LAPORAN PENDAHULUAN
oleh:
Insiyah Noryza Ayu Sativa, S.Kep
NIM 182311101044
Mahasiswa
1. Otak
Otak merupakan organ yang berisi hampi 98% jaringan saraf tubuh atau
sekitar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional.
Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mepunyai volume sekitar 1200 cc. Otak
menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya (Muttaqin,
2008). Otak di bagi menjadi tiga bagian besar yaitu serebrum, batang otak,
dan serebellum. Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari cedera.
Tulang tengkorak merupakan gabungan dari empat tulang yang berhubungan,
yaitu tulang frontal, parietal, temporal, dan oksipital (Batticaca, 2008).
2. Meningen
Meningen merupakan membran yang menutupi bagian bawah tengkorak
dan medula spinalis. Komposisi meningen berupa jaringan serabut
penghubung yang melindungi, mendukung, dan memelihara otak.
Meningen terdiri dari dura mater, arakhnoid, dan pia mater.
a) Dura meter, merupakan lapisan paling luar yang menutupi otak dan
medula spinalis. Dura mater merupakan serabut berwarna abu-abu
yang bersifat liat, tebal, dan tidak elastis.
b) Arakhnoid, merupakan membran bagian tengah yang tipis dan lembut
menyerupai sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena
tidak dialiri aliran darah. Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus
khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Pada orang
dewasa, jumlah CSS normal yang diproduksi adalah 500 ml/hari dan
sebanyak 150 ml diabsorbsi oleh vili. Vili juga mengabsorbsi CSS
pada saat darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, pecahnya
aneurisma, stroke) dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila vili
arakhnoid tersumbat (peningkatan ukuran ventrikel) dapat
menyebabkan hidrosefalus.
c) Pia mater, merupakan membran yang paling dalam berupa dinding
tipis dan transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan
daerah otak.
B. Definisi
Istilah hydrocephalus berasal dari kata Yunani "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala. Seperti namanya, ini adalah kondisi di mana
karakteristik utama adalah akumulasi cairan yang berlebihan di otak. Air yang
dimaksud adalah cairan serebroispinal (CSS), CSS merupakan cairan bening yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Akumulasi CSS yang berlebihan
menghasilkan pelebaran ruang abnormal di otak yang disebut ventrikel. Pelebaran
ini menciptakan tekanan yang berpotensi membahayakan pada jaringan otak.
Sistem ventrikel terdiri dari empat ventrikel yang dihubungkan oleh jalan sempit.
Cairan serebrospinal mengalir melalui ventrikel, keluar ke tangki air (ruang
tertutup yang berfungsi sebagai reservoir) di dasar otak, menggenangi permukaan
otak dan sumsum tulang belakang, dan kemudian menyerap kembali ke dalam
aliran darah.
Cairan serebrospinal memiliki tiga fungsi penting untuk mempertahankan
kehidupan: 1) untuk menjaga jaringan otak tetap aktif, bertindak sebagai bantalan
atau "shock absorber"; 2) bertindak sebagai kendaraan untuk mengirimkan nutrisi
ke otak dan membuang limbah; dan 3) mengalir di antara tempurung kepala dan
tulang belakang dan mengkompensasi perubahan volume darah intrakranial
(jumlah darah di dalam otak). Keseimbangan antara produksi dan penyerapan CSS
sangat penting. Karena CSS dibuat terus menerus, kondisi medis yang
menghalangi aliran atau penyerapan normal akan menghasilkan akumulasi CSS
yang berlebihan. Tekanan yang dihasilkan dari cairan terhadap jaringan otak
inilah yang menyebabkan hidrosefalus (National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, 2018).
C. Epidemiologi
Hidrosefalus dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, dan
orang dewasa. Lebih dari 1.000.000 orang Amerika Serikat mengalami
hidrosefalus, dan setiap 1.000 kelahiran bayi diperkirakan terdapat satu atau dua
bayi yang mengalami hidrosefalus (Hydrocephalus Association, 2016). Tercatat
insidens hidrosefalus di Utah, Amerika Serikat adalah 0,7 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2005, di Swedia, dalam suatu penelitian selama 10 tahun dari
tahun 1989 sampai 1998 didapatkan insidens hidrosefalus sebesar 0,82 per 1000
kelahiran hidup, di Madinah, Saudi Arabia selama 1 tahun didapatkan prevalensi
hidrosefalus 1,6 per 1000 kelahiran hidup dan di Indonesia sendiri kasus
hidrosefalus mencapai kurang lebih 2 kasus perseribu kelahiran pada tahun 2009
(Edikta, 2011).
D. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal yang sering terjadi pada
bayi adalah kelainan bawaan (kongenital), infeksi. Neoplasma, dan perdarahan
(Muttaqin, 2008).
1. Kelainan bawaan
a) Stenosis aqueduktus sylvii, merupakan penyebab yang terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak (60-90 %). Aquedaktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit.
Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif
dengan sepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b) Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini
berhubungan dengan Arnold-Chiari akibat tertariknya medulla
spinalis dengan medulla oblongata dan serebellum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagiian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker, merupakan atresia congenital foramen
Luscha dan Magendic yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif
dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di
daerah fosa pascaerior.
d) Kista arakhnoid, dapat terjadi congenital tetapi dapat juga timbul
akibat trauma sekunder suatu hematoma
e) Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningens sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulentaterjadi bila aliran SCC terganggu pleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di aquesuktus sylvii atau sistem basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada pasien pascameningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan pia
mater dan arakhnoid sekitar sistem basalis dan daerah lainnya. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan
meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang terjadi di setiap aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini ditunjukkan kepada penyebbanya dan
apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin operasi), maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. . pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau
awueduktus sylvii bagian akhir umumnya disebabkan oleh glikoma ynag
berasal dari serebllum, sedangkan penyumbatan bagan depan ventrikel III
yang disebabkan kranioforingioma.
4. Perdarahan, perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkanfibrosis leptomwningen terutama pada daerah basal otak,
selain penumbatan yang etrjadi akibat organisasi dari darah sendiri.
E. Klasifikasi
Hidrosefalus dapat dibagi menjadi (National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, 2018):
1. Hidrosefalus congenital, yaitu hidrosefalus yang dialami sejak dalam
kandungan
2. Hidrosefalus acquired, yaitu hidrosefalus yang terjadi ketika indivudu
telah lahir, hidrosefalus acquired dapat terjadi pada segala usia
3. Hideosefalus communicating, terjadi ketika aliran CSS terhambat setelah
keluar dari ventrikel, disebut hidrosefalus communicating karena CSS
masih dapat mengalir diantara ventrikel yang tetap terbuka
4. Non-communicating disebut juga obstruktif hidrosefalus, terjadi ketika
aliran CSS terhambat di salah satu atau lebih jalur sempit yang
menghubungkan ventrikel-ventrikel otak.
5. Hidrosefalus ex-vacuo, terjdi ketika stroke atau cedera traumatis
menyebabkan kerusakan pada otak sehingga jaringan otak menyusut
6. Normal Pressure Hydrocephalus (NPH), merupakan peningkatan abnormal
dari cairan serebrospinal di ventrikel otak yang dapat terjadi akibat
perdarahan subarachnoid, trauma kepala, infeksi, tumor, atau komplikasi
operasi.
F. Patofisiologi
G. Manifestasi klinis
H. Pemeriksaan penunjang
1. CT scan (dengan atau tanpa kontras), untuk mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determminan, ventrikuler, dan perubahan jaringan otak
2. MRI
3. Rontgen kepala, untuk mendeteksi perubahan struktur garis sutura
4. Pemeriksaan CSS dan lumbal pungsi, dapat dilakukan jika diduga terjadi
perdarahan. CSS dengan atau tanpa kuman dengan kultur, yaitu LCS
normal atau menurun, leukosit meningkat atau tetap, dan glukosa menurun
atau tetap.
