Anda di halaman 1dari 12

A.

MANAGEMENT CONTROL FRAMEWORK


a) Definisi Management Control Framework
Management control framework adalah mengumpulkan dan menggunakan
informasi untuk mengevaluasi kinerja berbagai sumber daya organisasi
secara keseluruhan. Sasaran utama dari management control framework
yaitu untuk mengevaluasi apakah manajemen fungsi SI telah dilakukan
dengan baik.
b) Alasan dilakukannya management control framework antara lain:
 Untuk memahami struktur internal controls dalam organisasi
 Sebagai bahan pertimbangan untuk mengandalkan/ mengabaikan
management controls.
c) Kesulitan utama dalam management control framework
Kesulitan utamanya yaitu mengetahui apakah ada/tidaknya manajemen
mempengaruhi pencapaian sasaran perlindungan aset, integritas data, serta
efektivitas dan efisiensi sistem.
d) Jenis-jenis management control framework
1. Top Management
Para manajer senior yang bertanggung jawab atas fungsi SI menghadapi
berbagai tantangan yaitu perkembangan teknologi dan pentingnya
peran SI dalam organisasi.
a) Planning
Strategic plan (planning jangka panjang) misalnya 3-5 tahun:
 Penilaian aset.
 Arahan strategis.
 Strategis pengembangan.
Operational plan (planning jangka pendek) misalnya 1-3 tahun:
 Progress report.
 Initiative tobe undertaken.
 Rencana implentasi.
McFarlan’s strategic grid model
Sullivan’s infusion-difusion model

Untuk menjamin perencanaan SI yang sesuai dengan kebutuhan


organisasi, perlu dibentuk IS steering committee (SC) sesuai
strategi penggunaan SI di organisasi.
Contoh:
 Organisasi strategic – SC diketuai oleh CEO.
 Organisasi support – SC terdiri atas perwakilan manajemen
menengah.
b) Organization
Fungsi pengorganisasian mengumpulkan, mengalokasi, dan mengelola
struktur sumber daya untuk menjamin pencapaian tujuan dan
sasaran.Sumber daya, meliputi perangkat keras, perangkat lunak, staf,
keuangan, dan fasilitas.Ketepatan manajer dalam memilih dan
mengelola staf sangat penting, karena:
 Efektivitas fungsi SI bergantung pada kualitas staf.
 Staf SI yang berkualitas sulit didapat karena intense competition
dan high turnover.
 Staf merupakan pihak yang paling berpotensi menimbulkan
irregularities.
Contoh basic control procedures tentang pemilihan staf:
1. Pengecekan latar belakang (referensi, resume, keilmuan).
2. Pengecekan kesehatan fisik dan mental.
3. Keterikatan antar staf utama.
4. Penjelasan tentang aturan organisasi yang perlu diketahui.
5. Indoktrinasi organisasional umum.
Performansi staf perlu ditinjau secara rutin untuk:
1. Menilai kelayakan staf memperoleh promosi.
2. Identifikasi peluang pelatihan dan pendidikan bagi staf.
3. Identifikasi kekuatan dan kelemahan staf.
Contoh control procedures:
1. Saat seorang staf diberi kabar pemberhentian, top management dan
supervisor harus diberi tahu dan sepakat tentang alasan
pemberhentian.
2. Saat pemberhentian, pastikan bahwa:
 Kunci dan kartu identitas ditarik.
 Password staf dibatalkan; Distribution lists diubah.
 Laporan, buku, dokumentasi, dll diserahkan.
 Seluruh fasilitas dikembalikan.
3. Jika pemberhentian dilakukan dengan baik-baik, staf dapat diminta
untuk memberikan pelatihan bagi staf pengganti.
4. Jika perlu, lakukan wawancara kepada staf yang keluar.
Hal- hal yang dilakukan dalam organization diantaranya :
 Mengumpulkan, Mengalokasikan dan mengelola SDA.
 Ketepatan manager dalam memilih dan mengelola staf Preformansi
staf ditinjau secara rutin.
 Penghentian staf secara hormat maupun tidak hormat.
c) Leading
Tujuan leading untuk menjaga agar sasaran individu atau kelompok
sebaiknya tidak bertentangan dengan sasaran organisasi. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara :
 Mengecek kualitas pemimpin dari akibatnya, seperti : staf turnover,
kegagalan project.
 Melihat efektifitas komunikasi antara manager dengan staf dapat
digunakan bukti yaitu Formal : rencana SI, dokumentasi standar
dan kebijakan, minutes of meeting, memo yang disebarkan ke staf
dan Informal : wawancara dengan staf, observasi langsung.
Karakteristik manajer yang memiliki gaya kepemimpinan efektif:
 Awareness: memahami pentingnya motivasi dan kepemimpinan.
 Empathy: dapat menempatkan diri dalam posisi staf.
 Objectivity: dapat mengevaluasi kejadian tanpa emosi.
 Self-knowledge: mengetahui akibat dari setiap tindakan.
Auditor dapat mengecek kualitas kepemimpinan dari akibatnya: staff
turnover, kegagalan proyek untuk memenuhi anggaran, dll. Sedangkan
untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi manajer dengan staf, dapat
digunakan bukti:
 Formal: rencana SI, dokumentasi standar dan kebijakan, minutes
of meetings, dan memo yang disebarkan ke staf SI.
 Informal: wawancara dengan staf, observasi langsung, serta
penilaian tentang kesadaran staf tentang proses dan tingkat
kepentingannya.
d) Controlling
Tujuan untuk melihat apakah proses aktual sudah sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Proses controlling dapat dilakukan dengan
menetapkan kebijakan dan standar untuk setiap aktivitas yang berkaitan
dengan fungsi SI.
2. System development management control
Meliputi :
 Analisis design.
 Pembangunan.
 Implementasi.
 Pemeliharaan SI.
3 pendekatan auditor :
 Concurrent audit , ikut serta bersama tim dalam proses
pengembangan SI (auditor internal).
 Post implementasion audit, mengaudit SI yang telah
diimplementasikan (auditor internal).
 General audit, evaluasi pengembangan SI secara umum. (auditor
external).
Model normatif untuk mengevaluasi proses pengembangan sistem:
 System development life-cycle approach
Feasibility
study
Information
analysis
System design
Program
development
Procedures and
forms development
Acceptance
testing
Conversion
Operation and
maintenance
 Sociotechnical design approach
Untuk mengatasi kendala behavioral yang seringkali muncul saat
menerapkan pendekatan system development life cycle.Libatkan
pengguna dalam setiap tahap pengembangan system.

