Anda di halaman 1dari 6

CLONAZEPAM

Clonazepam merupakan obat obat antikonvulsi atau antiepilepsi yang bekerja dengan cara
menenangkan otak dan saraf. Obat ini termasuk dalam kelas obat yang disebut
benzodiazepin. Benzodiazepin adalah obat yang digunakan sebagai obat penenang, namun
efektif juga dalam mengobati beberapa kondisi lainnya. Obat ini bekerja dengan cara
memengaruhi neurotransmiter di otak, sehingga akan mengurangi aktivitas saraf di otak dan
sumsum tulang belakang.

nama dagang : Klonopin


Pada tahun 1975, Administrasi Makanan dan Obat mengizinkan distribusinya. Clonazepam
diproduksi oleh perusahaan obat Roche, dan banyak perusahaan saat ini memproduksi
clonazepam.

Berdasarkan PERMENKES NO 3 TAHUN 2017


Clonazepam termasuk dalam obat psikotropika golongan IV.

Produksi obat diatur dalam :


Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian

BAB II
PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI

Bagian Kesatu
Persyaratan
Pasal 3
(1) Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus memiliki izin
edar.
(2) Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus memenuhi
persyaratan keamanan, - 8 - khasiat, dan mutu.
(3) Persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pengelolaan
Pasal 4
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. pengadaan;
b. penerimaan;
c. penyimpanan;
d. penyerahan;
e. pengembalian;
f. pemusnahan; dan
g. pelaporan.

Pasal 5
(1) Pengelolaan Bahan Obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya dapat dilakukan di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan
Puskesmas.
(2) Pengelolaan Bahan Obat oleh Apotek dan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat digunakan untuk keperluan peracikan (produksi sediaan secara terbatas).
(3) Pengelolaan Bahan Obat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat digunakan untuk keperluan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
dan untuk keperluan memproduksi obat.

Pasal 6
(1) Seluruh kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, - 9 - Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib berada di bawah tanggung jawab
seorang Apoteker penanggung jawab.
(2) Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi, Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Apoteker lain dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
(3) Kegiatan pengelolaan Obat dan Prekursor Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh Toko Obat wajib berada di bawah tanggung jawab seorang Tenaga Teknis Kefarmasian
penanggung jawab.
(4) Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Apoteker lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki SIPA di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian tersebut.
(5) Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) wajib
memiliki SIPTTK di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian tersebut.

Pasal 7
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika
dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian harus sesuai standar pelayanan
kefarmasian.

Pasal 8
Kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Teknis
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Bagian Ketiga
Pembinaan
Pasal 9
Dalam rangka pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pemantauan, pemberian bimbingan
teknis, dan pembinaan terhadap fasilitas pelayanan kefarmasian.

BAB III PENGAWASAN


Pasal 10
(1) Pengawasan terhadap Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan melalui pemeriksaan
oleh Petugas.
(2) Petugas dalam melaksanakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berwenang untuk:
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi untuk memeriksa, meneliti, dan
mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
b. membuka dan meneliti kemasan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi;
c. memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan
pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi, termasuk
menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; dan/atau
d. mengambil gambar dan/atau foto seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan terhadap Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dapat
mengikutsertakan petugas instansi lain yang terkait sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(4) Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan oleh Petugas
dapat menolak pemeriksaan jika Petugas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan surat
perintah tugas dan tanda pengenal.

Pasal 11
Dalam hal hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga adanya
pelanggaran pidana di bidang Obat dan Bahan Obat termasuk pidana di bidang Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi, dilakukan penyidikan oleh penyidik pegawai
negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

CLONAZEPAM
Clonazepam, sebuah benzodiazepine, tersedia dalam bentuk tablet-tablet yang diberi skor
dengan perforasi berbentuk K yang mengandung 0,5 mg clonazepam dan tablet-tablet tanpa
goresan dengan perforasi berbentuk-K yang mengandung 1 mg atau 2 mg clonazepam. Setiap
tablet juga mengandung laktosa, magnesium stearat, selulosa mikrokristalin, dan pati jagung,
dengan pewarna.
Secara kimia, clonazepam adalah 5- (2-chlorophenyl) -1,3-dihydro-7-nitro-2H-1,4-
benzodiazepin-2-one. Ini adalah bubuk kristal kuning muda. Ini memiliki berat molekul
315,72 dan rumus struktur berikut :

Sediaan
Clonazepam tersedia dalam bentuk tablet yang tersedia dengan dosis 0,5 mg, 1 mg, 2 mg.

Tablet Clonazepam

Klonopin 1 miligram tablet adalah tablet bentuk bulat biru.

Klonopin 0,5 mg tablet berbentuk bulat oranye.

