cahaya, sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat
gelap dan suhu dingin (Harborne, 1996).

7.4 Ekstraksi Ultrasonik


Metode ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang
ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-
20 kHz (Suslick, 1988). Ultrasonik bersifat non-destructive dan non-
invasive, sehingga dapat dengan mudah diadaptasikan ke berbagai aplikasi
(McClements, 1995). Menurut Kuldiloke (2002), salah satu manfaat
ekstraksi ultrasonik adalah untuk mempercepat proses ekstraksi. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian Cameron and Wang (2006) menyebutkan
rendemen pati jagung dari proses ultrasonik selama 2 menit hampir sama
dengan pemanasan dengan air selama 1 jam. Dengan penggunaan
ultrasonik proses ektraksi senyawa organik pada tanaman dan biji-bijian
dengan menggunakan pelarut organik dapat berlangsung lebih cepat.
Dinding sel dari bahan dipecah dengan getaran ultrasonik sehingga
kandungan yang ada didalamnya dapat keluar dengan mudah
(Mason,1990).
Cara kerja metode ultrasonik dalam mengekstraksi dengan
gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal
dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga
terjadi pemanasan pada bahan tersebut, sehingga melepaskan senyawa
ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding
sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan
pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak. Energi
kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan, diikuti dengan munculnya
gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan
transfer massa antara permukaan padat-cair. Efek mekanik yang
ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding
membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan
8

transfer massa (Keil, 2007). Liu et al. (2010), menyatakan bahwa kavitasi
ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan memecah dinding sel
secara mekanis dan meningkatkan transfer material.
8. Metode Penelitian
8.1 Kerangka Berfikir

1. Booming Trend Batik 1. SizeReduction Bahan


Diversifikasi berupa pemotongan,
2. Pemakaian pewarna Pewarna dari Bahan pengeringan, penggerusan.
8
sintetis Alam dengan 2. Ektraksi dengan solvent
3. Pencemaran memanfaatkan Aquadest (1:10) pH 3,5
9

Lingkungan oleh limbah yaitu Kulit melalui Ektraktor


10
pewarna sintetis. Terong Belanda. Ultrasonik
4. Potensi Antosianin Ektraksi ultrasonik 3. Filtrasi hasil
Limbah Kulit Terong dengan AquaSolvent 4. Penguapan dalam Dryer
Belanda yang belum dilakukan secara menjadi serbuk
termanfaatkan. sederhana. 5. Pengujian daya luntur

8.2. Alat dan Bahan


8.2.1 Bahan
o Limbah Kulit Buah Terong Belanda
o Aquadest
o Asam asetat 5 % pa
o Maltodektrin
o Tawas
o Biji Buah Lerek
o Kain Putih
o Kertas Saring
o Sabun cuci
o Kertas pH
8.2.2 Alat
- Ekstraktor Ultrasonik - Pisau
- Dryer - Beker Gelas
- Mortar - Gelas Ukur
- Corong - Erlanmeyer
- Nampan - Cawan Porselen
- Sendok - Timbangan Gambar 4. Alat
- Pipet - Ember
Ultrasonik
9

8.3 Metode penelitian


8.3.1 Penetapan Variabel
8.3.1.1 Variabel tetap
Size Reduction Bahan
Ektraksi dengan perbandingan bahan : aquadest
(1:10)
Penambahan Asam Asetat 5% volume.
Filtrasi Hasil Ektrak
Penambahan maltodekstrin 10 %
v/v Penguapan cairan oleh Dryer
8.3.1.2 Variabel berubah
· 0 0 0 0 0
Suhu ektraksi : 30 40 50 60 70
·
Waktu ektraksi : 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, 2,5 jam

8.3.2 Prosedur Kerja Penelitian

Pengeringan
Pemotongan
Kulit Terong Belanda oleh Dryer Penggerusan
oleh pisau 0
50 C

Dimasukkan Asam Asetat Ektraktor Ultrasonik


Tepung ke erlanmeyer Penambahan 5% dengan perlakuan
Kulit Terong Aquadest Variabel yang
Belanda (1: 10 ) Diletakkan pada ditentukan

Tuang ke
Penyaringan Filtrat Penambahan cawan porselen Pengeringan Serbuk
Ekstrak maltodekstrin oleh Dryer Pewarna
Antosianin 0
10 % v/v 50 C merah
Ampas Prosedur Kerja Pembuatan

Langkah awal dilakukan pretretatment berupa pemotongan oleh pisau,


pengeringan oleh dryer,dan penggerusan oleh mortar dengan tujuan
10

mempermudah ekstraksi. Ektraksi dilakukan dengan mengkombinasikan teknik


ultrasonik dan aqua solvent. Setelah terektrak maka dilakukan penyaringan untuk
mendapatkan filtratnya untuk kemudian di campur dengan maltodekstrin untuk
melindungi Antosianin dari pemanasan oleh Dryer. Analisa hasil dilakukan
dengan HPLC (High performance liquid chromatography) untuk mengetahui
besarnya Antosianin yang terekstrak.