 Political approach
Keterlibatan pengguna kadang justru menimbulkan
masalah.Pengembangan sistem baru dapat mempengaruhi power
structure dalam 3 cara, yaitu: meningkatkan kualitas kerja,
menggantikan pengguna, atau meningkatkan image pengguna.
 Soft-systems approach
Identify
Recognize Take action
desirable
the problem to improve
and feasible
situation situation
changes

Compare
Express the conceptual
problem models with
situation problem
situation

Develop
Produce root
conceptual
definitions of
models of
relevant
relevant
systems
systems

 Prototyping approach
Seiring dengan berkembangnya metodologi pembangunan sistem
serta meningkatnya pengetahuan pengguna tentang pembangunan
sistem, muncul pendekatan prototyping yang menjanjikan siklus
yang lebih singkat untuk menghasilkan produk yang dapat
digunakan. Bagi auditor, perubahan penting akibat pendekatan ini
adalah bergesernya tanggung jawab pengembangan sistem yang
jadi lebih cepat berpindah dari pengembang ke pengguna.

 Contingency approach
Ide:Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
berbagai pendekatan:
o Pengaruh sistem sosial
o Pengaruh sistem task
o Ukuran sistem
o Kesamaan
o Ketidakpastian requirements
o Ketidakpastian teknologi
Evaluasi fase-fase utama proses pengembangan sistem, yaitu meliputi:
 Problem/ opportunity definition
 Management of the change process
 Entry and feasibility assessment
 Analysis of the existing system
 Formulation of strategic requirements
 Organizational and job design
 Information processing systems design
 Application software acquisition and development
 Hardware/ system software acquisition
 Procedures development
 Acceptance testing
 Conversion
 Operation and maintenance
3. Programming Management Control
Program development life cycle :
a) Planning
 Apakah perencaan sudah sesuai dengan karakteristik perangkat
lunak.
 Seberapa baik perencanaan telah dilakukan.
b) Control
 Apakah karakteristik aktivitas control sudah sesuai dengan berbagai
tipe perangkat lunak yang akan dibangun.
 Apakah prosedur kontrol sudah dilakukan dan dapat diandalkan.
c) Design
 Apakah pendekatan yang digunakan oleh programmer sudah
sistematis dan sesuai dengan kebutuhan system.
 Mencari bukti proses pengendalian selama proses peracangan
dilakukan.
d) Coding
 Apakah pemilihan strategi dan integrasi sudah tepat.
 Apakah strategi coding yang dipilih sudah terstruktur dan diikuti
dengan baik.
 Apakah ada fasilitas otomatis yang digunakan.
 Apakah dokumentasi program berkualitas dengan baik.
e) Testing
 Menguji modul secara individu.
 Menguji kelompok modul yang sudah terkait.
 Menguji secara keseluruhan.
f) Operation and maintenance
 Apakah operational dan pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik
4. Data Resource Management Control
Mengelola data sebagai sumber daya kritis
Solusi :
 Teknis, DBMS dan data repository system (DRS)
 Administratif, data administration (DA) dan DBA
Cara mengudit yaitu memastikan apakah 5 aspek berikut sudah
berjalan dengan baik atau belum yaitu :
 Defining, creating, redefining, retiring data (dengan wawancara,
observasi)
 Membuat database tersedia untuk semua user
 Menginformasikan dan melayani user