5. Kadar elektrolit, untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit akibat
peningkatan tekanan intracranial
6. Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan status
respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan
AGD adalah status oksigenasi dan status asam basa
I. Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring total, untuk mencegah risiko atau gejala peningkatan tekanan
intracranial, untuk mencegah risiko cedera dan mencegah gangguan
neurologis
2. Pemberian obat-obatan
a) Deksametason, sebagi pengobatan antiedema serebral dengan dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma
b) Pengobatan antiedema, larutan hipertonis, yaitu manitol 20% atau
glukosa 40% atau gliserol 10%
c) Antibiotic yang mmengandung barier darah otak (penisillin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol
d) Pemberian infuse dekstrosa 5% bila pasien muntah
e) Pengobatan dengan Azetaazolamin (Diamoks) untuk inhibisi CSS
3. Memperbaiki hubungan tempat produksi (fleksus koroidalis) dengan
tempat reabsorbsi
4. Pengeluaran CSS ke organ ekstrakranial:
a) Drainase Ventrico-Peritonial
b) Drainase Lombo-Peritonial
c) Drainase Ventriculo-Pleural
d) Drainase dari antrum mastoid
e) Drainase dalam jantung atau vena jugularis
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Tirah baring total, untuk mencegah risiko atau gejala peningkatan tekanan
intrakranial, untuk mencegah risiko cedera dan mencegah gangguan
neurologis
2. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
3. Mengamankan lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh
4. Berikaan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
5. Ajarkan teknik relaksasi
Trauma saat lahir/ Ibu hamil makan
trauma pada anak- daging mentah
Clinical Pathway anak atau tidak cuci
tangan
Spina Bifida Syndrome Dandy Trauma (perinatal Neoplasma
Walker (saluran atau tidak) Infeksi Bakteri
CSS buntu, karena Massa di otak
Medulla spinalis, Infeksi
obstruksi perluasan Perdarahan
medulla oblongata, Eksudat purulen
ventrikel IV)
serebelum, letaknya Mendesak jaringan
Menular ke anak
lebih rendah dan Terbentuk oklusi/ sekitar (obstruksi
melalui plasenta
menutupi foramen Stenosis hematom jaringan CSS) Membentuk fibrosis, kerena
magnum aquaduktus syvii penumpukan eksudat purulen
Ventrikel IV, III, dan koagulasi darah di ruang
Obstruksi pada
Aneurisma arteri dan aquadyktus subarakhnoid
vili-vili arakhnoid
(anomaly sylvii tersumbat
pembuluh darah) Menghambat vili-
vili arakhnoid
DIAGNOSIS
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Perawatan jantung (4040)
ketidakefektifan aliran darah melalui pembuluh darah otak cukup dengan
perfusi jaringan otak kriteria hasil: 1. Secara rutin mengecek pasien
baik secara fisik dan psikologis
Perfusi jaringn: serebral (0406) 2. Lakukan penilaian
komprehensif pada sirkulasi
No Indikator Tujuan perifer (cek nadi perifer, edema,
1 2 3 4 5 pengisian ulang kapiler, warna
1 Sakit kepala dan suhu ekstremitas)
2 Kegelisahan 3. Monitor TTV secara rutin
3 Kelesuan 4. Monitor keseimbangan cairan
4 Muntah 5. Evaluasi perubahan tekanan
5 Cegukan darah
6 Keadaan pingsan
7 Demam Identifikasi risiko (6610)
8 Penurunan tingkat 6. Kaji ulang riwayat kesehatan
kesadaran masa lalu dan
Keterangan: dokumentasikan bukti yang
1. Berat menunjukkan adanya
2. Besar penyakit medis, diagnosa
3. Sedang medis serta perawatannya;
4. Ringan 7. Kaji ulang data yang didapat
5. Tidak ada dari pengkajian risiko secara
rutin;
No Indikator Tujuan 8. Identifikasi adanya sumber-
1 2 3 4 5 sumber agensi untuk
1 Tekanan darah sistolik membantu menurunkan
faktor risiko;
2 Tekanan darah diastolik
9. Pertahankan pencatatan dan
Keterangan: statistik yang akurat;
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Terapi latihan: mobilitas (pergarakan)
fisik pasien menunjukkan hasil : sendi (0224)
Pergerakan (0208) 1. Lindungi pasien dari trauma
No Indikator Awal Tujuan selama latihan
1 2 3 4 5 2. Bantu pasien mendapatkan posisi
1 Gerakan otot tubuh yang optimaluntuk
2 Gerakan sendi pergerakan sendi pasif maupun
Keterangan: aktif
1. Sangat terganggu 3. Dukung latihan ROM aktif, sesuai
2. Banyak terganggu jadwal
3. Cukup terganggu 4. Lakukan ROM pasif, sesuai
4. Sedikit terganggu indikasi
5. Tidak terganggu 5. Instruksikan pasien dan keluarga
cara melakukan latihan ROM pasif
atau ROM aktif
6. Bantu pasien untuk membuat
jadwal latihan
Keterangan:
Batticaca, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Edikta. 2011. Hidrosefalus di RSU Dr. Soedarso Pontianak dalam masa 1 Januari
2008 – 31 Desember 2009. Skripsi. Pontianak: Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Moorhead et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elsevier.
Satyanegara, dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama