Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AMENORE

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Semester 4 A

1. Erinada Niditya P (1714201028)


2.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan Hidayah Nya, sehingga saya dapat penyelesaikan tugasn ini. Yang mana
tugas ini bertopikan tentang Amenore.

Kami sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing kami yang senantiasa
memberikan arahan dalam penyusunan tugas ini. Dan kami pula berterima kasih
kepada Orang Tua kami yang selalu tak henti-hentinya memberikan Support dan
Dukungannya. Serta kami pula berterima kasih kepada teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam memberikan pendapat, kritikan dan saran dalam pembuatan tugas
ini.

Kami berharap tugas ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan pembaca, semoga tugas
ini dapat membatu kita memahami tentang Amenore. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.

Tangerang, 21 Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan
perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal
yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi).
Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-
ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor
keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche
prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-
tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum
diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).

Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit dari pada pria. Tidak seperti pembentukan
sperma yang berlangsung terus-menerus dan sekresi testosteron yang relatif konstan,
sedangkan pengeluaran ovum bersifat intermiten dan sekresi hormon-hormon seks wanita
memperlihatkan pergeseran siklus yang lebar. Hormon-hormon reproduksi wanita
meliputi estrogen, progesteron, Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH), Foliccle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Hormon-hormon inilah yang
membantu sistem reproduksi wanita dalam pembentukan, pematangan sel telur dan
pengeluaran ovum. Ketika pengeluaran ovum dan tidak terjadi pembuahan maka akan
terjadi menstruasi.

Mekanisme siklus menstruasi dipengaruhi oleh pelepasan-pelepasan hormon yang


berkaitan dengan adanya kerjasama hipotalamus dan ovarium. Dan ketika ada gangguan
pada hipotalamus dalam merangsang hormon-hormon tersebut maka kerja hormon tidak
akan seimbang. Apalagi jika gangguan hipotalamus tersebut tidak bisa memproduksi
Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) maka akan mengganggu pengeluaran ovum.
Karena Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) merupakan hormon yang diproduksi
oleh hipotalamus di otak. GnRH akan merangsang pelepasan FSH (Folicle Stimulating
Hormon) di hipofisis. Sedangkan FSH sendiri akan menyebabkan pematangan dari folikel.
Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH. Tetapi ketika ovum yang
sudah matang dan menjadi korpus luteum ketika tidak terjadi pembuahan maka akan
menjadi korpus albikal yang kemudian akan keluar sebagai darah menstruasi.

Jika pada saat hipotalamus mengalami gangguan dalam memproduksi GnRH maka
proses pembentukan dan pematangan ovum tidak akan terjadi. Karena GnRH berperan
penting dalam merangsang pelepasan FSH untuk pematangan folikel. Ketika sifat
gangguan hipothalamus itu sendiri bersipat keturunan maka tidak akan terjadi
pembentukan sel telur dan pematangan folikel yang menyebabkan tidak bisa
mengeluarkan darah menstruasi.

Hal-hal yang menyebabkan hipotalamus tidak bisa merangsang GnRH seperti


penurunan berat badan, olahraga berlebihan, gangguan makan dan psikologis distress
menekan sumbu hipotalamus, hipofisis dan GnRH dengan menghambat sekresi denyutan
hipotalamus Gonadotropin-Releasing Hormone ( GnRH ). Ini sering menyebabkan
infertilitas wanita yang didiagnosis sebagai fungsional amenore hipotalamus, yang
didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi, dengan tingkat gonadropin rendah atau
normal dan hypoestrogenemia tanpa ketidaknormalan organik. Maksudnya adalah faktor
eksternal yang mempengaruhi estrogen dalam darah.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep dasar medis terhadap dasar
genetika fungsional amenore.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa keperawatan dapat :
- Menjelaskan pengertian dari amenore
- Memhami penyebab amenore

1.3 Manfaat Penulisan


1 Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang Keperawatan Maternitas dan Amenorea
2 Bagi Pembaca
Memberikan wawasan Amenorea. Serta dapat menambah dan meningkatkan
wawasan pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI AMENORRHEA
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah jarak
antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi berikutnya.
Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi
yang normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang
sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusMenstruasi tidak terlalu
sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro (2012), panjang
siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5
hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 –
8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang
keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih
banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik
(Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang
diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan
tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala,
2005). Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder.
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 18
tahun keatas, sedangkan amenorea sekunder penderita pernah mendapatkan
menstruasi, tetapi kemudian tidak menstruasi lagi (Sarwono, 2009).
Amenorea Hipotalamus Fungsional adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
tidak adanya menstruasi karena penindasan dari sumbu hipotalamus-hipofisis-
ovarium, di mana tidak ada penyakit anatomis atau organik diidentifikasi. Remaja atau
wanita muda dengan kondisi ini biasanya hadir dengan amenore durasi 6 bulan atau
lebih. Pada remaja, kondisi ini mungkin sulit untuk membedakan dari
ketidakmatangan poros hipotalamus-hipofisis-ovarium selama tahun-tahun
postmenarchal awal. Namun siklus menstruasi pada remaja biasanya tidak lebih dari
45 hari, bahkan selama postmenarchal tahun pertama menstruasi.
Tiga jenis penyebab utama amenore hipotalamus fungsional yang telah diakui,
terkait dengan stres, penurunan berat badan dan exercise. Terlepas dari pemicu
spesifik, amenore hipotalamus fungsional ditandai dengan penekanan Gonadotropin-
Releasing Hormone (GnRH) pulsatility. Tetapi wanita yang kurus atau berat badan
normal mungkin akan terkena, tetapi dalam banyak kasus, semua tiga faktor yang
hadir. Terlepas dari pemicu spesifik, amenore hipotalamus fungsional ditandai dengan
penekanan Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) pulsatility.