 Memelihara integritas data
 Monitoring operations
5. Security Management Control
Langkah-langkah pengadaan program keamanan:
 Mempersiapkan rencana proyek
 Indentifikasi aset
 Penilaian aset
 Identifikasi ancaman (api, banjir, gangguan listrik, bencana alam,
polusi, penyadapan, virus dan worm )
 Menaksir kemungkinan dari ancaman
 Menganalisa keterbukaan
 Membuat control
 Mempersiapkan laporan keamanan
Disaster recovery plan , terdiri dari 4 bagian yaitu:
 Emergency plan
 Backup plan
 Recovery plan
 Test plan
6. Operation Management Control
Control yang diperlukan meliputi :
Computer operation
a) Apakah operasi otomatis sudah akurat, lengkap dan otentik
b) Apakah ada penjadwalan produksi yang diacu
c) Apakah pemeliharaan sudah efektif dan efisien
d) Network operation
1. reliabilitas kontrol operasi network control terminal
2. reliabilitas kontrol operasi file servers
3. Data preparation and entry
 Apakah ada standar yang diterapkan untuk persiapan dan
entri data
 Dokumen yang menunjukkan kesesuaian pelaksanaan
persiapan dan entri data dengan standar yang diacu
 Production control
 Apakah file telah disiapkan dan terdokumentasi
sesuai standar
 Dengan wawancara pengguna dan staf operasi
tentang SLA
 Catatan komplain dan aksi penyelesaiannya
 Akurasi, kelengkapan, kebaruan dan keamanan dari
dokumentasi fungsi transfer-pricing
 file library
Memastikan apakah file sudah digunakan, disimpan
dipelihara dan dimusnahkan dengan baik
a) Documentation and program library
Memastikan apakah dokumentasi sudah dilakukan dan dikelola
dengan aman serta sudah digunakan oleh pihak yang berwenang.
1. Technical support
 Mencari tahu kepuasan pengguna akhir
 Observasi bagaimana staf merespon permintaan pengguna
akhir
 Melihat log/ laporan akurasi, kelengkapan dan waktu
respon staf
 Capacity planning and performance monitoring
 Apakah manajer operasi telah mengawasi
performansi dengan baik
 Apakah keputusan yang diambil terkait perencanaan
kapasitas sudah sesuai dengan statistik performansi
 Outsourced operation dapat dilakukan dengan
evaluasi terus-menerus tentang kelayakan keuangan
pihak penyedia outsource, memastikan kesesuaian
dengan syarat dan ketentuan kontrak outsourcing,
memastikan keandalan berkelanjutan dari kontrol
dalam operasi penyedia outsource dan mengelola
prosedur disaster recovery dengan
penyedia outsource.
7. Quality Assurance Management Control
a) Developing quality goals
 Apakah sudah ada charter dan definisi sasaran untuk fungsi-
fungsi SI
 Apakah tujuan dan ukuran kualitas telah ditentukan untuk
setiap SI spesifik yang digunakan dalam organisasi
 Level awareness staf QA dan SI tentang tujuan kualitas
 Opini stakeholders (termasuk manajemen) tentang tujuan
kualitas yang ditentukan oleh staf QA
b) Developing, promulgating, and maintaining standards for the IS
function
c) Monitoring compliance with QA standards
d) Identifying areas for improvement
e) Reporting to management
f) Training in QA standards and procedures

Sumber :
https://faizulhamdi.wordpress.com/2013/10/28/management-control-framework/

http://dwifarhanug.blogspot.com/2017/11/kontrol-internal-ruang-lingkup-kontrol.html

Anda mungkin juga menyukai