Pewarnaan Kain dan Uji Kelunturan


Pewarnaan Kain dan Uji kelunturan warna
Dilarutkan dalam air Tawas 50 gr/liter dan gerusan biji lerek
Serbuk Pewarna
Hasil
Kain Putih dicelupkan
Wadah
dalam wadah beberapa
Tunggu beberapa saat Bening kali

Kain Putih Diangin - anginkan Pengujian


Berwarna hingga kering

Sambil digosok
Pencucian dengan dan dikucek Diangin-anginkan Pengamatan
sabun cuci hingga kering warna

9. Jadwal Kegiatan Program


No. Keterangan Bulan Ke-
1 2 3 4 5
1. Persiapan
Reaktualisasi Konsep
Persiapan Administrasi
Penyiapan Peralatan Pendukung
Persiapan Bahan Baku
Uji Coba Peralatan
2. Pelaksanaan
Running
Analisa Data
3. Penyusunan Laporan Pengolahan Data
11

10. Rancangan Biaya

Biaya Habis Pakai :

No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Harga


(Rp) (Rp)
1. Kulit Terong Belanda 5 kg 25.000 125.000
2. Asam Asetat Pa 5 lt 250.000 1.250.000
3. Tawas 2 kg 10.000 20.000
4. Kapur toroh 5 pcs 4500 22.500
5. Aquades 5 lt 10.000 50.000
6. Biji Lerek 5 kg 50.000 250.000
7. Kertas pH 1 15.000 15.000
8. Kain Putih 3 (2mx2m) 45.000 135.000
9. Maltodekstrin 1 kg 75.000 75.000
10. Analisa Hasil Uji Coba dengan 2 175.000 350.000
HPLC
Subtotal 2.292.500
Peralatan Penunjang :

No. Kebutuhan Jumlah Harga Harga


Satuan (Rp) (Rp)
1. Tranduser 1 650.000 650.000
2. Receiver 1 600.000 600.000
3. Generator Pembangkit 1 750.000 750.000
Sinyal
4. Osiloskop 1 345.000 345.000
5. Scronschope SS – 7610 1 1.400.000 1.200.000
IWATSU
6. Amplifier 1 675.000 675.000

7. Power Controler 1 700.000 700.000


8. Gelas Stainless steal 1 315.000 315.000
7cm dan 10 cm
9. Nampan Pengeringan 5 20.000 100.000
10. Dryer 1 350.000 350.000
Subtotal 5.685.000
12

Perjalanan :

No. Kebutuhan Jumlah Pengeluaran Total


(Rp) (Rp)
1. Transportasi 2x 250.000 500.000

2. Akomodasi 1x 500.000 500.000


3. Mencari Literatur 2x 25.000 50.000
4. Lain – Lain - 300.000 300.000
Subtotal 1.350.000

Total Jumlah Keseluruhan Biaya : Rp.9.327.500.

11. Daftar Pustaka.


Anonim.2007. Pencemaran Pewarna di Pekalongan. Suara Merdeka : 26/
4/ 2007 : Jawa Tengah
Anonim.2008. Hati-hati Limbah pewarna tektsil. Kompas: 5/11/2008 :
Jakarta
Anonim.2012.Asian Development Bank (2008).
Arinaldo , Bes. 2011.Pelarut Etanol Terhadap Efektivitas Ekstraksi Zat
Warna Antosianin Terung Belanda. Universitas Andalas: Padang
Asokin, Sarini. 2008 . Ungkapan Batik Di Semarang : Motif Batik
Semarang, Citra Prima Nusantara Semarang.
(http://sasisani.com/blog/81-kain-batik-dan-tekstil-bermotif-batik.html
pada Minggu, 26 / 02/2012 pukul 16.23 WIB)
Astawan, Made dan Andreas Leomitro Kasih. 1997. Khasiat Warna-Warni
Makanan . PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Cameron, D.K and Wang, Ya-Jane. 2006. Application of Protease and
High-Intensity Ultrasound in Corn Starch Isolation from
Degermed Corn Flour. Journal Food Sience University Of
Arkansas : September/October 2006, Volume 83, Number 5.Page
505-509.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry, Thrid Edition. New York: Marcel
Dekker Inc.
Harborne, J.B. 1957. Spectral Methods of Characterizing Anthocyanins.
John Innes Horticultural Institution, Bayfordbury, Hertford, Hert8
(Received 19 December 1957)
13

Keil, F. J. 2007. Modeling of Process Intensification. In Alupului, A., Ioan


Calinescu, and Vasile Lavric. 2009. Ultrasonic Vs. Microwave
Extraction Intensification of Active Principles From Medicinal
Plants. AIDIC Conference Series, Vol. 9 2009 page 1-8.
Kuldiloke, J. 2002.Effect of Ultrasound, Temperature and Pressure
Treatments on Enzyme Activity and Quality Indicators of Fruit and
Vegetable Juices. Dissertationder Technischen Universität Berlin .
Berlin.
Kumalaningsih, Sri dan Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda)
Tanaman Berkhasiat Penyedia Antioksidan Alami. Trubus
Agrisarana. Surabaya.
Liu, Q. M., et al. 2010. Optimization of Ultrasonic-assisted extraction of
chlorogenic acid from Folium eucommiae and evaluation of its
antioxidant activity. Journal of Medicinal Plants Research Vol.
4(23), pp. 2503-2511.
Mason, T. J. 1990.Introduction, Chemistry with Ultrasound.Edited by T.J
Mason. Elsevier Applied Science. London.
McClements D.J. 1995. Advances in The Application of Ultrasound in
Food Analysis and rocessing. Trends Food Sci. Techn. 6, 293-299.
Mos Smith. 2002. About Anthocyanins. Graw Hill: New York.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6.
Penerjemah : Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Suslick, K. S. 1988. Ultrasounds: Its Chemical, Physical and Biological
Effects. VHC Publishers, New York.
Weningtyas, Hesti. 2009. Efek Pencampuran Ekstrak Zat Warna Kayu
Secang dengan Beberapa Sumber Antosianin terhadap Kualitas
Warna Merah dan Sifat Antioksidannya. [Skripsi]. Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
14
15

Anda mungkin juga menyukai