B. KLASIFIKASI AMENORE
1. Amenora primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia lebih
dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan maturasi
seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi sampai usia 14 tahun tanpa disertai
adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorea sekunder tidak adanya menstruasi selama 3 siklus atau 6 bulan setelah
menarke normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh gangguan emosional
minor yang berhubungan dengan berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan
tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum adalah
kehamilan, sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

C. ETIOLOGI

Amenorrhea hipotalamus mencerminkan keadaan defisiensi estrogen, yang dapat


membahayakan massa puncak pertumbuhan tulang yang dicapai dalam masa remaja.

Penyebab paling umum Amenorea :

1. Penurunan berat badan


2. Gangguan makan
3. Berolahraga yang berlebihan
4. Stres psikososial yang hadir
5. Gangguan Mood dan gangguan kejiwaan kronis juga dapat dikaitkan dengan
amenore.
6. Penggunaan obat yang dapat mempengaruhi menstruasi (misalnya pasien yang
menerima obat-obatan antipsikotik, kelainan menstruasi berkembang di sekitar
50%, dan amenore berkembang di sekitar 12%). Obat antipsikotik memiliki efek
pada reseptor antagonis dopamin hipofisis, yang menghapus efek penghambatan
sekresi dopamin pada prolaktin, yang hiperprolaktinemia dihasilkan kemudian
menekan pelepasan GnRH dengan berdenyut.
7. Wanita yang menggunakan pil kombinasi kontinyu kontrasepsi oral atau suntikan
depot medroksiprogesteron asetat.

Wanita dengan amenorea hipotalamus khas memiliki tingkat estradiol serum rendah
dan hormon luteinizingnya rendah atau normal dan follicle-stimulating hormone,
sedangkan respon gonadotropin terhadap rangsangan GnRH menjadi lama.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Tidak terjadi haid
2. Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
3. Nyeri kepala
4. Badan lemah

Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

1. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan


ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
2. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
3. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
4. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

1. Sakit kepala
2. Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
3. Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
4. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
E. PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat
menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (
gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan
genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun
dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan
amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol
tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron
yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan
endorphin yang merupakan derifat morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH
sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih
cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH.
F. KOMPLIKASI
A. Ketidaksuburan Jika Anda tidak berovulasi dan mengalami menstruasi, Anda tidak
bisa hamil.
B. Osteoporosis. Jika amenorrhea terjadi dan sebabkan oleh kadar estrogen rendah,
Anda mungkin juga berisiko mengalami osteoporosis atau melemahnya tulang-
tulang tubuh Anda

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder
maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,
perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
1. USG
2. Histerosalpingografi
3. Histeroskopi, dan
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka


diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
1. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena
kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
2. Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila
kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone
Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap
lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

H. TERAPI PENANGANAN AMENORRHEA


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya.
Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga
dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran
reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf
pusat.
1. Saluran Reproduksi
a. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim
estrogen.
b. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki
lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi
dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
c. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun
tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau
mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat
membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
d. Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki
dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron.
Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi
wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa
pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya
pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
e. Parut pada rahim
Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam
rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau
tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat
rahim dengan menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang
dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis
estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan
lapisan dalam rahim.

2. Gangguan Indung Telur


a. Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh
jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon
pertumbuhan dan hormon seksual.
b. Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40
tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses
autoimun.
c. Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.

3. Gangguan Susunan Saraf Pusat


a. Gangguan Hipofisis
Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorrhea.
Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau
kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon
gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat
menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak
efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis
dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
b. Gangguan Hipotalamus
Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom cushing
merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan
sesuai dengan penyebabnya.
c. Hipogonadotropik
Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia
nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan
bantuan psikeater.
I. PENANGANAN YANG DILAKUKAN
Penanganan pada kasus amenorea bergantung dari penyebabnya. Jika disebabkan oleh
kelebihan atau kekurangan berat badan, maka cara penangannaya dengan mengubah
pola hidup sehari-hari. Jika disebabkan oleh gangguan kelenjar tiroid atau pituari,
maka cara penanganannya dengan pemberian obat-obatan.
Penanganan amenore sekunder tergantung dari penyebabnya. Sebagai contoh: jika
penyebab amenore sekunder adalah hipotiroid maka pengobatannya adalah suplemen
tiroid.
Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar terhindar dari amenorea, diantaranya :
1. Ubah pola hidup agar lebih sehat.
2. Seimbangkan antara kerja, rekreasi, dan istirahat.
3. Kurangi beban pikiran atau stres.
4. Waspadalah jika tidak mendapat menstruasi selama tiga bulan. Segera periksakan
ke dokter ahli kandungan.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik secara
permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai primer atau
sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah dimulai
(berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai tidak
adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu lebih dari enam
bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres,
dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar pituitari
yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon yang
diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG,
Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
B. SARAN
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya tentang
gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea.

Anda mungkin juga menyukai