Tablet Klonopin 2 miligram adalah tablet bulat putih.

Indikasi dan Kegunaan


Berdasarkan mekanisme kerjanya obat ini dapat digunakan untuk:
 Kejang-kejang akibat epilepsi.
 Gangguan bipolar.
 Gangguan kecemasan.
Kontraindikasi
Tidak semua orang bisa menggunakan obat ini. Perhatikan! obat ini tidak boleh digunakan
oleh orang dengan kondisi seperti di bawah ini:
 Hipersensitif terhadap obat golongan benzodiazepin.
 Glaukoma akut.
 Insufisiensi paru akut.

Dosis Clonazepam dan Cara Pemakaian


Dosis Clonazepam untuk Dewasa:
Untuk kejang akibat epilepsi:
 Dosis awal: 1,5 mg/hari dibagi menjadi 3 dosis.
 Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,5-1 mg setiap 3 hari sampai kejang dapat dikontrol
atau ketika efek sampingnya tidak terlihat saat meningkatkan dosisnya.
 Dosis maksimal per hari: 20 mg.
Untuk gangguan bipolar:
 Dosis awal: 1,5 mg/hari dibagi menjadi 3 dosis.
 Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,5-1 mg setiap 3 hari sampai kejang dapat dikontrol
atau ketika efek sampingnya tidak terlihat saat meningkatkan dosisnya.
 Dosis maksimal per hari: 20 mg.
Untuk gangguan kecemasan:
 Dosis awal: 0,25 mg, 2 kali sehari.
 Dosis pemeliharaan: 1 mg per hari.
 Dosis maksimal per hari: 4 mg.
 Dosis dapat ditingkatkan dengan penambahan 0,125 mg sampai 0,25 mg 2 kali sehari
setiap 3 hari sampai gangguan kecemasan dapat dikendalikan atau ketika efek
sampingnya tidak terlihat saat meningkatkan dosisnya.
Dosis Clonazepam untuk Anak-Anak:
 Untuk anak usia dibawah 10 tahun, berat badan dibawah 30kg: 0,01 mg / kg per hari
sampai 0,05 mg / kg per hari dibagi menjadi 2 atau 3 dosis.
 Untuk anak usia 10 tahun, berat badan diatas 30 kg: Lihat dosis dewasa.
Efek Samping Clonazepam
Seperti halnya dengan obat-obat lainnya, clonazepam juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Efek samping yang umum terjadi diantaranya:
 Mengantuk, pusing, dan mudah lupa.
 Ataksia.
 Kelelahan atau kelemahan yang tidak biasa.
 Adanya gangguan koordinasi tubuh.
 Bicara tidak jelas dan peningkatan volume air liur (khususnya anak).
 Batuk, pilek atau hidung tersumbat.
 Kehilangan nafsu makan.
 Sulit berkonsentrasi (tidak fokus).
 Jika ada gejala baru atau keadaan semakin memburuk, hentikan penggunaan obat ini dan
segera hubungi dokter untuk mendapatkan tindakan medis, jika Anda mengalami tanda-
tanda atau gejala seperti di bawah ini:
 Mudah marah, galak atau agresif.
 Berhalusinasi atau berkelakuan aneh.
 Menjadi hiperaktif.
 Detak jantung tidak beraturan.
 Perdarahan berat.
 Kesulitan buang air besar.

Peringatan dan Perhatian


 Sebelum dan selama menggunakan obat clonazepam ini, perhatikan hal-hal berikut:
 Bagi wanita yang sedang hamil, menyususi, atau sedang merencanakan kehamilan
sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
 Jangan minum minuman keras atau bir selama mengonsumsi clonazepam.
 Obat ini dapat menyebabkan kantuk, oleh karena itu hindari mengemudikan kendaraan
selama mengonsumsi obat ini.
 Jangan berhenti tiba-tiba dan tanpa sepengetahuan dokter, ketika menggunakan obat ini,
karena clonazepam dapat menimbulkan gejala putus obat.
 Bagi lansia, penderita gangguan pernapasan atau paru-paru, gangguan fungsi ginjal dan
hati, depresi, porfiria serta yang pernah mengalami ketergantungan minuman keras atau
obat-obatan terlarang, harap lebih berhati-hati ketika menggunakan obat ini.
 Clonazepam memiliki efek samping yang cukup berat seperti timbulnya rasa ingin
menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri pada beberapa orang. Segera hubungi dokter jika
hal ini terjadi pada Anda.
 Harap beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi clonazepam, sebelum Anda
menjalani tindakan medis apa pun.
 Segera hubungi dokter jika terjadi overdosis atau reaksi alergi.

Anda mungkin juga menyukai